Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

DEVIDEN DAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Lanjutan
Dosen pengampu : Arista Natia Afriany,S.E, MBA

Oleh :
Kelompok 3
1. Agung Nurrohman 19133200008
2. Restu Marfiatun 19133200005
3. Milla Nur Fitri Yanti 19133200012
4. Yufri Murtiningsih 19133200033
5. Dianita Eka Oktami 19133200030

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN


FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpah rahmat
dan hidayah-nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dengan
judul makalah “Deviden dan Pembelian Kembali Saham”. Makalah ini disusun
agar dapat bermanfaat sebagai media sumber informasi dan pengetahuan.
Penulisan makalah ini merupakan tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas Manajemen Keuangan Lanjutan.
Ucapan terimakasih kepada dosen mata kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan
yaitu Ibu Arista Natia Afriany, S.E, MBA serta teman-teman yang telah terlibat
dan memberikan bantuan dalam proses penyusunan makalah ini, sehingga dapat
selesai teapat waktu.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang bersifat konstruktif sangat dibituhkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 04 Juni 2021

Penuli
s

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul....................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan.................................................................................................................1
1. Latar Belangakang.....................................................................................................1
2. Rumusan Masalah......................................................................................................1
3. Tujuan........................................................................................................................2
4. Manfaat......................................................................................................................2
Bab II Pembahasan.................................................................................................................3
1. Deviden Versus Keuntungan Modal : Manakah yang
Lebih Disukai Investor...............................................................................................3
2. Permasalahan Kebijakan Deviden Lainnya...............................................................5
3. Menciptakan Kebijakan Deviden dalam Praktik.......................................................7
4. Program Reinvestasi Deviden....................................................................................18
5. Ringkasan Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Kebijakan Deviden.....................................................................................................20
6. Dividen Saham dan Pemecahan Saham.....................................................................23
7. Pembelian Kembali Saham........................................................................................25
Bab III Penutup......................................................................................................................29
1. Kesimpilan.................................................................................................................29
2. Saran...........................................................................................................................29
Daftar Pustaka........................................................................................................................30

iii
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang meraih laba,kemudian
laba tersebut dapat diinvestasian kembali kedalam aset-aset operasi,
digunakan untuk membayar utang atau didistribusikan kepada pemegang
saham.
Perusahaan yang meraih keuntungan biasanya akan dihadapi pada tiga
pertanyaan. Diantaranya :
1) Berapa banyak arus kas yang harus diberikan kepada para pemegang
saham ?
2) Apakah perusahaan sebaiknya memberikan uang ini kepada pemegang
sahamnya dengan menaikkan deviden atau membeli kembali sahamnya ?
3) Apakah perusahaan sebaiknya menjaga kebijakan pembayaran yang
konsisten dan stabil, atau apakah perusahaan membiarkan saja
pembayaran mengalami variasi sesuai dengan perubahan kondisi ?

Ketiga pertanyaan ini akan menimbulkan sebuah permasalahan pada


perusahaan tersebut,untuk menghadapinya perusahaan akan membuat sebuah
kebijakan. Kebijakan ini ditujukan untukmempertimbangkan ramalan arus
kas dan pengeluaran modalnya, dimana kemudian perusahaan berusahan
mengikutinya. Pembahasan pada bab ini mengenai permasalahan yang
mempengaruhi kebijakan distribusi kas perusahaan.
2. Rumusan Masalah
1. Manakah yang lebih disukai oleh investor ? Apakah deviden atau
keuntngan modal ?
2. Apasaja permasalahan dalam kebijakan deviden lainnya ?
3. Bagaimana cara menentukan kebijakan deviden dalam praktik ?
4. Apa program reinvestasi deviden ?
5. Faktor-faktor apasaja yang mempengaruhi kebijakan deviden ?
6. Apa yang dimaksud dengan deviden saham dan pemecahan saham ?
7. Bagaimana cara pembelian kembali saham ?

1
3. Tujuan
1. Dapat mengetahui mana yang lebih disukai investor, deviden atau
keuntungan modal
2. Dapat mengetahui permasalahan dalam kebijakan deviden lainnya
3. Dapat menentukan kebijakan deviden dalam praktik
4. Dapat mengetahui program reinvestasi deviden
5. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden
6. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan deviden saham dan
pemecahan saham
7. Dapat mengetahui cara pembelian kembalian saham

4. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Menambah wawasan dan pengetahuan dari penyusun maupun mahasiswa
dalam memahami Deviden dan Pengembalian Saham Kembali.
2. Menjadi sumber masukan bagi mahasiswa yang ingin membicarakan
tentang Deviden dan Pengembalian Saham Kembali.
5.

2
BAB II PEMBAHASAN

1. Dividen Versus Keuntungan Modal: Mana Yang Lebih Disukai Oleh


Investor?
Ketika memutuskan seberapa besar jumlah kas yang akan didistribusikan,
manajer keuangan harus selalu ingat bahwa tujuan perusahaan adalah untuk
memaksimalkan nilai pemegang saham. Sehingga sebagian besar sasaran
rasio pembayaran (target payout ratio) yang didefinisikan sebagai persentase
laba bersih yang akan dibayarkan sebagai deviden tunai seharusnya
didasarkan oleh preferensi investor atas deviden versus keuntungan modal.
Preverensi ini dapat dilihat sesuai dengan modal valuasi saham dengan
pertumbuhan konstan.
P0 = D 1
rs – g

Jika perusahaan meningkatkan rasio pembayaran, maka D1 akan naik.


Kenaikan pembilang ini, jika dilihat secara terpisah akan menyebabkan harga
saham naik. Akan tetapi jika D1 naik, maka uang yang tersedia untuk
investasi kembali menjadi lebih sedikit sehingga menyebabkan tingkat
pertumbuhan yang diharapkan mengalami penurunan dan menurunkan harga
saham. Jadi setiap perubahan kebijakan pembayaran akan memiliki dua
dampak yang berlawanan, sehingga kebijakan dividen yang optimal (optimal
dividend policy) harus menghasilkan keseimbangan antara deviden saat ini
dan pertumbuhan di masa depan yang memaksimalkan harga saham.

1.1 Teori Deviden Tidak Relevan


Profeser Merton Miller dan Franco Modigliani (MM)
mengemukakan teori bahwa kebijakan dividen tidak berdampak pada
harga saham maupun biaya modal suatu perusahaan, kebijakan dividen
merupakan sesuatu yang irelevan (irrelevant). MM mengembangkan
teori mereka berdasarkan sekumpulan asumsi yang ketat dan berdasarkan

3
asumsi-asumsi tersebut mereka membuktikan bahwa nilai suatu
perusahaan hanya ditentukan oleh profitabilitas dasar dan resiko
usahanya. Dengan kata lain, nilai perusahaan hanya bergantung pada laba
yang dihasilkan oleh asetnya, bukan bagaimana laba itu dipecah antara
dividen dan laba ditahan. Tetapi perlu dicatat, MM antara lain berasumsi
bahwa tidak ada pajak yang dibayarkan atas deviden, saham dapat dibeli
dan dijual tanpa adanya biaya transaksi dan setiap orang baik investor
maupun manajer memiliki informasi yang sama tentang laba perusahaan
di masa depan.
Dalam mempertahankan teorinya, MM mencatat bahwa banyak
saham milik investor institusional yang tidak membayar pajak dan dapat
membeli serta menjual saham dengan biaya transaksi yang sangat rendah.
Bagi investor seperti itu kebijakan dividen bias jadi irelevan, dan jika
investor seperti ini mendominasi pasar dan mewakili “investor marginal”
maka teori MM dapat valid meskipun asumsi-asumsinya tidak realistis.
Perhatikan pula bahwa bagi investor yang membayar pajak, pajak dan
biaya transaksi bergantung pada laba investor individual dan sampai
berapa lama ia berencana untuk memiliki saham. Akibatnya dalam hal
preferensi investor akan dividen tidak ada kebijakan yang sesuai untuk
semua kondisi.

