Anda di halaman 1dari 21

KEBIJAKAN TARIFF BARRIER, KEBIJAKAN NON

TARIFF BARRIER DAN TERM OF TRADE


Tugas Kuliah : Perdagangan Internasioanal

Dosen : Drs. Yusuf Supardi, M.M

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Andika Dwi Hastami 171010507253

Apriyanti Hasian 161020550050

Dewi Astuti 171010508344

Mita Surtiwi 171010507156

Muhammad Deden Irsadillah 171010507182

Nurdiana 171010507850

Riski Putri Amalia 171010507069

Sahrul Gunawan 171010507391

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PAMULANG

Jl.Surya kencana No 1 Pamulang Tangerang Selatan


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmat-nya sehingga

makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih

atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi memberikan materi maupun pendapatnya,

dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahun dan pengalaman bagi

para pembaca. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman dan Bapak

Drs. Yusuf Supardi M.M selaku Dosen Mata Kuliah Perdagangan Internasional yang telah

berkontribusi dalam pelaksanaan diskusi ini, terlepas dari semua itu kami menyadari bahwa

masih ada kekurangan dari susunan kalimat maupun bahasa. Oleh karna itu kami menerima

saran dan kritik dari teman - teman sekalian. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas atas

semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampaik

akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Tangerang 21 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3. Tujuan Masalah .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi Kebijakan Perdagangan Internasional .............................................. 3


2.2. Kebijakan Perdagangan Internasional ............................................................ 4
2.3. Macam – Macam Penentuan Tarif ................................................................. 8
2.4. Sistem Tarif .................................................................................................... 9
2.5. Efek Tarif ....................................................................................................... 9
2.6. Effective Rate Of Protection .......................................................................... 10
2.7. Argumen Restriksi Perdagangan .................................................................... 10
2.8. Hambatan – Hambatan Tarif .......................................................................... 11
2.9. Term Of Trade ................................................................................................ 11

BAB III PENUTUP REKOMENDASI


3.1. Kesimpulan.................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negara-
negara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk
perdagangan antar negara atau yang lebih dikenal dengan istilah
perdaganganinternasional. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang
dilakukan oleh penduduk disuatu negara (antar perorangan, antar individu dengan
pemerintahsuatu negara atau pemerintah suatu negara dengan negara lain) dengan
penduduk di negara lain atas dasar kesepakatan bersama.Perdagangan internasional
merupakan hubungan kegiatan ekonomi antar negara yang diwujudkan dengan adanya
proses pertukaran barang dan jasa atasdasar suka rela dan saling menguntungkan.
Perdagangan Internasional jugadikenal dengan sebutan perdagangan dunia.
Perdagangan Internasional terbagimenjadi dua bagian yaitu impor dan ekspor, yang
biasanya disebut sebagai perdagangan ekspor impor.Perdagangan internasional terjadi
karena kebutuhan dan kemampuansetiap negara dalam menghasilkan barang dan jasa
berbeda-beda. Perdaganganinternasional juga muncul karena sebuah negara ingin
melakukan ekspansiterhadap produk atau jasa yang dihasilkan di dalam negeri. Dengan
adanya perdagangan internasional turut mendorong industrialisasi, kemajuan
transportasi,globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.
Setiap aktivitas Ekonomi, baik secara nasional maupun global, pasti tidak
lepas dari suatu kebijakan. Kebijakan ataupolicymerupakan rangkaian konsep danasas
yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaanuntuk
tercapainya suatu tujuan. Dalam perdagangan internasional, yang ruanglingkupnya
luas, tentu dibutuhkan suatu kebijakan untuk mengatur kegiatan perekonomian
tersebut. Tanpa sebuah kebijakan, roda perekonomian akan berjalandengan tidak
teratur atau justru akan sewenang-wenang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi dari kebijakan perdaganganInternasional ?
2. Apa saja kebijakan perdagangan Internasional?
3. Apa saja macam-macam penentuan tarif ?
4. Apa saja sistem tarif ?
5. Apa saja efek tarif ?
6. Apa itu Effective rate of protection?
7. Apa aja Argumen retriksi perdagangan?
8. Apa saja hambatan-hambatan tarif ?
9. Apa saja Term Of Trade ?

