Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STRATEGI MANAJEMEN KEUANGAN

“SHARE REPURCHASE AND LAVERAGE BUYOUT”

Kelompok 5 :

Nevi Kusumaningtyas 201710160311344

Yulia Nenda 201710160311354

Fitria Setianingrum 201710160311370

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

MALANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Strategi Manajemen Keuangan
“SHARE REPURCHASE AND LAVERAGE BUYOUT”. Makalah ini disusun
sebagai tugas pada mata kuliah Strategi Manajemen Keuangan. Tidak lupa kami
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berpartisipasi dengan memberikan sambungan baik materi maupun pikirannya.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan.


Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran pembaca.

Malang, 15 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Stock Repurchase.....................................................................................................3
2.2 Alasan Perusahaan Melakukan Stock Repurchase....................................................3
2.3 Metode Stock Repurchase........................................................................................6
2.4 Kelebihan Stock Repurchase Dibandingkan dengan Deviden..................................8
2.5 Pengertian Leverage Buy Out..................................................................................9
2.6 Alasan Leveraged Buyout......................................................................................10
BAB III............................................................................................................................12
KESIMPULAN................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai produk keuangan
jangka panjang yang bisa diperjual belikan, dimana instrumen tersebut
meliputi obligasi, saham, deviden, reksadana dan lain sebagainya. Pasar
modal juga dapat digunakan untuk sarana pendanaan bagi institusi
pemerintah dan sarana adanya kegiatan berinvestasi. Kegiatan jual beli
produk keuangan di pasar modal dapat dilakukan di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
Sebuah perusahaan memiliki cara untuk mendistribusikan kas yang
dimilikinya salah satu nya yaitu dengan melakukan pembelian saham
kembali (stock repurchase). Dalam melakukan stock repurchase perusahaan
akan membeli kembali sebagian sahamnya diatas harga pasar, dengan
mempertimbangkan bahwa saham tersebut layak untuk dibeli kembali. Jika
perusahaan melakukan stock repurchase dengan cara tender offer, maka
perusahaan akan menawar harga pembelian saham diatas harga pasar.
Sehingga para pemegang saham akan memperoleh keuntungan yang didapat
dari capital gain saham tersebut, dengan tingkat pajak yang dikenakan lebih
kecil apabila dibandingkan dengan diveden. Hal ini lah yang menja alasan
para pemegang saham lebih menyukai stock repurchase dibandingkan
dividen.
Stock repurchase mempunyai banyak manfaat baik untuk perusahaan
maupun bagi pemegang saham. Manfaat bagi pemegang saham adalah stock
repurchase sering dipandang positif oleh investor karena pada umumnya
stock repurchase dilakukan oleh perusahaan jika perusahaan merasa bahwa
saham mereka mengalami undervalue, sehingga kegiatan stock repurchase
mampu mengurangi jumlah saham yang beredar di pasar dan setelah
melakukan stock repurchase terdapat kemungkinan harga saham naik.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian stock repurchase?
2. Apa yang menjadi alasan perusahaan melakukan stock repurchase?
3. Apa saja metode repurchase?
4. Apa yang di maksud leverage buy out?
5. Apa yang menjadi alasan leverage Buy out?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian stock repurchase


2. Untuk memahami alasan perusahaan melakukan stock repurchase
3. Untuk mengetahui metode repurchase
4. Untuk mengetahui leverage buy out
5. Dapat mengetahui dan memahami alas an leverage buy out yang
dilakukan perusahaan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Stock Repurchase

Stock repurchase atau pembelian kembali saham perusahaan adalah


suatu kegiatan dimana perusahaan melakukan pembelian kembali atas
saham mereka yang telah beredar di pasar bursa, yang telah dimiliki oleh
para pemegang saham.
Stock repurchase ini merupakan salah satu cara yang dilakukan
perusahaan untuk mendistribusikan cashflow yang dimiliki perusahaan
kepada para pemegang sahamnya selain dalam bentuk dividen. Pada saat
membeli kembali sahamnya, biasanya perusahaan akan membelinya pada
harga di atas harga pasar. Kelebihan atas harga pasar inilah yang menjadi
keuntungan bagi para pemegang saham yang biasa dikenal dengan istilah
capital gain.

