Anda di halaman 1dari 28

PENGERTIAN MERGER Merger adalah suatu keputusan untuk mengkombinasikan/menggabungkan dua atau lebih perusahaan menjadi satu perusahaan

baru. Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang memerger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang dimerger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598). Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan Sudomo, 2001, p.640). Dalam konteks bisnis, merger adalah suatu transaksi yang menggabungkan beberapa unit ekonomi menjadi satu unit ekonomi yang baru. Proses merger umumnya memakan waktu yang cukup lama, karena masing-masing pihak perlu melakukan negosiasi, baik terhadap aspek-aspek permodalan maupun aspek manajemen, sumber daya manusia serta aspek hukum dari perusahaan yang baru tersebut. Oleh karena itu, penggabungan usaha tersebut dilakukan secara drastis yang dikenal dengan akuisisi atau pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lain. Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598). Merger, konsolidasi, akuisisi adalah hal yang sangat umum dilakukan agar perusahaan dapat memenangkan persaingan, serta terus tumbuh dan berkembang. Joseph F. Sinkey (1983), menjelaskan motivasi yang mendorong bank untuk melakukan merger, antara lain: 1. Untuk mendapatkan kesempatan beroperasi dalam skala usaha yang hemat, 2. Guna meningkatkan pangsa pasar, 3. Menghilangkan tidak efisien melalui operasional dan pengendalian finansial yang lebih baik, 4. Kesempatan menggabungkan sumber daya ataupun pasar yang dimiliki masing-masing Bank. Selain itu masih terdapat beberapa faktor yang mendorong motivasi untuk merger, seperti: upaya diversifikasi, menurunkan biaya dana, dan menaikkan harga saham secara emosi (bootstrapping of earning per share) karena adanya pengumuman akan merger bagi Bank publik. Merger merupakan salah satu pilihan terbaik untuk memperkuat fondasi bisnis, jika merger tersebut dapat memberikan sinergi. Sutan Remy Syahdeini dalam makalah berjudul Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank memberikan d efinisi merger atau penggabungan usaha adalah penggabungan dari dua Bank atau lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu Bank dan melikuidasi Bank-bank lainnya. B. Jenis-jenis Merger dan Akusisi Menurut Damodaran 2001, suatu perusahaan dapat diakuisisi perusahaan lain dengan beberapa cara, yaitu : a. Merger Pada merger, para direktur kedua pihak setuju untuk bergabung dengan persetujuan para pemegang saham. Pada umumnya, penggabungan ini disetujui oleh paling

sedikit 50% shareholder dari target firm dan bidding firm. Pada akhirnya target firm akan menghilang (dengan atau tanpa proses likuidasi) dan menjadi bagian dari bidding firm. b.Konsolidasi Setelah proses merger selesai, sebuah perusahaan baru tercipta dan pemegang saham kedua belah pihak menerima saham baru di perusahaan ini. c. Tender offer Terjadi ketika sebuah perusahaan membeli saham yang beredar perusahaan lain tanpa persetujuan manajemen target firm, dan disebut tender offer karena merupakan hostile takeover. Target firm akan tetap bertahan selama tetap ada penolakan terhadap penawaran. Banyak tender offer yang kemudian berubah menjadi merger karena bidding firm berhasil mengambil alih kontrol target firm. d. Acquisistion of assets Sebuah perusahaan membeli aset perusahaan lain melalui persetujuan pemegang saham target firm. Pembagian akuisisi tersebut berbeda menurut Ross, Westerfield, dan Jaffe 2002. Menurut mereka hanya ada tiga cara untuk melakukan akuisisi, yaitu : a. Merger atau konsolidasi Merger adalah bergabungnya perusahaan dengan perusahaan lain. Bidding firm tetap berdiri dengan identitas dan namanya, dan memperoleh semua aset dan kewajiban milik target firm. Setelah merger target firm berhenti untuk menjadi bagian dari bidding firm. Konsolidasi sama dengan merger kecuali terbentuknya perusahaan baru. Kedua perusahaan sama-sama menghilangkan keberadaan perusahaan secara hukum dan menjadi bagian dari perusahaan baru itu, dan antara perusahaan yang di-merger atau yang me-merger tidak dibedakan. b. Acquisition of stock Akuisisi dapat juga dilakukan dengan cara membeli voting stock perusahaan, dapat dengan cara membeli sacara tunai, saham, atau surat berharga lain. Acquisition of stock dapat dilakukan dengan mengajukan penawaran dari suatu perusahaan terhadap perusahaan lain, dan pada beberapa kasus, penawaran diberikan langsung kepada pemilik perusahaan yang menjual. Hal ini dapat disesuaikan dengan melakukan tender offer. Tender offer adalah penawaran kepada publik untuk membeli saham target firm, diajukan dari sebuah perusahaan langsung kepada pemilik perusahaan lain. c. Acquisition of assets Perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan membeli semua asetnya. Pada jenis ini, dibutuhkan suara pemegang saham target firm sehingga tidak terdapat halangan dari pemegang saham minoritas, seperti yang terdapat pada acquisition of stock. Sedangkan berdasarkan jenis perusahaan yang bergabung, merger atau akuisisi dapat dibedakan: : a. Horizontal merger terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang bergerak di bidang industri yang sama bergabung. b. Vertical merger terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan supplier atau customernya. c. Congeneric merger terjadi ketika perusahaan dalam industri yang sama tetapi tidak dalam garis bisnis yang sama dengan supplier atau customernya. Keuntungannya adalah perusahaan dapat menggunakan penjualan dan distribusi yang sama. d. Conglomerate merger terjadi ketika perusahaan yang tidak berhubungan bisnis melakukan merger. Keuntungannya adalah dapat mengurangi resiko.

C.Alasan-alasan Melakukan Merger dan Akuisisi Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger maupun akuisisi, yaitu : a. Pertumbuhan atau diversifikasi Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan. b. Sinergi Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan. c. Meningkatkan dana Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah. d. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli. e. Pertimbangan pajak Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik. f. Meningkatkan likuiditas pemilik Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. g. Melindungi diri dari pengambilalihan Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang berminat.

D. Prasyarat melakukan merger Hazel J.Johnson (1995) menyatakan, prasyarat yang harus dianalisis terlebih dahulu dari kedua Bank yang akan melakukan merger adalah: 1. Kondisi keuangan masing-masing Bank, merger sesama bank sehat atau karena collapse 2. Kecukupan modal 3. Manajemen, baik sebelum atau sesudah merger 4. Apakah merger dapat memberi manfaat bagi pengguna jasa Bank tersebut Johnson lebih lanjut menyatakan setiap lembaga yang akan melakukan merger, pada umumnya mempunyai beberapa isu penting yang relevan untuk dianalisis sebelum merger dilakukan, antara lain: Kapan waktu yang tepat untuk melakukan merger? Bagaimana mengidentifikasi kecocokan pasangan (partner) untuk merger? Bagaimana mengkomunikasikan dengan baik atas rencana merger ini kepada seluruh pihak yang berkepentingan agar niat merger mempunyai dampak yang positif di pasar? Bagaimana melakukan cara, yang akan dilakukan untuk konsolidasi diantara Bank yang merger? E. Evaluasi keberhasilan dan kegagalan merger Membuat proyeksi keberhasilan merger penting dilaksanakan, sebelum merger dilakukan secara legal. Tahapan diawali dengan due diligence (uji tuntas) atas perusahaan yang akan dikonsolidasikan. Penilaian dilakukan atas sinergi yang akan diperoleh, dilihat dari sinergi operasional dan sinergi finansial. Sinergi operasional, umumnya dengan membandingkan sumber daya masing-masing perusahaan, antara lain: Visi Misi dan tujuan perusahaan, perencanaan strategik, Sumber Daya Manusia, jaringan, pangsa pasar, Informasi Teknologi yang digunakan, dan budaya kerja masing-masing perusahaan. Evaluasi finansial, didasarkan atas: analisis laporan keuangan perusahaan, berupa neraca dan laba rugi, baik yang berupa on atau off balance sheet, serta fee based income. Metoda yang digunakan bermacam-macam, salah satunya menitik beratkan pada cash flow, sebagai berikut: 1. Analisis proyeksi arus kas dengan menggunakan diskon faktor sesuai biaya dana perusahaan (Discounted cash flow approach) 2. Analisis yang didasakan atas ratio harga saham dengan pendapatan (Price Earning Ratio) dibandingkan dengan nilai P/E dari perusahaan sejenis 3. Penilaian atas dasar nilai buku,yang beberapa pos dari neraca disesuaikan dengan perkiraan risiko yang mungkin ada sehingga mengurangi nilai buku. Banyak perusahaan atau Bank yang mengalami kegagalan saat dilakukan merger, disebabkan, antara lain: 1. Harga yang ditetapkan saat dilakukan merger terlalu tinggi akibat analisis sebelumnya tidak akurat 2. Sumber pembiayaan merger berasal dari pinjaman berbiaya tinggi 3. Asumsi yang salah dengan mengharapkan booming market, yang ternyata terjadi sebaliknya 4. Tergesa-gesa, sebelum dilakukan uji tuntas dengan baik 5. Perbedaan kedua perusahaan terlalu besar 6. Budaya kerja tak dapat disatukan 7. Krisis manajerial karena ingin mempertahankan semua manajemen yang ada di kedua perusahaan F. Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi Kelebihan Merger

Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding pengambilalihan yang lain. Kekurangan Merger Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama. Kelebihan Akuisisi Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai berikut: a. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm. b. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan. c. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat. d. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi. Kekurangan Akuisisi Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut : a. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi. b. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi merger. c. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi. Merger adalah penggabungan dua perusahaan atau lebih untuk membentuk sebuah perusahaan tunggal. Merger sangat mirip dengan akuisisi atau pengambilalihan, kecuali dalam hal pemegang saham dan kepentingan bersama di perusahaan baru. Seluruh proses merger biasanya dirahasiakan dari masyarakat umum, dan karyawan pada perusahaan yang terlibat. Karena sebagian besar upaya merger tidak berhasil, dan kebanyakan dirahasiakan, sulit untuk memperkirakan berapa banyak potensi merger terjadi pada tahun tertentu. Merger mungkin dicari karena beberapa alasan, beberapa di antaranya bermanfaat bagi para pemegang saham, beberapa di antaranya tidak. Salah satu penggunaan merger, misalnya, adalah untuk menggabungkan perusahaan yang sangat menguntungkan dengan perusahaan yang bangkrut untuk menggunakan untuk mengimbangi keuntungan,dan untuk sementara bertujuan memperluas perusahaan secara keseluruhan.

Peningkatan pangsa pasar merupakan salah satu tujuan merger, terutama antara perusahaan besar. Dengan bergabung dengan pesaing utama, perusahaan dapat mendominasi pasar dimana perusahaan tersebetu bersaing. Bentuk penggabungan ini dapat menyebabkan masalah ketika dua perusahaan mendominasi bergabung, karena dapat memicu litigasi mengenai hukum monopoli Tipe lain dari merger yang populer yaitu menyatukan dua perusahaan yang membuat berbeda, namun saling melengkapi, produk. G. Kesimpulan 1. Merger hanya akan dilakukan jika nilai dari perusahaan hasil merger lebih besar dibanding dengan jumlah nilai masing-masing perusahaan V merger > V a + V b V merger = nilai (value) perusahaan hasil merger V a = nilai perusahaan a sebelum merger V b = nilai perusahaan b sebelum merger 2. Walaupun hasil analisis menunjukkan bahwa hasil merger akan lebih baik, namun tetap memerlukan waktu penyesuaian, terutama untuk menyatukan budaya kerja dari kedua perusahaan

http://annezaelzfirdaus.blogspot.com/2013/04/makalah-merger.html

A. Latar Belakang Masalah Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan semakin ketat. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan atau dapat lebih berkembang. Untuk itu, perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang tepat agar perusahaan bisa mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. Sebagaimana sebuah organisme, perusahaan akan mengalami berbagai kondisi yaitu pertumbuhan dan berkembangnya secara dinamis, berada pada kondisi statis dan mengalami proses kemunduran atau pengkerutan. Dalam rangka tumbuh dan berkembang ini perusahaan bisa melakukan ekspansi bisnis dengan memilih salah satu diantara dua jalur alternatif yaitu pertumbuhan dari dalam perusahaan, dan pertumbuhan dari luar perusahaan. Pertumbuhan internal adalah ekspansi yang dilakukan dengan membangun bisnis atau unit bisnis baru dari awal. Jalur ini memerlukan berbagai tahap mulai dari riset pasar, desain produk, perekrutan tenaga ahli, tes pasar, pengadaan dan pembangunan fasilitas produksi/operasi sebelum perusahaan menjual produknya ke pasar. Sebaliknya pertumbuhan eksternal dilakukan dengan membeli perusahaan yang sudah ada. Merger dan akuisisi adalah strategi pertumbuhan eksternal dan merupakan jalur cepat untuk mengakses pasar baru produk baru tanpa harus membangun dari awal. Terdapat penghematan waktu yang sangat signifikan antara pertumbuhan internal dan eksternal melalui merger dan akuisisi. Dari waktu ke waktu perusahaan lebih menyukai pertumbuhan eksternal melalui merger dan akuisis dibanding pertumbuhan internal. Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan, atau alasan lainnya. Di Indonesia didorong oleh semakin besarnya pasar modal, transaksi merger dan akuisisi semakin banyak dilakukan. Bentuk-bentuk penggabungan usaha antara lain melalui merger dan akuisis. Di Indonesia praktek akuisisi umumnya dilakukan oleh satu grup ( internal acquition) khusus pada perusahaan yang go publik. Merger dan akuisis ini telah berkembang menjadi tren beberapa perusahaan. Alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi adlaah untuk memperoleh sinergi, strategic opportunities, meningkatkan efektifitas dan mengeksploitasi mis-pricing di pasar modal. Pada umumnya tujuan dilakukannya merger dan akuisis adalah mendapatkan sinergi dan nilai tambah. Keputusan untuk merger dan akuisisi bukan sekedar menjadikan dua ditambah dua menjadi empat tetapi merger dan akuisis harus menjadikan dua ditambah dua menjadi lima dan seterusnya. Akuisisi adalah suatu bentuk penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusayaan yang diakuisisi ( acquiree) dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham. Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Seperti halnya kasus yang terjadi pada perusahaan Federal Mogul dan perusahaan Fel Pro. Dimana perusahaan Federal Mogul mengakuisisi perusahaan Fel Pro. Walaupun kedua perusahaan ini sama-sama merupakan pabrik komponen mobil, kedua perusahaan tersebut sangat berbeda dalam budaya perusahaan. Federal Mogul dengan 13.000 karyawan memiliki sejumlah pekerja anggota serikat pekerja yang diwakili dalam United Auto Workers (Serikat Pekerja Otomotif) dan United Steel Workers (Serikat Pekerja Baja). Namun demikian, Fel Pro dengan 2.700 karyawannya, tidak memiliki satu pun pekerja anggota serikat. Perbedaan dalam budaya perusahaan dan hubungan antar karyawan menyebabkan masing-masing perusahaan secara signifikan juga memiliki program tunjangan karyawan yang berbeda. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan akuisisi biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansial perubahan yang praktis membesar dan meningkat pada laporan konsolidasi pasca akuisisi kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Seperti diuraikan di atas perusahaan melakukan akuisisi perusahaan didasari pada motiasi mencapai sinergi. Dimana manfaat ekstra atau sinergi ini tidak bisa diperoleh seandainya perusahaan-perusahaan tersebut bekerja secara terpisah, dan untuk ekspansi bisnis dimana nantinya diharapkan akan mampu menaikkan nilai perusahaan terutama bagi perusahaan yang listed di Bursa Saham. B. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. 2. Mengapa mengevaluasi program tunjangan menjadi bagian krusial beberapa perencanaan untuk merger dan akuisisi? Apa yang dapat dilakukan untuk melebur rencana tunjangan yang berbeda dalam cara-cara yang menyeimbangkan biaya pengusaha dan pertimbangan moral karyawan?

BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Merger Merger, akuisisi adalah hal yang sangat umum dilakukan agar perusahaan dapat memenangkan persaingan, serta terus tumbuh dan berkembang. Merger merupakan salah satu pilihan terbaik untuk memperkuat fondasi bisnis, jika merger tersebut dapat memberikan sinergi. Definisi lain bahwa merger atau penggabungan usaha adalah penggabungan dari dua perusahaan atau lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu perusahaan dan melikuidasi Perusahaan-perusahaan lainnya. Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia memberikan pengertian atau definisi

merger dengan rumusan kalimat yang hamper seragam. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) menggunakan istilah Penggabungan sebagai pengganti terminologi Merger. UUPT memberikan pengertian penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih Karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan menggabungkan diri berakhir karena hukum. dan selanjutnya status badan hukum Perseroan disebutkan lengkapnya yang dalam dikutip

Pengertian penggabungan tersebut kemudian secara khusus dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tanggal 24 Pebruari 1998 mengenai Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, yang bunyi sebagai berikut:

Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.

B.

Dasar Hukum Merger Setiap tindakan yang dilakukan di Negara hukum haruslah mempunyai dasar hukumnya. Apalagi tindakan hukum berupa merger perusahaan yang begitu penting kedudukannya dalam bidang hukum perusahaan tersebut. Secara yuridis, yang merupakan dasar hukum bagi tindakan merger tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dasar Hukum Utama (UUPT dan PP); 2. Dasar Hukum Kontraktual; 3. Dasar Hukum Status Perusahaan (Pasar Modal, PMA, BUMN); 4. Dasar Hukum Konsekuensi Merger; 5. Dasar Hukum Pembidangan Usaha. Yang menjadi dasar hukum utama bagi suatu merger perusahaan adalah UUPT dan

Peraturan pelaksanaannya. UUPT tersebut mengatur tentang merger, akuisisi dan mulai dari Pasal 26, 62, 122, 123, 126, 127, 128, 129, 132, 133 dan 152.

konsolidasi

Sebagaimana diketahui bahwa UUPT menggunakan istilah Penggabungan untuk merger, Pengambilalihan untuk akuisisi, dan Peleburan untuk konsolidasi. Disamping UUPT, pada tanggal 24 Februari 1998 telah pula diterbitkan PP No. 27 Tahun 1998 yang mengejawantahkan ketentuan-ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (UUPT lama) Tentang Pereseroan (UUPT lama). Syarat-syarat merger, akuisisi dari perusahaan menurut PP no. 27, tersebut terdapat dalam Pasal 4 yang berbunyi: (1) penggabungan, peleburan dan pengambilalihan hanya dapat dilakukan degan memperhatikan: a. kepentingan perseroan, pemegang saham minoritas, dan karyawan perseroan yang bersangkutan; b. kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha; (2) Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan tidak mengurangi hak (3) pemegang saham minoritas untuk menjual sahamnya dengan harga saham yang wajar; Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan rapat umum pemegang saham mengenai penggabungan, peleburan dan pengambilalihan hanya dapat menggunakan haknya agar saham yang dimiliknya dibeli dengan harga yang wajar sesuai dengan ketentuan Pasal 62 UUPT. (4) Pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak penggabungan, peleburan dan pengambilalihan. menghentikan proses pelaksanaan

(1)

Selanjutnya dalam Pasal 6 dinyatakan: Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan hanya dapat dilakukan dengan persetujuan rapat umum

pemegang saham; (2) Penggabungan peleburan dan pengambilalihan dilakukan berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham yang dihadiri oleh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hal suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit bagian dari jumlah (3) suara tersebut; Bagi Perseroan Terbuka, dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) tidak tercapai maka syarat kehadiran dan pengambil keputusan ditetapkan sesuai dengan peratu ran perundang-undangan di bidang pasar modal. Sedangkan Menurut Pasal 26 UUPT perubahan anggaran dasar yang dilakukan Penggabungan atau Pengambilalihan berlaku sejak: 1. persetujuan Menteri 2. kemudian yang ditetapkan dalam persetujuan Menteri, atau 3. pemberitahuan perubahan anggaran dasar diterima Menteri, atau tanggal kemudian yang ditetapkan dalam akta Penggabungan atau akta Pengambilalihan menurut UUPT, Direksi Perseroan yang berencana untuk menggabungkan diri dan meneriman Penggabungan harus menyusun rancangan penggabungan sesuai dengan Pasal 123 ayat (2) UUPT yang memuat sekurang-kurangnya: a. nama dan tempat kedudukan dari setiap Perseroan yang akan melakukan penggabungan; b. alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan melakukan penggabungan; Penggabungan dan persyaratan dalam rangka

c. tata cara penilaian dan konversi saham Perseroan yang menggabungkan diri terhadap sahan Perseroan yang menerima Penggabungan; d. rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan yang menerima penggabungan apabila; e. laporan keuangan ssebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf (a) yang meliputi 3 (tiga) tahun buku terakhir dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan f. rencana kelanjutan atau pengakhiran kegiatan usaha dari Perseroan yang akan melakukan Penggabungan; g. neraca proforma Perseroan yang menerima Penggabungan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia; h. cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan karyawan Perseroan yang akan melakukan Penggabungan diri; i. cara penyelesaian hak dan kewajiban Perseroan yang akan menggabungkan diri terhadap pihak ketiga; j. cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap Penggabungan Perseroan; k. nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris serta gaji, honorarium dan tunjangan bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan yang menerima Penggabungan; l. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Penggabungan; m. laporan mengenai keadaan, perkembangan, dan hasil yang dicapai dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan; n. kegiatan utama setiap Perseroan yang melakukan Penggabungan dan perubahan yang terjadi selama tahun buku yang sedang berjalan; dan o. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang sedang berjalan yang Perseroan yang akan melakukan Penggabungan. C. Motivasi Merger Motivasi yang mendorong perusahaan untuk melakukan merger, antara lain: mempengaruhi kegiatan

Untuk mendapatkan kesempatan beroperasi dalam skala usaha yang hemat, Guna meningkatkan pangsa pasar, Menghilangkan tidak efisien melalui operasional dan pengendalian finansial yang lebih baik, Kesempatan menggabungkan sumber daya ataupun pasar yang dimiliki masing-masing Perusahaan. Selain itu masih terdapat beberapa faktor yang mendorong motivasi untuk merger, seperti: upaya diversifikasi, menurunkan biaya dana, dan menaikkan harga saham secara emosi ( bootstrapping of earning per share) karena adanya pengumuman akan merger bagi perusahaan.

D. Syarat Merger Hazel J.Johnson (1995) menyatakan, prasyarat yang harus dianalisis terlebih dahulu dari kedua Perusahaan yang akan melakukan merger adalah: 1. Kondisi keuangan masing-masing Perusahaan, merger sesama perusahaan sehat atau karena collapse 2. Kecukupan modal 3. Manajemen, baik sebelum atau sesudah merger 4. Apakah merger dapat memberi manfaat bagi pengguna jasa Perusahaan tersebut Johnson lebih lanjut menyatakan setiap lembaga yang akan melakukan merger, pada umumnya mempunyai beberapa isu penting yang relevan untuk dianalisis sebelum merger dilakukan, antara lain: 1. 2. 3. 4. E. 1. Kapan waktu yang tepat untuk melakukan merger? Bagaimana mengidentifikasi kecocokan pasangan (partner) untuk merger? Bagaimana mengkomunikasikan dengan baik atas rencana merger ini kepada seluruh pihak yang berkepentingan agar niat merger mempunyai dampak yang positif di pasar? Bagaimana melakukan cara, yang akan dilakukan untuk konsolidasi diantara Perusahaan yang merger? Dasar Pemikiran Dibalik Merger Pertimbangan Pajak