2.1 Alasan Invstor Lebih Menyukai Deviden

Kritik-kritik awal yang ditujukan pada teori MM menunjukkan


bahwa investor lebih menyukai deviden pasti saat ini dibandingkan
dengan keuntungan modal yang tidak pasti di masa depan. Khususnya
Myron Gordon dan John Lintner yang berpendapat bahwa rs akan turun
seiring dengan meningkatnya pembayaran deviden karena kepastian
investor dalam menerima keuntungan modal akan turun dari keuntungan
modal yang seharusnya diperoleh dari laba ditahan dibandingkan dengan
penerimaan dari pembayaran dividen.

MM tidak setuju. Mereka berpendapat bahwa rs tidak


bergantung pada kebijakan dividenyang artinya investor bersikap acuh

4
tak acuh terhadap dividen dan keuntungan modal yaitu D1 / P 0 dan g.
MM menyebut argumentasi Gordon-Lintner sebagai kepercayaan burung
di tangan yang salah karena menurut pendapat MM sebagian besar
investor berencana untuk menginvestasikan kembali devidennya ke
dalam saham perusahaan yang sama atau serupa dan setiap saat tingkat
risiko arus kas perusahaan kepada investor dalam jangka panjang akan
ditentukan oleh risiko arus kas operasi, bukan oleh kebijakan
pembayaran dividen.

3.1 Alasan Investor Lebih Menyukai Keuntungan Modal


Peraturan perpajakan mendorong banyak investor individual untuk
lebih menyukai keuntungan modal dibandingkan dividen. Sbelum tahun
2003 dividen dikenakan pajak menggunakan tariff pajak penghasilan
biasa, yang naik menjadi 38% dibandingkan tingkat 20% untuk
keuntungan modal. Sejak tahun 2003, tarif pajak maksimum atas dividen
untuk keuntungan modal telah ditentukan pada tingkat 15%. Perubahan
ini mengurangi kerugian pajak dari dividen, tetapi reinvestasi dan
keuntungan modal yang menyertai masih memiliki dua keunggulan pajak
atas dividen.
Pertama, pajak harus dibayarkan atas dividen pada tahun saat
dividen tersebut diterima., sementara pajak atas keuntungan modal tidak
dibayarkan sampai saham dijual. Akibat adanya pengaruh nilai waktu,
satu dolar pajak yng dibayarkan di masa depan akan memiliki biaya
efektif yang lebih rendah dibandingkan satu dolar pajak yang dibayarkan
sekarang. Oleh karena keunggulan pajak ini, bebrapa investor
kemungkinan lebih menyukai perusahaan yang menahan sebagian besar
labanya, dan investor tersebut mungkin bersedia membayar lebih tinggi
untuk perusahaan dengan rasio pembayaran yang rendah dibandingkan
dengan perusahaan serupa dengan rasio pembayaran yang tinggi.

2. Permasalahan Kebijakan Dividen Lainnya


2.1 Hiipotesis Muatan Sinyal atau Informasi

5
MM berpendapat bahwa kenaikan dividen di atas jumlah yang
diharapkan merupakan suatu sinyal bagi investor bahwa manajemen
perusahaan meramalkan laba yang baik bagi masa depan. Sebaliknya,
penurunan dividen atau kenaikan dalam jumlah lebih kecil yang
diharapkan, merupakan suatu sinyal bahwa manajemen meramalkan laba
masa depan yang buruk. Jika posisi MM benar, maka perubahan harga
saham setelah kenaikan atau penurunan dividen tidak menunjukkan
adanya preferensi atas dividendibandingkan laba ditahan. Perubahan.
harga tersebut hanya menunjukkan bahwa pengumuman dividen
memiliki muatan sinyal atau informasi (Information content or signaling)
tentang laba di masa depan.
Para manajer seringkali memiliki informasi yang lebih baik tentang
prospek dividen di masa depan dibandingkan dengan pemegang saham
publik, sehingga jelas terdapat muatan infoemasi dengan pengumuman
dividen. Namun, sulit untuk dipastikan apakah perubahan harga saham
yang mengikuti kenaikan atau penurunan dividen hanya mencerminkan
dampak sinyal (seperti pendapat MM) atau preferensi dividend an juga
sinyal. Meskipun begitu, dampak sinyal seharusnya sudah pasti perlu ikut
diperhitungkan ketika suatu perusahaan mempertimbangkan
dilakukannya perubahan dalam kebijakan dividen.
2.2 Dampak Klien

Jika suatu perusahaan lebih memilih untuk menahan dan


menginvestasikan kembali laba daripada membayar dividen, maka
pemegang saham yang membutuhkan pendapatan saat ini akan berada
dalam posisi yang tidak menguntungkan. Nilai saham mereka mungkin
naik tetapi mereka terpaksa harus berkorban tenaga dan biaya untuk
menjual sebagian sahamnya untuk mendapatkan uang. Beberapa investor
institusional (perwakilan bagi individu) secara legal dilarang menjual
sahamnya dan kemudian “membelanjakan modal”.
Sementara itu, pemegang saham yang lebih suka berhemat
daripada membelanjakan dividen akan lebih menyukai kebijakan dividen
yang rendah. Makin kecil jumlah dividen yang dibayarkan, makin kecil

6
jumlah jumlah pajak berjalan yang harus dibayarkan oleh pemegang
saham dan makin kecil pengorbanan yang harus mereka lakukan untuk
menginvestasikan kembali dividen mereka setelah pajak. Jadi investor
yang menginginkan pendapatan investasi saat ini sebaiknya memiliki
saham di perusahaan yang dividennya tinggi, sementara investor yang
tidak membutuhkan pendapatan investasi saat ini sebaiknya memiliki
saham perusahaan yang dividennya rendah. Semua ini menunjukkan
adanya dampak klien (clientle effect) artinya perusahaan memiliki klien
ynag berbeda-beda, bahwa setiap klien memiliki preferensi yang
berlainan dan suatu perubahan kebijakan dividen kemungkinan akan
mengecewakan klien yang dominan serta memberikan dampak negatif
pada harga saham. Ini menunjukkan bahwa perusahaan sebaiknya
menstabilkan kebijakan dividen sehingga menghindari gangguan pada
kliennya.