1.3 Tujuan
1. Menambah wawasan terhadap materi Kebijakan Perdagangan “Hambatan Tarif”
2. Menambah ilmu pengetahuan penulis, khususnya dalam sistem pembuatan karya
tulis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Kebijakaan Perdagangan Internasional adalah segala tindakan


negara/pemerintah, baik langsung ataupun tidak langsung untuk memengaruhi struktur,
arah, komposisi, serta bentuk perdagangan luar negeri atau kegiatan perdagangan.
Adapun kebijakan yang dimaksud bisa berupa tarif, larangan impor, kuota, dumping
dan berbagai kebijakan lainnya.
Untuk melindungi produksi dalam negerinya dari ancaman produk sejenis
yang diproduksi di luar negeri, maka pemerintah suatu negara biasanya akan
menerapkan atau mangeluarkan suatu kebijakan perdagangan internasional di bidang
impor . kebijakan ini, secara langsung maupun tidak langsung pasti akan
mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk mendorong /
melindungi pertumbuhan industri dalam negeri (domestik) dan penghematan devisa
negara.
Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor dapat dikelompokkan
menjadi dua macam, yaitu kebijakan hambatan tarif (tariff barrier) dan kebijakan
hambatan non-tarif (non-tariff barrier).

1. Hambatan Tarif (Tariff Barrier)


Hambatan tarif (tariff barrier) adalah suatu kebijakan proteksionis
terhadap barang – barang produksi dalam negeri dari ancaman
membanjirnya barang – barang sejenis yang diimpor dari luar negeri,
dengan cara menarik / mengenakan pungutan bea masuk kepada setiap
barang impor yang masuk untuk dipakai /dikomsumsi habis di dalam
negeri.
2. Hambatan Non-Tarif (Non-Tariff Barrier)
Hambatan non-tarif (non-tarif barrier) adalah berbagai kebijakan
perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga
mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional.

2.2. KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL


1) Politik Proteksi

Politik Proteksi merupakan kebijakan pemerintah untuk melindungi


industri dalam negeri yang sedang tumbuh (infant industry) dari
persaingan-persaingan barang-barang impor. Tujuan Kebijakan proteksi
adalah:

a) Mengoptimalkan produksi dalam negeri.


b) Memelihara tradisi nasional.
c) Memperluas lapangan kerja.
d) Menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan dapat
terganggu jika bergantung pada negara lain.
e) Menghindari risiko yang mungkin terjadi jika hanya
menggantungkan diri pada satu komoditi andalan.

Politik Proteksi dalam kebijakan perdagangan internasional dapat


dilakukan melalui kebijakan sebagai berikut:

a. Tarif dan Bea Masuk


Tarif adalah hambatan perdagangan yang berupa penetapan pajak atas
barang-barang impor atau barang-barang dagangan yang melintasi
daerah pabean (custom area). Sementara itu, barang-barang yang
masuk ke wilayah negara dikenakan bea masuk. Efek kebijakan ini
terlihat langsung pada kenaikan harga barang. Dengan pengenaan bea
masuk yang besar, pendapatan negara akan meningkat sekaligus
membatasi permintaan konsumen terhadap produk impor dan
mendorong konsumen menggunakan produk domestik. Tarif
merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara
tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah.
Bentuk umum kebijakan tarif adalah penetapan pajak impor
dengan prosentase tertentu dari harga barang yang diimpor. Akibat dan
pengenaan tarif dan bea masuk barang impor adalah : Harga barang
impor naik, Sehingga produksi dalam negeri menjadi lebih bisa
bersaing (karena lebih murah), Kemudian karena produksi dalam
negeri mampu menyaingi barang impor maka diharap impor barang
menjadi turun.

