Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, S.E., M.S.
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
yang dilimpahkan kepada kelompok kami, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok yang berjudul “Kebijakan Ekonomi Internasional” pada mata kuliah Pengantar
Ekonomi Internasional tepat pada waktunya.
Tugas kelompok ini nantinya akan kami gunakan untuk memenuhi persyaratan di dalam
perkuliahan. Dalam penyusunan tugas kelompok ini, kami telah banyak mendapatkan bantuan dari
sumber-sumber yang telah diberikan sehingga tugas kelompok ini dapat kami selesaikan dengan
baik.
Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas kelompok ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan tugas ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada-kepada pihak yang sudah
menolong turut dan dalam penyelesaian tugas ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan
banyak terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
2.4 Dumping....................................................................................................................... 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan perdagangan internasional adalah berbagai tindakan dan peraturan yang
dijalankan suatu negara, baik secara lansung maupun tidak langsung, yang akan
mempengaruhistruktur, komposisi, dan arah perdagangan internasional negara tersebut.
Kebijakan perdaganganinternasional dilaksanakan dengan tujuan untuk melindungi
kepentingan ekonomi nasional,industri dalam negeri, dan lapangan kerja serta menjaga
stabilitas ekonomi nasional. Akan tetapi,dalam praktek perdagangan internasional saat ini,
kebanyakan pemerintah melakukan campurtangan dalam kegiatan perdagangan
internasional menggunakan kebijakan lainnya yang lebihrumit, yaitu Kebijakan Non tarif
Barrier (NTB).
Hal ini dilakukan negara tersebut untuk menyembunyikan motif proteksi atau
sekedarmengecoh negara lainnya. Oleh karena itu, sampai saat ini masih banyak negara
yangmemberlakukan kebijakan non-tarif barrier walaupun beberapa ahli beranggapan
bahwakebijakan nontarif barrier dapat menjadi penghalang untuk tercapainya keterbukaan
dalamperdagangan internasional.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kebijakan non-tarif (non-tarif barrier) adalah berbagai kebijakan perdagangan selain bea
masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan
internasional (Dr. HamdyHady).
c. Mendiversifikasikan perekonomian
g. Menghindari dumping
Kuota adalah jumlah batas maksimal atau minimal yang diberlakukan oleh suatu
negara untuk mematok jumlah barang ekspor maupun impor. Kebijakan perdagangan
internasional yang satu ini ditujukan untuk menciptakan stabilitas harga pasar dan juga
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi negara.
Ada dua macam kuota, yakni kuota impor dan kuota ekspor. Kuota impor adalah
batas jumlah barang impor yang diperbolehkan masuk dalam suatu negara.
2
Sedangkan kuota ekspor adalah batas jumlah barang atau komoditas yang diberlakukan
oleh negara.
Namun, biasanya dalam suatu perdagangan barang dikenal istilah kuota ekspor. Hal
ini terjadi karena negara cenderung melakukan ekspor sebanyak-banyaknya untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Kuota impor adalah pembatasan secara langsung terhadap jumlah barang yang
boleh diimpor dari luar negeri untuk melindungi kepentingan industri dan
konsumen.Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada
beberapa kelompok individu atau perusahaan domestik untuk mengimpor suatu produk
yang jumlahnya dibatasi secara lansung. Kuota impor dapat digunakan untuk melindungi
sector industri tertentu dan neraca pembayaran suatu negara. Negara maju pada umumnya
memberlakukan kuota impor untuk melindungi sektor pertaniannya. Sedangkan negara-
negara berkembang melakukan kebijakan kuota impor untuk melindungi sektor industri
manufakturnya atau untuk melindungi kondisi neraca pembayarannya yang seringkali
mengalami defisit akibat lebih besarnya impor dari pada ekspor.
1. Absolute atau Unilateral Quota, merupakan kuota yang besar kecilnya ditetapkan
sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan negara lain.
