Kelompok 5 :
MALANG
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Strategi Manajemen Keuangan
“SHARE REPURCHASE AND LAVERAGE BUYOUT”. Makalah ini disusun
sebagai tugas pada mata kuliah Strategi Manajemen Keuangan. Tidak lupa kami
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berpartisipasi dengan memberikan sambungan baik materi maupun pikirannya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Stock Repurchase.....................................................................................................3
2.2 Alasan Perusahaan Melakukan Stock Repurchase....................................................3
2.3 Metode Stock Repurchase........................................................................................6
2.4 Kelebihan Stock Repurchase Dibandingkan dengan Deviden..................................8
2.5 Pengertian Leverage Buy Out..................................................................................9
2.6 Alasan Leveraged Buyout......................................................................................10
BAB III............................................................................................................................12
KESIMPULAN................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian stock repurchase?
2. Apa yang menjadi alasan perusahaan melakukan stock repurchase?
3. Apa saja metode repurchase?
4. Apa yang di maksud leverage buy out?
5. Apa yang menjadi alasan leverage Buy out?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
substitution effect antara dividen dengan stock repurchase,
bahwa suatu perusahaan yang biasa membayar dividen, tidak
mengurangi jumlah dividennya dan menggantinya dengan
stock repurchase. Mereka justru menemukan bahwa
perusahaan yang membayar dividen dengan jumlah yang
besar lebih memilih untuk melakukan stock repurchase
daripada menaikkan jumlah dividen yang dibayarkan.
b. Leverage hypothesis.
Kegiatan stock repurchase dapat meningkatkan
financial leverage. Pada saat perusahaan membagi kelebihan
jumlah kapitalnya, dalam hal ini melakukan stock
repurchase, maka nilai ekuitas perusahaan akan menurun,
sehingga debt ratio perusahaan akan meningkat. Peningkatan
debt ratio ini berarti pula meningkatnya leverage perusahaan.
Perusahaan akan lebih suka untuk melakukan stock
repurchase jika rasio leverage-nya di bawah angka yang
ditargetkan untuk mencapai struktur modal yang optimal.
c. Reissue hypothesis.
Stock repurchase dilakukan perusahaan untuk
menyediakan sejumlah saham sebagai keperluan program
pensiun, bonus, stock option, atau bentuk stock reissue
lainnya.
4
d. Investment hypothesis.
Perusahaan yang kurang memiliki kesempatan
berinvestasi akan menggunakan kelebihan kas yang
dimilikinya untuk membeli kembali saham perusahaannya.
5
karena dapat memberikan keuntungan bagi pihak
manajemen perusahaan, baik dengan menurunnya
kecenderungan perusahaan tersebut untuk diambil alih oleh
perusahaan lain, ataupun dengan meningkatnya persentase
kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan.
b. Open-market Repurchase
Dalam metode ini, perusahaan membeli kembali saham
perusahaannya dengan jumlah yang relatif lebih kecil.
Pembelian kembali dilakukan melalui broker dengan
pembayaran komisi pada tingkat normal dan pembelian pada
harga pasar (tidak ada premium yang dibayarkan).
6
Tidak seperti metode stock repurchase lainnya, Dutch
auctions atau fixed-price tender offer, open market
repurchase ini tidak mengikat suatu perusahaan untuk benar-
benar membeli kembali sahamnya sebanyak jumlah yang
mereka umumkan sebelumnya. Stephen dan Weisbach (1998)
dan Jagannathan, Stephens, dan Weisbach (2000)
menyatakan bahwa pembelian kembali yang benar-benar
dilakukan hanya sebesar 70-80% dari jumlah yang
diumumkan.
c. Dutch Auction
Pada pembelian kembali saham perusahaan menggunakan
metode Dutch auction, perusahaan menyebutkan range harga
saham yang ditawarkan dimana para pemegang saham akan
memilih satu harga yang mereka tetapkan untuk menjual
saham yang mereka miliki kepada perusahaan. Pada masa
batas akhir penawaran, perusahaan akan membeli sahamnya
berdasarkan harga penawaran terbaik.
