2. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara Merger & Akuisisi dan tentukan tipe-tipe
Merger& Akuisisi secara detil!
Jawaban No. 2:
Persamaan Merger & Akuisisi
a. Merupakan transaksi yang digunakan bisnis untuk mengubah kepemilikan dan
mengkonsolidasikan posisinya di pasar.
b. Merupakan salah satu faktor internal yang dapat membuat harga saham naik atau
turun. Hal ini menyangkut kebijakan yang diambil jajaran manajemen perusahaan
meskipun ujung-ujungnya tetap harus mendapat persetujuan pemegang saham.
c. Memiliki tujan yang hampir sama, yaitu untuk mendapatkan keuntungan dari hal-
hal terkait perpajakan, sinergi, manfaat finansial, peningkatan daya saing, dan
lainnya.
d. Memiliki kelemahan tseperti peningkatan pergantian karyawan, konflik dalam
perbedaan budaya entitas, dan lainnya.
e. Rata-rata perusahaan yang menjalankan strategi Merger dan Akuisisi adalah
perusahaan-perusahaan yang Go-Public.
Perbedaan Merger & Akuisisi
a. Bentuk dan Identitas Perusahaan
Merger merupakan gabungan dua perusahaan atau lebih menjadi satu
perusahaan dan punya identitas baru. Contohnya ialah merger antara XL dan
AXIS pada tahun 2014.
Akuisisi adalah ketika suatu perusahaan membeli perusahaan lain dan punya
kendali atas perusahaan yang dibeli namun identitas perusahaan yang dibeli
tidak hilang. Contoh perusahaan yang melakukan akuisisi adalah Philip Morris
Internasional yang mengakuisisi PT HM Sampoerna.
b. Proses
Pada merger, kedua atau lebih perusahaan akan dibubarkan dan membentuk
perusahaan baru.
Pada akuisisi, perusahaan yang bertindak sebagai pengakuisisi ataupun
perusahaan yang diakuisisi tidak akan dibubarkan dan tetap memiliki
eksistensinya masing-masing.
c. Operasi
Merger adalah penggabungan yang bisa terjadi antara dua perusahaan dengan
ukuran yang sama, meskipun jika berbeda pun mungkin saja.
Akuisisi kemungkinan besar terjadi ketika perusahaan dengan kapasitas lebih
besar membeli lebih dari setengah saham sebuah perusahaan lainnya yang
lebih kecil.
d. Kewenangan dan Manajemen
Pada merger, kewenangan antara perusahaan yang mengakuisisi dan diakuisisi
cenderung sama. Dari segi manajemen, perusahaan merger tidak mengalami
banyak perubahan dalam hal struktur manajemen dan kepemilikan.
Pada akuisisi, perusahaan yang mengakuisisi punya kewenangan atau kekuatan
lebih dari perusahaan yang diakuisisi. Dari segi manajemen akan mengalami
perubahan karena manajemen dan kepemilikannya diambil alih oleh
perusahaan pengakuisisi.
e. Masalah Legalitas dan Hukum
Untuk merger, proses legalitas lebih sulit dibanding akuisisi karena melibatkan
banyak formalitas legal yang harus dilalui.
Proses akuisisi lebih cepat karena formalitas legalnya lebih sedikit dibanding
merger. Namun, akuisisi butuh banyak uang dan aset agar sebuah perusahaan
mampu melakukannya.
f. Tujuan
Merger biasanya dilakukan oleh bisnis untuk menurunkan biaya operasional
dan memperluas cakupan di pasar serta meningkatkan keuntungan.
Akuisisi sering dilakukan untuk membeli perusahaan pemasok agar biaya
produksi per unit lebih rendah, dan kapasitas produksi meningkat. Perusahaan
terakuisisi juga bisa menghasilkan lebih banyak variasi produk karena
mendapatkan teknologi serta keahlian pekerja yang lebih mutakhir.
g. Bagian yang Menguntungkan
Pada merger, kedua organisasi yang terlibat dapat memperoleh manfaat dari
serikat pekerja karena mereka dapat terus beroperasi dan menggunakan
sumber daya kolektif mereka untuk meningkatkan keseluruhan proses
organisasi baru.
Pada akuisisi biasanya menghasilkan satu perusahaan diuntungkan dari
transaksi lebih dari yang lain. Hal ini karena perusahaan yang dibeli dalam
akuisisi biasanya tidak ada lagi atau terus beroperasi di bawah nama
perusahaan yang mengakuisisi, yang dapat menghubungkan kesuksesan apa
pun yang dialaminya dengan perusahaan yang membelinya.
