Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EKONOMI

DISUSUN OLEH:
1. M DZULKARNAIN
2. M WIRAT
3. ARMALA SARI

MADRASAH ALIYAH MA’ARIF REMBANG


TAHUN PELAJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Masalah Perdagangan Internasional dalam perekonomian setiap negara memiliki
peranan yang sangat penting dalam peningkatan kesejahteraan dunia. Karena dapat dikatakan
bahwa tidak ada satu negara di dunia ini yang tidak melakukan perdagangan Internasional. Oleh
karena itu perekonomian menyebabkan setiap negara berusaha untuk mencapai surplus dalam
neraca perdagangan Internasionalnya. Ini berarti makin besar surplus yang dicapai maka
semakin besar pula devisa yang masuk sehingga dapat menjadi sumber pemasukan kas negara
yang pada akhirnya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan. Dalam perekonomian
Indonesia sektor perdagangan Internasional telah menaikkan peranan yang sangat penting
dengan memberika manfaat secara langsung pada sektor perdagangan untuk keseluruhan
produksi nasional serta memberikan sumbangan dalam penyediaan kesempatan kerja bagi
masyarakat. Maka ekspor menjadi salah satu sumber penerimaan devisa yang penting dan
berfungsi sebagai alat pembiayaan untuk usaha pemeliharaan kestabilan ekonomi maupun
pelaksanaan pembangunan. Kebutuhan devisa aka krus bertambah seiring dengan peningkatan
pembangunan, untuk itu ekspor harus terus ditingkatkan bagi pembangunan perekonomia
Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. Penerimaan ekspor
Indonesia cukup meyakinkan. Misal sepanjang dasawarsa 1970-an penerimaan ekspor
meningkat 39,05% rata-rata pertahun (Dumairy, 1992:178). Kurs valuta Asing menjadi salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi ekspor mebel. Dalam pembayaran transaksi kita
dihadapkan pada dua macam mata uang, yaitu uang domestik dan luar negeri. Adanya
perbedaan mata uang yang dipergunakan di negara ekspor dengan negara pengimpor
mengakibatkan adanya masalah, antara lain kurs valuta Asing. Kurs valuta Asing merupakan
harga valuta Asing persatuan uang dasar yang dinyatakan dalam mata uang negara
bersangkutan (Soediyono, 1991:100). Kalau seorang ekportir mengekspor sejumlah barang ke
Amerika Serikat, maka ekspor itu dinyatakan dengan mata uang dollar Amerika untuk
menyelesaikan pembayarannya, ekspor di Indonesia harus menukarkan mata uang rupiah
dengan mata uang dollar (US$) berdasarkan perbandingan nilai tukar yang sudah ditentukan.
Perbandingan nilai tukar tersebut merupakan harga satuan mata uang Asing (dollar) dalam nilai
rupiah domestik (rupiah). Inilah yang disebut dengan harga atau nilai valuta Asing. Nilai valuta
Asing adalah nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk
mendapatkan satu unit mata uang Asing. Sebagai contoh, setiap satu kesatuan mata uang
dollar ($1,00) sama dengan Rp 10.000,00. Pertukaran antara dua mata uang yang berbeda,
maka akan mengakibatkan adanya perbandingan nilai atau harga diantara kedua mata uang
tersebut (Sukirno, 1981:297). Perbandingan nilai inilah yang seringkali disebut sebagai kurs
(Exchange Rate). Inflasi menjadi salah satu faktor lainnya yang dapat mempengaruhi ekspor
mebel. Inflasi pada dasarnya merupakan situasi yang sangat komplek dari segi penyebabnya
maupun pengaruhnya. Masalah inflasi sudah dialami oleh beberapa besar negara yang ada di
dunia, terutama oleh negara-negara yang sedang membangun dengan tingkat yang berbeda-
beda. Tingkat inflasi yaitu prosentase kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu tahun
tertentu, biasanya digunaka sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai dimana buruknya
masalah ekonomi yang dihadapi (Sukirno, 2003:302). Pengaruh inflasi domestik akan
mengganggu kestabilan harga-harga yang pada akhirnya membuat ketidakstabilan ekonomi,
sehingga akan menyebabkan kelesuan perkonomian dalam negeri. Inflasi di dalam negeri yang
tinggi menyebabakan turunnya laju ekspor karena volume produksi untuk ekspor turun dan
harga barang ekspor menjadi kurang kompetitif di pasaran Internasional sehingga mengurangi
keuntungan eksportir secara riil. Inflasi yang menimbulkan akibat buruk pada masyarakat yang
sebagian besar pelaku-pelaku kegiatan ekonomi dari pekerja-pekerja yang bergaji tetap dan
kegiatan perekonomian secara keseluruhan itu yang perlu dihindari prospek pembangunan
ekonomi jangka panjang akan semakin memburuk sekiranya inflasi tidak bias dikendalikan,
inflasi akan cenderung bertambah cepat, apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah terus
tersebut cenderung akan mengurangi investasi yang produkstif, mengurangi ekspor dan
menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi (Tadaro,
1998:55). Peningkatan harga di dalam negeri akan ini dampak inflasi dan dapat memperlemah
daya saing komoditi ekspor (Khasanah, 1995:54). Hal ini dapat dartikan bahwa gejolak yang
berpengaruh terhadap impor secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kinerja ekspor.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian perdagangan internasional?
2. Jelaskan manfaat perdagangan internasional?
3. Sebutkan teory perdagangan internasional?
4. Apa saja kebijakan internasional?
5. Apa tujuan kebijakan internasional?
6. Apa faktor pendorong dan penghambat perdagangan internasional?
7. Apa yang dimaksud alat pembayaran internasional?
BAB II
PEMBAHASAN
1.Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat
berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintahsuatu negara
atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan
internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan
internasional telah terjadi selama ribuan tahun, dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial,
dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut
mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan
multinasional.