3. Menciptakan Kebijakan Dividen dalam Praktik


Investor lebih menyukai dividen yang dapat diprediksi. Dengan ini
perusahaan harus menetapkan persentase dari pendapatan yang akan
didistribusikan, bentuk distribusi dividen, dan stabilitas distribusi dividen.
3.1 Menetapkan Target Rasio Pembayaran Model Dividen Residual
Dalam memutuskan besaran dividen yang akan didistribusikan
kepada pemegang saham perusahaan harus mempertimbangkan dual hal:
1. Tujuan utamannya adalah untuk memaksimalkan pemegang saham
2. Arus kas perusahaan sebenarnya dimiliki oleh pemegang saham
sehingga manajemen sebaiknya tidak menahan laba, kecuali jika
mereka dapat menginvestasikan kembali laba tersebut pada tingkat
pengembalian yang tinggi dibandingkan dengan yang dapat
diperoleh pemegang saham itu sendiri.

Pada saat ditetapkan kebijakan dividen tidak akan dapat memenuhi


seluruh kebutuhan. Beberapa perusahaan menghasilkan kas dalam jumlah
besar, tetapi memilki peluang investasi yang terbatas. Hal ini berlaku

7
bagi perusahaan yang bergerak dalam industri yang menguntungkan
tetapi sudah mapan, di mana hanya terdapat sedikit peluang
pertumbuhan. Perusahaan seperti ini pada umumnya mendistribusikan
sebagian besar persentase kas kepada pemegang saham, sehingga akan
menarik klien investor yang menyukai dividen yang tinggi. Perusahaan
lain mungkin menghasilkan kas dalam jumlah kecil, tetapi memiliki
investasi yang baik. Perusahaan seperti ini biasanya mendistribusikan kas
dalam jumlah kecil, tetapi menikmati kenaikan laba dan harga saham
sehingga menarik investor yang menyukai keuntungan modal.
Pada beberapa dekade terakhir, telah terjadi penigkatan jumlah
perusahaan baru dengan pertumbuhan tinggi yang diperdagangkan di
bursa saham. Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Eugene Fama dan
Kenneth French menunjukan bahwa proporsi perusahaan yang
membayarkan dividen mengalami penurunan tajam selama periode ini.
Pada tahun 1978 sebesar 66,5% perusahaan di bursa saham utama
memebayarkan dividen. Pada tahun 1999, proporsi tersebut turun
menjadi 20,8%. Analisis Fama dan French menunjukan bahwa Sebagian
penurunan ini terjadi karena perubahan komposisi perusahaan yang ada
di bursa saham. Analisis mereka juga menunjukan bahwa penurunan ini
diakibatkan oleh adanya kenyataan bahwa berbagai jenis perusahaan baru
dan lama semakin kecil kecenderungannya untuk membayar dividen.

Perusahaan Industri Pembayaran Imbal


Dividen Hasil
Dividen
I. Perusahaan yang membayarkan dividen tinggi
Windstream Telekomunikasi 297,07% 10,45%
Great Northern Iron Logam 102,24% 57,26%
One
TECO Energy Listrik 93,15% 5,10%
Reynold American Tembakau 89,85% 4,29%
Weyerhauser Kayu 86,28% 8,50%
II. Perusahaan yang tidak membayarkan dividen
Adobe Systems Perangkat 0,00% 0,00%
lunak computer
Amazon.com Ritel daring “ “

8
Biogen Idec Inc Bioteknologi “ “
eBay Layanan “ “
internet
Unisys Corp. Komputer “ “
Tabel 1.1

Akibat perubahan pajak tahun 2003, yang menurunkan tarif pajak


atas dividen, banyak perusahaan memulai pembayaran dividen atau
meningkatkan pembayaran dividennya. Sebagai contoh pada tahun 2002,
hanya 113 perusahan yang menaikan atau mulai membayar dividen,
sementara pada tahun 2003 jumlah tersebut naik dua kali lipat menjadi
229. Sebelumnya , perusahan-perusahaan tersebut lebih menyukai
pembelian Kembali saham. Per Juni 2014, 426 perusahaan di S&P 500
membayar dividen.

Seperti yang ditunjukan oleh table di atas pembayaran dividen dan


imbal hasil dividen bagi perusahaan-perusahaan besar sangat bervariasi.
Pada umunya perusahaan yang berada dslsm industry yang stabil dan
menghasilkan kas, seperti fasilitas umum, makanan, dsn tembakau
membayarkan dividen ysng relstif tinggi, sementara perusahaan di
industry yang tumbuh dengan cepat, seperti perangkat lunak komputer
dan bioteknologi cenderung mmebayar dividen lebih rendah. Dividen
rata-rata juga sangat berbeda di antara masing-masing negara. Rasio
pembayaran yang lebih tinggi di beberapa negara dapat dijelaskan oleh
tarif pajak yang lebih rendah atas laba yang didistribusikan sebagai
dividen tunai secara relative terhadap tingkat bunga yang berlaku atas
pendapatan yang didinvestasikan Kembali. Hal ini mejadikan kebijakan
deviden bisa ke pembayaran yang lebih tinggi.

Bagi suatu perusahaan, rasio pembayaran yang optimal merupakan


fungsi dari empat factor:

1. Opini manajemen tentang referensi para investornya atas dividen


versus keuntungan modal.

9
2. Peluang investasi perusahaan.
3. Target struktur modal.
4. Ketersediaan serta biaya modal eksternal.

Faktor-faktor ini digabungkan mejadi apa yang disebut sebagai


model dividen residual (residual dividend model).

Pertama model ini kita berasumsi bahwa investor bersikap sama


saja antara dividen berdasarkan model ini, kita berasumsi bahwa investor
bersikap sama saja antara dividen dan keuntungan modal. Kemudian,
perusahaan akan mengikuti empat Langkah berikut ini Ketika
menentukan target rasio pembayaran:

1. Perusahaan menetukan anggaran modal optimal


2. Perusahaan menetukan jumlah ekuitas yang dibutuhkan untuk
mendanai anggaran tersebut, dengan memepertimbangkan target
struktur modal
3. Perusahaan menggunakan saldo laba untuk memenuhi persyaratan
ekuitas semaksimal mungkin.
4. Perusahaan memebayar dividen hanya juka tersedia laba dalam
jumlah yang lebih besar dari pada yang dibutuhkan untuk
mendukung anggaran modal yang optimal.

Kata residual berarti “sisa” dan kebijakan residual berarti dividen yang
dibayarkan dari “sisa” laba.

Jika suatu perusahaan mengikuti kebijakan dividen residual secara kaku,


dividen yang dibayarkan setiap tahunnya dapat dinyatakan dengan
menggunakan persamaan berikut ini:

Dividen = Laba neto - Saldo laba yang dibutuhkan untuk mendanai invesatsi baru

= Laba neto – [(Target rasio ekuitas)(Total anggaran modal)]

10
Sebagai contoh anggaplah perusahaan memilki laba $100 juta,
target rasio ekuitas sebesar 60%, dan berencana memebelanjakan $50
juta untuk proyek modal. Dalam kasus tersebut, perusahaan memerlukan
$50(0,6) = $30 juta ekuitas biasa ditambah $20 juta utang baru untuk
mendanai anggaran modal tersebut. Berarti tersisa $100 - $30 = $70 juta
yang tersedia untuk dividen, dan menghasilkan rasio pembayaran sebesar
70%.

