Anda di halaman 1dari 3

Peran Bank Investasi

Bank Investasi terlibat merger melalui beberapa cara:


1) Membantu mengatur merger
Bank-bank investasi memiliki departemen merger dan akuisisi yang beroperasi di
bagian keuangan korporat. Departemen ini mengidentifikasi perusahaan yang
memiliki kelebihan kas yang ingin membeli perusahaan lain; perusahaan yang ingin
dibeli; serta perusahaan yang, karena berbagai alasan, menarik bagi perusahaan lain.

2) Membantu perusahaan target mengembangkan dan mengimplementasikan taktik


defensif
Pertahanan mencakup taktik seperti:
a. Mengubah anggaran dasar perusahaan sehingga hanya satu pertiga dari
direktur yang dipilih setiap tahun dan/atau sehingga diperlukan 75%
persetujuan yang dibutuhkan untuk menyetujui merger
b. Berusaha meyakinkan perusahaan pemegang saham perusahaan target
bahwa harga yang ditawarkan terlalu rendah.
c. Menghembuskan isu anti-monopoli sehingga departemen kehakiman turun
tangan
d. Membeli kembali saham di pasar terbuka dalam usaha mendorong harga di
atas yang ditawarkan calon pengakuisisi.
e. Mendapatkan white knight yang diterima oleh pihak manajemen perusahaan
untuk bersaing dengan calon pengakuisisi.
f. Mendapatkan white squire yang bersahabat dengan manajemen saat ini
untuk membeli saham perusahaan target yang cukup untuk menghalangi
merger
g. Mengambil poison pill, yaitu taktik seperti pinjaman bersyarat yang
mengharuskan pengembalian langsung dari seluruh pinjaman apabila
perusahaan diakuisisi.

3) Membantu menilai perusahaan target


Apabila merger sukarela sedang diusahakan oleh kedua perusahaan, penting untuk
dicatat bahwa harga yang disetujui merupakan harga wajar. Jika tidak, maka kedua
belah pihak akan menyewa bank investasi untuk mengevaluasi perusahaan target
dan membantu menciptakan nilai wajar.

4) Membantu pembiayaan merger


Agar berhasil dalam bisnis merger dan akuisisi (M&A), suatu bank investasi harus
dapat menawarkan paket pembiayaan kepada klien, baik pengakuisisi yang
membutuhkan modal untuk mengambil alih perusahaan atau perusahaan target yang
berusaha membiayai rencana pembelian kembali saham atau pertahanan lain
terhadap pengambilalihan.

5) Berinvestasi di perusahaan kandidat merger


Arbitrase risiko (Arbritrageurs atau “arbs”) berspekulasi di saham perusahaan yang
akan mengambil alih perusahaan target. Modal yang besar diperlukan untuk
berspekulasi di banyak efek sehingga menurunkan risiko serta menguntungkan
dengan spread yang kecil. Meskipun demikian, bank investasi besar memiliki
perangkat yang diperlukan untuk melakukannya. Agar berhasil, arbitraser harus
mampu mendeteksi perusahaan target, menilai kemungkinan tawaran akan berhasil,
serta masuk dan keluar pasar secara cepat agar biaya transaksi rendah.

Apakah Merger Menciptakan Nilai? Bukti Empiris


Aktivitas merger menimbulkan 2 pertanyaan, (1) apakah akuisisi perusahaan menciptakan
nilai? (2) jika demikian, bagaimanakah kedua pihak saling berbagi nilai? Mempelajari
pergerakan harga saham dapat memperjelas isu tentang siapa yang diuntungkan dari
merger. Akan tetapi, kita tidak dapat begitu saja mengamati harga saham setelah tanggal
pengumuman merger karena faktor-faktor lain juga dapat mempengaruhi harga saham.
Banyak penelitian yang telah mempelajari respons harga saham perusahaan pengakuisisi
dan perusahaan target terhadap merger dan penawaran tender. Hasilnya sangat konsisten:
rata-rata, harga perusahaan target meningkat sekitar 30% pada pengambilalihan paksa,
sementara merger sukarela rata-rata kenaikan adalah sekitar 20%. Namun, baik dalam
kesepakatan paksa maupun sukarela, harga saham perusahaan pengakuisisi rata-rata tetap
sama. Sebagai penyeimbang, bukti tersebut mengindikasikan (1) akuisisi memang
menciptakan nilai, (2) pemegang saham perusahaan target meraup hampir semua
keuntungannya.

Aliansi Korporat
Merger merupakan suatu cara bagi 2 perusahaan untuk menggabungkan kekuatan. Tetapi
banyak perusahaan yang melakukan kesepakatan kooperatif, yang disebut aliansi korporat
atau aliansi strategis (Corporate or Strategic Alliance)
Satu bentuk aliansi korporat adalah joint venture, di mana bagian-bagian perusahaan
bergabung untuk mencapai tujuan tertentu yang terbatas. Joint venture dikendalikan oleh
tim manajemen yang terdiri atas dua (atau lebih) perusahaan induk.
Investasi Private Equity
Tidak semua perusahaan target diakuisisi oleh perusahaan publik. Dalam beberapa tahun
terakhir, semakin banyak perusahaan yang diakuisisi oleh perusahaan ekuitas swasta.
Perusahaan swasta mengumpulkan modal dari individu-individu kaya dan mencari peluang
melakukan investasi yang menguntungkan. Dalam banyak kasus, perusahaan-perusahaan
ini melakukan pembelian terutang (leveraged buyout- LBO) di mana sekelompok kecil
investor, yang biasanya termasuk manajemen saat ini, mengakuisisi suatu perusahaan di
dalam suatu transaksi yang terutama dibiayai dengan utang. Utang ini dilunasi dengan dana
yang dihasilkan oleh operasi perusahaan yang diakuisisi dan sering kali dengan penjualan
beberapa asetnya.
Divestasi
Terdapat empat jenis divestasi, yaitu :
1) Menjual unit operasi kepada perusahaan lain
2) Mengatur bisnis yang akan didivestasi sebagai perusahaan terpisah dan kemudian
melakukan spin-off kepada pemegang saham perusahaan yang mendivestasi
3) Mengikuti langkah-langkah spin-off tetapi hanya menjual sebagian saham
perusahaan
4) Melikuidasi aset secara langsung
Dalam suatu spin-off, pemegang saham saat ini perusahaan diberikan saham baru yang
mewakili hak kepemilikan terpisah pada divisi yang didivestasi. Divisi tersebut
menciptakan dewan direksi dan kantornya sendiri, dan menjadi perusahaan yang terpisah.
Sedangkan dalam suatu carve-out, kepemilikan saham minoritas atas perusahaan anak
dijual kepada pemegang saham baru sehingga perusahaan induk memperoleh likuiditas
baru tetapi tetap memegang kendali. Akhirnya, dalam suatu likuidasi, aset suatu divisi
dijual sedikit demi sedikit dan buka sebagai entitas operasi.

Anda mungkin juga menyukai