Tipe-Tipe Merger & Akuisisi
a. Tipe Merger berdasarkan aktivitas ekonomi ialah:
Merger Konglomerasi
Penggabungan dua atau lebih perusahaan yang terlibat dalam kegiatan bisnis
yang berbeda.
Merger Kongenerik/Merger Ekstensi Produk
Penggabungan dari dua atau lebih perusahaan yang beroperasi di pasar atau
sektor yang sama dengan cara berbeda.
Merger Perluasan Pasar
Penggabungan perusahaan yang menjual produk sama, tetapi pasarnya
berbeda.
Merger Horizontal
Penggabungan perusahaan yang beroperasi dalam industri yang sama.
Biasanya merupakan pesaing yang menawarkan produk atau layanan sejenis.
Merger Vertikal
Penggabungan dua perusahaan yang memiliki tingkat berbeda dalam rantai
pasokan industri yang sama. Biasanya pemain bisnis utama dengan perusahaan
distributor atau pemasok yang bekerja sama dengannya.
Tipe Merger berdasarkan pola merger ialah
Mothership Merger
Mothership merger adalah pengadopsian satu pola atau sistem untuk dijadikan
pola atau sistem pada perusahaan hasil merger. Biasanya perusahaan yang
dipertahankan hidup adalah perusahaan yang dominan dan sistem pola bisnis
perusahaan yang dominan inilah yang diadopsi.
Platform Merger
Mothership merger adalah pengadopsian satu pola atau sistem untuk dijadikan
pola atau sistem pada perusahaan hasil merger. Biasanya perusahaan yang
dipertahankan hidup adalah perusahaan yang dominan dan sistem pola bisnis
perusahaan yang dominan inilah yang diadopsi.
Tipe Merger berdasarkan objek pajak (terkena pajak) ialah
Merger ke Depan (Forward Merger)
4. Apakah manfaat dari membuat analisis Rasio Pertukaran Saham (RPS) dalam tahap
Financial Due Dilligence (FDD)? Jelaskan!
5. Apakah suatu Merger & Akusisi dapat dinyatakan batal? Jika ya, maka pihak
manakah yang memiliki kekuatan untuk membatalkan?
6. Dari tugas kelompok M & Amasing-masing yang sudah dibahas pada kuliah ke-6 tanggal
29 April 2023 maka bahaslah profil bidder & target, jelaskan faktor internal dan eksternal
yang mendorongM & A serta identifikasi pokok persoalan dan hasilpositif yang dicapai
dari kasus tugas kelompok M & A ini.
Jawaban No. 6:
Profil Bidder (Bangkok Bank)
a. Bangkok Bank berdiri sejak tahun 1944 dan merupakan bank terbesar ke-6 di Asia
Tenggara dan bank terbesar di Thailand berdasarkan total aset.
b. Bangkok Bank adalah pelopor dalam perbankan internasional di Thailand dengan
cabang di luar negeri yang tersebar di 14 negara, yaitu Kamboja, China, Hong
Kong, Indonesia, Jepang, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Taiwan,
Inggris, Amerika Serikat, dan Vietnam.
c. Subsidiaries & Investments Bangkok Bank ialah:
Bangkok Bank Berhad, berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia , menyediakan
berbagai layanan perbankan untuk nasabah individu dan bisnis.
Bangkok Bank (China) Limited, kantor pusat di Shanghai dan cabang di kota-
kota besar di China, menyediakan berbagai layanan perbankan.
Bualuang Securities Public Company Limited (BLS), berbasis di Bangkok,
Thailand, menyediakan layanan lengkap broking, investment banking, fund
management and research & analysis.
Sinnsuptawee Asset Management Company Limited, berbasis di Bangkok,
untuk mengelola properti dan mendistribusikan aset yang ditransfer dari
Bangkok Bank.
Bualuang Ventures Company Limited, salah satu perusahaan modal ventura
terkemuka di Thailand dengan modal terdaftar sebesar 2.000 juta Bath.
BSL Leasing Company Limited, menawarkan jasa penyewaan, sewa beli, dan
layanan terkait lainnya.
Bangkok Capital Asset Management Company Limited, anak perusahaan
Bualang Securities PCL, menyediakan pengelolaan dana termasuk reksa dana,
dana ETF, provident funds, dan private funds.
BBL Asset Management (BBLAM) Company Limited, berbasis di Bangkok,
bisnis berkisar di investment management seperti reksadana, dana property,
infrakstruktur, REITs, private funds, provident funds.
d. Business Partners Bangkok Bank ialah:
Bangkok Life Assurance Public Company Limited, merupakan perusahaan
asuransi jiwa terkemuka yang berusaha membangun stabilitas keuangan untuk
semua lapisan masyarakat dengan produk asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
yang memenuhi kebutuhan pelanggan.