2.Berikut adalah manfaat dari melakukan perdagangan internasional bagi suatu negara :

a. Memperoleh Devisa melalui mengekspor suatu komoditas sehingga mendapatkan mata uang
asing

b. Memperluas Kesempatan Kerja melalui kegiatan ekspor

c. Menstabilkan Harga-Harga melalui pengimporan barang

d. Memperluas pasar perdagangan

e. Meningkatkan Kualitas Konsumsi melalui pembelian barang-barang yang belum dapat


dihasilkan di dalam negeri atau mutunya belum sebaik produk luar negeri oleh penduduk suatu
negara

f. Mempercepat Alih Teknologi yang memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik
produksi yang lebih modern

g. Menambah kemakmuran suatu negara dengan menaikkan pendapatan suatu negara

h. Dapat mencegah terjadinya krisis

i. Mempererat hubungan antar negara

j. Suatu negara dapat mengimpor item persenjataan yang tidak dapat diproduksi di dalam
negeri guna kebutuhan militer

k. Dapat mempererat hubungan politik antar negara sehingga dapat menjalin persahabatan
antar negara.

3.Teori Perdagangan Internasional.

1. Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage) oleh Adam Smith


Teori Perdagangan Internasional yang pertama adalah teori keunggulan mutlak yang
dikemukakan oleh Adam Smith, Dalam teori keunggulan mutlak, Adam Smith mengemukakan
ide-ide sebagai berikut.
a. Spesialisasi Internasional dan Efisiensi Produksi
Dengan spesialisasi, sebuah negara dapat mengkhususkan pada produksi barang yang
mempunyai keuntungan. Sebuah Negara akan mengimpor barang-barang yang seandainya
diproduksi sendiri (dalam negeri) tidak efisien atau kurang menguntungkan, sehingga
keunggulan mutlak diperoleh bila sebuah Negara mengadakan spesialisasi dalam memproduksi
barang.

b. Adanya Division of Labour (Pembagian Kerja Internasional)


Dengan adanya pembagian kerja dalam Menghasilkan Sejenis Barang, suatu negara dapat
memproduksi barang dengan biaya yang lebih murah dibanding negara lain, sehingga dalam
mengadakan perdagangan negara tersebut memperoleh keunggulan mutlak.

Keuntungan mutlak diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan dalam banyaknya jam/hari
kerja yang dibutuhkan untuk menciptakan barang-barang produksi. Sebuah negara akan
mengekspor barang tertentu karena bisa menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang
secara mutlak lebih murah dibanding negara lain. Dengan kata lain, negara tersebut
mempunyai keuntungan mutlak dalam produksi barang.

