Anda di halaman 1dari 19

PENGANTAR EKONOMI INTERNASIONAL (EMI 210E)

KEBIJAKAN EKONOMI INTERNASIONAL NON TARIF

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, S.E., M.S.

Disusun oleh Kelompok 7 :


Alifio Aradea Putranto (2007511161)
Sherin Oktaviana Hayaz (2007511162)
I Gusti Ayu Michelle Audi Natasha Oka (2007511166)

Program Studi Ekonomi Pembangunan


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
yang dilimpahkan kepada kelompok kami, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok yang berjudul “Kebijakan Ekonomi Internasional” pada mata kuliah Pengantar
Ekonomi Internasional tepat pada waktunya.

Tugas kelompok ini nantinya akan kami gunakan untuk memenuhi persyaratan di dalam
perkuliahan. Dalam penyusunan tugas kelompok ini, kami telah banyak mendapatkan bantuan dari
sumber-sumber yang telah diberikan sehingga tugas kelompok ini dapat kami selesaikan dengan
baik.

Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas kelompok ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan tugas ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada-kepada pihak yang sudah
menolong turut dan dalam penyelesaian tugas ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan
banyak terimakasih.

Denpasar, 14 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2

2.1 Pengertian Kebijakan Non-tarif ................................................................................... 2

2.2 Kuota ............................................................................................................................ 2

2.3 Subsidi .......................................................................................................................... 5

2.4 Dumping....................................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 15

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 15

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan perdagangan internasional adalah berbagai tindakan dan peraturan yang
dijalankan suatu negara, baik secara lansung maupun tidak langsung, yang akan
mempengaruhistruktur, komposisi, dan arah perdagangan internasional negara tersebut.
Kebijakan perdaganganinternasional dilaksanakan dengan tujuan untuk melindungi
kepentingan ekonomi nasional,industri dalam negeri, dan lapangan kerja serta menjaga
stabilitas ekonomi nasional. Akan tetapi,dalam praktek perdagangan internasional saat ini,
kebanyakan pemerintah melakukan campurtangan dalam kegiatan perdagangan
internasional menggunakan kebijakan lainnya yang lebihrumit, yaitu Kebijakan Non tarif
Barrier (NTB).
Hal ini dilakukan negara tersebut untuk menyembunyikan motif proteksi atau
sekedarmengecoh negara lainnya. Oleh karena itu, sampai saat ini masih banyak negara
yangmemberlakukan kebijakan non-tarif barrier walaupun beberapa ahli beranggapan
bahwakebijakan nontarif barrier dapat menjadi penghalang untuk tercapainya keterbukaan
dalamperdagangan internasional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari kebijakan non-tarif?
2. Apa itu Kuota dalam kebijakan non-tarif?
3. Apa itu Subsidi dalam kebijakan non-tarif?
4. Apa itu Dumping dalam kebijakan non-tarif?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian kebijakan non-tarif


2. Mengetahui kuota dalam kebijakan non-tarif
3. Mengetahui subsidi dalam kebijakan non-tarif
4. Mengetahui dumping dalam kebijakan non-tarif

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebijakan Non-Tarif

Kebijakan non-tarif (non-tarif barrier) adalah berbagai kebijakan perdagangan selain bea
masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan
internasional (Dr. HamdyHady).

Tujuan suatu negara menerapkan kebijakan non tarif barrier :

a. Mengatasi masalah deflasi dan pengangguran.

b. Mendorong perkembangan industri baru

c. Mendiversifikasikan perekonomian

d. Menghindari kemerosotan industri-industri tertentu

e. Memperbaiki neraca pembayaran

f. Menghindari neraca pembayaran

g. Menghindari dumping

h. Menambah pendapatan pemerintah

2.2 Kuota Dalam Kebijakan Non-Tarif

Kuota adalah jumlah batas maksimal atau minimal yang diberlakukan oleh suatu
negara untuk mematok jumlah barang ekspor maupun impor. Kebijakan perdagangan
internasional yang satu ini ditujukan untuk menciptakan stabilitas harga pasar dan juga
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi negara.

Ada dua macam kuota, yakni kuota impor dan kuota ekspor. Kuota impor adalah
batas jumlah barang impor yang diperbolehkan masuk dalam suatu negara.
2
Sedangkan kuota ekspor adalah batas jumlah barang atau komoditas yang diberlakukan
oleh negara.

Namun, biasanya dalam suatu perdagangan barang dikenal istilah kuota ekspor. Hal
ini terjadi karena negara cenderung melakukan ekspor sebanyak-banyaknya untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimal.