Pertimbangan pajak telah mendorong pula terjadinya sejumlah merger. Sebagai contoh, perusahaan yang menguntungkan dan berada di rentang pajak tertinggi dapat mengakuisisi sebuah perusahaan yang memiliki akumulasi kerugian pajak dalam jumlah besar. Kerugian secara pajak ini selanjutnya dapat langsung diubah menjadi penghematan pajak daripada dibawa ke tahun berikutnya dan digunakan di maa mendatang. Jika perusahaan mengalami kekurangan peluang investasi internal jika dibandingkan dengan arus kas bebas yang tersedia, maka perusahaan dapat (membayarkan dividen tambahan, (2) berinvestasi pada sekuritas, (3) membeli kembali sahamnya, atau (4) membeli perusahaan lain. 2. Pembelian Aktiva di Bawah Biaya Penggantinya Terkadang perusahaan akan dipandang sebagai kandidat akuisisi karena biaya penggantian aktivanya jauh lebih tinggi daripada nilai pasarnya. Sebagai contoh, di awal tahun 1980-an, perusahaan minyak dapat membeli cadangan dengan harga lebih murah melalui pembelian perusahaan minyak lainnya daripada melakukan pengeboran eksplorasi. 3. Diversifikasi Para manajer sering kali menyebutkan diversifikasi sebagai salah satu alasan dari merger. Mereka berpendapat bahwa diversifikasi akan membantu menstabilisasi keuntungan perusahaan dan akibatnya memberikan keuntungan bagi para pemiliknya. Stabilisasi keuntungan sudah pasti merupakan hal yang menguntungkan bagi para karyawan, pemasok dan pelanggan, namun dari sudut pandang pemegang saham, stabilisasi merupakan nilai yang kurang pasti. 4. Insentif Pribadi Manajer Ekonom keuangan suka berpendapat bahwa keputusan bisnis hanya didasarkan atas pertimbangan ekonomi saja, khususnya dalam hal memaksimalkan nilai sebuah perusahaan. Namun, banyak keputusan bisnis sebetulnya lebih didasarkan pada motivasi pribadi manajer daripada pada analisis ekonomi. Petimbangan pribadi akan dapat menghalangi sekaligus juga dapat memotivasi merger. Setelah sebagian besar pengambilalihan, sebagian manajer dari perusahaan yang diakusisi kehilangan pekerjaan mereka, atau paling tidak otonomi yang mereka miliki. Karenanya, para manajer yang memiliki kurang dari 51% saham perusahaan mereka mencoba mencarai cara yang akan memperkecil peluang erjadinya pengambilalihan. Merger defensif seperti itu sangat sukar untuk dipertahankan berdasarkan alasan ekonomi. 5. Nilai Residu Perusahaan dapat dinilai dari nilai bukunya, nilai ekonominya, maupun nilai penggantinya. Baru-baru ini, para spesialis pengambilalihan perusahaan telah mulai mengakui nilain residu sebagai salah satu basis lain untuk melakukan valuasi. F. 1. 2. 3. 4. Jenis Merger Terdapat empat jenis merger: Merger horisontal, terjadi ketika sebuah perusahaan bergabung dengan perusahaan lain di dalam lini bisnis yang sama. Merger vertikal, berupa akuisisi sebuah perusahaan dengan salah satu pemasok atau pelanggannya. Merger kongenerik akan melibatkan perusahaan-perusahaan yang saling berhubungan tetapi bukan merupakan produsen dari sebuah produk yang sama atau perusahaan yang memiliki hubungan pemasok-produsen. Merger konglomerat, terjadi ketika perusahaan-perusahaan yang tidak saling berhubungan bergabung.

BAB III PEMBAHASAN A. Evaluasi Program Tunjangan dalam Merger dan Akuisisi Aktivitas Merger dan Akuisisi semakin meningkat seiring dengan intensitasnya perkembangan ekonomi yang makin mengglobal. Dalam konteks keilmuan Akuisis bisa didekati dari dua perspektif yaitu dari disiplin keuangan perusahaan (corporate finance) dan dari manajemen strategi (strategic management) dari kedua sisis keuangan perusahaan, akuisisi adalah salah satu bentuk keputusan investasi jangka panjang (penganggaran modal/capital budgeting) yang harus diinvestigasi dan dianalisis dari aspek kelayakan bisnisnya. Sementara itu dari perspektif manajemen strategi merger dan akuisis adalah salah satu alternatif strategi pertumbuhan melalui jalur eksternal untuk mencapai tujuan perusahaan. Dilihat dari kedua perspektif ini, maka tujuan akuisisi tidak lain adalah keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham. Namun jika strategi ini tidak mampu mewujudkan tujuan normatif tersebut, berarti merger dan akuisisi akan menjadi counter productive. Dengan kata lain merger dan akuisisi bukan berdampak positif pada peningkatan kemakmuran pemilik perusahaan atau peningkatan nilai perusahaan, tetapi yang terjadi justru membawa perusahaan ke tepi kehancuran. Dengan demikian tujuan normatif ini dikorbankan justru oleh keputusan merger dan akuisisi itu sendiri. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat masih tingginya angka kegagalan merger dan akuisisi sehingga diperlukan rencana dan langkah-langkah yang strategis dan matang agar terhindar dari kegagalan. Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan merger dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Termasuk motif ekonomi adalah motif untuk mencapai sinergi dan motif untuk mencapai posisi strategi. Motif strategi dimaksudkan untuk membangun keunggulan kompetitif jangka panjang perusahaan yang pada akhirnya bermuara kepada peningkatan nilai perusahaan atau peningkatan kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain motif non ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan subjektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan. Hanya alasan yang bersifat ekonomis dan rasional yang bisa diterima sehingga aktivitas merger dan akuisisi bisa dipertanggungjawabkan. Seperti kasus yang terjadi pada perusahaan Federal Mogul yang mengakuisisi Fel Pro. Kesenjangan/perbedaan yang terjadi di dalam perusahaan, yaitu mengenai dalam pemberian tunjangan maupun dalam bidang jumlah karyawannya. Hal ini tentunya menjadi problem dalam melakukan kegiatan akuisisi maupun merger. Untuk mengatasi kondisi tersebut, kedua perusahaan (Federal Mogul dan Fel Pro) harus mengambil kesepakatan untuk memilih salah satu budaya dari perusahaan tersebut. Misalnya tetap menggunakan budaya dari perusahaan Fel Pro maupun budaya perusahaan Federal Mogul. Dalam satu sisi pemilihan budaya dari salah satu perusahaan ini tentunya akan menjadikan ketidakpuasan pada karyawan di perusahaan lain. Misalnya dalam merger budaya yang akan digunakan adalah budaya dari Federal Mogul, tentunya karyawan Fel Pro tidak akan menerima begitu saja, karena selama ini mereka memperoleh keistimewaan dari perusahaan (Fel Pro) yaitu dengan menerima berbagai tunjangan. Namun apabila dalam merger ini menggunakan budaya dari perusahaan Federal Mogul, maka karyawan Fel Pro lambat laun akan kehilangan fasilitas yang selalu diterimanya (tunjangan-tunjangan dari perusahaan). Oleh karena itu, sebelum melakukan merger dan akuisisi kedua perusahaan ini, harus berkoordinasi dengan perwakilan karyawan dari masing-masing perusahaan tentang langkah atau kebijakan yang akan diambil perusahaan nantinya setelah merger dan akuisisi.