Jadi, keuntungan mutlak terjadi seandainya sebuah negara lebih unggul terhadap satu macam
produk yang dihasilkan, dengan biaya produksi yang lebih murah jika dibandingkan dengan
biaya produksi di negara lain.

Contoh Teori Keunggulan Mutlak

Dari gambar di atas dapat diketahui, bahwa Vietnam lebih unggul untuk memproduksi beras
dan Korea Selatan lebih unggul untuk produksi elektronik, sehingga negara Vietnam seharusnya
berspesialisasi untuk produk beras dan negara Korea Selatan berspesialisasi untuk produk
elektronik. Dengan demikian, jika kedua negara tersebut mengadakan perdagangan
internasiona (ekspor dan impor), maka keduanya akan memperoleh keuntungan.

Besarnya keuntungan kedua negara dapat dihitung sebagai berikut:


Keuntungan Vietnam
Untuk negara Vietnam, Dasar Tukar Dalam Negerinya (DTD) 1 kg beras akan mendapatkan 1
unit elektronik, sedangkan Korea Selatan 1 kg beras akan mendapatkan 4 unit elektronik.
Dengan demikian, jika Vietnam menukarkan beras dengan elektronik Korea Selatan akan
memperoleh keuntungan sebesar 3 unit elektronik, yang diperoleh dari (4 elektronik - 1
elektronik).

Keuntungan Korea Selatan


Untuk negara Korea Selatan Dasar Tukar Dalam Negerinya (DTD) 1 unit elektronik akan
mendapatkan 0,25 beras, sedangkan di Vietnam 1 unit elektronik akan mendapatkan 1 kg
beras. Dengan demikian, jika negara Korea Selatan mengadakan perdagangan internasional
atau menukarkan elektroniknya dengan Vietnam, akan memperoleh keuntungan sebesar 0,75
kg beras, yang diperoleh dari (1 kg beras - 0,25 beras).
2. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) oleh David Ricardo
Teori Perdagangan Internasional yang kedua adalah Teori Keunggulan Komparatif yang
dikemumakan oleh David Ricardo, David Ricardo mengatakan bahwa teori keunggulan mutlak
yang dikemukakan oleh Adam Smith memiliki kekurangan, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Apakah negara tersebut juga dapat mengadakan perdagangan internasional?
Pada konsep keunggulan komparatif (perbedaan biaya yang bisa dibandingkan) yang digunakan
sebagai dasar dalam perdagangan internasional adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan
untuk memproduksi sebuah barang. Jadi, motif melaksanakan perdagangan bukan sekadar
mutlak lebih produktif (lebih menguntungkan) dalam menghasilkan sejenis barang, namun
menurut David Ricardo sekalipun sebuah negara itu tertinggal dalam segala rupa, ia tetap dapat
ikut serta dalam perdagangan internasional, apabila Negara tersebut menghasilkan barang
dengan biaya yang lebih murah (tenaga kerja) dibanding dengan lainnya.

b. Bagaimana bila suatu negara lebih produktif dalam memproduksi dua jenis barang
dibanding dengan Negara lain?
Sebagai gambaran awal, di satu pihak sebuah negara mempunyai faktor produksi tenaga kerja
dan alam yang lebih unggul dibanding dengan negara lain, sehingga negara tersebut juga lebih
unggul dan lebih produktif dalam menghasilkan barang daripada negara lain. Sebaliknya, di lain
pihak negara lain tertinggal dalam memproduksi barang. Dari uraian di atas dapat disimpulkan,
bahwa jika kondisi suatu negara lebih produktif atas dua jenis barang, maka negara tersebut
tidak dapat melakukan hubungan perdagangan / pertukaran internasional.

Jadi, keuntungan komparatif terjadi seandainya sebuah negara lebih unggul terhadap kedua
macam produk yang dihasilkan, dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah jika dibandingkan
dengan biaya tenaga kerja di negara lain.