2.2.1 Kuota Impor

Kuota impor adalah pembatasan secara langsung terhadap jumlah barang yang
boleh diimpor dari luar negeri untuk melindungi kepentingan industri dan
konsumen.Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada
beberapa kelompok individu atau perusahaan domestik untuk mengimpor suatu produk
yang jumlahnya dibatasi secara lansung. Kuota impor dapat digunakan untuk melindungi
sector industri tertentu dan neraca pembayaran suatu negara. Negara maju pada umumnya
memberlakukan kuota impor untuk melindungi sektor pertaniannya. Sedangkan negara-
negara berkembang melakukan kebijakan kuota impor untuk melindungi sektor industri
manufakturnya atau untuk melindungi kondisi neraca pembayarannya yang seringkali
mengalami defisit akibat lebih besarnya impor dari pada ekspor.

2.2.1.1 Jenis-Jenis Kuota Impor

1. Absolute atau Unilateral Quota, merupakan kuota yang besar kecilnya ditetapkan
sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan negara lain.

2. Negotiated atau Bilateral Quota, merupakan kuota yang besar kecilnya ditetapkan
berdasarkan perjanjian antara dua negara atau lebih.

3. Tariff Quota, merupakan gabungan antara tarif dengan kuota. Contohnya, untuk
jumlah tertentu impor barang diizinkan dengan tarif tertentu. Tambahan jumlah
barang impor bisa diizinkan tetapi dikenakan tarif yang lebih tinggi.

4. Mixing Quota, bahan mentah yang diimpor dalam jumlah tertentu dibatasi
penggunaannya dalam produksi barang akhir.

3
2.2.1.2 Efek Kuota Impor

Pembatasan jumlah barang yang diimpor akan menyebabkan berkurangnya barang


impor tersebut di pasar dalam negeri, sedangkan permintaan relative tetap. Keadaan
ini akan mengakibatkan harga barang impor tersebut di pasar dalam negeri lebih
tinggi daripada di pasar dunia sehingga akan menimbulkan adanya “monopoly
profits”.

Dampak kebijakan kuota bagi negara importir :

1. Harga barang melambung tinggi,

2.Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi berkurang,

3.Meningkatnya produksi di dalam negeri.

Dampak kebijakan kuota bagi negara eksportir :

1. Harga barang turun,

2. Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi bertambah,

3. Produksi di dalam negeri berkurang.

Perbedaan kuota impor dan tarif impor yang setara :

1. Pemberlakuan kuota impor akan memperbesar permintaan yang selanjutnya akan


diikuti kenaikan harga domestik dan produksi domestik yang lebih besar daripada
yang diakibatkan oleh pemberlakuan tarif impor yang setara.

2. Dalam pemberlakuan kuota impor, jika pemerintah melakukan pemilihan


perusahaan yang berhak memperoleh lisensi impor tanpa mempertimbangkan
efisiensi, maka akan menyebabkan timbulnya monopoli dan distorsi.

3. Pada kuota impor, pemerintah akan memperoleh pendapatan secara lansung


melalui pemungutan secara lansung pada penerima lisensi impor.

4
4. Kuota impor membatasi arus masuk impor dalam jumlah yang pasti, sedangkan
tarif impor membatasi arus masuk impor dalam jumlah yang tidak dapat dipastikan.

2.2.2 Kuota Ekspor

Seperti juga halnya dengan kuota impor, maka ekspor pun dapat dibatasi
jumlahnya. Pembatasan jumlah ekspor ini bertujuan antara lain:

1. Untuk mencegah barang-barang yang penting jatuh/beradadi tangan musuh.

2. Untuk menjamin tersedianya barang di dalam negeri dalam proporsi yang cukup

3.Untuk mengadakan pengawasan produksi sertapengendalian harga guna mencapai


stabilisasi harga.

Quota ekspor biasanya dikenakan terhadap bahan mentah yang merupakan barang
perdagangan penting dan di bawah suatu pengawasan badan internasional (misalnya Kopi
dan timah).