Perhatikan bahwa jumlah ekuitas yang diperlukan untuk mendanai


anggaran modal dapat melebihi laba neto. Dalam contoh sebelumnya,
apabila penganggaran modal adalah $100/persentase ekuitas = $100/0,6
= $166,67 juta, tidak ada dividen Yng dibayarkan. Apabila anggaran
modal melebihi $166,67 juta perusahaan harus menerbitkan shaam biasa
baru untuk memeeprtahankan target struktur modalnya.

Sebagaian besar perusahaan memilki target struktur modal yang


memerlukan paling tidak beberapa utang sehingga pendanaan baru
dilakukan Sebagian dengan utang dan sebagian lagi dengan ekuitas.
Selama suatu perushaan didanai dengan campuran yang optimal antara
utang dan ekuitas serta menggunakan hanya ekuitas yang dihasilkan
secara internal (saldo laba), biaya marginal dari setiap modal baru dapat
diminimalkan. Jadi ekitas yang dihasilkan secara internal tersedia untuk
mendanai sejumlah tertentu invesatasi baru tetapi di laur jumlah tersebut,
perusahaan harus beralih ke saham biasa baru yang lebih mahal. Pada
titik di mana saham baru dijual, biaya ekuitas ( dan konsekuensinya biaya
modal marginal) meningkat.

Sebagai ilustrasi, pelajari kasus perusahaan transportasi Texas and


Western (T&W). Biaya modal gabungan T&W adalah 10%. Namun,
biaya ini mengasumsikan bahwa seluruh ekuitas berasal dari saldo laba.
Apabila perusahaan harus menerbitkan saham baru, biaya modalnya akan
lebih mahal. T&W memilki laba neto $69 juta dan target struktur
modalnya adalah 60% ekuitas dan 40% utang. Apabila perusahaan tidak
memebayar dividen, T&W dapat melakukan invesatasi bersih (invesatasi

11
selain penggantian asset dari penyusutan) sebesar $100 juta, terdiri atas
saldo laba $60njuta ditambah $40 juta utang baru yang didukung oleh
saldo laba dengan biaya modal marginal 10%.Apabila anggaran modal
melebihi $100 juta komponen ekuitas yang diminta akan melebihi laba
neto, yang tentu saja jumlah maksimum saldo laba yang dimungkinkan.
Dalam hal ini T&W harus menerbitkan saham biasa baru dan mendorong
biaya modalnya di atas 10%.

Di awal periode perencanaan, staf keuangan T&W


mempertimbangkan semua proposal proyek untuk periode yang akan
dating. Seluruh proyek independent diterima apabila perkiraan IRR-nya
melebihi biaya modal yang diseusiakan dengan risiko. Dalam memilih
proyek-proyek yang mutually exclusive, proyek dengan NPV positif
paling tinggi yang diterima. Anggaran modal mencerminkan jumlah
modal yang diminta untuk mendanai seluruh proyek yang diterima.
Apabila T&W mengikuti kebijakan dividen residual yang ketat, kita
dapat melihat table 15.2 bahwa perkiraan anggaran modal akan sangat
memengaruhi rasio pembayaran dividennya. Apabila peluang investasi
buruk, anggaran modal hanyalah $40 juta. Untuk mempertahankan target
struktur modal 0,6($40) = $24 juta haruslah ekuitas, dengan sisanya
sebesar $16 juta adalah utang. Apabila T&W mengikuti kebijakan
residual yang ketat, T&W akan membayar $60 - $24 = $36 juta sebagai
dividen sehingga rasio pembayarannya dalah $36/$60 = 0,6 = 60%.

Apabila peluang investasi perusahaan adalah rata-rata, anggaran


modalnya sebesar $70 juta. Hal ini mensyaratkan ekuitas sebesar $42 juta
sehingga dividen adalah $60 - $42 -$18 juta, dengan pembayaran
$18/$60 = 30%. Akhirnya apabila peluang invesatasi baik anggaran
modal adalah $150 juta dan 0,6($150) =$90 juta ekuitas diperlukan.
Karena itu, seluruh laba neto akan ditahan, dividen sebesar nol, dan
perusahaan ahrus menerbitkan beberapa saham baisa baru untuk
mempertahankan taret struktur modal.

12
Kita melihat kemudian bahwa berdasarkan model residual, dividen
dan rasio pembayaran akan bervariasi siring peluang investasi. Variasi
dividen juga akan terjadi apabila pendapatan berfluktuasi. Karena
peluang investasi dan pendapatan bervaraiasi dari tahun ke tahun
kepatuhan terhadap kebijakan dividen residual akan menghasilkan
dividen yang tidak stabil. Perusahaan mungkin tidak membayar dividen
selama satu tahun karena memerlukan dana untuk membiayai peluang
investasi yang bagus, etapi tahun berikutnya perusahaan membayarkan
dividen dalam jumlah besar karena peluang investasi buruk sehingga
perushaan tidak perlu menhaan banyak laba. Sama halnya laba yang
berfluktuasi juga akan menghasilkan dividen yang bervariasi, bahkan jika
peluang investasinya stabil. Oleh karena itu mengikuti kebijkaan dividen
residual hamper pasti mengahsilkan dividen yang berfluktuasi dan tidak
stabil. Hal ini tidk berakibat buruk apabila investor tidak
mengkhawatirkn dividen yang berfluktuasi, teapi karena investor lebih
menyukai dividen yang stabil dan dapat diandalkan perusahaan tidak
akan optimal jika selalu mengikti model residual setiap tahun. Saatu
kemungkinan strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
mengimbangi kekhawatiran ini dalah dengan:

1. Mmemperkirakan laba dan peluang investasi, secara rata-rata selama


sekitar 5 tahun.
2. Menggunakan informasi yang diperkirakan untuk mnegetahui rata-
rata dividen yang akan dibayarkan dengan menggunakan model
residual (dan rasio pembayaran terkaitnya) selama periode
pendanaan.
3. Menetapkan target kebijakan pembayaran data yang diproyeksi.

Jadi perusahaan harus menggunakan kebijakan residual untuk


membantu menetapkan target rasio pembayaran jangka Panjang, tetapi
bukan sebagai pedoman pembayaran di satu tahun manapun.

13
Sebagian besar perusahaan besar menggunakan model dividen
residual secara konseptual, kemudian mengimplementasikannya dengan
model perkiraan finansial yang terkomputerisasi. Informasi atas proyeksi
beban modal dan persyaratan modal kerja dimasukan ke dalam model,
bersamaan dengan perkiraan penjualan, margin laba, penyusutan, dan
elemen lain yang dibutuhkan untuk memperkirakan arus kas. Target
struktur modal juga dispesikasi model itu kemudian menghasilkan
jumlah utang dan ekuitas yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan
penganggaran modal sembari mempertaahankan struktur modal.