Contoh Teori Keunggulan Komparatif

Dari gambar di atas dapat diketahui, bahwa negara Korea Selatan unggul terhadap kedua jenis
produk, baik elektronik maupun beras, akan tetapi keunggulan tertingginya pada produksi
elektronik. Sebaliknya, negara Vietnam lemah terhadap kedua jenis produk, baik beras maupun
elektronik, akan tetapi kelemahan terkecilnya pada produksi beras.

Jadi, sebaiknya negara Korea Selatan berspesialisasi pada produk elektronik dan negara
Vietnam berspesialisasi pada produk beras. Jika kedua negara tersebut melakukan
perdagangan, maka keduanya akan memperoleh keuntungan.
Besarnya keuntungan yang diperoleh dapat dihitung sebagai berikut.
Keuntungan Vietnam
Di Vietnam 1 kg beras = 1 unit elektronik, sedang di Korea Selatan 1 kg beras = 1,6 unit
elektronik. Jika negara Vietnam menukarkan berasnya dengan elektronik di Korea Selatan,
maka Vietnam akan mendapatkan keuntungan sebesar 0,6, yang diperoleh dari (1,6 elektronik -
1 elektronik).

Keuntungan Korea Selatan


Di Korea Selatan 1 unit elektronik = 0,625 kg beras, sedangkan di Vietnam 1 unit elektronik = 1
kg beras. Jika negara Korea Selatam menukarkan elektronik dengan beras di Vietnam, maka
Korea Selatan akan mendapatkan keuntungan sebesar 0,375, yang diperoleh dari (1 beras -
0,625 beras).

3. Teori Permintaan Timbal Balik (Reciprocal Demand) oleh John Stuart Mill
Teori Perdagangan Internasional yang ketiga adalah Teori Permintaan Timbal Balik yang
dikemukakan oleh John Stuart Mill, sebenarnya teori ini melanjutkan Teori Keunggulan
Komparatif dari David Ricardo, yaitu mencari titik keseimbangan pertukaran antara 2 barang
oleh dua negara dengan perbandingan pertukarannya atau dengan menentukan Dasar Tukar
Dalam Negeri (DTD). Tujuan Teori Timbal Balik ialah menyeimbangkan antara penawaran
dengan permintaannya, karena baik penawaran maupun permintaan menentukan besarnya
barang yang akan diekspor dan barang yang akan diimpor.

Jadi, menurut John Stuart Mill selama ada perbedaan dalam rasio produksi konsumsi antara
kedua negara, maka manffat dari perdagangan selalu bisa dilaksanakan di kedua negara
tersebut. Dan sebuah negara akan mendapat manfaat seandainya jumlah jam kerja yang
dibutuhkan untuk menciptakan semua barang-barang ekspornya lebih kecil dibanding jumlah
jam kerja yang dibutuhkan seandainya seluruh barang impor diproduksi sendiri.

4. Teori Perdagangan Internasional dari Kaum Merkantilisme


Teori Perdagangan Internasional yang terakhir adalah Teori Kaum Merkantilisme,
Merkantilisme merupakan sebuah kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi
kapitalisme komersial, serta pandangan tentang politik kemakmuran sebuah negara yang
ditujukan untuk memperkuat posisi dan kemakmuran negara melebihi kemakmuran
perseorangan. Teori Perdagangan Internasional dari Kaum Merkantilisme berkembang pesat
sekitar abad ke-16 berdasar pemikiran mengembangkan ekonomi nasional dan pembangunan
ekonomi, dengan mengusahakan jumlah ekspor melebihi jumlah impor. dengan kata lain teori
Merkantilisme merupakan paham yang mengajarkan bahwa kemakmuran perekonomian
sebuah negara dengan memaksimalkan surplus perdagangan.

Teori Merkantilisme mempunyai prinsip-prinsip utama, yaitu sebagai berikut:


1. Membatasi impor dan meningkatkan ekspor
2. Mengusahakan neraca perdagangan aktif
3. Memperluas daerah jajahan
4. Monopoli perdagangan
5. Mencari logam mulia sebanyak-banyaknya

Dalam sektor perdagangan luar negeri, kebijakan merkantilis berpusat pada dua ide pokok,
yaitu:
1. setiap politik perdagangan ditujukan untuk menunjang kelebihan ekspor di atas impor
(neraca perdagangan yang aktif). Untuk memperoleh neraca perdagangan yang aktif,
maka ekspor harus ditingkatkan dan impor harus dibatasi.
2. pemupukan logam mulia, tujuannya adalah pembentukan negara nasional yang kuat
dan pemupukan kemakmuran nasonal untuk mempertahankan dan mengembangkan
kekuatan negara tersebut. Hal ini dikarenakan tujuan utama perdagangan luar negeri
adalah memperoleh tambahan logam mulia.

4. KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Kebijakan-Kebijakan Perdagangan Internasional, meliputi:


1. Tarif

Tarif adalah sejenis pajak yang dikenakan atas barang-barang yang diimpor. Tarif spesifik
(Specific Tariffs) dikenakan sebagai beban tetap atas unit barang yang diimpor. Misalnya $6
untuk setiap barel minyak). Tarifold Valorem (od Valorem Tariffs) adalah pajak yang dikenakan
berdasarkan persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor (Misalnya, tariff 25
persen atas mobil yang diimpor). Dalam kedua kasus dampak tarif akan meningkatkan biaya
pengiriman barang ke suatu negara.

2. Subsidi Ekspor

Subsidi ekspor adalah pembayaran sejumlah tertentu kepada perusahaan atau perseorangan
yang menjual barang ke luar negeri, seperti tariff, subsidi ekspor dapat berbentuk spesifik (nilai
tertentu per unit barang) atau Od Valorem (presentase dari nilai yang diekspor). Jika
pemerintah memberikan subsidi ekspor, pengirim akan mengekspor, pengirim akan
mengekspor barang sampai batas dimana selisih harga domestic dan harga luar negeri sama
dengan nilai subsidi. Dampak dari subsidi ekspor adalah meningkatkan harga dinegara
pengekspor sedangkan di negara pengimpor harganya turun.

3. Pembatasan Impor

Pembatasan impor (Import Quota) merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang
boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada
beberapa kelompok individu atau perusahaan. Misalnya, Amerika Serikat membatasi impor
keju. Hanya perusahaan-perusahaan dagang tertentu yang diizinkan mengimpor keju, masing-
masing yang diberikan jatah untuk mengimpor sejumlah tertentu setiap tahun, tak boleh
melebihi jumlah maksimal yang telah ditetapkan. Besarnya kuota untuk setiap perusahaan
didasarkan pada jumlah keju yang diimpor tahun-tahun sebelumnya.

4. Pengekangan Ekspor Sukarela

Bentuk lain dari pembatasan impor adalah pengekangan sukarela (Voluntary Export Restraint),
yang juga dikenal dengan kesepakatan pengendalian sukarela (Voluntary Restraint
Agreement=ERA). VER adalah suatu pembatasan (Kuota0 atas perdagangan yang dikenakan
oleh pihak negara pengekspor dan bukan pengimpor. VER mempunyai keuntungan-keuntungan
politis dan legal yang membuatnya menjadi perangkat kebijakan perdagangan yang lebih
disukai dalam beberapa tahun belakangan. Namun dari sudut pandang ekonomi, pengendalian
ekspor sukarela persis sama dengan kuota impor dimana lisensi diberikan kepada pemerintah
asing dan karena itu sangat mahal bagi negara pengimpor. VER selalu lebih mahal bagi negara
pengimpor dibandingan dengan tariff yang membatasi impor dengan jumlah yang sama.
Bedanya apa yang menjadi pendapatan pemerintah dalam tariff menjadi (rent) yang diperoleh
pihak asing dalam VER, sehingga VER nyata-nyata mengakibatkan kerugian.
5. Persyaratan Kandungan Lokal

Persyaratan kandungan lokal (local content requirement) merupakan pengaturan yang


mensyaratkan bahwa bagian-bagian tertentu dari unit-unit fisik, seperti kuota impor minyak AS
ditahun 1960-an. Dalam kasus lain, persyaratan ditetapkan dalam nilai, yang mensyaratkan
pangsa minimum tertentu dalam harga barang berawal dari nilali tambah domestic. Ketentuan
kandungan local telah digunakan secara luas oleh negara berkembang yang beriktiar
mengalihkan basis manufakturanya dari perakitan kepada pengolahan bahan-bahan antara
(intermediate goods). Di amerika serikat rancangan undang-undang kandungan local untuk
kendaraan bermotor diajukan tahun 1982 tetapi hingga kini berlum diberlakukan.