Bangkok Insurance Public Company Limited, merupakan perusahaan asuransi
non-jiwa terkemuka di Thailand dengan komitmen terhadap manajemen
standar internasional untuk memberikan layanan yang efisien kepada
pelanggan dan mitra bisnis dengan cabang dan pusat layanan yang berlokasi di
semua wilayah.
Faktor internal dan eksternal yang mendorong merger dan akuisisi ini ialah:
Bangkok Bank sebagai bidder melakukan merger dan akuisisi dengan Bank Permata untuk
memperluas pasar. Merger dan akuisisi ini sejalan dengan strategi Bangkok Bank. Strateginya
ialah melakukan ekspansi internasional (terutama negara ASEAN). Strategi ini diterapkan
oleh Bangkok Bank karena suku bunga di Thailand yang cenderung tetap rendah. Negara
Indonesia adalah fokus utama, karena merupakan salah satu negara yang ekonominya tumbuh
paling cepat di Asia dengan fundamental makro ekonomi yang sangat mendukung, demografi
yang menguntungkan, dan peningkatan integrasi regional ASEAN.
Bangkok Bank tertarik untuk membeli Bank Permata karena Bank Permata menawarkan
platform kokoh yang melengkapi tujuan strategis Bangkok Bank, termasuk jaringan distribusi
yang luas, merek ritel yang kuat, serta kecanggihan kemampuan digital. Kedepannya,
Bangkok Bank pun akan mendorong digitalisasi Bank Permata melalui pembukaan digital
branch dan juga semakin mengembangkan fitur mobile banking Bank Permata.
Dengan merger dan akuisisi, kehadiran Bangkok Bank di Indonesia akan semakin kuat. Basis
nasabah Bank Permata akan lebih luas, termasuk jaringan nasabah Bangkok Bank Group
yang berdomisili di Indonesia. Bank Permata akan menjadi bank universal yang fokus pada
kredit di segmen nasabah ritel, UMKM maupun korporasi. Nasabah Permata Bank juga bisa
melakukan transaksi perbankan terkait supply chain dan trade, yang menjadi kekuatan
Bangkok Bank. Selain itu, nasabah Bangkok Bank juga akan memiliki akses ke lebih dari 300
cabang Permata di seluruh Indonesia, layanan perbankan ritel, syariah dan perbankan digital
serta akses pembiayaan dengan mata uang Rupiah yang lebih luas. Oleh karena itu lah,
Bangkok Bank akhirnya memutuskan untuk membeli Bank Permata dengan nilai akuisi
sebesar 37 Triliun Rupiah (harga pembelian Rp 1,498/Saham).
Hasil positif yang dicapai dari merger dan akuisisi ini ialah:
a. Pasar menjadi lebih luas karena jaringan Bank Bangkok yang luas dan kemampuannya
di lintas pasar utama Asia akan saling melengkapi penawaran produk dan membawa
nilai tamabah yang signifikan bagi nasabah Bank Permata.
b. Memiliki kapabilitas untuk mendukung pertumbuhan nasabah sekaligus memenuhi
kebutuhan finansial individu maupun bisnis di Indonesia.
c. Nasabah Bangkok Bank memiliki akses lebih dari 300 cabang Bank Permata di
Indonesia, layanan perbankan ritel, syariah, dan perbankan digital serta akses
pembiayaan dengan mata uang Rupiah yang lebih luas.
d. Nasabah PermataBank dapat melakukan transaksi perbankan terkait dengan supply
chain dan trade yang merupakan kekuatan Bangkok Bank sebagai institusi perbankan
korporasi terbesar di Thailand.
e. Bank Permata dapat memenuhi persyaratan regulasi untuk menjadi salah satu bank
BUKU IV di Indonesia dengan total modal lebih dari Rp 30 triliun dan rasio modal
lebih dari 30%.
f. Setelah proses integrasi dengan Bangkok Bank, per 31 Desember 2021 membukukan
pertumbuhan asset sebesar 18,5% dibandingkan tahun 2020.
g. Setelah proses integrasi dengan Bangkok Bank, per 31 Desember 2021 membukukan
kenaikan DPK (Dana Pihak Ketiga) sebesar 23,5%, hal ini menunjukkan kenaikan Trust
dari nasabah dan meningkatnya dana murah ini dapat mendukung usaha inti serta
mengoptimalkan penyaluran kredit secara berkesinambungan.
h. Setelah proses integrasi dengan Bangkok Bank selesai, per 31 Desember 2021
membukukan kenaikan pendapat bersih sebesar 16,9%, dan pertumbuhan laba bersih
sebesar 70,6% dibandingkan tahun 2020.