2. Negotiated atau Bilateral Quota, merupakan kuota yang besar kecilnya ditetapkan
berdasarkan perjanjian antara dua negara atau lebih.
3. Tariff Quota, merupakan gabungan antara tarif dengan kuota. Contohnya, untuk
jumlah tertentu impor barang diizinkan dengan tarif tertentu. Tambahan jumlah
barang impor bisa diizinkan tetapi dikenakan tarif yang lebih tinggi.
4. Mixing Quota, bahan mentah yang diimpor dalam jumlah tertentu dibatasi
penggunaannya dalam produksi barang akhir.
3
2.2.1.2 Efek Kuota Impor
4
4. Kuota impor membatasi arus masuk impor dalam jumlah yang pasti, sedangkan
tarif impor membatasi arus masuk impor dalam jumlah yang tidak dapat dipastikan.
Seperti juga halnya dengan kuota impor, maka ekspor pun dapat dibatasi
jumlahnya. Pembatasan jumlah ekspor ini bertujuan antara lain:
2. Untuk menjamin tersedianya barang di dalam negeri dalam proporsi yang cukup
Quota ekspor biasanya dikenakan terhadap bahan mentah yang merupakan barang
perdagangan penting dan di bawah suatu pengawasan badan internasional (misalnya Kopi
dan timah).
5
bisa memasarkan barangnya lebih murah dan dapat bersaing dengan barang impor.
Subsidi yang diberikan dapat berupa tenaga ahli, mesin-mesin, peralatan, fasilitas kredit,
dan keringanan pajak.
Contohnya:
Harga pupuk impor $10, kemudian agar lebih terjangkau oleh petani, pemerintah
memberikan bantuan berupa subsidi terhadap pupuk sebesar $5 sehingga harga jual
pupuk di pasar $5
6
Penjelasan grafik di atas adalah keseimbangan awal di Ed. Subsidi pada faktor
produksi akan menyebabkan produsen mampu memproduksi barang dengan harga yang
lebih murah. Harga yang murah memungkinkan penjualan yang lebih banyak, shg kurva
Sd bergeser menjadi Sd1. Akibatnya jumlah impor menjadi berkurang, atau bahkan
hilang, bila subsidi sangat besar. Pada perdagangan bebas, tanpa subsidi, keseimbangan
ada di titik Ew, produsen domestik hanya mampu memproduksi sbs 15X dan
mengimpor sbs 40X
Dengan adanya subsidi, impor dapat ditekan. Dampak negatif subsidi adalah munculnya
beban biaya APBN
7
2.4 Dumping Dalam Kebijakan Non-Tarif
Sedangkan menurut kamus hukum ekonomi dumping adalah praktik dagang yang
dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di pasaran internasional dengan harga
kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah daripada harga barang tersebut di negerinya
sendiri atau daripada harga jual kepada negara lain, pada umumnya, praktik ini dinilai
tidak adil karena dapat merusak pasar dan merugikan produsen pesaing di negara
pengimport.
Para ahli ekonomi pada umumnya mengklasifikasikan dumping dalam tiga kategori
yaitu; dumping yang bersifat sporadis (sporadic dumping), dumping yang menetap
(presistent dumping), dan dumping yang bersifat merusak (predatory dumping).
1. Dumping Sporadis
Dumping sporadis adalah dumping yang dilakukan dengan menjual barang pada
pasar luar negeri pada jangka waktu yang pendek dengan harga di bawah harga dalam
negeri negara pengekspor atau biaya produksi barang tersebut. Hal tersebut sering
dimaksudkan untuk menghapuskan barang yang tidak diinginkan. Jadi niatnya sama
sekali tidak untuk menindas atau mematikan produk pesaing.
2. Dumping Persistent (Menetap)
Dumping persistent adalah penjualan pada pasar luar negeri dengan harga dibawah
harga domestik atau biaya produksi yang dilakukan secara menetap dan terus
8
menerus yang merupakan kelanjutan dari penjualan barang yang dilakukan
sebelumnya.