6. Subsidi Kredit Ekspor

Subsidi kredit ekspor ini semacam subsidi ekspor, hanya saja wujudnya dalam pinjaman yang di
subsidi kepada pembeli. Amerika Serikat seperti juga kebanyakan negara, memilki suatu
lembaga pemerintah, export-import bank (bank Ekspor-impor) yang diarahkan untuk paling
tidak memberikan pinjaman-pinjaman yang disubsidi untuk membantu ekspor.

7. Pengendalian Pemerintah (National Procurement)

Pembelian-pembelian oleh pemerintah atau perusahaan-perusahaan yang diatur secara ketat


dapat diarahkan pada barang-barang yang diproduksi di dalam negeri meskipun barang-barang
tersebut lebih mahal daripada yang diimpor. Contoh yang klasik adalah industri telekomunikasi
Eropa. Negara-negara mensyaratkan eropa pada dasarnya bebas berdagang satu sama lain.
Namun pembeli-pembeli utama dari peralatan telekomunikasi adalah perusahaan-perusahaan
telepon dan di Eropa perusahaan-perusahaan ini hingga kini dimiliki pemerintah, pemasok
domestic meskipun jika para pemasok tersebut mengenakan harga yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemasok-pemasok lain. Akibatnya adalah hanya sedikit perdagangan
peralatan komunikasi di Eropa.

8. Hambatan-Hambatan Birokrasi (Red Tape Barriers)

Terkadang pemerintah ingin membatasi impor tanpa melakukannya secara formal. Untungnya
atau sayangnya, begitu mudah untuk membelitkan standar kesehatan, keamanan, dan prosedur
pabean sedemikian rupa sehingga merupakan perintang dalam perdagangan. Contoh klasiknya
adalah Surat Keputusan Pemerintah Perancis 1982 yang mengharuskan seluruh alat perekam
kaset video melalui jawatan pabean yang kecil di Poltiers yang secara efektif membatasi realiasi
sampai jumlah yang relatif amat sedikit.

5. Tujuan kebijakan internasional

a. Melindungi Industri atau Sektor-Sektor Lain di dalam Negeri

Negara-negara yang tingkat pembangunan ekonominya masih rendah dan masih belum kuat
cenderung menerapkan proteksi terhadap produk- produk serupa dari luar negeri (impor).
Khusus untuk sektor industri, kebijakan ini disebut kebijakan industri anak/muda
(Infant Industry), karena tujuannya adalah untuk melindungi industri-industri di dalam negeri
yang baru berdiri atau sedang tumbuh dari persaingan barang-barang impor.
Dengan cara itu, industri yang dilindungi tersebut dapat mengembangkan atau memperkuat diri
tanpa

ada ancaman tergusur dari pasar dalam negeri oleh produk-produk serupa dengan harga lebih
murah dan kuantitas lebih baik dari industri-industri di luar negeri yang sudah mapan.

b. Mengurangi Defisit Saldo Neraca Perdagangan

Banyak NSB (Negara Sedang Berkembang) mengalami defisit di dalam saldo neraca
perdagangan karena sangat tergantung pada impor, sementara ekspor mereka relatif kecil atau
total nilainya terus menurun karena harga dari komoditi- komoditi primer, khususnya
pertanian, yang menjadi ekspor utama mereka di pasar dunia terus merosot. Untuk mengurangi
defisit tersebut yang berarti menghindari dari kelangkaan cadangan devisa (menghemat
pemakaian devisa), kebijakan substitusi impor/ proteksi biasanya menjadi pilihan utama.