Pembayaran dividen mulai dilakukan, semakin tinggi rasio


pembayaran, semakin besar ekuitas eksternal yang disyaratkan. Sebagian
besar perusahaan menggunakan model itu untuk mengetahui pembayaran
dividen sepanjang periode perkiraan (umumnya 5 tahun) yang akan
menyediakan ekuitas yang cukup untuk mendukung penganggaran modal
tanpa harus menjual saham biasa yang baru atau meningkatkan rasio
strktur modal di atas kisaran optimal. Model Excel bab ini memasukan
ilustrasi proses tersebut.

Tabel 15.2 Rasio Pembayaran Dividen T&W dengan Laba Neto $60 juta
Ketika Menghadapi Berbagai Peluang Investasi ( dalam juta Dolar)

Perusahan ini sangat stabil sehingga dapat merencanakan


dividennya dengan tingkat keyakinan yang cukup tinggi. Perusahaan lain,
terutama perusahaan dalam industry yang bersifat siklis, kesulitan
memepertahankan dividen di masa-masa sulit yang nilainya terlalu

14
rendah jika dalam kondisi baik, Perusahaan seperti ini menetapkan
dividen “regular” yang sangat rendah dan kemudian menambahkannya
dengan dividen “ekstra” Ketika dalam kondisi baik, yang disebut sebagai
kebijakan dividen rendah plus ekstra (low-reguler-dividend-plud-
extras). Perusahan mengumunkan dividen regular yang rendah yang
diyakini dapat dipertahankan dalam segala situasi, dividen yang dapat
diandalkan oleh pemegang saham pada kondisi apa pun. Kemudian
Ketika kondisi baik dan menguntungkan serta arus kas tinggi, perusahaan
membayar dividen ekstra yang diinginkan. Karena investor memahami
bahwa dividen ekstra mungkin tidak dapat dipertahankan di masa depan,
investor tidak menganggapnya ketidaannya sebagai sinyal negatif.

Alternatifnya, perusahaan dapat secara temporer menunda


pembayaran dividen karena kebutuhan jangka pendek terhadap kas, tetapi
harapannya adalah mereka mampu mengembalikan dividen tersebut
Ketika situasinya Kembali normal. Sebagai contoh pada saat terjadi krisis
tumpahan minyak di Deepwater Horizon, British Petroleum tunduk pada
tekanan poliris dan menunda serangkaian pembayaran dividen selama
tiga kuartal pertama tahun 2010, dan mengunakan sebagzian dananya
untuk operasi pembersihan. British Petroelum Kembali membayar
dividen di kuartal keempat 2010 (meskipun nialainya lebih kecil
dibandingkan sebelum terjadinya tumpahan minyak).

3.2 Pendapatan, Arus Kas dan Deviden


Arus kas per saham (cash flow per share-CFPS) menelusuri EPS
dengan sangat ketat keduanya berkorelasi 0,99. Namun demikian, CFPS
selalu tinggi dari pada EPS dan selalu melebihi dividen dengan margin
yang cukup besar. Lebih jauh, dividen dibayarkan dalam bentuk kas
sehingga bahkan Ketika pendapatan tidak mencukupi untuk membayar
dividen, arus kas memperkuanya sehingga memungkinkan perusahaan
untuk mempertahankan kebijakan deviden yang stabil.
Bisa kita lihat di panel B bahwa pembayaran pendapatan sangat
berfluktuasi tetapi pembayaran arus kas (definisi sebagai DPS/CFPS)

15
relatif stabil dan selalu di bawah 100%. Arus kas yang stabil (dan tinggi)
mengindikasikan bahwa dividen Chevron relative aman, dan investor
dapat mengendalikan penerimaan itu selanjutnya. Dengan arus kas per
saham yang sangat tinggi kenaikan dividen selanjutnya (pembelian
Kembali saham dalam jumlah besar) dimungkinkan dengan asumsi tidak
ada hal buruk terjadi di pasar minyak bumi.
Chevron adlaah contoh khas perusahaan yang kuat. Dividennya
dapat diandalkan, dan tumbuh pada tingkat yang stabil. Pendapatan
relative berfluktuasi, tetapi arus kas lebih stabil, dan arus kas yang stabil
itu bertanggung jawab atas dividen yang stabil. Ketika pendapatan
berubah secara drastic baik naik turun, dividen cenderung akan
mengikuti dengan suatu jeda sementara manajemen memeutuskan apakah
perubahan pendapatan itu akan berlanjut. Jadi penurunan pendapatan
Chevron pada 2001 dan 2002 ternyata hanya sementara, sehingga
dividen dipertahankan dan bahkan naik selama tahun-tahun
tersebut.Pendapatan yang sangat besar dan aliran arus kas setelah tahun
2002 berlanjut hingga 2008. Pendapatan arus kas turun pada tahun 2009
selama perlambatan ekonomi dan Kembali ke level yang lebih tinggi
selama 2010 hingga 2012, tetapi turun di tahun 2013. Namun demikian
DPS Chevron tetap berada di bawah CFPS dan EPS -nya, yang
menyiratkan bahwa dividen, pembelian Kembali,dan investasi baru yang
menguntungkan akan terus berlanjut di masa mendatang.Bagaimanapun
Chevron berkutat dengan minyak bumi dan pada komoditas tersebut hal-
hal tak terduga dapat terjadi.

3.3 Prosedur Pembayaran


Perusahaan umumnya membayar dividen secara kuartalan dan jika
kondisinya mengizinkan, dividen itu naik sekali setiap tahun. Sebagai
contoh Karz Coprporation membayar $0,50 per kuartal pada tahun 2015,
yang berarti sebesar $2,00 per tahun. Dalam istilah keuangan umum, kita
mengatakan bahwa dividen kuartalan regular Karz adalah $0,50 dan
dividen tahunannya adalah $2,00. Pada akhir 2015 dewan direksi Karz
bertemu mengulas proyeksi tahun 2016 dan memutuskan tingkat $2,00,

16
sehingga pemegang saham dapat mengandalkan penerimaan dividen
kecuali jika terjadi masalah operasi yang tidak dapat diantisipasi.
Prosedur pembayaran aktualnya adalah sebagai berikut:
1. Tangal pengumuman. Pada tanggal pengumuman (declaration date)
misalnya tanggal 6 November direksi bertemu dan mengumumkan
dividen regular mengelaurkan pernyataan serupa dengan :”Pada 6
November direksi Karz Corporation bertemu dan mengumumkan
dividen kuartalan regular sebesar 50 sen per saham, dibayarkan
kepada pemegang saham pada saat penutupan bisnis tanggal 10
Desember, dan pembayaran akan dilakukan pada 4 Januari 2016.”
Untuk tujuan akuntasnsi dividen yang diumumkan menjadi liabilitas
actual pada tanggal pengumuman. Dalam laporan posisi keuangan,
jumlah ($0,50 x jumlah saham beredar) akan terlihat sebagai
liabilitas lancer dan saldo laba akan berkurang sejumlah yang sama.
2. Tanggal pemegang saham yang tercatat saat penutupan bisnis pada
tanggal pemegang saham yang tercatat (holder-of-recor-date), 10
Desember perusahaan menutup buku transfer sahamnya dan
Menyusun daftar pemegang saham per tanggal tersebut. Apabila
Karz Corporation menerima notifikasi penjualan sebelum penutupan
bisnis pada 10 Desember pemilik yang baru akan menerima dividen.
Namun jika notifikasi diterima pada atau setelah 11 Desember
pemilik sebelumnya yang akan menerima cek dividen.
3. Tanggal ex-divinded. Anggap Jean Buyer membeli 100 lembar
saham dari John Seller pada 7 Desember. Akankah perushaan
menerima notifikasi transfer itu tepat waktu sehingga Buyer terdaftar
sebagai pemilik yang baru sehingga perusahaan membayar dividen
kepadanya? Untuk menghindari konflik industry sekuritas telah
membuat suatu konvensi di aman ha katas dividen tetap pada saham
tersebut . Tanggal di mana hak atas dividen meninggalkan saham itu
disebut tanggal ex-dividend (ex dividend date). Dalam hal ini
tanggal ex dividend adalah sua hari kerja sebelum 10 Desember,
yaitu 8 Desember.

