KLASIK
Kelompok 2
Muhammad Syaifuddin Jihansyah (1607511065)
Pande Putu Febriarta (1607511072)
Jeffrida Rizky Hidayah (1607511079)
Seperti telah disebutkan pada uraian di atas, jelaslah bahwa paham Merkantilisme
pada dasarnya telah memberikan kekuatan yang luar biasa bagi setiap negara kolonialis
untuk memfokuskan segala kegiatan perdagangan dalam rangka memperoleh kekayaan
yang banyak dan kekuasaan yang luas. Tujuan Merkantilisme adalah untuk melindungi
perkembangan industri perdagangan dan melindungi kekayaan negara yang ada di masing-
masing negara. Inggris misalnya, menjadikan praktik politik ekonomi Merkantilisme
dengan tujuan untuk:
Salah satu prinsip utama dari merkantilisme adalah bahwa permainan ekonomi
global zero-sum: jika salah satu negara memperoleh, yang lain kehilangan. Ini berarti
bahwa penting untuk meminimalkan ekspor modal, dan untuk memaksimalkan mengimpor
modal. Jadi negara akan menghilangkan pajak dan hambatan perdagangan dalam negara
mereka sendiri, dan meningkatkan hambatan besar untuk semua ekspor. Hal ini juga
3
menjadi penting untuk mencoba untuk mengambil setiap ons sumber daya mentah dalam
negeri, dan untuk mengubah sumber daya baku menjadi produk jadi yang dapat diekspor
dengan keuntungan besar dan kuat. Jika bahan baku yang tidak segera tersedia, itu dapat
diterima untuk impor mereka, kemudian menyelesaikannya di negara, dan ekspor mereka
akan mengalami keuntungan.
Kolonialisme juga memainkan peran impor dalam merkantilisme, saat sumber tetap
dari sumber daya mentah dan captive market (pasar di mana konsumen potensial
menghadapi batasan pemasok kompetitif; pilihan mereka hanya dapat membeli apa yang
ada).
Sumber bisa diambil dari koloni yang ditundukkan, dikirim ke ibu negara, dikelola
menjadi produk jadi, kemudian dijual kembali ke pasar koloni, yang sering memiliki
hukum di tempat untuk memberikan perlakuan perdagangan yang menguntungkan untuk
ibu negara atas semua bangsa lain yang ingin berdagangan. Mengekspor penanda modal,
seperti emas dan perak, terbatas terutama di bawah merkantilisme, seperti yang dilihat
sebagai ukuran kekayaan langsung dari suatu negara.
Teori Keuntungan Mutlak/Absolut menurut Adam Smith bahwa setiap Negara akan
memperoleh manfaat perdagangan Internasional apabila melakukan spesialisasi pada
produk yang mempunyai efisiensi produksi lebih baik dari Negara lain, dan melakukan
perdagangan internasional dengan Negara lain yang mempunyai kemampuan spesialisasi
pada produk yang tidak dapat diproduksi di Negara tersebut secara efisien.
4
Teori keuntungan mutlak/absolut adalah situasi ekonomi di mana penjual mampu
menghasilkan jumlah yang lebih tinggi dari produk yang diberikan, saat menggunakan
jumlah yang sama sumber daya yang digunakan oleh pesaing untuk menghasilkan jumlah
yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan bagi individu, perusahaan, dan bahkan negara
memiliki keuntungan absolut di pasar. Kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak
barang dan jasa dengan lebih efisien juga memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan
lebih, dengan asumsi bahwa semua unit yang diproduksi dijual.
Biaya juga merupakan faktor yang terlibat dalam menentukan apakah keuntungan
absolut ada. Ketika itu adalah mungkin untuk memproduksi lebih banyak produk dengan
menggunakan sumber daya yang lebih sedikit, ini biasanya diterjemahkan ke dalam biaya
produksi yang lebih rendah per unit. Bahkan dengan asumsi bahwa produsen menjual
setiap unit dengan biaya sedikit di bawah kompetisi, hasil akhir masih harus keuntungan
yang lebih tinggi pada setiap unit yang dijual.
Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa
tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya faktor produksi. Dalam
kenyataannya tenaga kerja itu tidak homogen, faktor produksi tidak hanya satu dan
mobilitas tenaga kerja tidak bebas. Namun teori itu mempunyai dua manfaat: pertama,
memungkinkan kita dengan secara sederhana menjelaskan tentang spesialisasi dan
keuntungan dari pertukaran. Kedua, meskipun pada teori-teori berikutnya (teori modern)
kita tidak menggunakan teori nilai tenaga kerja, namun prinsip teori ini tidak bisa
ditinggalkan (tetap berlaku).
5
karena itu pasar harus seluas mungkin supaya dapat menampung hasil produksi sehingga
perdagangan Internasional menarik perhatian. Karena hubungan perdagangan internasional
itu menambah luasnya pasar, jadi pasar terdiri pasar luar negeri dan pasar dalam negeri.
Prinsip Adam Smith mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingkat
Investasi G=f (I).
Dalam teori keuntungan mutlak, Adam Smith mengemukakan ide-ide sebagai berikut:
Dengan adanya pembagian kerja, suatu negara dapat memproduksi barang dengan
biaya yang lebih murah dibandingkan dengan negara lain, sehingga dalam mengadakan
perdagangan negara tersebut memperoleh keunggulan mutlak.
Dengan spesialisasi, suatu negara akan mengkhususkan pada produksi barang yang
memiliki keuntungan. Suatu negara akan mengimpor barang-barang yang bila diproduksi
sendiri (dalam negeri) tidak efisien atau kurang menguntungkan, sehingga keunggulan
mutlak diperoleh bila suatu negara mengadakan spesialisasi dalam memproduksi barang.