C. Meningkatkan Kesempatan Kerja

Strategi pembangunan ekonomi atau industri dengan kebijakan substitusi impor juga sering
diterapkan di banyak NSB sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesempatan kerja di
dalam negeri. Negara yang sektor industrinya belum kuat terancam akan hancur jika impor
sepenuhnya dibebas- kan, yang selanjutnya berarti peningkatan jumlah pengangguran,
terutama di negara-negara yang sektor padat karya lainnya seperti pertanian, jasa, dan
perdagangan tidak mampu menyerap pertumbuhan angkatan kerja mengikuti pertumbuhan
jumlah penduduk.

d. Mencegah Politik Dumping

Suatu negara dituduh melakukan dumping jika negara tersebut menjual barang di pasar luar
negeri dengan harga lebih rendah daripada harga di pasar dalam negerinya. Negara-negara
eksportir yang melakukan praktik dumping bertujuan untuk menembus, memperluas pangsa
pasar atau menguasai pasar di luar negeri. Negara importir yang merasa barang impornya
terlalu murah atau menduga negara penjual di bawah harga normal biasanya membalas dengan
mengenakan atau menaikkan tarif bea meterai terhadap barang tersebut. Pengenaan bea
meterai oleh negara importir sebagai respons terhadap praktik dumping dari negara eksportir
umum disebut kebijakan anti dumping

6. Faktor pendorong dan penghambat perdagangan internasional

1. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

Ada beberapa faktor yang mendorong semua negara di dunia melakukan perdagangan luar
negeri. Faktor-faktor pendorong tersebut terdiri atas hal-hal berikut ini.

a. Perbedaan Sumber Daya Alam yang Dimiliki

Barang kebutuhan yang dapat dihasilkan oleh suatu negara tergantung pada sumber daya alam
yang dimiliki. Perbedaan sumber daya ini juga tergantung pada kondisi wilayah di negara
tersebut. Misalnya di Indonesia wilayah daratannya luas dan subur, sehingga sangat cocok
untuk pertanian, yang sebagian besar hasil produksinya berupa kelapa sawit, karet, kopi, dan
sebagainya. Sedangkan negara Singapura wilayah daratannya relatif sempit, sehingga kegiatan
pertanian atau perkebunan cukup sedikit. Singapura dikenal sebagai negara industri yang
menghasilkan beraneka ragam barang, salah satunya adalah alat-alat elektronik. Kebutuhan

hasil-hasil pertanian dipenuh dengan cara mengimpor dari negara lain.

b . Teknologi

Setiap negara memiliki teknologi yang berbeda, sehingga barang yang dihasilkannya juga
berbeda. Perbedaan-perbedaan inilah yang mendorong kegiatan pertukaran barang
antarnegara. Perbedaan teknologi tersebut memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
teknik produksi yang lebih modern dan mengimpor mesin-mesin atau alat-alat yang lebih
modern untuk mewujudkan teknik dan cara produksi yang lebih baik.

c . Penghematan Biaya Produksi

Perdagangan internasional memungkinkan suatu negara memproduksi barang dalam jumlah


besar sehingga biaya produksi menjadi rendah. Misalnya Indonesia banyak menghasilkan
barangbarang seperti padi, minyak kelapa sawit, kayu lapis, dan sebagainya. Namun, yang
paling menguntungkan Indonesia bila memproduksi tekstil dan kayu lapis untuk diekspor ke
berbagai negara, karena dapat menghemat biaya produksi.

d . Perbedaan Selera

Setiap negara dalam memproduksi barang-barang, kemungkinan mempunyai kesamaan.


Meskipun demikian setiap negara mempunyai selera yang berbeda-beda. Hal inilah yang
mendorong kegiatan perdagangan antarnegara. Misalnya Jepang dan Korea Selatan samasama
menghasilkan barang-barang elektronik dan ikan tuna dalam jumlah yang hampir sama, tetapi
orang Jepang lebih suka ikan tuna dan orang Korea Selatan lebih suka produk elektronik. Pada
kondisi tersebut, negara Jepang lebih baik mengekspor barang-barang elektronik, sedangkan
Korea Selatan lebih baik untuk mengekspor ikan tuna. Dengan demikian, kepuasan dari setiap
negara dapat terpenuhi.