B.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melebur rencana tunjangan dalam kegiatan Merger dan Akuisisi Dengan melakukan sinergi, perusahaan yang melakukan merger berharap bisa meningkatkan pendapatannya dan menghemat berbagai biaya secara bersamaan. Secara lebih rinci, keuntungan merger itu bisa berasal dari beberapa hal. Yang pertama adalah pengurangan tenaga kerja. Bukan hal yang aneh jika merger diikuti oleh pengurangan karyawan. Misalnya, jika perusahaan melakukan merger, akan ada pengurangan karyawan di bagian keuangan, pemasaran, dan bagian-bagian lainnya. Belum lagi, pengurangan tenaga kerja itu kadangkadang merembet sampai bos-bos yang bergaji besar. Kedua, dari pencapaian tingkat skala ekonomi ( economies of scale). Contohnya, semakin besar suatu perusahaan, ia akan memiliki daya beli yang makin besar pula. Akibatnya, ketika membeli bahan baku atau perlengkapan, misalnya, jumlah pembeliannya jauh lebih besar. Ujungnya, ia memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh harga pembelian yang murah dari pemasok. Ketiga, dari penguasaan teknologi baru. Merger juga mencakup sinergi penguasaan teknologi dari perusahaan-perusahaan yang melakukan merger. Karenanya, proses ini juga mempercepat penguasaan teknologi perusahaan. Terutama, jika teknologi salah satu perusahaan yang melakukan merger jauh lebih canggih dibandingkan dengan perusahaan yang lainnya. Keempat, sinergi juga bisa meningkatkan jangkauan pasar perusahaan. Dengan bergabung dengan perusahaan lain, suatu perusahaan bisa memperoleh pasar baru secara lebih cepat dibandingkan jika mengembangkan sendiri. Ujungnya, pendapatan dan laba perusahaan juga akan meningkat. Harap dicatat pula, merger juga meningkatkan jangkauan pemasaran dan distribusi perusahaan. Kelima, dari peluang memperoleh pembiayaan yang lebih besar. Perusahaan yang besar biasanya lebih mudah memperoleh pinjaman jika dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Selain itu, nilai pinjamannya juga menjadi jauh lebih besar. Dengan dana yang lebih besar ini, ia juga memiliki "bahan bakar" yang lebih banyak untuk ekspansi. Sehingga hal ini menjadikan perusahaan bisa tumbuh lebih cepat. Tapi, sinergi ini tidak mudah dilakukan. Sinergi ini juga tak langsung tercapai ketiga dua perusahaan melakukan merger. Bahkan, kadang-kadang merger juga justru membawa dampak buruk. Jadi, satu ditambah satu ternyata malah kurang dari dua. Berdasarkan struktur bisnisnya, jenis merger bisa sangat banyak. Sebut saja, merger horizontal, merger vertikal, konglomerasi, dan masih banyak lagi. Merger horizontal adalah merger yang melibatkan dua perusahaan yang sebelumnya saling berkompetisi langsung. Tak hanya menjual jenis produk yang sama, mereka juga beroperasi di pasar yang sama. Adapun merger vertikal dilakukan oleh dua perusahaan yang sebelumnya telah memiliki hubungan produsen dan konsumen. Misalnya, sebelumnya yang satu menjadi pemasok bagi perusahaan lainnya. Merger antara produsen ban dan produsen motor adalah contohnya. Ada pula merger perluasan pasar (market-extension merger). Ini terjadi ketika merger itu melibatkan dua perusahaan yang selama ini memproduksi produk yang sama tapi beroperasi di pasar yang berbeda. Selanjutnya, ada merger untuk perluasan produk (produk-extension merger). Perbedaan antara merger dan akuisisi sejatinya sangat tipis. Bahkan, di zaman sekarang ini, bisa jadi keduanya hanya berbeda nama saja. Merger dan akuisisi ingin mencapai tujuan yang sama, yakni sinergi. Melalui sinergi, perusahaan-perusahaan berharap bisa meningkatkan nilai, mengembangkan pasar, menghemat biaya, dan seterusnya. Ujung-ujungnya mereka berharap bisa meningkatkan laba. Sesuai dengan namanya, dalam merger ini, salah satu perusahaan membeli perusahaan lainnya. Perusahaan sering memiliki pola merger ini karena mereka bisa memperoleh manfaat pajak. Pihak yang menjadi pembeli dalam proses merger itu bisa membukukan harga pembelian pada harga pasar. Nah, selisih antara harga pasar ini dengan nilai bukunya bisa disusutkan (depresiasi) setiap tahun. Ujungnya, akumulasi biaya penyusutan seperti ini tentu akan mengurangi beban pajak. Selain itu, ada pula yang disebut sebagai merger konsolidasi. Ini terjadi ketika dua perusahaan dibeli dan digabungkan ke dalam satu perusahaan yang baru. Setelah mencermati semua penjelasan itu, kita dapat melihat bahwa perbedaan merger dan akuisisi sangat tipis. Bahkan, di zaman sekarang, merger dan akuisisi hanya berbeda namanya saja. Seperti halnya merger, akuisisi perusahaan juga bertujuan mencari tingkat skala ekonomi, efisiensi, dan memperluas pasar. Tapi, tidak seperti merger, dalam akuisisi selalu ada satu perusahaan yang membeli perusahaan lainnya. Proses akuisisi sendiri bisa berlangsung secara damai, tapi juga terjadi secara paksa (hostile).

Di dalam akuisisi, perusahaan juga bisa membeli perusahaan lainnya dengan uang tunai, saham, atau kombinasi keduanya. Kemungkinan lainnya, salah satu perusahaan membeli seluruh aset perusahaan lain. Akibatnya, perusahaan sasaran pembelian itu akan menjadi kosong tanpa aset dan kemudian tutup atau berganti bisnis. Pola lain akuisisi adalah reverse merger. Ini terjadi ketika satu perusahaan tertutup ingin mencatatkan sahamnya di bursa saham secara cepat dengan membeli perusahaan lain yang telah tercatat di bursa. Transaksi ini sering juga disebut sebagai back door listing. Setelah transaksi ini, perusahaan tertutup itu menjadi perusahaan publik, dan sahamnya diperdagangkan di bursa. Kesimpulannya, pola merger atau akuisisi bisa berbeda-beda. Tapi, umumnya mereka memiliki tujuan yang serupa.Mereka ingin menciptakan sinergi. Mereka ingin mewujudkan keyakinan mereka bahwa penggabungan dua perusahaan jauh lebih bernilai dibandingkan jika mereka beroperasi sendiri-sendiri. Sebagai pemegang saham perusahaan, investor saham harus lebih peduli terhadap aksi merger atau akuisisi yang dilakukan emiten saham. Maklum, langkah merger atau akuisisi bisa sangat mempengaruhi keuntungan investor di masa mendatang. Misalnya, jika biaya akuisisi itu terlalu mahal, peluang keuntungan dividen investor akan berkurang. Setali tiga uang, harga saham perusahaan itu juga bisa melemah. Baik merger maupun akuisisi sendiri sering melibatkan pembelian satu perusahaan atas perusahaan lain. Dalam kasus ini, tentu saja investor yang menjadi pemegang saham harus mengukur apakah pembelian itu akan menguntungkan bagi dirinya. Untuk itu, investor juga harus mengukur apakah harga pembelian itu cukup wajar jika dibandingkan dengan prospek perusahaan yang dibeli. Masalahnya, pihak penjual dan pembeli dalam merger dan akuisisi bisanya memiliki pendapat yang berbeda tentang nilai perusahaan. Penjual tentu akan cenderung memasang harga yang setinggi mungkin, sementara pembeli berusaha memperoleh harga semurah mungkin. Ada banyak cara untuk mengukur apakah suatu pembelian perusahaan layak atau tidak. Salah satunya adalah dengan membandingkan dengan harga perusahaan sejenis di dalam industri. Untuk itu, perusahaan yang akan menjadi pembeli biasanya menerapkan beberapa metode untuk mengukur nilai perusahaan yang menjadi targetnya. Salah satunya, mereka biasa menggunakan perbandingan rasio. Salah satu rasio yang dipakai adalah rasio harga saham terhadap laba per saham atau price-earning ratio (P/E). Dengan rasio ini, biasanya, perusahaan menawarkan harga pembelian yang bisa mencapai beberapa kali lipat laba per sahamnya. Untuk memperoleh harga yang wajar, calon pembeli itu bisa membandingkan dengan P/E perusahaan lain yang sejenis. Investor juga bisa menggunakan rasio P/E itu untuk mengukur apakah akuisisi yang dilakukan oleh suatu perusahaan terlalu mahal, wajar, atau terlalu murah. Jika terlalu mahal, akuisisi itu kemungkinan besar merugikan investor. Seorang pemilik perusahaan tidak akan menjual perusahaannya jika ia tidak memperoleh keuntungan lebih dibandingkan jika ia tidak menjual perusahaannya. Karenanya, meski menggunakan berbagai rumus untuk menilai harga wajar perusahaan, perusahaan yang akan melakukan akuisisi cenderung membeli perusahaan lain dengan harga premium. Salah satu alasannya: pembelian itu akan menciptakan sinergi. Misalnya, secara sederhana, nilai perusahaan adalah total nilai aset dan biaya karyawan. Nah, perusahaan yang akan melakukan akuisisi tinggal menawarkan harga pembelian yang setara dengan total nilai aset-aset itu. Sebab, jika perusahaan tidak mau menerima tawaran itu, ia dengan gampang bisa membuat perusahaan sendiri dengan modal harga yang ditawarkannya. Sebenarnya, bukan hal yang aneh jika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain dengan harga di atas harga pasar (premium). Maklum, perusahaan itu biasanya melihat potensi perusahaan targetnya di masa mendatang. Selain itu, ia juga memasukkan faktor manfaat sinergi di antara dua perusahaan itu ke dalam harga pembeliannya. Namun, tetap saja, investor tak boleh tutup mata dengan harga akuisisi yang disepakati oleh kedua perusahaan. Memang tidak gampang bagi investor untuk mengukur apakah suatu harga akuisisi cukup wajar. Pada akhirnya, manajemen perusahaan-lah yang harus membuktikan bahwa harga yang mereka bayarkan cukup layak. Tapi, investor bisa mempergunakan beberapa kriteria dan hal-hal sederhana untuk mengukur apakah suatu akuisisi plus merger akan berhasil. Kedua, perusahaan yang membayar akuisisi menggunakan

dana kas biasanya akan lebih berhati-hati dalam menghitung harga akuisisi. Sebaliknya, perusahaan yang membayar dengan saham cenderung kurang berhati-hati.

BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat diambil simpulan sebagai berikut: Terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan merger dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Termasuk motif ekonomi adalah motif untuk mencapai sinergi dan motif untuk mencapai posisi strategi. Motif strategi dimaksudkan untuk membangun keunggulan kompetitif jangka panjang perusahaan yang pada akhirnya bermuara kepada peningkatan nilai perusahaan atau peningkatan kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain motif non ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan subjektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan. Hanya alasan yang bersifat ekonomis dan rasional yang bisa diterima sehingga aktivitas merger dan akuisisi bisa dipertanggungjawabkan Dalam melakukan merger dan akuisisi banyak kendala yang harus diatasi oleh perusahaan, yaitu modal, tenaga kerja, maupun budaya perusahaan. Untuk menyatukan kedua perusahaan dengan budaya yang berbeda, tentunya sangat sulit dan ini harus dipilih salah satu budaya mana yang sekiranya cocok untuk tetap dipergunakan dalam melaksanakan merger dan akuisisi. Sebelum melakukan merger dan akuisisi kedua perusahaan ini, harus berkoordinasi dengan perwakilan karyawan dari masing-masing perusahaan tentang langkah atau kebijakan yang akan diambil perusahaan nantinya setelah merger dan akuisisi. Karena budaya perusahaan merupakan hal yang sangat sulit untuk dirubah, sehingga dalam melakukan perubahan ini perlu diakukan secara bertahap.

Keuntungan-keuntungan yang diperoleh perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi : 1. 2. 3. 4. 5. Pengurangan tenaga kerja Dari pencapaian tingkat skala ekonomi Dari penguasaan teknologi baru Sinergi juga bisa meningkatkan jangkauan pasar perusahaan Dari peuang memperoleh pembiayaan yang lebih besar

B. 1.

Saran Sebelum melakukan merger dan akuisisi, kedua perusahaan harus memperhatikan budaya yang ada di perusahaan masing-masing. Karena dengan budaya yang berbeda akan menimbulkan permasalahan baru bagi perusahaan

2.

Selain itu merger dan akuisisi hendaknya dilakukan pada perusahaan yang memiliki bidang yang sama, karena dengan bidang usaha yang sama tersebut kegiatan merger dan akuisisi kemungkinan dapat berjalan seperti yang diharapkan kedua perusahaan

http://metrix-edu.blogspot.com/2012/04/merger-dan-akuisisi.html

Pengertian Merger dan Akuisisi, Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598). Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan Sudomo, 2001, p.640). Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598). Jenis-jenis Merger dan Akusisi Menurut Damodaran 2001, suatu perusahaan dapat diakuisisi perusahaan lain dengan beberapa cara, yaitu : a. Merger Pada merger, para direktur kedua pihak setuju untuk bergabung dengan persetujuan para pemegang saham. Pada umumnya, penggabungan ini disetujui oleh paling sedikit 50% shareholder dari target firm dan bidding firm. Pada akhirnya target firm akan menghilang (dengan atau tanpa proses likuidasi) dan menjadi bagian dari bidding firm. b. Konsolidasi Setelah proses merger selesai, sebuah perusahaan baru tercipta dan pemegang saham kedua belah pihak menerima saham baru di perusahaan ini. c. Tender offer Terjadi ketika sebuah perusahaan membeli saham yang beredar perusahaan lain tanpa persetujuan manajemen target firm, dan disebut tender offer karena merupakan hostile takeover. Target firm akan tetap bertahan selama tetap ada penolakan terhadap penawaran. Banyak tender

offer yang kemudian berubah menjadi merger karena bidding firm berhasil mengambil alih kontrol target firm. d. Acquisistion of assets Sebuah perusahaan membeli aset perusahaan lain melalui persetujuan pemegang saham target firm. (p.835). Pembagian akuisisi tersebut berbeda menurut Ross, Westerfield, dan Jaffe 2002. Menurut mereka hanya ada tiga cara untuk melakukan akuisisi, yaitu : a. Merger atau konsolidasi Merger adalah bergabungnya perusahaan dengan perusahaan lain. Bidding firm tetap berdiri dengan identitas dan namanya, dan memperoleh semua aset dan kewajiban milik target firm. Setelah merger target firm berhenti untuk menjadi bagian dari bidding firm. Konsolidasi sama dengan merger kecuali terbentuknya perusahaan baru. Kedua perusahaan sama-sama menghilangkan keberadaan perusahaan secara hukum dan menjadi bagian dari perusahaan baru itu, dan antara perusahaan yang di-merger atau yang me-merger tidak dibedakan. b. Acquisition of stock Akuisisi dapat juga dilakukan dengan cara membeli voting stock perusahaan, dapat dengan cara membeli sacara tunai, saham, atau surat berharga lain. Acquisition of stock dapat dilakukan dengan mengajukan penawaran dari suatu perusahaan terhadap perusahaan lain, dan pada beberapa kasus, penawaran diberikan langsung kepada pemilik perusahaan yang menjual. Hal ini dapat disesuaikan dengan melakukan tender offer. Tender offer adalah penawaran kepada publik untuk membeli saham target firm, diajukan dari sebuah perusahaan langsung kepada pemilik perusahaan lain. c. Acquisition of assets Perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan membeli semua asetnya. Pada jenis ini, dibutuhkan suara pemegang saham target firm sehingga tidak terdapat halangan dari pemegang saham minoritas, seperti yang terdapat pada acquisition of stock (p.817-818).

Sedangkan berdasarkan jenis perusahaan yang bergabung, merger atau akuisisi dapat dibedakan : a. Horizontal merger terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang bergerak di bidang industri yang sama bergabung. b. Vertical merger terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan supplier atau customernya. c. Congeneric merger terjadi ketika perusahaan dalam industri yang sama tetapi tidak dalam garis bisnis yang sama dengan supplier atau customernya. Keuntungannya adalah perusahaan dapat menggunakan penjualan dan distribusi yang sama. d. Conglomerate merger terjadi ketika perusahaan yang tidak berhubungan bisnis melakukan merger. Keuntungannya adalah dapat mengurangi resiko. (Gitman, 2003, p.717). Alasan-alasan Melakukan Merger dan Akuisisi Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger maupun akuisisi, yaitu : a. Pertumbuhan atau diversifikasi Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak memiliki resiko

adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan. b. Sinergi Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan. c. Meningkatkan dana Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah. d. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli. e. Pertimbangan pajak Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi.Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik. f. Meningkatkan likuiditas pemilik Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. g. Melindungi diri dari pengambilalihan Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang berminat (Gitman, 2003, p.714-716). Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi Kelebihan Merger Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding pengambilalihan yang lain (Harianto dan Sudomo, 2001, p.641)

Kekurangan Merger Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama. (Harianto dan Sudomo, 2001, p.642) Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi Kelebihan Akuisisi Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai berikut: a. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm. b. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan. c. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile takeover). d. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi (Harianto dan Sudomo, 2001, p.643-644). Kekurangan Akuisisi Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut : a. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi. b. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi merger. c. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi. (Harianto dan Sudomo, 2001, p.643)

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/merger-dan-akuisisi-pengertian-jenis.html