2.3 Subsidi Dalam Kebijakan Non-Tarif

2.2.1 Ciri - ciri subsidi


Ciri - ciri subsidi antara lain:
• Harga produk domestik akan meningkat karena beralihnya pasokan pemasaran ke
pasar ekspor
• Kuantitas produksi domestik secara umum meningkat.
• Munculnya biaya subsidi yang ditanggung pemerintah. Subsidi ini akan sering
dievaluasi oleh DPR. Sementara pengenaan tarif jarang ditinjau kembali DPR
karena bersifat sebagai penerimaan.
• Surplus konsumen beralih ke produsen

2.2.2 Instrumen Kebijakan Subsidi Impor


Subsidi merupakan kebijakan pemerintah untuk membantu mengurangi sebagian
biaya produksi per unit barang produksi dalam negeri sehingga produsen dalam negeri

5
bisa memasarkan barangnya lebih murah dan dapat bersaing dengan barang impor.
Subsidi yang diberikan dapat berupa tenaga ahli, mesin-mesin, peralatan, fasilitas kredit,
dan keringanan pajak.
Contohnya:
Harga pupuk impor $10, kemudian agar lebih terjangkau oleh petani, pemerintah
memberikan bantuan berupa subsidi terhadap pupuk sebesar $5 sehingga harga jual
pupuk di pasar $5

2.2.3 Instrumen Kebijakan Subsidi Ekspor


Subsidi ekspor adalah pembayaran oleh pemerintah dalam jumlah tertentu kepada
suatu perusahaan atau pereorangan yang giat menjual barang ke luar negeri. Selain
kebijakan yang bersifat protektif, dalam perdagangan juga dikenal kebijakan promotif
guna untuk mendorong pertumbuhan perdagangan dari dalam negeri (ekspor). Subsidi
ekspor pembayaran langsung atau pemberian keringanan pajak dan bantuan subsidi
pada eksportir atau calon eksportir nasional, dan atau pemberian pinjaman berbunga
rendah kepada para pengimpor asing dalam rangka memacu ekspor suatu negara.
Analisis subsidi ekspor disajikan secara grafis pada grafik berikut ini:

6
Penjelasan grafik di atas adalah keseimbangan awal di Ed. Subsidi pada faktor
produksi akan menyebabkan produsen mampu memproduksi barang dengan harga yang
lebih murah. Harga yang murah memungkinkan penjualan yang lebih banyak, shg kurva
Sd bergeser menjadi Sd1. Akibatnya jumlah impor menjadi berkurang, atau bahkan
hilang, bila subsidi sangat besar. Pada perdagangan bebas, tanpa subsidi, keseimbangan
ada di titik Ew, produsen domestik hanya mampu memproduksi sbs 15X dan
mengimpor sbs 40X
Dengan adanya subsidi, impor dapat ditekan. Dampak negatif subsidi adalah munculnya
beban biaya APBN

Penjelasan grafik di atas adalah Titik E0 menunjukkan bahwa jumlah produksi


domestik terserap penuh oleh pasar domestik di level harga US$3. Harga produk di
bawah $3 menyebabkan negara menjadi pengimpor dan harga di atas $3 menjadikan sbg
pengekspor. Subsidi ekspor diperlukan manakala produsen memproduksi produk
dengan jumlah besar, namun dengan cara yang tidak efisien, sehingga tidak terserap
pasar. Agar seluruh produk terserap pasar, maka AS melakukan subsidi ekspor agar
surplus produksi dalam negeri hilang, terjual ke pasar ekspor.

7
2.4 Dumping Dalam Kebijakan Non-Tarif

2.4.1 Pengertian Dumping

Pengertian dumping dalam konteks hukum perdagangan internasional adalah


suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan
atau negara pengekspor, yang menjual barangnya dengan harga lebih rendah di pasar luar
negeri dibandingkan di pasar dalam negeri sendiri, dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan atas produk ekspor tersebut.

Sedangkan menurut kamus hukum ekonomi dumping adalah praktik dagang yang
dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di pasaran internasional dengan harga
kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah daripada harga barang tersebut di negerinya
sendiri atau daripada harga jual kepada negara lain, pada umumnya, praktik ini dinilai
tidak adil karena dapat merusak pasar dan merugikan produsen pesaing di negara
pengimport.

2.4.2 Jenis – Jenis Dumping

Para ahli ekonomi pada umumnya mengklasifikasikan dumping dalam tiga kategori
yaitu; dumping yang bersifat sporadis (sporadic dumping), dumping yang menetap
(presistent dumping), dan dumping yang bersifat merusak (predatory dumping).