7. Jelaskan bagaimana aspek budaya akan memegang peranan penting bagi
keberhasilan M & A internasional dan bahkan sebaliknya? Berikan contoh!
Jawaban No.7:
Budaya merupakan keyakinan yang membentuk suatu norma perilaku dan menentukan yang
dapat dilakukan didalam sebuah organisasi. Budaya secara tidak langsung mengatur
bagaimana suatu organisasi harus bertindak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu
organisasi tentunya dipengaruhi oleh budaya organisasi.
Perbedaan budaya 2 atau lebih perusahaan yang akan bergabung dapat menjadi penyebab
utama kegagalan dalam merger dan akuisisi. Yang dimaksud dari perbedaan budaya
perusahaan ini ialah perbedaan kepercayaan, nilai-nilai dan praktik-praktik antara perusahaan
yang mengambilalih dengan perusahaan yang diambil alih. Perbedaan budaya ini seringkali
menimbulkan kesalahpahaman atau konflik dalam organisasi. Konflik budaya perusahaan
bisa terjadi apabila dua perusahaan tersebut memiliki pendapat yang berbeda tentang apa
yang terjadi, apa yang harus diukur, bagaimana membuat keputusan yang baik, bagaimana
mengelola sumber daya, bagaimana mensupervisi karyawan, bagaimana membagikan
informasi dan lain-lain. Konflik budaya ini yang akan mengurangi kinerja perusahaan dan
berdampak pada pelayanan terhadap konsumen.
Kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dipengaruhi oleh kemampuan
menggabungkan budaya perusahaan yang mana meliputi cultural due diligence, cross-
cultural communication, connection, dan control.
a. Cultural due diligence adalah penetapan kesesuaian budaya dalam akuisisi
internasional. Kesesuaian budaya bukan berarti budaya tersebut harus sama persis,
melainkan dua kebudayaan yang dapat digabungkan. Cultural due diligence dilakukan
sebelum proses akuisisi yang mana dapat memampukan pihak pengambilalih
menentukan apakah penggabungan dari budaya yang berbeda tersebut memiliki
kemungkinan keberhasilan setelah tahap akuisisi terjadi.
b. Cross-cultural communication, yaitu komunikasi dua arah antara perusahan yang
terlibat dalam akuisisi yang mana dapat memastikan bahwa manajer dan pekerja dari
masing- masing perusahaan dapat saling bertukar informasi mengenai budaya
perusahaan mereka. Buruknya komunikasi antar kedua belah pihak
dapat mengakibatkan timbulnya ketidakjelasan, ketakutan dan desas-desus antara
perusahaan yang terlibat, sehingga dapat mengakibatkan gagalnya proses akuisisi.
c. Connection, yaitu ikatan sosial dan hubungan terstruktur antara perusahaan yang
terlibat dalam akuisisi.
d. Control yang harus dilakukan agar dapat membentuk komitmen, kepercayaan dan
kerjasama antara perusahaan yang bergabung yang dapat berkontribusi bagi
keberhasilan penggabungan budaya perusahaan. Control tersebut harus dilakukan baik
dari sisi perusahaan pengambilalih maupun perusahaan yang diambil alih.
Sehingga dapat disimpulkan, budaya memegang peranan yang sangat penting dalam
keberhasilan merger dan akuisisi. Hal ini dikarenakan budaya dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan. Oleh karna itu, penting bagi perusahaan untuk memiliki kemampuan dalam
menggabungkan budaya.