Sejarah dan budaya perusahaan Sony Ericsson

SEJARAH PERUSAHAAN SONY ERICSSON Sony (saat itu nama perusahaannya menggunakan bahasa Jepang Tokyo Tsushin Kogyo) merupakan perusahaan terbesar di Jepang dan juga di dunia yang diperdagangkan dalam bursa saham Tokyo (6758) dan bursa saham New York (SNE melalui ADR). Kata Sony diserap dari bahasa latin Sonus yang berarti akar dari sonik dan bunyi, dan serapan dari bahasa Inggris Sonny yang diartikan sebagai anak kecil yang memiliki arti adanya sekelompok anak muda yang berusaha keras menciptakan inovasi yang tidak terbatas. Sony didirikan pada Mei 1946 sebagai perusahaan elektronik yang saat itu baru memiliki 20 karyawan dengan hasil produksi pertama ialah alat penanak nasi (1940). Sekitar tahun 1958 Tokyo Tsushin Kogyo resmi mengganti nama perusahaan menjadi Sony Corporation. Semakin berjalannya waktu, semakin berkembang dan besar pula perusahaan yang didalangi oleh Akio Morita ini. Sony Corporation mempunyai penjualan sebesar US$63 milyar dan 189.700 karyawan. Tahun 1988Sony Corporation membeli Colombia (CBS) Records Group dari CBS dan merubah nama perusahaannya menjadi Sony Music Entertainment. Lalu mengakuisisi perusahaan Aiwa tahun 2002. Sony juga mempunyai saluran-saluran TV di India bahkan komunitas India di Eropa. Perkembangan perusahaan Sony Music Entertainment pada tahun 2004 berhasil melakukan merger dengan BMG menjadi Sony BMG Music yang disetujui oleh Uni Eropa dan juga bersama RIAA Universal menguasai 60% pasar musik dunia. Kemudian pada tahun yang sama, Sony membeli perusahaan Metro GoldwynMayer seharga US$5 milyar dan masih menyisihkan hutang sebesar US$2 milyar. Dalam produksi film, Sony Pictures Entertainment bekerja sama dengan Colombia Pictures, TriStar pictures, Mandalay Entertainment, Phoenix Pictures, Sony Pictures Classics, Sony Pictures Entertainment, Colombia-TriStar Home Video, Truimph Films, Metro-Goldwyn Mayer, United Artist, Screen Gems. [1] Dalam bidang musik, Sony BMG Music Entertainment dengan Colombia Records, Epic Records, Legacy Recordings, Sony Classical, Sony Nashville, dan Sony Wonder. Dalam bisnis Handphone bersama dengan Ericsson menciptakan hasil karya baru Sony Erricsson. Dalam bidang Video menghasilkan produk PlayStation dan juga Tape Recorder dan juga Hardware komputer.

Perusahaan Sony juga meluas di Indonesia, PT. Sony Indonesia didirikan tahun 1995 berpusat di gedung Sentra Mulia Jakarta Selatan. Awalnya Sony memiliki dua pabrik di Cibitung yaitu PT. Sony Electronics Indonesia dan PT. Sony Manufacturing Indonesia, namun telah ditutup. Sedangkan dengan perusahaan Ericsson yang didirikan oleh Larn Magnus Ericsson (1876) merupakan perusahaan besar di Swedia yang berpusat di Kista. Awalnya Larn membangun sebuah toko perbaikkan telegram dan memperbaiki telepon asing oleh Carl Johan Anderson yang berpusat di Stockholm (1876). Pada tahun 1878 Ericsson mulai menjual sendiri peralatan telepon dan switchboards untuk perusahaan telekomunikasi pertma di Swedia, Stockholm Allmanna Tellefonaktiebolag. Ericsson beroperasi dalam bidang telekomunikasi dan sistem komunikasi data khususnya jaringan selular. Ericsson memperluas pasarnya ke luar negeri. Inggris dan Rusia merupakan negara awal tujuan pemasaran. Beberapa negara seperti Inggris, Australia, dan selandia baru merupakan pelanggan sekaligus pasar Ericsson terbesar non-Eropa tahun 1890-an. Ericsson pernah mengalami krisis keuangan sehingga Ericsson harus mengurangi keterlibatan dalam operasi perusahaan telepon. Namun, Ericsson tetap menjadi perusahaan pertama dalam merilis telepon yang dilengkapi dengan handsfree pada tahun 1960-an. Sebelumnya juga merilis Ericofon pada tahun 1956. Ericsson memutuskan untuk membuat chip di philips facility. Namun, sejak kebakaran yang menimpa pabrik tersebut, Ericsson menderita kerugian akibat pemasaran produk yang tertunda. Selang kejadian tersebut Ericsson mengalami kerugian yang sangat besar. Oleh karena itu, Ericsson memutuskan untuk melakukan penggabungan atau merger dengan perusahan asia yang dapat menghasilkan biaya yang lebih rendah untuk pemasaran handset. Lalu bergabunglah perusahan Sony dan Ericsson pada Agustus 2001 dengan menandatangani syarat-syarat penggabungan kedua perusahaan dan segera diumumkan pada bulan april 2001. Akhirnya terbentuklah sebuah perusahaan besar yang namanya sudah tidak asing hingga saat ini yaitu Sony Ericsson (oktober 2001) dengan nama lengkap Sony Ericsson Mobile Communication AB. Sony Ericsson menjadi perusahaan terbesar ke enam setelah Nokia, Samsung, LG, Research in Motion, dan Apple. Menciptakan model baru berkemampuan fotografi digital merupakan strategi Sony Ericsson yang sukses di pasar dunia tahun 2002-2003 dengan pencapaian target keuntungan pertama. Kemudian pada Juni 2003, SE menghentikan produk CDMA untuk pasar Amerika Serikat dan terfokus pada pemasaran GSM. Pada Oktober 2003, SE kembali melancarkan P900 yang diperkenalkan di Las Vegas dan Beijing. Tahun 2004, pasar saham SE meningkat hingga 7% dari 5,6% disusul pada bulan Juli, SE mengeluarkan produk P910 communicator dengan fitur thumbboard

terintegrasi, e-mail, dan memory eksternal. Pada tahun 2005, SE kembali merilis ponsel erbaru K750i dengan fitur kamera 2 megapixel dan juga W800i sebagai kesuksesan pertama SE dalam memproduksi ponsel Walkman. Selanjutnya SE juga memproduksi operasi Symbian UIQ P990 (Oktober 2005), CyberShot K750 (2005), CyberShot K850 (2007), C905 (2008). Perusahaan Sony Ericsson memberikan penciptaan fitur dan layanan untuk barangbarang produksinya. Sebagian ponsel Sony Ericsson menggunakan layanan suara GSM 2G dan 3D dan juga layanan EDGE (2.5G) dan 3.5G. sebagiannya juga menggunakan layanan 1G, cdma 2G, 3G, 2.5G dan 3.5G (EV-DO). Sony Ericsson juga menggunakan layanan jaringan dari jepang, seperti au by KDDI, softBank Mobile, dan NTT docomo. Selain itu, Sony Ericsson juga memiliki fitur PlayNow Area yang dapat digunakan untuk mengunduh file yang tersedia dalam fitur tersebut. Tahun 2009, perusahan SE mengalami penurunan tajam sehingga harus memecat hingga ribuan karyawan sebagai upaya untuk mengendalikan biaya dan gejolak ekonomi yang berkelanjutan serta memindahkan markasnya ke Atlanta. SE memilih Atlanta karena berdekatan dengan AT&T Inc yang merupakan salah satu perusahaan sebagai pelanggan terbesar. Kemudian SE mengkonsolidasikan pengembangan produk dengan menutup site research di berbagai negara seperti di Swedia, Chennai, India, Miami, San Diego, Seattle, Kista dan Traingle Park. Standar penamaan ponsel SE setelah Mobile World Congress (2008), SE menggunakan 4 karakter dalam sistem penamaannya. Perusahaan SE memberikan metode penamaan terhadap barang produksinya(ponsel) bukan hanya sekedar seri biasa. Namun, karakter-karakter tersebut memiliki arti sebagai berikut: karakter pertama melambangkan inisial seri. Karakter kedua sebagai segmen atau kelas mana ponsel tersebut di tujukan. Lalu karakter ketiga menggambarkan versi atau urutan angka kelahiran atau peluncuran ponsel tersebut. Karakter keempat sebagai form factor atau bentuk. Karakter keempat seperti i, a, c biasanya ada di akhir penamaan. Untuk pasar internasional huruf i akan dihilangkan. Ada 3 model penamaan ponsel-ponsel SE, yaitu: pertama, menggunakan 5 karakter. Kedua, 3 karakter. Ketiga, 4 karakter. Pada metode yang pertama misalnya kita ambil contoh K750i. Huruf K melambangkan seri. Lalu diikuti dengan 3 angka dibelakangnya, angka yang pertama menunjukan sub-seri, angka kedua menunjukan update dari seri sebelumnya, sedangkan angka ketiga akan selalu dituliskan angka 0 atau 8. Angka 8 menunjukan variasi ponsel dengan pasar yang berlainan tanpa fitur. Lalu karakter kelima yang menunjukkan huruf i adalah menjelaskan di wilayah mana ponsel tersebut di pasarkan atau diproduksi. Huruf i untuk wilayah internasional (global) sedangkan a dan c untuk Amerika Serikat dan Cina.