b. Subsidi
Subsidi merupakan kebijakan pemerintah untuk membantu
mengurangi sebagian biaya produksi per unit barang produksi dalam
negeri.Sehingga produsen dalam negeri bisa memasarkan barangnya
lebih murah dan dapat bersaing dengan barang impor.Subsidi yang
diberikan dapat berupa tenaga ahli, mesin-mesin, peralatan, fasilitas
kredit, keringanan pajak, dll.
Kebijakan subsidi biasanya juga diberikan untuk menurunkan
biaya produksi barang yang menjadi komoditas ekspor, sehingga
diharapkan harga jual produk dapat lebih murah dan dapat bersaing di
pasar internasional.Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk mendorong
jumlah ekspor, karena eksportir dapat memasarkan produknya dengan
harga yang lebih rendah.Harga jual dapat diturunkan sebesar subsidi
tadi.Namun tindakan ini dianggap sebagai persaingan yang tidak jujur
dan dapat menjurus kea rah perang subsidi. Hal ini karena semua
negara ingin mendorong ekspornya dengan cara memberikan subsidi.
c. Dumping
Dumping merupakan kebijakan pemerintah untuk mengadakan
diskriminasi harga, yakni produsen menjual barang di luar negeri
dengan harga yang lebih murah dari dalam negeri atau bahkan di
bawah biaya produksi.Kebijakan dumping dapat meningkatkan
volume perdagangan dan menguntungkan negara pengimpor,
terutama menguntungkan konsumen mereka.Namun, negara
pengimpor kadang mempunyai industri yang sejenis sehingga
persaingan dari luar negeri ini dapat mendorong pemerintah negara
pengimpor memberlakukan kebijakan anti dumping (dengan tarif
impor yang lebih tinggi), atau sering disebut counterveiling duties
hal tersebut dilakukan untuk melindungi industri yang sejenis di
negara pengimpor.
Kebijakan dumping sendiri biasanya hanya berlaku sementara,
harga produk akan dinaikkan sesuai dengan harga pasar setelah
berhasil merebut dan menguasai pasar internasional. Biasanya
kebijakan dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan
persaingan di luar negeri. Setelah persaingan di luar negeri mati
maka harga di luar negeri akan dinaikkan untuk menutup kerugian
sewaktu melakukan kebijakan dumping. Namun, pelaksanaan politik
dumping dalam praktik perdagangan internasional dianggap sebagai
tindakan yang tidak terpuji (unfair trade) karena dapat merugikan
negara lain.
Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu:
 Terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen
dalam negeri tidak dapat membeli barang dari luar
negeri.
 Kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar
dibanding luar negeri, sehingga kurva permintaan di
dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan
di luar negeri.
d. Kuota atau Pembatasan
Impor Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi
barang barang yang masuk dari luar negeri. Akibat dari kebijakan
kuota dan pembatasan impor biasanya akan terjadi : Jumlah barang
di pasar turun, Harga barang naik, Produksi dalam negeri
meningkat, dan Impor barang turun. Secara grafik kebijakan kuota /
pembatasan impor akan tampak seperti gambar dibawah ini.

e. Pelarangan Impor
Kebijakan ini dimaksudkan untuk melarang masuknya produk -
produk asing ke dalam pasar domestik.Kebijakan ini biasanya
dilakukan karena alasan politik dan ekonomi.Untuk alasan ekonomi
pelarangan impor biasanya bertujuan untuk melindungi produksi
dalam negeri dan meningkatkan produksi dalam negeri.

2. Politik Autarki
Politik autarki merupakan kebijakan perdagangan internasional dengan
tujuan untuk menghindarkan diri dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik
pengaruh ekonomi, militer mapun politik. sehingga kebijakan ini berlawanan
dengan prinsip perdagangan internasional yang mendorong adanya
perdagangan bebas. Contohnya adalah seorang importir harus membeli uang
dollar terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembayaran, kemudian
membayarkannya kepada eksportir di Amerika.

3. Politik Dagang Bebas


Politik dagang bebas adalah kebijakan pemerintah untuk mengadakan
perdagangan bebas antar negara. Alasan diberlakukannya kebijkan
perdagangan bebas ini adalah bahwa perdagangan bebas dapat mendorong
setiap Negara melakukan spesialisasi dalam memproduksi barang, sehingga
barang suatu negara memiliki keunggulan komparatif dibandingkan Negara
lain.
2.3. MACAM-MACAM PENENTUAN TARIF

Dalam pelaksanaan kegiatan ekspor impor macam-macam penggolongan tarif


menurut aspek komoditi antara lain:

1. Exports Duties (bea ekspor)


Pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang yang diangkut
menuju ke negara lain. Jadi pajak untuk barang-barang yang keluar
dari custom area suatu negara yang memungut pajak. Custom area
adalah daerah di mana barang-barang bebas bergerak dengan tidak
dikenai bea pabean. Batas custom area ini biasanya sama dengan batas
wilayah suatu negara.

2. Transit Duties (bea transit)


Pajak atau bea yang dikenkan terhadap barang-barang yang
melalui wilayah suatu negara dengan ketentuan bahwa barang tersebut
sebagai tujuan akhirnya adalah negara lain.

3. Import Duties (bea impor)

Pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang


masuk dalam custom area suatu negara dengan ketentuan bahwa
negara tersebut sebagai tujuan akhir.