17
Dividen Bersama dengan saham apabila dibeli 7 Desember
pada atau sebelum tanggal ini
Tanggal ex dividend. Buyer tidak menerima 8 Desember
dividen
Buyer tidak menerima dividen 9 Desember
Tanggal pencatatan pemegang saham, 10 Desember
biasanya tidak dikhawatirkan oleh pemegang
saham

Oleh karena itu , jika Buyer ingin menerima dividen, Buyer harus
memebeli saham itu pada atau sebelum 7 Desember. Apabila Buyer
memebelinya pada 8 Desember atau sesudahnya. Seller akan menerima
dividen karena ia tercatat sebagai pemegang saham resmi.

Besarnya dividen Karz’s adalah $0,50 sehingga tanggal ex


dividend penting. Dengan mengabaikan fluktuasi di pasar saham, kita
umunnya mengharapkan harga suatu saham turun sejumlah dividen itu
pada saat tanggal ex-dividend. Jadi, jika harga saham Kartz ditutup pada
$30,50 pada 7 Desember perusahaan mungkin akan memebuka harga
pada $30 pada 8 Desember.

4. Program Reinvestasi Deviden


Selama tahun 1970-an, perusahaan-perusahan besar umunya menerapkan
program reinvestasi dividen (dividend reinvestment plan-DRIPs), di mana
pemegang saham dapat secara otimatis mengeinvestasikan Kembali dividen
mereka ke dalam saham perusahaan pembayar. Saat ini perusahaan besar
umunya menawarkan DRIPs, tetapi tingkat partisipasinya sangat bervariasi.
Terdapat dua jenis DRIPs:

1. Program yang melibatkan hanya saham lama dan teah beredar.


2. Program yang melibatkan saham yang baru diterbitkan

Dalam kedua kasus pemegang saham harus memebayar pajak atas jumlah
dividen meskipun yang diterima adalah saham, dan bukan uang tunai.

18
Berdasarkan kedua jenis DRIPs pemegang saham memilih antara terus
menerima cek dividen dan memebiarkan perusahaan menggunakan dividen
itu untuk memebeli lebih banyak saham perusahaan bagi investor.
Berdasarkan program “saham lama” perusahaan memeberikan dana yang
akan diterima oleh pemegag saham yang memilih untuk menggunakan DRIP
kepada suatu bank, yang bertindak sebagai penjamin. Bank itu kemudian
menggunakan dana tersebut untuk membeli saham perusahaan di pasar
terbuka dan mengaloaksikan saham yang telah dibeli kepada akun-akun
pemegang saham partisipan berdasarkan pro rata. Biaya transaksi dari
membeli saham (biaya pialang) rendah akibat volume pembelian sehingga
program tersebut menguntungkan pemegang saham kecil yang tidak
memerlukan dividen kas saat ini.

“ Saham baru: DRIP menginvestasikan dividen tersebut ke dalam saham


yang baru terbit, jadi program ini meningkatkan modal baru bagi perusahaan.
AT&T, Xerox, dan banyak perusahaan lain yang telah menggunakan program
saham baru untuk meningkatkan sejumlah besar ekuitas. Tidak ada komisi
yang dibebankan kepada pemegangs saham, dan beberapa perusahaan
menawarkan saham pada diskon sebesar 1% hingga 10% di bawah harga
pasar actual. Perusahaan menawarkan diskon karena mereka sebenarnya
mennaggung biaya emisi (flatation costs) apabila saham baru tersebut
dikmpulkan melalui bank investasi.

Salah satu aspek penting DRIP adalah mendorong perusahan untuk


memeperlajari ulang kebijakan dividen mendasar. Tingkat partisipasi yang
tinggi dalam DRIP menyatakan bahwa pemegang saham dapay dilayani
secara lebih baik apabila perusahaan menurunkan dividen kas, yang akan
menghemat pajak pendapatan pribadi pemegang saham. Beberapa perusahaan
telah menyurvei para pemegang saham untuk mengetahui lebih banyak
tentang tentang preferensi serta mengetahui reaksi mereka terhadap
perubahan kebijakan dividen. Pendekatan yang lebih rasional terhadap
keputusan kebijakan dividen mendasar dapat timbul dari penelitian ini.

19
Perusahaan berpindah dari saham lama ke saham DRIP baru tergantung
kebutuhan modal ekuitas mereka.

Banyak perusahaan yang menawarkan DRIP telah memeperluas program


mereka dengan cara “pendaftara terbuka” di mana siapapun dapat membeli
saham perusahaan langsung sehingga tidak perlu membayar biaya pialang.
Exxon Mobil tidak hanya mengizinkan investor untuk memebeli saham awal
mereka tanpa baiaya komisi pialang, tetapi juga juga memeilih tambahan
saham melalui penarikan akun bank secara otomatis. Beberapa program
termasuk dari Exxon Mobil menawarkan reinvestasi dividen untuk akun
pension individual, dan program lainnya membuat partisipan bebas
berinvestasi secara mingguan atau bulanan dan bukan berdasarkan jadwal
dividen kuartalan. Dengan seluruh pogram ini (dan banyak lagi lainnya),
pemegang saham dapat berinvestasi lebih banyak dari dividen yang akan
diterima, mereka hanya perlu mengirim cek dan membeli saham tanpa
membayar komisi pialang.