2. Hambatan Perdagangan Internasional

Setiap negara selalu menginginkan perdagangan yang dilakukan antarnegara dapat berjalan
dengan lancar. Namun, terkadang kegiatan perdagangan antarnegara juga mengalami
beberapa hambatan. Hambatan-hambatan inilah yang dapat merugikan negara-negara yang
melakukan perdagangan internasional. Berikut ini beberapa hambatan yang sering muncul
dalam perdagangan internasional.
a. Perbedaan Mata Uang Antarnegara

Pada umumnya mata uang setiap negara berbeda-beda. Perbedaan inilah yang dapat
menghambat perdagangan antarnegara. Negara yang melakukan kegiatan ekspor, biasanya
meminta kepada negara pengimpor untuk membayar dengan menggunakan mata uang negara
pengekspor. Pembayarannya tentunya akan berkaitan dengan nilai uang itu sendiri. Padahal
nilai uang setiap negara berbeda-beda. Apabila nilai mata uang negara pengekspor lebih tinggi
daripada nilai mata uang negara pengimpor, maka dapat menambah pengeluaran bagi negara
pengimpor. Dengan demikian, agar kedua negara diuntungkan dan lebih mudah proses
perdagangannya perlu adanya penetapan mata uang sebagai standar internasional.

b . Kualitas Sumber Daya yang Rendah

Rendahnya kualitas tenaga kerja dapat menghambat perdagangan internasional. Mengapa


Karena jika sumber daya manusia rendah, maka kualitas dari hasil produksi akan rendah pula.
Suatu negara yang memiliki kualitas barang rendah, akan sulit bersaing dengan barangbarang
yang dihasilkan oleh negara lain yang kualitasnya lebih baik. Hal ini tentunya menjadi
penghambat bagi negara yang bersangkutan untuk melakukan perdagangan internasional.

c . Pembayaran Antarnegara Sulit dan Risikonya Besar

Pada saat melakukan kegiatan perdagangan internasional, negara pengimpor akan mengalami
kesulitan dalam hal pembayaran. Apabila membayarnya dilakukan secara langsung akan
mengalami kesulitan. Selain itu, juga mempunyai risiko yang besar. Oleh karena itu negara
pengekspor tidak mau menerima pembayaran dengan tunai, akan tetapi melalui kliring
internasional atau telegraphic transfer atau menggunakan L/C.

d . Adanya Kebijaksanaan Impor dari Suatu Negara

Setiap negara tentunya akan selalu melindungi barang-barang hasil produksinya sendiri.
Mereka tidak ingin barang-barang produksinya tersaingi oleh barang-barang dari luar negeri.
Oleh karenaitu , setiap negara akan memberlakukan kebijakan untuk melindungi barang-barang
dalam negeri. Salah satunya dengan menetapkan tarif impor. Apabila tarif impor tinggi maka
barang impor tersebut akan menjadi lebih mahal daripada barang-barang dalam negeri
sehingga mengakibatkan masyarakat menjadi kurang tertarik untuk membeli barang impor. Hal
itu akan menjadi penghambat bagi negara lain untuk melakukan perdagangan.

e. Terjadinya Perang

Terjadinya perang dapat menyebabkan hubungan antarnegara terputus. Selain itu, kondisi
perekonomian negara tersebut juga akan mengalami kelesuan. Sehingga hal ini dapat
menyebabkan perdagangan antarnegara akan terhambat.
f. Adanya Organisasi-Organisasi Ekonomi Regional

Biasanya dalam satu wilayah regional terdapat organisasiorganisasi ekonomi. Tujuan organisasi-
organisasi tersebut untuk memajukan perekonomian negara-negara anggotanya. Kebijakan
serta peraturan yang dikeluarkannya pun hanya untuk kepentingan negara-negara anggota.
Sebuah organisasi ekonomi regional akan mengeluarkan peraturan ekspor dan impor yang
khusus untuk negara anggotanya. Akibatnya apabila ada negara di luar anggota organisasi
tersebut melakukan perdagangan dengan negara anggota akan mengalami kesulitan.

7. alat pembayaran internasional

Alat pembayaran merupakan benda yang disepakati dalam menyelesaikan sistem transaksi
tersebut, seperti mata uang dollar, dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan

Perdagangan internasional adalah kegiatan ekspor dan impor antar negara


1. Devisa adalah semua alat pembayaran yang diterima di luar internasional sebagai alat
pembayaran.
2. Kegiatan jual beli barang di dalam negeri tidak menimbulkan masalah alat tukar karena
menggunakan mata uang yang sama.
3. Kita harus bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain untuk saling tukar menukar hasil
produksi.
4. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara semakin banyak pula kebutuhan
masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai