Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEBIJAKAN EKONOMI INTERNASIONAL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Internasional

Dosen Pengampu : Shanty Bustami, S.E., M.M.

Disusun oleh :

1. Agus Firmansyah (20.23.885)


2. Melli eliza (20.23.923)
3. Rini Aziza (20.23.946)

EKONOMI SYARIAH 6 B

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH

KUALA TUNGKAL

Tahun Ajaran 2022/2023


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
Nya kepada kita semua sehingga kita dapat menjalankan segala aktifitas
sebagaimana biasanya. Sholawat serta salam tak lupa kita curah limpahkan kepada
Nabi Muhammad Saw, yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada kita
semua.
 Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penyusun haturkan kepada
segenap pihak yang turut membantu dalam proses pembuatan makalah ini,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas semester 6 mata kuliah Ekonomi Internasional
 Penulis menyadari masih  banyak kesalahan dan kekurangan dalam
makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para
pembaca sangat saya harapkan demi perbaikan makalah yang akan datang. Dan 
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan membuahkan ilmu yang
bermanfaat.

Kuala tungkal, 5 Mei 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Kebijakan Ekonomi Internasional....................................... 3


B. Instrumen Kebijakan Ekonomi Internasional.................................... 4
C. Macam-macam Retriksi dalam Perdagangan Internasional.............. 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdagangan internasional merupakan salah satu bagian dari
kegiatan bisnis yang akhir-akhir ini mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Hal ini terlihat dari semakin berkembangnya arus peredaran barang,
jasa, modal dan tenaga kerja antar negara. Kegiatan ini dapat terjadi
melalui hubungan ekspor impor, investasi, perdagangan jasa, lisensi dan
waralaba (license and franchise), hak atas kekayaan intelektual dan alih
teknologi, yang pada akhirnya memberikan pengaruh terhadap kegiatan
ekonomi lainnya, seperti perbankan, asuransi, perpajakan dan sebagainya.
Indonesia sendiri terlibat didalamnya.
Keikutsertaan Indonesia dalam perdagangan bebas mendorong
produk industri dalam negeri untuk mampu bersaing dengan produk
impor, baik di dalam negeri sendiri maupun di pasar ekspor. Hal ini
merupakan problem besar bagi Indonesia karena kemampuan produk
Indonesia dari segi kualitas maupun kuantitas masih lemah. Salah satu
permasalahan yang dialami oleh Indonesia dalam menghadapi
perdagangan bebas adalah sulitnya membendung terjadinya lonjakan
produk impor, sehingga mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing
yang pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri,
dan selanjutnya akan muncul dampak ikutannya seperti pemutusan
hubungan kerja, terjadinya pengangguran serta bangkrutnya industri
barang sejenis dalam negeri. Karenanya setiap Negara pasti memiliki
kebijakan masing-masing mengenai perdagangan internasional tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Kebijakan Ekonomi Internasional?
2. Apa saja Instrumen Kebijakan Ekonomi Internasional?
3. Apa saja macam-macam restriksi dalam Perdagangan Internasional?
C. Tujuan Penulisan

1
1. Untuk mengetahui Definisi Kebijakan Ekonomi Internasional
2. Untuk mengetahuiInstrumen Kebijakan Ekonomi Internasional
3. Untuk mengetahui macam-macam retriksi dalam perdagangan
Internasional

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kebijakan Internasional


Kebijaksanaan ekonomi internasional timbul, antara lain
disebabkan oleh makin meluasnya jaringan-jaringan hubungan ekonomi
dan perdagangan internasional. Terutama bagi Negara-negara yang sektor
lalu lintas ekonomi internasionalnya menduduki posisi penting dalam
kehidupan dan perkembangan ekonomi. Kebijakan ekonomi internasional
dalam arti luas meliputi semua kegiatan ekonomi pemerintah suatu negara
yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi,
arah dan kegiatan ekspor impor barang dan jasa yang dilaksanakan oleh
pemerintah tersebut. Karena itu, sekalipun suatu kebijakan ditujukan untuk
mengatasi pemasalahan dalam negeri, tapi bila secara langsung atau tidak
langusng berpengaruh terhadap ekspor dan impor maka dapat dimasukkan
dalam kebijakan ekonomi internasional.
Kebijakan ekonomi internasional dalam arti sempit yaitu hanya
meliputi kebijakan yang langsung mempengaruhi ekspor dan impor.
Kebijakan internasional dalam arti sempit ini berkaitan dnegan ekspor
barang dan jasa, oleh karena itu cakupannya sangat luas mengingat
banyaknya barang atau jasa yang diekspor maupun diimpor, mulai dari
barang konsumsi, produksi sampai pada tenaga kerja.
Jadi, kebijakan ekonomi internasional adalah keseluruhan tindakan
pemerintah suatu negara yang bertujuan untuk meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan negaranya dengan
melalui kegiatan yang mendorong ekspor dan mengatur/mengendalikan
impor. Keseluruhan tindakan tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung akan memperoleh komposisi, arah serta bentuk dari perdagangan
dan pembayaran internasional.

3
Secara umum tujuan kebijaksaan ekonomi internasional adalah
sebagai berikut:
1. Autarki
Tujuan autarki bermaksud untuk menghindarkan dari pengaruh-
pengaruh dari negara lain baik pengaruh ekonomi, politik atau
militer.
2. Kesejahteraan
Dengan mengadakan perdagangan internasional suatu negara akan
memperoleh keuntungan dari adanya spesialisasi.
3. Proteksi
Tujuan ini untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan
barang impor.
4. Pembayaran Keseimbangan Neraca
Apabila suatu negara itu mempunyai kelebihan cadangan valuta
asing, maka kebijakan pemerintah untuk mengadakan stabilisasi
ekonomi dalam negeri akan tidak banyak menimbulkan masalah
dalam neraca pembayaran internasionalnya. Kebijakan ini umumnya
berbentuk pengawasan devisa. Pengawasan devisa tidak hanya
mengatur atau mengawasi lalu lintas barang tetapi juga modal.
5. Pembangunan Ekonomi
Untuk mencapai tujuan ini pemerintah mengambil kebijaksanaan
seperti misalnya: Perlindungan terhadap industri dalam negeri,
Mengurangi impor barang konsumsi yang nonnessensial dan
mendorong impor barang-barang yang esensial, Mendorong ekspor
dan sebagainya.
B. Instrumen Kebijakan Ekonomi Internasional
Instrumen kebijkan ekonomi internasional ini dibedakan berdasarkan
kegiatan atau tindakan yang dilakukan. Setidaknya ada tiga instrumen
penting yang ada dalam kebijakan ekonomi internasional yaitu :
1. Kebijakan Perdagangan Internasional

4
Ruang lingkup kebijakan perdagangan internasional meliputi segala
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sebuah rekening
yang masih atau sedang berjalan transaksinya dari neraca
pembayaran internasional, khususnya hal-hal yang berhubungan
dengan kegiatan ekspor dan impor suatu produk baik barang
ataupun jasa. Jenis dari kebijakan ini seperti kebijakan tarif
terhadap impor, bilateral trade agreement dan masih banyak
lainnya. 
2. Kebijakan pembayaran internasional
Untuk kebijakan pembayaran ini mecangkup beberapa hal
mengenai kebijakan pemerintah terhadap rekening modal dalam
neraca pembayaran internasional tepatnya pada pengawasan
terhadap pembayaran internasional. Contoh dari kebijakan ini
seperti pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap lalu
lintas devisa atau pengawasan terhadap lalu lintas modal jangka
panjang.
3. Kebijakan bantuan luar negeri
Kebijakan bantuan luar negeri merupakan sebuah tindakan atau
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah yang berhubungan
dengan bantuan, pinjaman dan lainnya. Bantuan itu berupa bantuan
dengan tujuan untuk membantu rehabilitasi serta pembangunan dan
bantuan militer kepada negara lain.
C. Macam-macam Restriksi dalam Perdagangan Internasional
1. Tarif
Tarif adalah pembebanan pajak atau costum duties terhadap
barangbarang yang melewati batas suatu negara.
a. Tarif digolongkan menjadi.
1) Bea ekspor adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang
yang diangkut menujuke negara lain. Jadi pajak untuk barang-
barang yang keluar dari costum area suatu Negara yang

5
memungut pajak. Custom area adalah daerah dimana barang-
barang bebas bergerak dengan tidak dikenai bea pabean.
2) Bea Transito adalah pajak/bea yang dikenakanan terhadap
barangbarang yang meliputi wilayah suatu negara dengan
ketentuan bahwa barang tersebut sebagai tujuan akhirnya
adalah negara lain.
3) Bea impor adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap
brnagbarang yang masuk dalam custom area suatu negara
dengan ketentuan bahwa negara tersebut sebagai tujuan akhir.
b. Perbedaan tarif menurut jenisnya :
1) Ad valorem duties, yakni bea pabean yang tingginya
dinyatakan dalam presentase dari nilai barang yang dikenakan
bea tersebut.
2) Specific duties, yakni bea yang tingginya dinyatakan untuk tiap
ukuran fisik daripada barang.
3) Specific Ad valorem atau compound duties, yakni bea yang
merupakan kombinasi antara specific dan ad valorem. Misalnya
suatu barang tertentu dikenakan 10% tariff ad valorem
ditambah Rp 20,00 untuk setiap unit.
c. Sistem tarif
1) Single-column tariffs, sistem dimana untuk masing-masing
barang hanya mempunyai satu macam tarif. Biasanya sifatnya
autonomous tariffs (tarif yang ditentukan sendiri oleh sesuatu
negara tanpa persetujuan dengan negara lain). Kalau tingginya
tarif ditentukan dengan perjanjian dengan negera lain disebut
Convetional Tariffs.
2) Double-column tariffs, sistem dimana setiap barang
mempunyai 2 tarif. Apabila kedua tarif ditentukan sendiri
dengan undang-undang maka disebut “bentuk maksimundan
minimum”. Dalam bentuk ini jika tarif maksimumnya sebagai
normal duties maka tarif minimumnya digunakan untuk barang

6
dari negera-negara tertentu yang mengadakan perjanjian tarif
dengan negara tersebut, tetapi jika taarif minimumnya sebagai
normal duties maka tarif maksimum digunakan untuk
membalas tindakan negera lain yang membebankan tarif barang
yang lebih tinggi. Jika tarif maksimum sebagai normal duties
sedangkan tarif yang lebih rendah ditentukan berdasarkan
perjanjian dengan negara lain, (jadi autonomous dan
conventional) maka bentuk ini disebut “General and
Conventional Form”
3) Triple-column tariffs, sistem ini digunakan oleh negara
penjajah. Sebenarnya sistem ini diperluas daripada double
column tariffs, yaitu dengan menambah satu macam tariff
preference untuk negara-negara bekas jajahan atau afiliasi
politiknya. Sistem ini sering disebut dengan “Preferential
System”
d. Efek tarif
Pembebanan tarif terhadap sesuatu barang dapat mempunyai
efek terhadap perekonomian suatu negara, khususnya terhadap
pasar barang tersebut. Beberapa macam efek tarif adalah :
- Efek terhadap harga (prince effect)
- Efek terhadap konsumsi (consumption effect)
- Efek terhadap produk (protective/import substitution effect)
- Efek terhadap redistribusi pendapatan (redistribution effect)
Efek tersebut secara grafik dapat dijelaskan sebagai berikut:

7
Sebelum pembebanan tarif, OP merupakan harga konstan yang
ditetapkan oleh produsen diluar negeri, sehingga produsen didalam
negeripun harus menjual dengan harga yang sama akibat persaingan
dengan produsen luar negeri. Produksi didalam negeri adalah OQ1
dan konsumsinya O2 Q0 sehingga Q1 Q0 adalah impornya.
Terhadap impor (Q1 Q0) ini kemudian negara A membebankan tarif
sebesar PPT, maka efeknya adalah :
- Harga barang tersebut didalam negeri naik dari OP menjadi
OPT (price effect)
- Jumlah barang yang diminta berkurang dari OQ0 menjadi OQ2
(consumption effect)
- Produksi di dalam negeri naik dari OQ1 menjadi OQ3
(protective/import substation effects)
- Adanya pendapatan yang diterima oleh pemerintah dari tarif
tersebut yaitu sebesar b c d e (revenue effect)
- Adanya ekstra pendapatan yang dibayarkan oleh konsumen
didalam negeri kepada produsen di dalam negeri sebesar PPRab
(restribution effect).
Adanya tarif menyebabkan impor berkurang dari Q1 Q0 menjadi
Q3 Q2.Pembebanan tarif ini tidak dapat menaikan harga lebih tinggi
daripada OPT’ yaitu harga keseimbangan tanpa adanya tarif
perdagangan internasional.Bagi konsumen tarif ini merugikan sebab
harus membayar harga yang lebih tinggi.Kerugian ini sebagian
diimbangi dengan adanya pendapatan pemerintah (BCDE) dan
ekstra pendapatan yang diterima oleh produsen dalam negeri
(PPTba). Sehingga kerugian neto masyarakat akibat tarif tersebut
adalah abed an cdf.
Dalam keadaan increasing costs produksi, dengan turunnya impor
maka produksi diluar negeri turun sehingga ongkos perunit juga
turun. Tarif akan menyebabkan harga didalam negeri lebih
tinggidaripada harga diluar negeri sehingga tarif tetapi harga ini

8
tidak setinggi harga luar negeri sebelumdikenakan tarif dengan
jumlahn yang sama. Secara grafik dapat dijelaskan sebagai berikut:

e. Effective rate of protection


Tarif terhadap bahan mentah akan menaikkan ongkos produksi.
Apabila tarif hanya dikenakan pda barang jadi maka harga tersebut
akan naik menjadi OP2 (Gambar 3.3). Pembebanan tarif terhadap
bahan mentah menyebabkan naiknya ongkos produksi sehingga
kurva penawaran dalam gambar 3.3 naik ke atas menjadi S¢.
Produksi di dalam negeri naik menjadi OQ¢3 lebih kecil jika
dibandingkan dengan kenaikan produksi apabila tarif hanya
dikenakan pada barang jadi saja (OQ¢3 <  OQ3), bahkan produksi
di dalam negeri tidak akan bertambah sama sekali apabila tarif
terhadap bahan mentah cukup tinggi hingga menaikkan ongkos
produksi melebihi harga barang jadi tersebut di dalam negeri
setelah pembebanan tarif (S¢¢). Hubungan antara tarif terhadap
barang jadi dan tarif terhadap bahan mentah dapat dinyatakan
dengan adanya “effective rate of protection” yang dinikmati oleh
produsen yang memproses barang jadi tersebut.Apabila barang jadi
dan juga bahan mentah impor itu dikenakan tarif, maka effective
rate of protection bagi produsen barang tersebut makin tinggi
apabila makin rendah tarif terhadap bahan mentah.

9
f. Alasan pembebanan tarif
Ada beberapa alasan pembebanan tarif baik yang secara ekonomis
bisa dipertanggungjawabkan, misalnya untuk mencapai kenaikan
penghasilan riil maupun yang secara ekonomis tidak bisa
dipertanggungjawabkan.
1) Yang secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan
a) Memperbaiki dasar  tukar
Suatu negara dapat mempengaruhi dasar pertukaran antara
ekspor dan impornya melalui pembebanan tarif.Telah
dijelaskan bahwa pembebanan tarif dapat mengurangi
keinginan untuk mengimpor. Ini berarti bahwa untuk
sejumlah tertentu ekspor menghendaki jumlah impor yang
lebih besar, sebagaian daripadanya diserahkan kepda
pemerintah sebagai pembayaran tarif Karena hal ini
menyangkut perubahan di dalam permintaan dunia akan
suatu barang. Maka dapat dijelaskan dengan menggunakan
offer curve sebagai berikut:

10
b) Infant – industry
Industri –industri yang sedang tumbuh perlu mendapat
perlindungan terhadap persaingan indutri-industri luar
negeri yang lebih besar dan maju.Pada umumnya industry-
industri yang sedang tumbuh ini effiensinya belum tinggi
serta belum dapat menikmati adanya economies of
scale.Oleh karna itu pembebanan terhadap barang dari luar
negeri dapat memberi perlindungan terhadap industry
dalam negeri yang sedang tumbuh ini.
c) Deversifikasi
Alasan ini sangat erat dengan alasan infrant industry di
atas, tetapi lebih dititik beratkan pada negara yang hnaya
menghasilkan satu atau beberapa macam barang saja.
Negara semacam ini akan mengalami kesulitan apabila
harga barangbarang hasil produksinya dipasaran dunia
goncang. Dengan pembebanan tarif industry dalam negeri
dapat berkembang sehingga dapat memperbanyak jumlah
serta jenis barang yang dihasilkan. Makin banyak jenis
barang yang dihasilkan, ekonomi negara itu akan semakin
stabil karena penurunan harga satu jenis produk mungkin
dapat diimbangi dengan kenaikan harga barang lain.
d) Employment

11
Pembebanan tarif akan mengakibatkan turunnya impor dan
kenaikan produksi dalam negeri. Kenaikan produksi ini
berarti pula kenaikan kesempatan kerja.Dalam hal ini
pembebanan tarif dapat digunakan untuk memperluas
kesempatan kerja.
e) Anti dumping
dumpingberarti menjual barang diluar negeri jauh lebih
murah daripada di dalam negeri. Ini tidak berarti bahwa
harga yang murah tersebut dibawah harga pokok.Negara
yang menjalankan politik dumping pada umumnya
bermaksud untuk menguasai pasar.Untuk mencegah politik
yang demikian ini suatu negara dapat membebankan tarif
terhadap barang yang berasal dari negara yang
menjalankan politik dumping supaya tidak terkena akibat
jelek daripada pollitik tersebut.
2) Yang secara ekonomis tidak dapat dipertanggungjawabkan:
a) To keep money at home
Alasan ini mengemukakan bahwa apabila penduduk suatu
negara itu membeli barang dari luar negeri maka negara
tersebut memperoleh barang dan negara lain memperoleh
uang. Tetapi apabila membeli barang produksi dalam
negeri maka uang tersebut tidak lari keluar negeri. Jadi
dengan membebankan tarif impor, maka impor akan
berkurang sehingga akan mencegah larinya uang keluar
negeri.
b) The low-wage
Negara yang tingkat upahnya tinggi tidak mengadakan
hubungan dengan negara yang tingkat upahnya rendah
tanpa menganggung resiko akan turunnya tingkat upah.
Turunnya tingkat upah berarti pula turunnya standard
hidup.Oleh karena itu untuk melindungi para pekerja yang

12
upahnya tinggi dari persaingan para pekerja yang upahnya
rendah maka negara yang tingkat upahnya tinggi tersebut
perlu membebankan tarif bagi barang yang berasal dari
negara yang tingkat upahnya rendah.
c) Home market
Alasan ini menyatakan bahwa produsen dalam negeri
mempunyai hak terhadap pasar dalam negeri. Tarif akan
mengakibatkan turunnya atau hilangnya impor yang
diganti dengan produksi dalam negeri. Kenaikan produksi
berarti tambahnya kesempatan yang akhirnya berarti pula
kenaikan kegiatan ekonomi.
2. Quota
Quota adalah pembatasan jumlah fisik terhadap barang yang masuk
(quota impor) dan keluar (quota ekspor).
a. Quota impor
Jenisnya quota impor adalah: absolut atau unilateral quota,
negotiated atau bilateral quota, tarif quota dan mixing quota.
1) Absolut atau unilateral quota adalah quota yang besar
atau kecilnya ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa
persetujuan dengan negara lain. Quota semacam ini
sering menimbulkan tindakan balasan oleh negara lain.
2) Negotiated atau bilateral quota adalah quota yang besar
atau kecilnya ditentukan berdasarkan perjanjian antara
dua negara atau lebih.
3) Tarif quota adalah gabungan antara tarif dan quota. Untuk
sejumlah tertentu barang diizinkan masuk (impor) dengan
tarif tertentu, tambahan impor masih diizinkan tetapi
dikenakan tarif yang lebih tinggi.
4) Mixing quota yakni membatasi penggunaan bahan
mentah yang diimpor dalam proporsi tertentu dalam

13
produksi barang akhir. Pembatasan ini untuk mendorong
berkembangnya industry didalam negri.
b. Efek quota impor
Pembatasan jumlah barang yang diimpor akan menyebabkan
berkurangnya barang impor tersebut dipasar dalam negeri,
sedangkan permintaan relatif tetap. Keadaan ini akan
mengakibatkan harga barang impor tersebut dipasar dalam
negeri lebih tinggi daripada dipasar dunia sehingga akan
menimbilkan adanya “monopoly profit (keuntungan karena
monopoli)”.
c. Quota ekspor
Seperti juga halnya dengan quota impor, maka ekspor pun
dapat dibatasi jumlahnya. Pembatasan jumlah ekspor ini
bertujuan antara lain:
 Untuk mencegah barang-barang yang penting jatuh
atau berada ditangan musuh
 Untuk menjamin tersedianya barang didalam negeri
dalam proporsi yang cukup
 Untuk mengadakan pengawasan produksi serta
pengendalian harga guna mencapai stabilisasi
harga.
Quota ekspor biasanya dikenakan terhadap bahan mentah
yang merupakan barang perdagangan penting dan dibawah
suatu pengawasan badan internasional (misalnya kopi dan
timah).
3. Subsidi
Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan
perlindungan atau bantuan kepada industri (pengusaha) dalam negeri
dalam bentuk modal, bisa berupa mesin-mesin, peralatan, keahlian,
keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas kredit, dan subsidi
harga yang bertujuan untuk menambah produksi dalam negeri,

14
mempertahankan jumlah konsumsi di dalam negeri, serta menjual
produk dengan harga yang lebih murah dari pada produk impor.
Kebijakan subsidi lebih baik dari pada kebijakan lainnya karena
alasan sebagai berikut:
a. Subsidi diberikan secara terbuka, sehingga masyarakat bisa
menilai manfaat atau kerugiannya.
b. Subsidi tersebut dibiayai dengan cara yang lebih adil karena
tidak terjadi distribusi pendapatan dari konsumen kepada
produsen.
Beberapa catatan berkenaan dengan subsidi antara lain; pertama,
apabila pemerintah bertujuan menaikkan produksi dalam negeri atau
menurunkan impor, maka dengan subsidi lebih baik daripada dengan
tarif. Konsumen dapat menikmati harga yang lebih rendah serta tidak
kehilangan surplus konsumen. Demikian juga produsen tidak
menderita adanya dead weight loss. Namun demikian subsidi biasanya
dibiayai oleh pemerintah dengan kenaikan pajak sehingga manfaat
subsidi diatas tarif tidak sama dengan kerugian surplus konsumen dan
produsen. Kedua, subsidi secara peroidik harus dianggarkan dalam
anggaran belanja, pleh karena itu manfaatnya harus ditinjau setiap
tahun sejalan dengan perkembangan atau perubahan keadaan social
ekonomi. Sedangkan tarif sangat jarang untuk ditinjau kembali dan
dapat menaikkan penerimaan pemerintah.biasanya dalam proses
penyusuan anggaran belanja cenderung untuk mempertahankan tarif
bukan untuk menghapuskannya. Untuk alasannya kurangnya
peninjauan kembali serta usaha untuk selalu mempertahankannya,
maka para ekonom cenderung menyukai subsidi daraipada tarif.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijaksanaan ekonomi internasional dalam arti luas adalah


tindakan/kebijksanaan ekonomi pemerintah, yang secara langsung daripada
perdagangan dan  pembayaran internasional. Kebijaksanaan ini tidak hanya
berupa tarif, quota dan sebagainya, tetapi juga meliputi kebijaksanaan
pemerintah dalam negeri yang secara tidak langsung mempunyai pengaruh
terhadap perdagangan serta pembayaran internasional seperti misalnya
kebijksanaan moneter dan fiskal. Sedangkan definisi yang lebih sempit

16
kebijaksanaan ekonomi internasional adalah tindakan/kebijaksanaan ekonomi
pemerintah yang secara langsung mempengaruh perdagangan dan pembayaran
internasional.
Dari pengertian diatas Kebijaksanaan Ekonomi Internasional sangat
berperaruh kepada hubungan dagang internasional. Tujuan diadakannya
Kebijakan Ekonomi Internasional diantaranya Autarki, Kesejahteraan,
Proteksi, Keseimbangan neraca pembayaran dan Pembangunan ekonomi agar
hubungan perdagangan internasional semakin baik. Dari peraturan-peraturan
yang ada alangkah baiknya dapat di ikuti dan diterapkan agar perekonomian
kita semakin maju dan berkembang.

17
DAFTAR PUSTAKA

NopirinPh.D, 1997, EKONOMI INTERNASIONAL, BPFE Yogyakarta

Wahab, Abdul. Ekonomi Internasional. Alauddin University press.

Nufus, zakiatun. 2022. Ekonomi Internasional. Lampung: CV Agus Salim press.

Lilimantik, emmy. 2015. Buku Ajar Kebijakan Ekonomi internasional. FPK


UNLAM (Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM).

http://ekiniisipjakarta.blogspot.com/2016/03/tugas-kelompok-1-kebijakan-
perdagangan.html?m=1

http://zakyteakyu.blogspot.com/2015/10/kebijakan-ekonomi-dan-
perdagangan_12.html?m=1

http://diasdiari.blogspot.com/2013/09/kebijakan-dalam-perdagangan.html

http://minniewulan.blogspot.com/2012/10/kebijakan-proteksi-dan-
subsidi_25.html

http://rayvictory.wordpress.com/2012/05/25/dampak-kebijakan-terhadap-
perdagangan-internasional/

Anda mungkin juga menyukai