Macam-macam tarif menurut mekanismenya, yaitu :

1. Ad Valorem Duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan dalam


presentase dari nilai barang yang dikenakan bea tersebut.
2. Specific Duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan untuk tiap
ukuran fisik daripada barang.
3. Spesific Ad Valorem atau Compound Duties, yakni bea yang merupakan
kombinasi antara specific dan ad valorem.
2.4. SISTEM TARIF

Dalam menentukan besarnya tarif yang berlaku bagi setiap barang atau
komoditi yang diperdagangkan secara internasional, para pelaku perdagangan
internasional (eksportir-importir) menggunakan pedoman berdasarkan sistem tarif
yang berlaku. Sistem tarif yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Single-column tariffs
Sistem di mana untuk masing-masing barang hanya
mempunyai satu macam tarif. Biasanya sifatnya autonomous tariffs
(tarif yang tingginya ditentukan sendiri oleh sesuatu negara tanpa
persetujuan dengan negara lain). Kalau tingginya tarif ditentukan
dengan perjanjian dengan negara lain disebutconventional tariffs.

2) Double-column tariffs

Sistem di mana untuk setiap barang mempunyai 2 (dua) tarif.


Apabila kedua tarif tersebut ditentukan sendiri dengan undang-undang,
maka namanya : “bentuk maksimum dan minimum”.

3) Triple-column tariffs

Biasanya sistem ini digunakan oleh negara


penjajah.Sebenarnya sistem ini hanya perluasan daripada double
column tariffs, yakni dengan menambah satu macam tariff preference
untuk negara-negara bekas jajahan atau afiliasi politiknya. Sistem ini
sering disebut dengan nama “preferential system.
2.5. EFEK TARIF

Pembebanan tarif terhadap sesuatu barang dapat mempunyai efek terhadap


perekonomian suatu negara, khususnya terhadap pasar barang tersebut. Beberapa efek
tarif tersebut adalah :
1. Efek terhadap harga (price effect)
2. Efek terhadap konsumsi (consumption effect)
3. Efek terhadap produk (protective/import substitution effect)
4. Efek terhadap redistribusi pendapatan (redistribution effect)
2.6. EFFECTIVE RATE OF PROTECTION

Tarif terhadap bahan mentah akan menaikkan ongkos produksi. Apabila tarif
hanya dikenakan pada barang jadi maka harga barang tersebut akan naik. Hubungan
antara tarif terhadap barang jadi dan tarif terhadap bahan mentah dapat dinyatakan
dengan adanya “effective rate of protection” yang dinikmati oleh produsen yang
memproses barang jadi tersebut.apabila barang jadi dan juga bahan mentah impor itu
dikenakan tarif, maka effective rate of protection bagi produsen barang tersebut makin
tinggi apabila makin rendah tarif terhadap bahan mentah.

2.7. ARGUMEN RESTRIKSI PERDAGANGAN


1. Pertahanan Nasional
Industri-industri tertentu memerlukan proteksi atas impor karena vital
bagi pertahanan nasional, dan harus tetap diberlakukan meski ada kerugian
komparatif berkenaan dengan para pesaing luar negeri.
2. Melindungi industry yang baru tumbuh (infant industry)
Para pendukung proteksi ini menyatakan bahwa meski dalam jangka
panjang industry ini memiliki keunggulan komparatif, namun perusahaan
memerlukan proteksi sampai tenaga kerja terlatih, teknik produksi dikuasai
dan mereka mencapai skala ekonomi.Proteksi dimaksudkan sementara,
namun faktanya jarang perusahaan yang mengakui telah dewasa dan tidak
lagi memerlukan bantuan. Adanya perlindungan dari persaingan asing
dengan bea cukai masuk tinggi, perusahaan dalm negeri ini memeiliki
sedikit alas an meningkatkan efisiensi atas kualitas produk.

3. Melindungi tenaga kerja domestic dari tenaga asing yang murah


Para proteksionis yang menggunakan alasan ini akan
membandingkan tingkat upah per jam tenaga asing yang lebih murah
dengan yang mereka bayar di dalam negeri dan menyimpulakan para
eksportir Negara-negara ini akan dapat memasok barang-barang murah dan
mengakibatkan pekerja domestik kehilangan pekerjaannya. Kekeliruan
pertama tentang argumentasi ini ialah biaya upah tidak seluruhnya berupa
biaya produksi maupun biaya tenaga kerja. Selanjutnya produktivitas per
pekerja seringkali lebih tinggi karena lebih banyak modal per pekerja,
manajemen yang superior, dan teknologi maju, sehingga biaya kerja lebih
rendah meski upah tinggi.

