Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai macam
nikmat, sehingga dapat menjalankan aktivitas seperti biasanya. Semoga senantiasa
berada dalam keberkahan dari-Nya, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin dicapai menjadi lebih mudah
dan penuh manfaat.
Terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam bentuk
materi maupun moriil sehingga makalah yang berjudul “Pengaruh perdagangan
Internasional terhadap perekonomian dalam Negeri” ini dapat terselesaikan
dengan baik dan dengan waktu yang tepat. Adapun tujuan membuat makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ekonomi Internasional”.
Harapan kami, semoga makalah ini bisa bermanfaat serta dapat
memberikan ilmu pengetahuan baik untuk pribadi dan pembaca, diharapkan bisa
menjadi penambah daftar bacaan. Namun demikian, kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan
makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam
perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional,
perekonomian akan saling terjalin dan tercipta suatu hubungan ekonomi yang
saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan
jasa akan membentuk perdagangan antar bangsa. Perdagangan internasional
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat suatu negara.
Pengaruh perdagangan internasional terasa pada harga, pendapatan
nasional, dan tingkat kesempatan kerja negara-negara yang terlibat dalam
perdagangan internasional tersebut. Ekspor akan meningkatkan
permintaan masyarakat, yaitu jumlah barang dan jasa yang diinginkan masyarakat
di dalam negeri. Sebaliknya, impor akan menurunkan permintaan masyarakat di
dalam negeri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perdagangan internasional ?
2. Apa pengaruh perdagangan internasional terhadap perekonomian dalam
negeri?
3. Apa pengaruh perdagangan internasional terhadap konsumsi?
4. Apa pengaruh perdagangan internasional terhadap produksi?
5. Apa pengaruh perdagangan internasional terhadap distribusi
pendapatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perdagangan internasional.
2. Untuk mengetahui pengaruh perdagangan internasional terhadap
perekonomian dalam negeri .
3. Untuk mengetahui pengaruh perdagangan internasional terhadap
konsumsi.
1
4. Untuk mengetahui pengaruh perdagangan internasional terhadap
produksi.
5. Untuk mengetahui pengaruh perdagangan internasional terhadap
distribusi pendapatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perdagangan internasional
3
Menambahkan devisa negara melalui bea masuk dan biaya lain atas ekspor
dan impor.
Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam negeri,
terutamadalam bidang sektor industri dengan munculnya teknologi baru
dapat membantu dalam memproduksi barang lebih banyak dengan waktu
yang singkat.
Melalui impor, kebutuhan dalam negara dapat terpenuhi.
Memperluas lapangan kerja dan kesempatan masyarakat untuk berkeja.
Mempererat hubungan persaudaraan dan kerjasama antar negara.
Kedua akibat ini termasuk “akibat ekonomis” dan perdagangan luar negeri.
Ada akibat-akibat lain yang bersifat non ekonomis. Dibukanya suatu
perekonomian terhadap hubungan luar negeri mempunyai konsekuensi yang luas
terhadap perekonomian dalam negeri. Konsekuensi ini mencakup aspek ekonomis
maupun non-ekonomis, dan bisa bersifat positif maupun negatif bagi negara yang
4
bersangkutan. Semua ini perlu kita kaji sebelum kita bisa mengatakan apakah
perdagangan luar negeri bermanfaat atau tidak bagi suatu negara.
Kedua pengaruh ekonomis di atas hanyalah sebagian dan seluruh pengaruh
ekonomis dan perdagangan. Pengaruh-pengaruh ekonomis ini bisa digolongkan
dalam tiga kelompok:
a. Pengaruh – pengaruh pada konsumsi masyarakat (consumption effects).
b. Pengaruh – pengaruh pada produksi (production effects).
c. Pengaruh – pengaruh pada distribusi pendapatan masyarakat (distribution
effects).
5
barang menjadi barang lain (yang diang gap lebih bernilai atau lebih
dibutuhkan).
Dalam ekonomi tertutup hanya ada satu proses transformasi, yaitu “proses
produksi”. Bila perdagangan dibuka, proses transformasi bagi masyarakat menjadi
dua macam, yaitu “proses produksi” dan “proses perdagangan/pertukaran”. Inilah
sumber dan kenaikan pendapatan riil masyarakat dan perdagangan luar negeri: “
yaitu adanya kemungkinan yang lebih luas (dan lebih menguntungkan) untuk
mentransformasikan sumber-sumber ekonomi dalam negeri menjadi barang-
barang yang dibutuhkan masyarakat. Jadi menutup kemungkinan transformasi
melalui perdagangan adalah sama saja dengan menutup kemungkinan
diperolehnya kenaikan pendapatan riil. Berapa besar kenaikan pendapatan riil dan
adanya perdagangan seperti yang diuraikan sebelumnya. Hal tergantung pada
sampai berapa jauh dasar penukarannya “membaik” setelah ada perdagangan.