7
menjual TPR yang dimilikinya kepada pemegang saham
lainnya yang berkeinginan untuk menjual sahamnya lebih
dari jumlah yang dialokasikan perusahaan kepada dirinya. Di
Amerika, TPR ini diperdagangkan di NYSE (New York
Stock Exchange) selama periode akhir (expiration period).
e. Private Repurchase
Private repurchase memerlukan perusahaan untuk
membeli saham dari seorang pemegang saham (biasanya
yang memiliki jumlah saham yang cukup besar) dengan cara
negosiasi langsung. Dilihat dari jarangnya perusahaan
mengumumkan stock repurchase menggunakan metode ini,
private repurchase dianggap kurang signifikan pengaruhnya
terhadap harga saham perusahaan dibandingkan open-market
dan tender offer repurchase.
8
a. Beberapa studi menunjukkan bahwa dividen bersifat kaku
dalam jangka pendek. Perusahaan enggan untuk mengubah
kebijakan pembayaran dividennya jika mereka ragu untuk
bisa mempertahankan kebijakannya tersebut di masa yang
akan datang. Perusahaan lebih memandang serius pada
kebijakan untuk meningkatkan pembayaran dividen, namun
tidak yakin untuk dapat mempertahankan kebijakan tersebut
ke depannya, dibandingkan dengan kebijakan untuk
mengurangi jumlah dividen yang dibayarkan. Sehingga, jika
perusahaan merasa bahwa kelebihan kas yang dimilikinya
hanya bersifat sementara, perusahaan akan lebih memilih
untuk menggunakan kas tersebut untuk stock repurchase
daripada menaikkan jumlah dividennya yang belum tentu bisa
dipertahankan ke depannya.
9
tindakan tersebut disebut sebagai pengambilalihan (takeover) atau
pengambilalihan paksa (hostile takeover).
LBO adalah suatu keadaan di mana para seluruh saham perusahaan dibeli
oleh pihak manajemen perusahaan atau oleh investor lain dengan
memanfaatkan dana pinjaman. Selain untuk menghindari pengambilalihan
paksa, tindakan ini dilakukan karena berbagai keputusan manajemen unit
usaha tertentu tidak sesuai dengan keseluruhan strategi korporasi atau unit
tersebut hendak dijual untuk memperoleh dana tunai, atau unit bisnis tersebut
sedang memperoleh tawaran harga yang atraktif. Sebuah LBO mengubah
perusahaan menjadi pribadi (private, tidak publik). Pada saat ini aktivitas
LBO menjadi bisnis yang menarik karena perusahaan yang telah dibeli
tersebut (biasanya setelah disehatkan) dapat dijual kembali bagian per bagian
untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, bahkan terkadang dengan
harga premium. Bank yang bergerak di sektor ini biasa disebut
sebagai merchant banking.
10
mengungkapkan laporan keuangan. Perusahaan juga tidak diawasi oleh
para analis. Terakhir, menjadi swasta memberikan fleksibilitas dan fokus
kepada manajemen atas kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka
panjang.
Banyak dari pembiayaan aktual datang melalui apa yang dikenal sebagai
pembiayaan Mezzanine, di mana investor adalah pemodal ventura kaya dan
dana pensiun. Investor tersebut biasanya akan menjual kembali saham
mereka dalam beberapa tahun untuk merealisasikan keuntungan modal yang
besar.
Selain itu, sumber pinjaman juga dapat berasal dari penerbitan obligasi
berimbal hasil tinggi. Obligasi semacam ini dikenal dengan istilah obligasi
sampah (junk bond).
11
Kemampuan untuk menurunkan kan memangkas biaya sehingga tercapai
economies of scale atau economies of scope
Mampu menghasilkan arus kas yang stabil
Mampu mencapai efisiensi penggunaan dana
BAB III
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
13