Contoh:
Merger antara Volvo dan Ford
Volvo dan Ford juga memiliki perbedaan budaya perusahaan (Salama, Holland, & Vinten,
2003), seperti yang ditampilkan pada tabel berikut:
Volvo Ford
Decentralized firm dan teamwork oriented. Structured, hierarchical dan centralized
Volvo menerapkan participatory style of
management yang membebaskan level
bawah untuk membuat keputusan
Manajemen, pekerja, dan serikat pekerja Manajemen atas kurang dapat bekerjasama
mampu bekerjasama dalam rangka dengan pekerja bagian bawah
pencapaian hasil bisnis yang baik
Pekerja Volvo mendapat gaji setiap bulan, Pekerja Ford bagian blue collar workers
termasuk juga blue collarworkers tidak mendapat gaji setiap bulan
Pekerja Volvo merasakan sekali dampak pergerakan dari penggabungan AB Volvo Groups
dengan Ford Motors Group. Sebelumnya Volvo memegang 51% dari seluruh bisnis di
grupnya, yang meliputi bis, mesin kapal laut dan produk terkait lainnya.Setelah diambilalih
oleh Ford, maka posisi tersebut telah berubah secara drastis. Volvo kini hanya memegang 8%
dari total bisnis pada Ford Motor Company. Hal tersebut tentu saja merupakan perubahan
yang sangat besar bagi Volvo. Dulunya Volvo memegang mayoritas bisnis namun kini
menjadi minoritas. Namun hal ini tidak membuat Volvo menyerah dalam posisinya. Volvo
dan Ford berupaya untuk menggabungkan dua product lines utama mereka. Ford Motor
Company mendirikan 2 divisi utama: Premium Automotive Group (PAG) dan Ford Cars.
Divisi Ford berkonsentrasi pada produk-produk yang lebih tradisional seperti Ford
Fiesta.Sementara divisi PAG berfokus pada produknya yang premium, seperti Jaguar, Land-
Rover, Astin Martin, Lincoln dan Volvo.
Sebelum melakukan merger dan akuisisi, kedua perusahaan ini melakukan due diligence
untuk memahami dan mengenal lebih dalam perusahaan target. Proses due diligence tersebut
memakan waktu sekitar 6 bulan dan berfokus terutama pada sinergi faktor keuangan.
Kemudian dibentuklah integration team. Tim ini melaporkan hasil pemahaman yang mereka
dapatkan mengenai perusahaan target kepada para eksekutif Volvo dan Ford. Integration team
dibentuk untuk menemukan sinergi di beberapa area seperti power trend, pembelian,
pemasaran, R&D, dan lain-lain. Tim ini terdiri dari sejumlah anggota dari kedua perusahaan
dengan jumlah yang sama dan bekerja bersama-sama dengan dasar yang sama yaitu
mengatasi perbedaan budaya dari kedua perusahaan.
Salah satu area yang diperhatikan oleh tim integrasi adalah technology transfer. Volvo
engineers telah mentransfer sistem teknologinya seperti mesin-mesin baru, bahan mentah
yang berbeda dan lebih modern kepada Ford. Proses transfer ini dirasakan oleh para pekerja
dari kedua perusahaan sebagai hasil yang sangat positif dari proses akuisisi. Para pekerja
Volvo sangat menikmari hubungan yang baik dengan dealer mobil. Menjadi brand yang
kecil, sangat sulit bagi Volvo untuk menemukan dealer yang tepat yang hanya menjual Volvo
dalam lingkup yang terbatas. Namun kini Volvo menjadi lebih tertarik dengan pasar dealer
setelah bergabung dengan Ford. Penggabungan ini mengakibatkan kinerja keuangan semakin
kuat.
Aspek lainnya dari penggabungan Volvo dan Ford adalah research and development dan
pengembangan bahan bakar di masa mendatang. Aktivitas ini masih dikembangkan dalam
Ford group dan Volvo telah memberikan pekerjanya untuk bergabung dalam proyek tersebut.
Volvo menyerahkan engineer-nya yang terbaik dalam proses pengembangan proyek tersebut.
Semuanya ini dilakukan demi tercapainya peningkatan kinerja perusahaan setelah merger
dilakukan.
Berdasarkan kasus merger antara Volvo dan Ford di atas, maka dapat dilihat bahwa proses
merger yang dilakukan kedua perusahaan tersebut telah berhasil membawa pada peningkatan
kinerja keuangan. Meskipun kedua perusahaan tersebut juga memiliki perbedaan budaya
perusahaan, namun karena sebelum proses merger telah dibentuk integration team yang
bertugas untuk melakukan culture due diligence, maka perbedaan budaya tersebut tidak
menjadi hambatan bagi merger Volvo dan Ford. Pekerja dari masing-masing perusahaan
berusaha memahami dan mempelajari budaya dari perusahaan tersebut. Hal ini tidak lain
dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan ketidaknyamanan di tempat kerja dan
meningkatkan kesadaran untuk bekerjasama dan mencipatakan budaya perusahaan yang baru.
Bahkan Volvo rela menyerahkan engineer terbaiknya untuk bergabung dalam pengembangan
proyek bahan bakar yang sedang diteliti oleh Ford. Ide-ide baru telah diciptakan dan ide yang
lama menjadi menantang, sehingga diperlukan budaya perusahaan yang baru yang dapat
menciptakan profi tabilitas dan kinerja yang lebih baik lagi.