Satu lagi pengaruh yang penting dan perdagangan terhadap pola konsumsi
masyarakat. Pengaruh ini dikenal dengan nama demonstration effects. Pengaruh
terhadap konsumsi yang diuraikan di atas sebenarnya berkaitan dengan
peningkatan kemampuan berkonsumsi, yaitu pendapataan riil masyarakat.
Demonstration effects atau “pengaruh percontohan” > adalah pengaruh
yang bersifat langsung dan perdagangan terhadap pola dan kecenderungan
berkonsumsi masyarakat. Pengaruh ini bisa bersifat positif atau bersifat negatif.
Demonstration effects yang bersifat positif adalah perubahan pola dan
kecenderungan berkonsumsi yang mendorong kemauan untuk berproduksi lebih
besar.
Menurut J.S. Mill bahwa “terutama di negara yang masih pada tahap
perkembangan ekonomi yang rendah, ada kemungkinan penduduknya ada dalam
keadaan tertidur dan puas diri, dengan perasaan bahwa selera dan keinginan
mereka sudah semuanya terpenuhi “
Dibukanya perdagangan luar negeri kadang-kadang bisa mempunyai
pengaruh yang serupa dengan „revolusi industri‟, dengan diperkenalkan dengan
barang-barang baru kepada penduduk atau karena terbukanya kemungkinan bagi
6
mereka untuk memperoleh barang-barang yang sebelumnya tak terbayangkan bisa
terjangkau oleh mereka .
Demonstrasi effects yang bersifat negatif adalah apabila dibukanya
hubungan dengan luar negeri menimbulkan pola dan kebiasaan konsumsi asing
yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan perekonomian tersebut. Misalnya,
masyarakat (dimulai dan golongan yang berpenghasilan tinggi) cenderung untuk
meniru gaya dan kebiasaan hidup dan konsumsi dan negara-negara maju lewat
“contoh-contoh” yang ditunjukkan lewat media seperti film, televisi, majalah-
majalah dan sebagainya. Akibatnya ada kecenderungan bagi masyarakat tersebut
untuk berkonsumsi yang “berlebihan” (dilihat dan tahap perkembangan ekonomi
dan kemampuan produksi masyanakat) Dengan lain perkataan, propensity to
consume menjadi tenlalu tinggi. ini selanjutnya mengakibatkan sumber ekonomi
yang tersedia untuk investasi rendah, dan ini berarti pertumbuhan ekonomi yang
rendah;
Menentukan apakah pengaruh positif lebih besar dan pengaruh negatif atau
sebaliknya, adalah persoalan yang sulit. Kita harus melihat kasus demi kasus.
Banyak bentuk pengaruh yang tidak bisa diukur dengan tepat, sehingga unsur
subyektivitas (atau kecenderungan ideologis) sering tidak bisa dihindari. Beberapa
negara (seperti RRC dan negana-negana sosialis lain) berpendapat bahwa
pengarub negatmfnya lebih besar. Menurut mereka dibukanya hubungan luar
negeni merangsang kebiasean hidup yang individualistis, pola konsumsi yang
mewah dan menggoyahken keyakmnan ideologis masyarakat terhap sistem
neqaranya.
Negara-negara Barat yang telah maju dan sejumlah negar-negara sedang
berkembang beranggapan sebaliknya, yaitu menganggap bahwa pengaruh
negatmfnya tiaak melebihi pengaruh positifnya Sampai sekarang belum bisa
diketahul secara pasti apakah tingkat investasi (dan tingkat pertumbuhan) menjadi
Iebih rendah atau lebih tinggi dengan adanya perdagangan luar negeri. RRC dan
beberapa negara sosialis lain dengan perekonomian yang relatif tertutup, bisa
mencapai laju pertumbuhan yang sangat tinggi. Sebaliknya Jepang, Singapura,
Korea Selatan, Hongkong, Taiwan yang mempunyal perekonomian terbuka juga
bisa mencapai laju pentumbuhan yang sangat mengesankan.
7
Demikian pula, apakah dibukanya hubungan perdagangan luar negeri
menimbulkan pola dan gaya konsumsi masyarakat yang “keliru”, adalah masalah
yang sulit dijawab secara tegas. Orang bisa mengatakan bahwa dalam masyarakat
yang tertutuppun (seperti masyarakat-masyarakat feodal dimasa lampau) bisa
terjadi pola konsumsi yang berlebihan dan pemborosan-pemborosan sosial oleb
golongan-golongan masyarakat tertentu. Dan sebaliknya, masyarakat yang terbuka
mungkin bersifat hemat dan tidak men unjukkan pola konsumsi yang berlebihan.
Nampaknya ada faktor lain yang lebih menentukan apakah suatu
masyarakat adalah masyarakat yang hemat dan berpola konsumsi wajar atau
masyarakat yang boros dan berpola konsumsi mewah. Faktor ini adalah pola
distribusi kekayaan dan pendapatan yang ada di dalam masyarakat. Pola distribusi
yang timpang menimbulkan pola konsumsi yang timpang dan boros, dan mi
berlaku baik bagi ekonomi tertutup maupun ekonomi terbuka. Adanya
perdagangan luar negeri mungkin membuat ketimpangan pola konsumsi tersebut
lebih menyolok, karena mereka yang melakukan konsumsi yang berlebihan
cenderung untuk memilih barang-barang “luar negeri” dan gaya hidup “luar
negeri”. Namun dalam hal ini masalah pokoknya sebenarnya bukan karena
masyarakat tersebut membuka hubungan dengan luar negeri, tetapi karena sejak
awal distribusi kekayaan dan pendapatan di dalam negeri memang timpang, dan
menutup diri dan percaturan ekonomi dunia tidak menyelesaikan masalah justru
sebaliknya.
Singkatnya “demonstration effects” memang ada, tetapi apakah efek
negatifnya atau efek positifnya yang lebih menonjol sulit untuk ditentukan secara
umum. ini tergantung situasinya kasus demi kasus. Namun kita juga harus berhati-
hati dalam menentukan apakah pola konsumsi yang “keliru” memang karena
demonstration effects atau sebab-sebab lain.
8
(a) Spsialisasi produksi.
(b) Kenaikan “investasi surplus”.
(c) “Vent for Surplus”.
(d) Kenaikan produktivitas.
9
akan ikut jatuh. Lain halnya apabila negara tersebut tidak hanya
berspesialisasi pada kedua barang tersebut, tetapi juga memproduksikan
barang-barang lain baik untuk ekspor maupun untuk kebutuhannya dalam
negeri sendiri. Turunnya harga dan satu atau dua barang mungkin bisa
diimbangi oleh naiknya harga barang-barang lain. Inilah pertentangan atau
konflik antara spesialisasi dengan diversifikasi.
1. Spesialisasi bisa meningkatkan pendapatan riil masyarakat secara
maksimal, tetapi dengan risiko ketidak stabilan yang tinggi.
Sebaliknya
2. diversifikasi lebih menjamin kestabilan pendapatan tetapi dengan
konsekuensi harus mengorbankan sebagian dan kenaikan
pendapatan dan spesialisasi. Sekarang hampir semua negara di
dunia menyadari bahwa spesialisasi yang terlalu jauh (meskipun
didasarkan atas prinsip keunggulan komparatif, seperti yang
ditunjukkan oleh teori ekonomi) bukanlah keadaan yangbaik.
Manfaatdari diversifikasi harus pula diperhitungkan.
(b) Keamanan nasional.
Apabila suatu negara hanya memproduksikan satu barang,
misalnya karet, dan harus mengimpor seluruh kebutuhan bahan
makanannya Meskipun karet adalah cabang produksi di mana negara
tersebut memiliki keunggulan komparatif yang paling tinggi, sehingga bisa
meningkatkan pendapatan riil masyarakat setinggi mungkin, tentunya
keadaan seperti di atas tidak sehat. Seandainya terjadi perang atau apapun
yang menghambat perdagangan luar negeri, dan manakah diperoleh bahan
makanan bagi penduduk negara tersebut? Jelas bahwa pola produksi
seperti yang didiktekan oleh keunggulan komparatif tidak harus selalu
dilkuti apabila ternyata keiangsungan hidup negara itu sendiri sama sekali
tidak terjamin.
(c) Dualisme.
Sejarah perdagangan internasional negara-negara sedang
berkembang terutama semasa mereka masih menjadi koloni negara-negara
Eropa, ditandai oleh timbulnya sektor ekspor yang beronientasi ke pasar
10
dunia dan yang sedikit sekali berhubungan dengan sektor tradisional
dalam negeri. Sektor ekspor seakan-akan bukan merupakan bagian dan
negeri itu, tetapi bagian dan pasar dunia. Dalam keadaan seperti ini
spesialisasi dan perdagangan internasional tidak memberi manfaat kepada
perekonomian dalam negeri. Keadaan ini di negara-negara sedang
berkembang setelah kemerdekaan mereka, memang sudah menunjukkan
perubahan. Tetapi Seiring belum merupakan perubahan yang fundamental.