4. Tindakan Balasan
Perwakilan-perwakilan industry yang ekspornya telah mendapat
hambatan hambatan impor yang dikenakan pada mereka oelh sebauh
Negara lain, meminta pemerintah mereka membalas dengan hambatan-
hambatan yang sama.

2.8. HAMBATAN-HAMBATAN TARIF

1. Tarif/bea impor: Pajak atas barang impor dengan tujuan menaikkan harga
untuk mengurangi persaingan bagi produsen lokal
2. Bea ad Valorem: Pajak impor dikenakan sebagai sebuah presentase dari
nilai faktur barang-barang yang diimpor.
3. Bea Spesifik: Jumlah tetap yang dikenakan atas unit fisik barang yang
diimpor.
4. Bea Kombinasi: Kombinasi pajak spesifik dan ad valorem
5. Harga Resmi: Harga –harga temasuk dalam tariff bea cukai
6. Pajak Variabel: Pajak impor yang ditetapkan dengan perbedaaan antara
harga pasar dunia dan harga yang didukung pemerintah lokal
7. Bea Lebih Rendah untuk masukan local lebih banyak.

2.9. Term Of Trade


Term Of Trade atau TOT adalah perbandingan kuantitatif (jumlah atau nilai)
antara ekspor dan impor yang mencerminkan perkembangan posisi perdagangan suatu
negara untuk periode waktu tertentu.
Konsep TOT ini terbagi atas :
1) Gross Barter TOT

Qx : Indeks kuantitas ekspor


Qm : Indeks kuantitas impor
100 : Indeks tahun dasar

Bila G lebih besar dari 100 atau terjadi kenaikan gross barter TOT,
berarti perkembangan posisi perdagangan luar negeri negara tersebut
kurang baik atau kurang menguntungkan karena diperlukan ekspor yang
lebih besar untuk mendapatkan sejumlah impor tertentu.

2) Net barter atau Commodity TOT

Px = Indeks harga ekspor

Pm = Indeks harga impor

100 = Indeks tahun dasar

Bila N lebih besar dari 100 atau kenaikan net barter TOT berarti terjadi
perkembangan perdagangan luar negeri yang positif atau baik karena
dengan nilai ekspor tertentu diperoleh nilai impor yang lebih besar.

Contoh :
N-1950 = 100 (tahun dasar)
Px 1990 = 95 (angka indeks)
Pm 1990 = 110 (angka indeks)
Berdasarkan data di atas maka dapat dihitung:

Berarti untuk periode 1950/90 harga atau nilai ekspor (Px) turun sebanyak
13,64% dibandingkan nilai impornya (Pm).
3) Income TOT

Konsep income TOT ini lebih penting bagi negara yang sedang berkembang
(NSB), karena mencerminkan kemampuan NSB untuk mengimpor barang-
barang modal pembangunan dari hasil ekspornya.

Contoh : Qx 1990 = 120

Px 1990 = 95

Pm 1990 = 110

Berarti untuk periode 1950/1990, kemampuan mengimpor didasarkan pada


penerimaan ekspor naik sebesar 3,63%, meskipun
menurun Perubahan income TOT ini penting bagi NSB karena berkaitan
dengan kemampuannya untuk mengimpor barang-barang modal
pembangunan.

4) Capacity Terms of Trade


Capacity Terms of Trade, yaitu perbandingan antara indeks harga rata-
rata ekspor dengan impor yang dikalikan dengan volume ekspor.

Konsep ini sering disebut dengan“Elastisitas Income”


5) Factorial Terms of Trade
Factorial Terms of Trade yaitu perbandingan harga indeks rata-rata
barang ekspor dengan indeks harga rata-rata barang impor yang dikaitkan
dengan produktifitas.

a) Single Factorial Term of Trade

Diketahui :
Zx = Produktifitas barang-barang ekspor
S = Single Factorial Term of Trade

= Rata-rata indeks harga barang impor dan ekspor

b) Double Factorial Terms of Trade

Diketahui :
Zx = Produktifitas barang-barang ekspor
Zm = Produktifitas barang-barang impor
D = Double Factorial Term of Trade