3. Dumping Predatory
Dumping predatory terjadi apabila perusahaan untuk sementara waktu membuat
diskriminasi harga tertentu sehubungan dengan adanya para pembeli asing.
Diskriminasi itu untuk menghilangkan persaingan-persaingannya dan kemudian
menaikan lagi harga barangnya setelah persaingan tidak ada lagi.
Sedangkan menurut Robert Willig, ada lima tipe dumping yang dilihat dari tujuan
eksportir, kekuatan pasar, dan struktur pasar import, yaitu :
9
matinya perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang sejenis di negara
pengimpor.
Untuk mengetahui damping secara khusus yakni sebagai produk yang dipasarkan
kepada negara lain dengan harga lebih rendah daripada harga normal (normal value).
Untuk itu, beberapa kriteria telah diperjelas dalam persetujuan tersebut yaitu sebagai
berikut :
10
2.4.2 Tujuan Dumping
Mengapa praktik dumping dilakukan? Pasti ada alasan yang mendorong eksportir
melakukan dumping. Memang ada cukup banyak alasan di balik dilakukannya praktik
dumping ini. Beberapa di antaranya adalah:
Sebagai strategi persaingan yang dinilai tidak sehat, harus diakui bahwa praktik
dumping memang menguntungkan sekaligus merugikan. Adapun keuntungan dari praktik
dumping dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Memenuhi kebutuhan akan produk atau komoditas antar-negara. Ada kalanya suatu
negara mengalami kekurangan produksi akan komoditas tertentu, sehingga untuk
mencukupi ketersediaan di dalam negerinya harus dilakukan impor. Di sisi lain, ada
negara yang mengalami surplus produksi komoditas sehingga tak hanya mampu
memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, tetapi juga pasar luar negeri melalui
kegiatan ekspor. Penjualan komoditas ke pasar luar negeri dengan harga murah tak
selalu merupakan praktik dumping dengan konotasi negatif. Adanya perbedaan pasar
antara negara importir dengan eksportir bisa jadi mempengaruhi harga jual yang lebih
murah.
11
2. Dapat memperluas dan meningkatkan pangsa pasar. Tak bisa dipungkiri banyak
pemain dalam sektor ekonomi, apalagi lingkup internasional. Hal ini menimbulkan
persaingan yang ketat, sehingga upaya menjangkau dan memperluas pasar dirasa
semakin sulit. Praktik dumping secara nyata dapat memperluas dan meningkatkan
pangsa pasar. Lebih rendahnya harga produk yang ditawarkan ke pasar luar negeri
mampu menarik perhatian importir untuk ikut terlibat dalam transaksi dagang
internasional.
3. Menambah pendapatan devisa bagi negara eksportir. Pembayaran produk dalam
perdagangan internasional dilakukan dengan mata uang asing. Praktik dumping yang
mampu meningkatkan pangsa pasar, mengindikasikan semakin banyak pendapatan
devisa atau mata uang asing yang diperoleh atau masuk ke negara eksportir.
1. Merusak tatanan harga produk sejenis. Harga ekspor komoditas yang lebih rendah
dari harga produk sejenis dalam negeri negara importir dapat mengakibatkan
diskriminasi harga. Hal ini jelas merugikan produsen pesaing di negara importir.
2. Menumbangkan produsen-produsen pesaing baik di dalam maupun luar negeri.
Praktik dumping yang dinilai sebagai wujud dari persaingan tidak sehat bisa jadi
bertujuan untuk menumbangkan bisnis pesaing baik di dalam maupun di luar negeri.
Harapannya, dengan menjual produk ke pasar internasional dengan harga lebih
rendah, perusahaan eksportir mampu merebut pangsa pasar.