Sektor ekspor yang‟“modern” masih nampak belum bisa menunjang sektor
dalam negeri yang “tradisional”
Ketiga keadaan tersebut di atas adalah peringatan bagi kita untuk tidak
begitu saja dan tanpa reserve menerima dalil perdagangan Neo-Klasik bahwa
spesialisasi dan perdagangan selalu menguntungkan dalam keadaan
apapun. Tetapi di lain pihak. uraian di atas tidak merupakan bukti bahwa manfaat
dari perdagangan tidaklah bisa dipetik dalam kenyataan. Teori keunggulan
komparatif masih menjadi tahapan dasarnya, yaitu bahwa suatu negara
seyogyanya memanfaatkan keunggulan komparatif dan kesempatan “transformasi
lewat perdagangan” Hanya saja perlu diperhatikan bahwa dalam hal-hal tertentu
pentimbangan pertimbangan lain jangan lupaken.
Investible Surplus Meningkat. Pendagangan meningkatkan pendapatan riil
masyarakat. Dengan pendapatan riil yang lebih tinggi berarti negara tersebut
mampu untuk menyisihkan dana sumber sumber ekonomi yang lebih besar bagi
investasi (inilah. yang disebut “investible surplus”). investasi yang lebih tinggi
berarti laju pertumbuhan ekonomi „yang lebih tinggi. Jadi perdagangan bisa
mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
lnilah inti dan pengaruh pendagangan internasional tenhadap produksi
lewat investible surplus. Ada tiga hal mengenai penganuh ini yang perlu dicatat:
a. Kita harus menanyakan berapa dan manfaat perdagangan (kenaikan
pendapatan nil) yang diterima oleh warganegara riegara tersebut, dan
berapa yang diterima oleh warganegara asing yang memiliki faktor
produksi, misalnya modal, tenaga kerja, yang dipekerjakan di negara
11
tersebut. Dengari lain perkataan. yang lebih penting adlah berapa kenaikan
GNP, bukan kenaikan GDP. yang ditimbulkan oleh adanya perdagangan.
b. Kita harus menanyakan pula berapa dan kenaikan pendapatan nil karena
perdagangan tersebut akan diterjemahkan menjadi kenaikan investasi
dalam negeri, dan benapa ternyata dibelan jakan untuk konsumsi yang
lebih tinggi atau ditransfer ke luar negeri oleh perusahaan-perusahaan
asing sebagai imbalan bagi modal yang ditanamkannya? Dan segi
pertumbuhan ekonomi yang penting adalah Icenaikan investasi dalam
negeri dan bukan hanya “investible surplus”nya.
c. Kita harus pula membedakan antara “pertumbuhan ekonomi” dan
“pembangunan ekonomi”. Disebutkan di atas bagaimana dualisme dalam
struktur perekonomian bisa timbul dan adanya perdagangan internasional.
Dimasa lampau, dan gejala-gejalanya masih tersisa sampal sekarang,
kenaikan investible surplus tersebut cenderung untuk diinvestasikan di
sektor “modern” dan hanya sedikit yang mengalir ke sektor “tradisional”.
Pertumbuhan semacam mi justru semakin mempertajam dualisme dan
perbedaan antara kedua sektor terebut. Dalam hal ini kita harus berhati-
hati untuk tidak mempersamakan pertumbuhan ekonomi dengan
pembangunan ekonomi dalam arti yang sesungguhnya.
Inti dari uraian di atas adalah bahwa kenaikan investible surplus karena
perdagangan adalah sesuatu yang nyata. Tetapi kita harus mempertanyakan Lebih
lanjut siapa yang memperoleh manfaat, berapa besar manfaat tersebut yang
direalisir sebagai investasi dalam negeri, dan adakah pengaruh dan manfaat
tersebut terhadap pembangunan ekonomi dalam arti yang sesungguhnya.
Menurut Adam Smith, perdagangan luar negeri membuka daerah pasar
baru yang lebih luas bagi hasil-hasil dalam negeri. produksi dalam negeri asing
semula terbatas karena terbatasnya pasar di dalam negeri, sekarang bisa diperbesar
lagi. Sumber-sumber ekonomi yang semula menganggur (surplus) sekarang
memperoleh saluran (vent) untuk bisa dimanfaatkan, karena adanya daerah pasar
yang baru.