= Rata-rata indeks harga barang impor dan ekspor


Pada rumus Single Factorial Term of Trade, kita hanya mengaitkan rasio dari
ekspor dan impor dengan produktifitas ekspor atau produktifitas domestik,
tanpa melihat produktifitas sektor luar negeri. Kemudian pada rumus Double
Factorial Term of Trade, telah dimasukkan produktifitas impor atau sektor
luar negeri disamping sektor domestik. Konsep factorial of trade ini sering
juga disebut dengan “Elastisitas Produk ”.
Analisis Grafik Pengaruh Kebijakan Proteksi terhadap TOT dan Perkembangan
Perdagangan Internasional

Grafik Analisis TOT

USA = United States of America


UK = United Kingdom

Keterangan :

a) Sumbu X menunjukkan ekspor food oleh USA atau impor food oleh UK.
b) Sumbu Y menunjukkan ekspor cloth oleh UK atau impor cloth oleh USA.
c) Pada keadaan awal, offer-curve USA (OC - USA) berpotongan dengan offer-
curve UK (OC - UK) pada titik E, sehingga terbentuk garis TOT.
d) Bila UK melakukan kebijakan pembatasan impor pakaian dari USA, maka OC
akan bergeser menjadi OC’-USA dan memotong OC-UK pada titik H.
e) Pada pertukaran di titik H dengan TOT2, terjadi :
 Penurunan ekspor food USA (X - USA) besarnya sama dengan
penurunan impor food UK (M - UK), yaitu dari OF0 menjadi OF1.
 Penurunan ekspor cloth UK (X - UK) besamya akan sama dengan
penurunan impor cloth USA (M - USA), yaitu dari OC0 menjadi OC1.
f) Pada titik H atau TOT2, karena penurunan ekspor food USA atau
impor food UK lebih besar daripada penurunan ekspor cloth UK atau
impor cloth USA. F0F1> C0C1, ini berarti TOT- USA menjadi memburuk,
sedangkan TOT -UK membaik.
g) Jika USA melakukan pembalasan dengan mengadakan kebijakan pembatasan
impor cloth dari UK sehingga ekspor cloth dari UK menurun, maka pertukaran
akan terjadi pada titik G dengan TOT1 tetapi dengan volume perdagangan yang
lebih kecil.
h) Dengan tindakan pembalasan ini, TOT-USA akan membaik dan TOT-UK akan
memburuk. Akan tetapi, kebijakan proteksi yang dijalankan oleh USA dan UK
ini bukan hanya berpengaruh terhadap TOT masing-masing negara. Lebih
penting lagi adalah dampak negatifnya terhadap perkembangan atau
pertumbuhan perdagangan internasional yang semakin menurun.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kebijakan perdagangan internasional merupakan salah satu bentuk kebijakan
ekonomi internasional.Kebijakan perdagangan internasional adalah kebijakan yang
mencakup tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang berjalan (current
account) daripada neraca pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan
impor barang.Dalam Kebijakan ini tentu saja terdapat dampak yang positif dan negatif
bagi kita.
Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor dapat dikelompokkan
menjadi dua macam, yaitu kebijakan hambatan tarif (tariff barrier) dan kebijakan
hambatan non-tarif (non-tariff barrier). Tarif adalah hambatan perdagangan yang
berupa penetapan pajak atas barang-barang impor atau barang-barang dagangan yang
melintasi daerah pabean (custom area).
Dalam pelaksanaan kegiatan ekspor impor macam-macam penentuan tarif
dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis antara lain:
 Exports Duties (bea ekspor)
 Transit Duties (bea transit)
 Import Duties (bea impor)
Pembebanan tarif terhadap sesuatu barang dapat mempunyai efek terhadap
perekonomian suatu negara, khususnya terhadap pasar barang tersebut. Beberapa efek
tarif tersebut adalah :
 Efek terhadap harga (price effect)
 Efek terhadap konsumsi (consumption effect)
 Efek terhadap produk (protective/import substitution effect)
 Efek terhadap redistribusi pendapatan (redistribution effect)
DAFTAR PUSTAKA

Apridar. 2007. Ekonomi Internasional; Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan dalam
Aplikasinya. Jakarta: Unimal Press.

Hady, Hamdy. 2001. Ekonomi Internasional; Teori dan Kebijakan Perdagangan

Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia

https://www.academia.edu/25671663/Bisnis_Internasional_-
_KEBIJAKAN_EKONOMI_DAN_PERDAGANGAN_INTERNASIONAL

http://www.ssbelajar.net/2012/03/kebijakan-perdagangan-internasional.html

http://umihanasumi.blogspot.com/2011/03/kebijakan-perdagangan-internasional.html

Anda mungkin juga menyukai