1. Dumping Sporadis
Dumping sporadis adalah dumping yang dilakukan dengan menjual barang pada
pasar luar negeri pada jangka waktu yang pendek dengan harga di bawah harga dalam
negeri negara pengekspor atau biaya produksi barang tersebut. Hal tersebut sering
dimaksudkan untuk menghapuskan barang yang tidak diinginkan. Jadi niatnya sama
sekali tidak untuk menindas atau mematikan produk pesaing.
2. Dumping Persistent (Menetap)
Dumping persistent adalah penjualan pada pasar luar negeri dengan harga dibawah
harga domestik atau biaya produksi yang dilakukan secara menetap dan terus

8
menerus yang merupakan kelanjutan dari penjualan barang yang dilakukan
sebelumnya.
3. Dumping Predatory
Dumping predatory terjadi apabila perusahaan untuk sementara waktu membuat
diskriminasi harga tertentu sehubungan dengan adanya para pembeli asing.
Diskriminasi itu untuk menghilangkan persaingan-persaingannya dan kemudian
menaikan lagi harga barangnya setelah persaingan tidak ada lagi.

Sedangkan menurut Robert Willig, ada lima tipe dumping yang dilihat dari tujuan
eksportir, kekuatan pasar, dan struktur pasar import, yaitu :

1. Market Expansion, Dumping Perusahaan pengeksport bisa meraih untung dengan


menetapkan “mark-up” yang lebih rendah di pasar import karena menghadapi
elastisitas permintaan yang lebih besar selama harga yang ditawarkan rendah.
2. Cyclical Dumping, Motivasi dumping jenis ini muncul dari adanya biaya marginal
yang luar biasa rendah atau tidak jelas. Kemungkinan besar, biaya produksi yang
menyertai kondisi dari kelebihan kapasitas produksi yang terpisah dari pembuatan
produk terkait.
3. State Trading Dumping, Latar belakang dan motivasinya mungkin sama dengan
kategori dumping lainnya, tapi yang menonjol adalah akuisisi moneternya.
4. Strategic Dumping, Istilah ini diadopsi untuk menggambarkan ekspor yang
merugikan perusahaan saingan di negara pengimpor melalui strategis keseluruhan
negara pengekspor, baik dengan cara pemotongan harga ekspor maupun dengan
pembatasan masuknya produk yang sama ke pasar negara pengekspor. Jika bagian
dari porsi pasar domestik tiap eksportir independen cukup besar dalam tolak ukur
skala ekonomi, maka memperoleh keuntungan dari besarnya biaya yang harus
dikeluarkan oleh pesaing-pesaing asing.
5. Predatory Dumping, Istilah ini digunakan pada ekspor dengan harga rendah dengan
tujuan untuk medepak pesaing dari pasar. Fungsinya, untuk memperoleh kekuatan
monopoli di pasar negara pengimpor. Akibat terburuk dumping jenis ini adalah

9
matinya perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang sejenis di negara
pengimpor.

Untuk mengetahui damping secara khusus yakni sebagai produk yang dipasarkan
kepada negara lain dengan harga lebih rendah daripada harga normal (normal value).
Untuk itu, beberapa kriteria telah diperjelas dalam persetujuan tersebut yaitu sebagai
berikut :

a. Pertama, dumping terjadi bila dalam perdagangan dengan cara-cara biasa


dilakukan, harga ekspor dari produk tersebut lebih rendah daripada harga
perbandingan (comparable price) untuk barang sejenis yang digunakan untuk
konsumsi di dalam negeri pengekspor.
b. Kedua, bila tidak terdapat penjualan domestik dari barang sejenis tersebut, mak
digunakan perbandingan harga ekspor ke negara ketiga.
c. Ketiga, bila tidak terdapat kriteria pertama dan kedua maka diadakan suatu
pembentukan harga (constructed price) yang didasarka pada biaya produksi
ditambah suatun jumlah biaya untuk administratif, pemasaran, dan biaya lainnya
serta ditambah untuk suatu jumlah keuntungan (profits) yang wajar.

Dengan demikian kriteria dumping apabila memenuhi syarta-syarat sebagai berikut.

1. Produk ekspor suatu negara telah diekspor dengan melakukan dumping.


2. Akibat dumping tersebut telah mengakibatkan kerugian secara material.
3. Adanya hubungan (causal link) antar dumping yang dilakukan dengan akuibat
kerugian (injury) yang terjadi.

Sedangkan antidumping merupakan substansi di bidang rules making yang akan


semakin penting bagi negara berkembang yang akan semakin meningkatkan ekspor
nonmigas di bidang manufaktur. Perbuatan melakukan dumping dianggap sebagai kurang
fair (unfair), katrena itu maka harus dibalas dengan sanksi tertentu. Tetapi perlu kiranya
diperhatikan bahwa apa yang dinamakan fair atau unfair dalam bidang perdaganagn
kiranya sukar untuk dipastikan.