12
Konsep “vent for surplus” adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terangsang
oleh terbukanya daerah pasar yang baru. Sebagai contoh, suatu negara yang kaya
akan tanah pertanian tetapi berpenduduk relatif sedikit. Sebelum kemungkinan
perdagangan dengan luar negeri terbuka, negara tersebut hanya menghasilkan
bahan makanan yang cukup untuk menghidupi penduduknya dan tidak lebih dan
itu. Banyak tanah yang sebenarnya subur dan cocok bagi pertanian dibiarkan tak
terpakai. Dengan adanya kontak dengan pasar dunia, negara tersebut mulai
menanam barang-barang perdagangan dunia seperti lada, kopi, teh, karet, gula dan
sebagainya dengan mernanfaatkan tanah pertanian yang menganggur tersebut.
Dengan demikian pertumbuhan ekonomi meningkat.
Yang perlu dicatat di sini adalah bahwa pemanfaatan tanah-tanah
pertanian baru tersebut memerlukan modal dan investasi yang sangat besar, jauh
melebihi kemampuan negara itu sendiri untuk membiayainya. Oleh sebab itu
sejarah mencatat bahwa pembukaan perkebunan-perkebunan hampir selalu berasal
dan modal asing. ini jelas dan sejarah negara-negara seperti Indonesia, Malaysia,
India, Sri Langka dan banyak lagi lainnya. Dimasa sekarang sumber-sumber
ekonomi yang belum dimanfaatkan kebanyakan tidak lagi berupa tanah-tanah
pertanian (meskipun kadang-kadang masih demikian), tetapi berupa sumber-
sumber alam (khususnya, energi) dan kadang-kadang juga tenaga kenja yang
berlimpah dan murah. Modal yang besar dnn teknologi tinggi diperlukan bagi
pemanfaatan sumber-sumber alam dan kadang-kadang juga tenaga kerja yang
murah dan berlimpah dan murah.
Modal yang besar dan teknologi tinggi diperlukan bagi pemanfaatan
sumber-sumber alam ini, dan semuanya itu seringkali di luar kemampuan negara
pemilik sumber-sumber tersebut untuk membiayai dan melaksanakannya. Jadi
tetap memerlukan modal dan teknologi asing. Perhatikan bahwa inti dari proses
“vent for surplus” ini tetap sama, baik dulu maupun sekarang, yaitu: sumber-
sumber ekonomi yang tidak bisa dimanfaatkan kecuali apabila ada saluran ke
pasar dunia dan apabila modal asing diperkenankan masuk. Perbedaan pokoknya
adalah bahwa di masa lampau negara-negara pemilik sumber-sumber alam
tersebut adalah negara jajahan, sedangkan sekarang adalah negara merdeka
dengan pemerintah nasionalnya. Kunci daripada apakah proses “vent for surplus”
13
ini akan menghasikan pembangunan ekonomi dalam arti sesungguhnya dalam arti
sesungguhnya ataukah hanya “pertumbuhan ekonomi” seperti yang telah terjadi
di zaman lampau, terletak di tangan pemerintah nasional. Mereka harus bisa
meraih sebagian besar dari “manfaat perdagangan” yang dihasilkan dan
menggunakannya bagi kepentingan pembangunan nasionalnya dalam arti yang
sebenarnya.
Dalam hal distribusi pendapatan terdapat dua sudut pandang yaitu dari
kaum neoklasik dan kaum anti neoklasik.Menurut kaum neoklasik hubungan luar
negeri mempunyai pengaruh lebih meratakan distribusi pendapatan di dalam
negeri dan antar negara. Menurut mereka, hubungan luar negeri mempengaruhi
distribusi pendapatan lewat dua saluran utama yaitu: saluran perdagangan dan
saluran aliran modal. Yang mana dari model ini maka dapat disimpulkan bahwa
suatu negara cenderung berspesialisasi dalam barang-barang yang menggunakan
faktor produksi yang tersedia relatif lebih banyak di dalam negeri.
Kaum anti neoklasik mengatakan bahwa perdagangn bebas dan
penanaman modal asing justru meningkatkan ketimpangan distribusi pendapatan
di dalam suatu negara atau antar negara.Hal ini dikarenakan adanya unsur-unsur
monopolitis, dan faktor-faktor sosio-politis yang menentukan hasil akhir dari
hubungan internasional antar negara yang mana perdagangan bebas dan
penanaman modal asing justru semakin memperlebar jurang antara negara miskin
dan negara kaya.Masing-masing sudut pandang mempunyai unsur kebenarannya,
sehingga masalahnya harus dilihat kasus demi kasus.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
16