5. Ringkasan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Deviden


Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada pemegang saham
berdasarkan banyaknya jumlah saham yang dimiliki. Pembagian ini akan
mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tetapi
distribusi keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama
suatu bisnis. 
Menurut Sartono (2011) “kebijakan dividen adalah keputusan apakah yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi di masa datang”.
Dalam bagian ini kita mendiskusikan beberapa factor lain yang
mempengaruhi keputusan Deviden. Faktor-faktor ini dapat dikelompokkan
menjadi 4 kategori besar :
a. Batasan atas pembayaran dividen
b. Peluang Investasi
c. Ketersediaan dan biaya sumber modal alternatif

20
d. Dampak kebijakan dividen terhadap rs

5.1 Batasan
1. Kontrak Perjanjian Obligasi (brand Indentures).
Kontrak utang membatasi pembayaran dividen terhadapa laba yang
dihasilkan setelah pinjaman itu disetujui. Selain itu kontrak utang
sering kali menetapkan bahwa tidak ada deviden yang dibayarkan
kecuali rasio lancer, rasio times-interest-earned (rasio cakupan bunga
adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghormati
pembayaran utangnya) dan rasio keamanan lainya melebihi nilai
minimal yang di nyatakan.
2. Pembahasan saham preferen.
Biasanya deviden saham biasa tidak dapat dibayarkan apabila
perusahaan menghilangkan deviden saham biasa dapat dilanjutkan.
3. Aturan pelemahan modal (impairment of capital rule)
Pembayaran deviden tidak dapat melebihi “saldo laba” pada laporan
posisi keuangan. Pembahasan legal ini yang dikenal dengan aturan
pelemahan modal, didesain untuk melindungi kreditur. Tanpa aturan
ini, suatu perusahaan yang sedang kesulitan dapat mendistribusikan
Sebagian besar asetnya kepada pemegang saham dan membiarkan
para pemengang saham tidak mendapat apa-apa.
4. Ketersedian kas
Deviden kas dapat dibayar hanya dengan kas.Jadi kekurangan kas di
bank dapat membatasi pembayaran dividen. Namun demikian,
kemampuan untuk memminjam dapat menutupi factor ini.
5. Pajak penalty terhadap pendapatan yang dikumpulkan secara tidak
wajar.
Untuk mencegah individu kaya menggunakn perusahan sebagai alat
penghindar pajak pribadi. UU Pajak AS memberikan tarid khusus
untuk pendapatan yang dikumpulakn secara tidak wajar. Jadi,
apabila IRS dapat menunjukan bahwa rasio pembayaran dividen
suatu perusahaan secara sengaja ditahan untuk membantu pemegang

21
saham menghindari pajak pribadi, perusahaan itu akan dikenakan
penalty yang besar. Faktor ini relevan teruatam untuk perusahaan
yang sahamnya dimiliki oleh sekelompok orang.
5.2 Peluang Investasi
1. Jumlah Peluang Investasi yang menguntungan.
Apabila suatu perusahaan memiliki banyak sekai peluang investasi
yang menguntungan , hal ini cenderung akan menghasilkan target
rasio pembayaran yang rendah dan demikian sebaliknya apabila
perusahan itu memiliki hanya sedikit peluang investasi.
2. Kemungkinan Mempercepat atau menunda proyek.
Kemampuan untuk mempercepat tau menunda proyek membuat
perusahan lebih mematuhi deviden yang stabil.
5.3 Sumber Modal Alternatif
1. Biaya menjual saham baru.
Apabila perusahan perlu mendanai suatu level investasi tertentu,
perubahan dapat memperoleh ekuitas dengan saldo laba atau
menerbitkan saham baru.
2. Kemampuan untuk mengantikan utang dengan ekuitas.
Biaya emisi saham yang rendah memungkinkan kebijakan deviden
yang lebih fleksibel karena ekuitas dapat dikumpulkan melalui saldo
laba atau menjual saham yang baru.
3. Kendali
Apabila manajemen, ingin mempertahankan kendali perusaahan
mungkin enggan untuk menjual saham baru, sehingga perusahaan
dapat menahan lebih banyak dibandingkan dengan seharusnya.
Namun demikian, apabila pemegang saham menginginkan
4. deviden lebih tinggi, serta muncul perebutan kendali dividen dapat
ditingkatkan.
5.4 Dampak Kebijakan deviden Terhadap rs
Dapat dikelompokkan ke dalam 4 faktor :
1. Keinginan para pemegang saham untuk pendapatan saat ini dan masa
yang akan datang

22
2. Persepsi resiko dividen versus keuntungan modal
3. Manfaat pajak dari keuntungan modal
4. Konten informasi (sinyal) atas dividen.

6. Deviden Saham Dan Pemecahan Saham


Deviden saham pada awalnya digunakan sebagai pengganyi deviden kas
regular oleh perusahaan yang kekurangan kas. Walaupun demikian, saai ini
tujuan utama dividen saham adalah untuk meningkatkan jumlah saham
beredar dan menurunkan harga saham di pasar.
Perusahaan memulai operasi hanya dengan beberapa ribu lembar saham
yang beredar, dan setelah beberapa tahun pertumbuhan, masing-masing
saham Poter memiliki EPS/ Earning Per Share (EPS) adalah pendapatan
yang didapat untuk setiap lembar saham yang dimiliki dan DPS/Dividen Per
Share (DPS) adalah dividen atau laba yang dibagikan kepada pemegang
saham untuk setiap lembar saham yang dimiliki. yang sangat tinggi.
Ketika rasio PE yang “normal” ditetapkan , harga pasar yang terjadi sangat
tinggi sehingga hanya sedikit orang yang mampu membeli sebuah “satu lot”
sebayak 100 lembar. Hal ini membatasi permintaan saham itu sehingga
menjadikan nilai pasar total perusahaan berada dibawah nilainya
dibandingkan jika lebih banyak saham beredar pada harga yang lebih murah.
Untuk memperbaiki situasi ini, Pother “memecahkan sahamnya” seeprti
dijelaskan sebagai berikut:

6.1 Pemecahan Saham (stock split)


Pemecahan Saham (Stock Split) adalah suatu tindakan yang
diambil perusahaan untuk meningkatkan jumlah saham beredar, seperti
menggandakan jumlah saham beredar dengan memberikan masing-
masing pemegang saham, dua saham baru untuk setiap lembur saham
lama yang mereka miliki.
6.2 Dividen Saham (stock dividend)

23
Dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham tambahan, bukan
kas. Pemecahan saham umumnya digunakan setelah terbentuk harga
yang tinggi sehingga memerlukan penentuan harga. Dividen saham, yang
digunakan secara regular setiap tahun menjadikan harga saham lebih
banyak atau lebih sedikit terbatasi.
6.3 Dampak Terhadap Harga Saham
Apabila suatu perusahaan memecah sahamnya atau mengumumkan
dividen saham, hal ini meningkatkan nilai pasar sahamnya. Berikut untuk
penelitiannya :
1. Secara rata-rata, harga saham suatu perusahaan baik segera setelah
perusahaan mengumumkan pemecahan saham atau dividen saham
2. Salah satu alasan bahwa pemecahan saham dan deviden saham dapat
menyebabkan harga yang lebih tinggi adalah investor sering kali
menggangap pemecahan saham dan dividen saham sebagai sinyal
laba masa depan yang lebih tinggi.
3. Apabila suatu perusahaan mengumumkan pemecahan saham atau
deviden, harganya cenderung naik. Namun demikian, apabila selama
beberapa bulan ke depan perusahan tidak mengumukan kenaikan
laba dan deviden, harga saham umumnya akan turun kembali ke
level semula. Hal ini mendukung efek sinyal yang telah kita
diskusikan sebelumnya.
4. Dengan menerbitkan lebih banyak saham dan menurunkan harganya,
pemecahan saham juga dapat meningkatkan likuiditas saham. Hal ini
cenderung menigkatkan nilai perusahaan.
5. Terdapat bukti bahwa harga saham mengubah bauran para
pemegangnya. Promosi perdagangan yang dilakukan oleh investor
cenderung meningkat setelah pemecahan saham, sementara proposal
perdagangan yang dilakukan oleh investor internasional cenderung
menurun.