3. Eksportir terancam bangkrut. Sebenarnya kerugian dari praktik dumping ini tidak
hanya dirasakan oleh produsen pesaing di negara importir saja, tetapi juga
perusahaan eksportir. Penjualan produk atau komoditas dengan harga lebih rendah
justru tidak mampu menutup biaya produksi yang dikeluarkan.
12
Dugaan praktik dumping pernah terjadi dalam perdagangan antara Indonesia
dengan Korea Selatan. Korea Selatan menuduh Indonesia melakukan dumping dalam
penjualan produk kertas. Kasus dugaan dumping tersebut bermula ketika produsen kertas
Korea Selatan tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga mengimpor dari
Indonesia.
Produk kertas Indonesia ternyata lebih digemari dibanding produk dalam negeri,
karena selain kualitasnya lebih bagus harganya juga lebih murah. Sebab itulah Korea
Selatan kemudian menuduh Indonesia melakukan dumping. Untuk mengatasinya, Korea
Selatan memberlakukan tarif BMAD yang cukup tinggi sehingga justru merugikan
produsen eksportir di Indonesia. Tak tinggal diam, Indonesia kemudian mengajukan
gugatan ke mahkamah internasional. Hasilnya, Indonesia menang atas gugatan tersebut.
Selain itu, larangan dumping juga bertujuan untuk menjaga stabilitas harga produk
sejenis baik di pasar dalam maupun luar negeri. Meski masuk dalam sektor ekonomi,
namun praktik dumping dalam perdagangan internasional ini juga bernuansa politis.
Negara-negara yang melakukan dumping umumnya ingin menguasai pangsa pasar luar
negeri, mencapai target pemasaran, dan mencegah penimbunan barang alias cuci gudang.
Bagi mereka, menjual barang dengan harga murah akan lebih menguntungkan
dibandingkan hanya menimbunnya dan tidak menghasilkan uang.
13
luar negeri. Tak hanya itu, dumping juga memicu terjadinya persaingan yang tidak sehat
dan tak adil.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari paparan yang telah disampaikan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kebijakan
non tarif barrier adalah salah satu kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan oleh suatu
negara dengan tujuan untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional, industri dalam negeri, dan
lapangan kerja serta menjaga stabilitas ekonomi nasional negara tersebut.
Ada dua macam kuota, yakni kuota impor dan kuota ekspor. Kuota impor adalah batas
jumlah barang impor yang diperbolehkan masuk dalam suatu negara. Sedangkan kuota
ekspor adalah batas jumlah barang atau komoditas yang diberlakukan oleh negara.
Namun, biasanya dalam suatu perdagangan barang dikenal istilah kuota ekspor. Hal ini
terjadi karena negara cenderung melakukan ekspor sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan
keuntungan yang maksimal.
dumping adalah praktik dagang yang dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di
pasaran internasional dengan harga kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah daripada harga
barang tersebut di negerinya sendiri atau daripada harga jual kepada negara lain, pada umumnya,
praktik ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasar dan merugikan produsen pesaing di negara
pengimport.
15
DAFTAR PUSTAKA
Academia.edu.com. (2021). Kebijakan Non Tarif Kuota Subsidi Dumping. Diakses pada tanggal
Media.neliti.com. (2021). Dumping Dalam Perspektif Hukum Dagang. Diakses pada tanggal
16 Oktober 2021 dari https://media.neliti.com/media/publications/57775-ID-dumping-
dalam-perspektif-hukum-dagang-in.pdf
Nopirin, 2013, Ekonomi Internasional Cetakan Kesepuluh Edisi Ketiga, Yogyakarta, hal 65-68
Silviani (2014). Ekonomi Internasional Kebijakan Ekonomi Internasional. Diakses pada tanggal
17 Oktober 2021 dari https://vianisilv.wordpress.com/2014/11/24/ekonomi-internasional-
kebijaksanaan-ekonomi-internasional-restriksi/
16