10
2.4.2 Tujuan Dumping

Mengapa praktik dumping dilakukan? Pasti ada alasan yang mendorong eksportir
melakukan dumping. Memang ada cukup banyak alasan di balik dilakukannya praktik
dumping ini. Beberapa di antaranya adalah:

1. Mendapatkan keuntungan maksimal melalui diskriminasi harga dengan cara


mengekspor atau menjual produk atau komoditas ke negara lain dengan harga rendah
dibandingkan harga produk yang dijual pada negara eksportir maupun importir.
2. Mencegah terjadinya penumpukan stok barang di pasar dalam negeri akibat
kelebihan produksi sehingga diekspor atau dijual ke luar negeri dengan harga murah.
3. Memonopoli pasar dengan melumpuhkan bahkan mematikan bisnis pesaing dengan
merusak pasar dengan penjualan produk harga murah, sehingga pesaing yang tidak
kuat secara modal dan strategi akan tumbang dengan sendirinya. Dengan
tumbangnya para pesaing, produsen dapat menguasai pangsa pasar sehingga lebih
mudah memainkan harga, meski di awal harus menanggung kerugian jangka pendek.

2.4.3 Keuntungan dan Kerugian Dumping

Sebagai strategi persaingan yang dinilai tidak sehat, harus diakui bahwa praktik
dumping memang menguntungkan sekaligus merugikan. Adapun keuntungan dari praktik
dumping dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Memenuhi kebutuhan akan produk atau komoditas antar-negara. Ada kalanya suatu
negara mengalami kekurangan produksi akan komoditas tertentu, sehingga untuk
mencukupi ketersediaan di dalam negerinya harus dilakukan impor. Di sisi lain, ada
negara yang mengalami surplus produksi komoditas sehingga tak hanya mampu
memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, tetapi juga pasar luar negeri melalui
kegiatan ekspor. Penjualan komoditas ke pasar luar negeri dengan harga murah tak
selalu merupakan praktik dumping dengan konotasi negatif. Adanya perbedaan pasar
antara negara importir dengan eksportir bisa jadi mempengaruhi harga jual yang lebih
murah.

11
2. Dapat memperluas dan meningkatkan pangsa pasar. Tak bisa dipungkiri banyak
pemain dalam sektor ekonomi, apalagi lingkup internasional. Hal ini menimbulkan
persaingan yang ketat, sehingga upaya menjangkau dan memperluas pasar dirasa
semakin sulit. Praktik dumping secara nyata dapat memperluas dan meningkatkan
pangsa pasar. Lebih rendahnya harga produk yang ditawarkan ke pasar luar negeri
mampu menarik perhatian importir untuk ikut terlibat dalam transaksi dagang
internasional.
3. Menambah pendapatan devisa bagi negara eksportir. Pembayaran produk dalam
perdagangan internasional dilakukan dengan mata uang asing. Praktik dumping yang
mampu meningkatkan pangsa pasar, mengindikasikan semakin banyak pendapatan
devisa atau mata uang asing yang diperoleh atau masuk ke negara eksportir.

Meski memiliki keuntungan, namun praktik dumping juga berisiko menimbulkan


kerugian. Sebenarnya kerugian dari praktik dumping ini tak hanya menyerang negara
importir saja, tetapi juga eksportir. Berikut kerugian yang muncul dari praktik dumping.

1. Merusak tatanan harga produk sejenis. Harga ekspor komoditas yang lebih rendah
dari harga produk sejenis dalam negeri negara importir dapat mengakibatkan
diskriminasi harga. Hal ini jelas merugikan produsen pesaing di negara importir.
2. Menumbangkan produsen-produsen pesaing baik di dalam maupun luar negeri.
Praktik dumping yang dinilai sebagai wujud dari persaingan tidak sehat bisa jadi
bertujuan untuk menumbangkan bisnis pesaing baik di dalam maupun di luar negeri.
Harapannya, dengan menjual produk ke pasar internasional dengan harga lebih
rendah, perusahaan eksportir mampu merebut pangsa pasar.
3. Eksportir terancam bangkrut. Sebenarnya kerugian dari praktik dumping ini tidak
hanya dirasakan oleh produsen pesaing di negara importir saja, tetapi juga
perusahaan eksportir. Penjualan produk atau komoditas dengan harga lebih rendah
justru tidak mampu menutup biaya produksi yang dikeluarkan.

2.4.4 Contoh Kasus Negara Melakukan Praktik Dumping

12
Dugaan praktik dumping pernah terjadi dalam perdagangan antara Indonesia
dengan Korea Selatan. Korea Selatan menuduh Indonesia melakukan dumping dalam
penjualan produk kertas. Kasus dugaan dumping tersebut bermula ketika produsen kertas
Korea Selatan tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga mengimpor dari
Indonesia.

Produk kertas Indonesia ternyata lebih digemari dibanding produk dalam negeri,
karena selain kualitasnya lebih bagus harganya juga lebih murah. Sebab itulah Korea
Selatan kemudian menuduh Indonesia melakukan dumping. Untuk mengatasinya, Korea
Selatan memberlakukan tarif BMAD yang cukup tinggi sehingga justru merugikan
produsen eksportir di Indonesia. Tak tinggal diam, Indonesia kemudian mengajukan
gugatan ke mahkamah internasional. Hasilnya, Indonesia menang atas gugatan tersebut.

Indonesia sendiri melarang praktik dumping dengan menciptakan Undang-Undang


No. 5 Tahun 1999. Negara melarang dumping sebagai upaya untuk menciptakan
persaingan yang sehat dan adil. Perusahaan eksportir tidak bisa memainkan harga
seenaknya, karena penetapan harga jual produk ekspor harus sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Selain itu, larangan dumping juga bertujuan untuk menjaga stabilitas harga produk
sejenis baik di pasar dalam maupun luar negeri. Meski masuk dalam sektor ekonomi,
namun praktik dumping dalam perdagangan internasional ini juga bernuansa politis.
Negara-negara yang melakukan dumping umumnya ingin menguasai pangsa pasar luar
negeri, mencapai target pemasaran, dan mencegah penimbunan barang alias cuci gudang.
Bagi mereka, menjual barang dengan harga murah akan lebih menguntungkan
dibandingkan hanya menimbunnya dan tidak menghasilkan uang.

Adapun negara-negara yang pernah melakukan dumping di antaranya Jepang,


Singapura, dan Cina. Apapun alasannya baik ekonomi maupun politik, praktik dumping
dalam perdagangan internasional bukanlah suatu tindakan yang dibenarkan. Selain
menimbulkan kerugian juga bisa berpotensi merusak tatanan harga baik di dalam maupun

13
luar negeri. Tak hanya itu, dumping juga memicu terjadinya persaingan yang tidak sehat
dan tak adil.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari paparan yang telah disampaikan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kebijakan
non tarif barrier adalah salah satu kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan oleh suatu
negara dengan tujuan untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional, industri dalam negeri, dan
lapangan kerja serta menjaga stabilitas ekonomi nasional negara tersebut.

Ada dua macam kuota, yakni kuota impor dan kuota ekspor. Kuota impor adalah batas
jumlah barang impor yang diperbolehkan masuk dalam suatu negara. Sedangkan kuota
ekspor adalah batas jumlah barang atau komoditas yang diberlakukan oleh negara.

Namun, biasanya dalam suatu perdagangan barang dikenal istilah kuota ekspor. Hal ini
terjadi karena negara cenderung melakukan ekspor sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan
keuntungan yang maksimal.

dumping adalah praktik dagang yang dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di
pasaran internasional dengan harga kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah daripada harga
barang tersebut di negerinya sendiri atau daripada harga jual kepada negara lain, pada umumnya,
praktik ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasar dan merugikan produsen pesaing di negara
pengimport.

15
DAFTAR PUSTAKA
Academia.edu.com. (2021). Kebijakan Non Tarif Kuota Subsidi Dumping. Diakses pada tanggal

16 Oktober 2021, dari


https://www.academia.edu/41549728/Kebijakan_Non_Tarif_Kuota_Subsidi_Dumping

Media.neliti.com. (2021). Dumping Dalam Perspektif Hukum Dagang. Diakses pada tanggal
16 Oktober 2021 dari https://media.neliti.com/media/publications/57775-ID-dumping-
dalam-perspektif-hukum-dagang-in.pdf

Nopirin, 2013, Ekonomi Internasional Cetakan Kesepuluh Edisi Ketiga, Yogyakarta, hal 65-68

Silviani (2014). Ekonomi Internasional Kebijakan Ekonomi Internasional. Diakses pada tanggal
17 Oktober 2021 dari https://vianisilv.wordpress.com/2014/11/24/ekonomi-internasional-
kebijaksanaan-ekonomi-internasional-restriksi/

16

Anda mungkin juga menyukai