Jadi dapat disimpulkan menurut sudut pandang ekonomi murni, deviden


sahara dan pemecahan saham hanyalah penambahan lembaran kertas. Namun

24
hal itu, memberikan cara yang relatif lebih murah bagi manajeman untuk
memberikan sinyal bahwa prospek perusahaan terlihat baik.

7. Pembelian Kembali Saham


Pembelian kembali saham (stock Repurchases) adalah transaksi di mana
perusahaan membeli kembali saham mereka sehingga mengurangi jumlah
saham yang beredar, meningkatkan EPS, dan seringkali meninkatkan harga
saham. Saham yang telah dibeli kembali oleh perusahaan disebut saham
tresury. Apabila beberapa saham beredar tersebut dibeli kembali, berarti lebih
sedikit sisa saham yang masih beredar.
Terdapat tiga jenis pokok pembelian kembali saham:
1. Situasi dimana perusahaan memiliki kas yang tersedia untuk
didistribusikan kepada pemegang saham dan perusahaan mendistribusikan
kas ini dengan membeli kembali sahan dan bukan membayarkan deviden
tunai.
2. Situasi dimana perusahaan menyimpulkan bahwa struktur modalnya
sangat terbebani dengan ekuitas dan perudahaan menjual surat utang dan
menggunakan hasilnya untuk membeli kembali saham.
3. Situasi dimana perusahaan memberikan epsi bagi karyawan dan
perusahaan menggunakan pembelian kembali dipasar terbuka untukl
memperoleh saham ketika opsi tersebut dilaksanakan.

7.1 Dampak Pembelian Kembali Saham


Ilustrasi :
Data di American Development Corporation (ADC). Perusahaan
ini berharap memperoleh $ 4,4 juta. Pada tahun 2015 dan berencana
menggunakan 50 % dari jumlah ini (2,2 juta ) untuk membeli kembali
saham biasanya. Terdapas 1,1 juta lembar saham yang beredar, dan
harga pasarnya adalah $ 20 per lembar. ADC meyakini bahwa

25
perusahaan dapat menggunakan $ 2,2 juta itu untuk membeli kembali
110.000 lembar sahamnya pada harga saat inisbesar $20 per lembar.
Dampak pemebelian kembali terhadap EPS dan harga pasar persaham
dari sisa saham dapat dianalisis sebagai berikut:
1. EPS saat ini = laba total/jumlah saham=$4,4 juta/$1,1 juta=$4,00
per lembar
2. Rasio P/E=$20/$4=5 kali
3. EPS setelah membeli kembali 110.000 lembar saham= $4,4
juta/$0.99 juta=$4,44 perlembar.
4. Rasio P/E setelah pembelian kembali=420/$4,44=4,50 kali.

7.2 Keuntungan Pembelian Kembali Saham


1. Pengumuman pembelian kembali dapat dipandang sebagai sinyal
positif oleh investor karena pembelian kembali sering kali
dimotivasi oleh keyakinan manajemen bahwa nilai saham
perusahaan terlalu rendah dari seharusnya.
2. Pera pemegang saham memiliki pilihan ketika perusahaan
mendistribusikan kas dengan membeli kembali saham-saham
dapat menjual atau tidak menjual.
3. Pembelian kembali dapat menghilangkan sebagian besar saham
yangmenggantung dipasar dan menyebabkan harga per lembar
saham rendah..
4. Deviden “melekat”di jangka pendek karena manajemen enggan
untuk meningkatkan deviden apabila peningkatan tersebut tidak
dapat dipertahankan dimasa depan manajemen tidak menyukai
pemotongan deiden kas karena sinyal negatif yang
ditimbulkannnya.
5. Perusahaan dapat menggunakan modal deviden residual
untukmenetapkan targetytingkat distribusi kas, kemudian
membagi distribusi tersebut kedalam suatu komponene deviden
dan komponenepembelian kembali.
6. Pembelian kembali saham dapat digunakan untuk memproduksi
perubahan skala besar dalam struktur modal.

26
7. Perusahaan yang menggunakan opsi saham sebgai komponene
penting kompensasi karyawan dapat membeli kembali saham dan
menerbitkan ulang saham tersebut ketika karyawan menggunakan
opsinya.

7.3 Kerugian Pembelian Kembali Saham


1. Pemegang saham mungkin bersikap sama saja antara deviden dan
keuntungan modal, dan harga saham dapat lebih diuntungkan dari
deviden kas dibandingkan dari pembelian kembali saham.
2. Pemegang saham yang menjual sahamnya mungkin tidak
sepenuhnya menyadari implikasi dari pembelian kembali atau
mereka tidak memiliki seluruh informasi tentang aktivitas saat ini
dan masa depan perusahaan.

3. Perusahaan mungkin membayar terlalu tinggi harga pembelian


kembali saham sehingga merugikan pemegang saham lainnya
7.4 Kesimpulan dari Pembelian Kembali Saham
1. Karena penanggungan pajak terhadap keuntungan
modal,pembelian kembali memiliki keuntungan pajak
dibandingkan dividen sebagai cara mendistribusikan laba kepada
pemegang saham.
2. Karena terdapat efek sinya,perusahaan sebaiknya tidak membayar
deviden yang berfluktuasihalitu melemahkan keyakinan investor
terhadap perusahaan dan mempengaruhi biaya ekuitas dan harga
saham secara negatif. Namun demikian arus kas bervariasi seiring
waktu sesuai dengan peluang investasi.
3. Pembelian kembali saham bermanfaat ketika suatu perusahaan
ingin mengubah drastis struktur modalnyauntukmendistribusikan
dna tunai yang berasal dari kejadian satu kali.

27
BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan
Deviden adalah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada
pemegang saham. Kebijakan deviden adalah kebijakan pembagian
pendapatan yang harus diikuti dalam membuat keputusan deviden.
Dalam memutuskan seberapa besar jumlah kas yang didistribusikan
manajer keuangan harus selalu diingat bahwa tujuan perusahaan adalah untuk
memaksimalkan nilai pemegang saham. Sehingga sebagian besar sasaran
rasio pembayaran yang didefinisikan sebagai presentase laba bersih yang
akan dibayayarkan sebagai deviden tunai, seharusnya didasarkan oleh
preferensi investor atas deviden versus keuntungan modal.
Program reinvestasi deviden merupakan suatu program yang
memungkinkan pemegang saham secara otomatis menginvestasikan kembali
deviden yang diterim kembali ke saham perusahaan yang melakukan
pembayaran.
Deviden saham adalah suatu dividen yang dibayarkan dalam bentuk
tambahan lembar saham dan bukan dalam bentuk tunai. Pecah saham
merupakan suatu tindakan yang diambil oleh suatu perusahaan untuk
meningkatkan jumlah lembar saham beredar.

2. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunta banyak kekurangan dan kelemahan
karena terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang kami
peroleh oleh karena itu penulis banyak berharap kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini.

28
Daftar Pustaka

Brigham,Houstom.2019.Dasar Dasar Manajemen Keuangan Edisi 14, Buku 2.


Jakarta : Salemba Empat

29

Anda mungkin juga menyukai