Keuntungan mutlak diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya
jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang produksi. Suatu negara
akan mengekspor barang tertentu karena dapat menghasilkan barang tersebut dengan biaya
yang secara mutlak lebih murah daripada negara lain. Dengan kata lain, negara tersebut
memiliki keuntungan mutlak dalam produksi barang.
Jadi, keuntungan mutlak terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap satu macam
produk yang dihasilkan, dengan biaya produksi yang lebih murah jika dibandingkan
dengan biaya produksi di negara lain.
Pandangan Adam Smith (1723-1790) atas konsep nilai dibedakan menjadi 2 yaitu
nilai pemakaian dan nilai penukaran. Hal ini menimbulkan paradok nilai, yaitu barang
yang mempunyai nilai pemakaian (nilai guna yang sangat tinggi, misalnya air dan udara,
tetapi mempunyai nilai penukaran yang sangat rendah. Malahan boleh dikatakan tidak
mempunyai nilai penukaran. Sedangkan di sisi lain barang yang nilai gunanya sedikit
tetapi dapat memiliki nilai penukaran yang tinggi, seperti berlian. Hal ini baru diselesaikan
oleh ajaran nilai subyektif.
6
Masngudi (2006) menjelaskan bahwa teori keunggulan absolut dari Adam Smith
mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
Contoh 1:
Indonesia dan India memproduksi dua jenis komoditi yaitu pakaian dan tas dengan asumsi
(anggapan) masing-masing negara menggunakan 100 tenaga kerja untuk memproduksi kedua
komoditi tersebut. 50 tenaga kerja untuk memproduksi pakaian dan 50 tenaga kerja untuk
memproduksi tas. Hasil total produksi kedua negara tersebut yaitu:
7
Dengan melakukan spesialisasi hasil produksi semakin meningkat. Karena
Indonesia dan India memindahkan tenaga kerja dalam produksi komoditi yang menjadi
spesialisasi. Sebelum spesialisasi, jumlah produksi sebanyak 60 unit pakaian dan 50 unit
tas. Tetapi setelah spesialisasi, jumlah produksi meningkat menjadi 80 unit pakaian dan 60
unit tas. Jadi keunggulan mutlak terjadi apabila suatu negara dapat menghasilkan
komoditi-komoditi tertentu dengan lebih efisien, dengan biaya yang lebih murah
dibandingkan dengan negara lain.
Teori ini menyatakan bahwa suatu Negara akan menghasilkan dan kemudian
mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor
barang yang dimiliki comparative disadvantage (suatu barang yang dapat dihasilkan
dengan lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan
ongkos yang besar). Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh
banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut. Contoh :
Menurut teori ini perdagangan antara Amerika dengan Inggris tidak akan timbul
karena absolute advantage untuk produksi gandum dan pakaian ada pada Amerika semua.
Tetapi yang penting bukan absolute advantagenya tetapi comparative advantagenya.
Untuk Inggris, dalam produksi gandum 2 bakul dibanding 6 bakul dari Amerika
atau 1/3 : 1. Dalam produksi pakaian 6 yard dari Amerika Serikat atau = 3/5: 1.
Comparative advantage ada pada produksi pakaian yakni 3/5 : 1 lebih besar dari 1/3 : 1.
Oleh karena itu perdagangan akan timbul antara Amerika dengan Inggris, dengan
8
spesialisasi gandum untuk Amerika dan menukarkan sebagian gandumnya dengan pakaian
dari Inggris. Dasar nilai pertukaran (term of trade) ditentukan dengan batas batas nilai
tukar masing masing barang didalam negeri.
Kelebihan untuk teori comparative advantage ini adalah dapat menerangkan berapa nilai
tukar dan berapa keuntungan karena pertukaran dimana kedua hal ini tidak dapat
diterangkan oleh teori absolute advantage.
Titik pangkal teori Ricardo tentang perdangan internasional adalah teori tentang
nilai (value). Menurut teori nilai (value) sesuatu barang tergantung dari banyaknya tenaga
kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut (labor cost value theory).
Perdagangan antar Negara akan timbul apabila masing-masing Negara memiliki
comperative cost yang terkecil. Sebagai contoh dikemukanan sebagai berikut:
Dalam hal ini protugis akan berspesialisasi pada produk anggur, sedangkan Inggris
pada produksi pakaian. Pada nilai tukar 1 botol anggur = 1 yard pakaian maka portugis
akan mengorbankan 3 hari kerja untuk 1 yard pakaian yang kalau diproduksinya sendiri
memerlukan 4 hari kerja. Inggris juga akan beruntung dari pertukaran. Dengan spesialisasi
pada produksi pakaian dan ditukar dengan anggur maka untuk memperoleh 1 botol anggur
hanya dikorbankan 3 hari kerja yang kalau diproduksinya sendiri memerlukan waktu 6 hari
kerja.
9
3. Dengan adanya non competing grup dari tenaga kerja menyebabkan tidak mungkin
nilai suatu barang dinyatakan dengan banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan.
Dalam kenyataannya, setiap Negara menghasilkan lebih dari satu macam barang.
Apabila jumlah barang serta Negara yang berdagang di perluas tidak hanya satu macam
barang serta hanya ada dua Negara, prinsip comperative advantage.
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 1981. Ekonomi Internasional, Seri Sinopsi Pengantar Ek. No.3 BPFE UGM
www.kuliahonline.unikom.ac.id
10