Pada metode kedua menggunakan 3 karakter. Kita ambil contoh P1i yang diawali dengan huruf besar yang menunjukkan seri. Angka kedua menunjukkan jumlah perkembangan dan yang terakhir sebagai kode di wilayah mana di pasarkan. Pada metode ketiga menggunakan 4 karakter, misalnya T68i. Pola ini diambil dari sistem penamaan Ericsson. Karakter pertama sebagai seri, kedua sebagai sub-seri, kettiga sebagai perkembangan dari rilis sebelumnya dan yang terakhir update dari model sebelumnya (T68 ke T68i). Seri-seri Sony Ericsson yang telah sukses di pasar dunia:

Xperia (X) seri smartphone, CyberShot (C) dengan fitur kamera digital dan lampu kilat Xenon dan LED, Walkman (W) dengan audio mega bass, clear stereo dan juga pemutar musik, Entertainment Unlimited (U) dengan fitur multimedia dan hiburan, GreenHeart merupakan ponsel ramah lingkungan (ekologis), Generation Web (G) fitur konektivitas yang memudahkan user, Messaging (M) fitur message baik chat dan sebagainya dengan QWERTY keypad, Kamera (K) juga mengadopsi dari CyberShot, Tala (T) sebagai pemuas kebutuhan komunikasi para user. (Tala artinya Talk atau berbicara), Swivel/Slider (S) dengan desain Slider dan merupakan seri Snapshot, Snapshot (S) dengan fitur kamera yang berkualitas, Fun (F) dengan fitur permainan dan hiburan dan termasuk seri Fashion, Fashion (F) dengan fitur desain dan fashion, Personal Digital Assistant (P) merupakan sebuah PDA dengan sistem OS, Ze Bobber (Z) berdesain flip, Radio (R) dengan fitur Radio, Junior (J) dengan fitur fungsi dasar yang memudahkan para user, T-Mobile (TM) dirilis untuk operator seluler USA, Vodafone (V atau F) untuk operator seluler Vodafone, Deutsche Telekom (D) untuk operator selular T-Mobile dan telekomunikasi seluler dari Deutsche Telekom.

BUDAYA PERUSAHAAN SONY ERICSSON Sony Ericsson merupakan perusahaan gabungan seperti yang telah di paparkan dia atas yang bergerak dalam industri telekomunikasi, berpusat di London, Britania Raya dan Swedia. Hideki Komiyama sebagai presiden perusahaan dan Anders Runevad wakil perusahan. Sony Ericsson memproduksi tekhnologi seperti telepon selular, walkman, sistem wireless, voice and data device, dan Hi-Tech Accessories.

Sony Ericsson memberikan kebebasan dalam untuk menentukan identitas lokal yang sesuai dengan negara atau pasar. Visi dari perusahaan Sony Ericsson adalah menjadi merek hiburan komunikasi yang utama. Bukan hanya menyediakan sarana komunikasi bagi para pengguna tetapi dilengkapi dengan fitur-fitur hiburan dan fitur pendukung lainnya agar pengguna dapat menciptakan dan berpartisipasi dalam pengalaman hiburan yang unik. Visi SE kedepannya tahun 2015 yaitu akan mengurangi emisi gas rumah kaca dari siklus hidup penuh Sony Ericsson sebesar 15% dan mengurangi emisi gas rumah kaca dari aktivitas internal Sony Ericsson sebesar 20% dengan menandatangani Copenhagen Comunique sebagai apresiasi terhadap perubahan iklim. Saat ini, SE melakukan pendaur ulangan produk sebagai wujud kerja secara profesional dan konsisten yang mendukung visi perusahaan. Sony Ericsson juga membuka lowongan bagi siapa saja yang dapat memberikan ide atau inovasi terhadap perusahaan dengan cara mengisi kuisioner dan dapat mempresentasikan inovasinya ke perusahaan sehingga orang tersebut dapat masuk sebagai pengevaluasi produk atau jasa dalam perusahaan Sony Ericsson. Namun, tidak semua inovasi dapat diterima oleh perusahaan. Sebab, perusahaan akan mencari inovasi yang terbaik. Logo yang digunakan sekarang seperti yang kita ketahui awalnya merupakan desain dari Takuya Kawagoi yang menggabungkan huruf S untuk Sony dan E untuk Ericsson. (lihat gambar 1).

maaf gambar tidak bisa tampil


Gambar 1 Logo Sony Ericsson yang di desain oleh Takuya Kawagoi yang menghubungkan huruf S untuk SONY dan E untuk ERICSSON.

Kalau kita lihat perkembangan logo seiring memproduksi barang-barangnya dari perusahaan Sony dan juga Ericsson sehingga dapat dihasilkan logo setelah penggabungan, dapat kita lihat di gambar 1.1.

maaf gambar tidak bisa tampil


Gambar 1.1 Logo kedua perusahaan (Sony dan Ericsson) serta logo setelah bergabung.

Gambar pertama dari kiri ke kanan merupakan logo awal perusahaaan Sony. Lalu perusahaan Sony membeli perusahaan CBS record sehingga menjadi Sony Music Entertainment pada logo ke-2 dan ke-3. Lalu bekerja sama dengan perusahaan produksi perfilman, dengan logo ke-4. Logo ke-5, ke-6 dan ke-7 secara berurutan merupakan hasil produk dari perusahaan Sony di peralatan elektronik seperti video (playstation) , sound (walkman), dan juga laptop (vaio). Lalu gambar selanjutnya merupakan logo perusahaan Ericsson yang saat pertama kali mengeluarkan telepon selulernya dan gambar terakhir merupakan logo perusahaan Sony dan Ericsson setelah merger. Logo tersebut masih digunakan hingga saat ini khususnya untuk logo pemasaran ponsel. Dalam ruang kerja perusahaan terdapat banyak suasana yang menyatukan orangorang pandai, berhasrat tinggi untuk mewujudkan ide-ide luar biasa. Nilai-nilai yang terdapat dalam perusahaan ini meliputi: kreatif, yaitu menciptakan pengalaman mengagumkan bagi orang lain dengan menghadirkan produk yang berkualitas yang dapat menumbuhkan bisnis perusahaan. Lalu nilai yang kedua adalah Fun, yaitu memberikan inspirasi dan menghibur siapapun khususnya memberikan kepuasan bagi para pelanggan. Berikutnya adalah nilai kolaboratif, yaitu menyatu-padukan hasil-hasil ide dan inspirasi. Lalu selanjutnya adalah nilai berkelanjutan, dimana ini merupakan sebuah tonggak bisnis perusahaan SE dalam menciptakan berbagai produk kedepannya. Perusahaan ini juga memiliki komitmen bahwa dalam menciptakan suatu produk, SE akan membuat produk yang ramah lingkungan. SE bukan hanya memberikan berbagai fitur menarik dan unik tetapi juga memberikan komitmen yang baik terhadap pelanggannya dengan cara mengurangi efek produk terhadap lingkungan. Salah satu produknya adalah GreenHeartTM . Salah satu produknya merupakan telepon selular atau disebut ponsel. Ponsel tersebut memiliki metode penamaan dan mengandung makna yang berbeda. Ponsel SE sebelum tahun 2008 menggunakan sistem penamaan dengan 5 karakter. Lalu tahun 2008 hingga sekarang menggunakan metode penamaan 4 karakter. Pada

proses penamaan ponsel, SE menyertakan nama kode yang bertujuan agar informasi mengenai ponsel dapat dirahasiakan. Sebagian besar nama kode ponsel SE berasal dari nama pemain tenis wanita WTA, yaitu turnamen tenis yang disponsori oleh Sony Ericsson.

http://deusastory.wordpress.com/2011/06/05/sejarah-dan-budaya-perusahaan-sony-ericsson/

Anda mungkin juga menyukai