2.2 Alasan Perusahaan Melakukan Stock Repurchase

Wansley, Lane, dan Sarkar (1989) menjelaskan mengenai alasan-


alasan yang mungkin digunakan oleh suatu perusahaan ketika melakukan
stock repurchase dan mengelompokkannya ke dalam enam hipotesis
berikut, yaitu:

a. Dividend substitution hypothesis.


Karena pajak yang dikenakan untuk stock repurchase
(pajak capital gain) lebih rendah daripada pajak yang
dikenakan untuk dividen maka stock repurchase menjadi
alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan dividen dalam
mendistribusikan cashflow kepada para pemegang saham.

Grullon dan Michaely (2002) menemukan adanya

3
substitution effect antara dividen dengan stock repurchase,
bahwa suatu perusahaan yang biasa membayar dividen, tidak
mengurangi jumlah dividennya dan menggantinya dengan
stock repurchase. Mereka justru menemukan bahwa
perusahaan yang membayar dividen dengan jumlah yang
besar lebih memilih untuk melakukan stock repurchase
daripada menaikkan jumlah dividen yang dibayarkan.

Adanya tax benefit dari stock repurchase dibandingkan


dengan pembayaran dividen juga dikemukakan Black, 1976;
Barclay dan Smith, 1988; dan Stephens, 2001.

b. Leverage hypothesis.
Kegiatan stock repurchase dapat meningkatkan
financial leverage. Pada saat perusahaan membagi kelebihan
jumlah kapitalnya, dalam hal ini melakukan stock
repurchase, maka nilai ekuitas perusahaan akan menurun,
sehingga debt ratio perusahaan akan meningkat. Peningkatan
debt ratio ini berarti pula meningkatnya leverage perusahaan.
Perusahaan akan lebih suka untuk melakukan stock
repurchase jika rasio leverage-nya di bawah angka yang
ditargetkan untuk mencapai struktur modal yang optimal.

c. Reissue hypothesis.
Stock repurchase dilakukan perusahaan untuk
menyediakan sejumlah saham sebagai keperluan program
pensiun, bonus, stock option, atau bentuk stock reissue
lainnya.

Jolls (1998) dan Weisbenner (1998) menyebutkan bahwa


sebagian besar pertumbuhan stock repurchase yang terjadi
adalah sebagai akibat dari meningkatnya penggunaan stock
option sebagai insentif yang diberikan kepada manajer
perusahaan.

4
d. Investment hypothesis.
Perusahaan yang kurang memiliki kesempatan
berinvestasi akan menggunakan kelebihan kas yang
dimilikinya untuk membeli kembali saham perusahaannya.

e. Information signalling hypothesis.

Kebanyakan perusahaan melakukan stock repurchase


adalah untuk memberikan informasi atau sinyal positif
kepada para pemegang saham mengenai kondisi perusahaan.

Smith (1990) menyebutkan bahwa stock repurchase


adalah suatu cara bagi perusahaan untuk memberikan sinyal
kepada para pemegang saham bahwa perusahaan memiliki
kesempatan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar
pada masa yang akan datang. Asquith dan Mullin (1986) juga
menyebutkan bahwa stock repurchase merupakan suatu
sinyal yang diberikan perusahaan bahwa sahamnya memiliki
nilai intrinsik yang lebih besar dari pada harga pasarnya,
sehingga perusahaan mau untuk membeli kembali sahamnya
dengan harga premium atau di atas harga pasar.

f. Wealth transfer hypothesis.

Stock repurchase yang dilakukan ketika saham


perusahaan mengalami undervalued akan menyebabkan
adanya wealth transfer dari participating stockholder,
pemegang saham yang bersedia menjual sahamnya, kepada
nonparticipating stockholder. Wealth transfer juga mungkin
terjadi dari bondholder kepada nonparticipating
stockholder. Selain itu, stock repurchase mungkin dilakukan

5
karena dapat memberikan keuntungan bagi pihak
manajemen perusahaan, baik dengan menurunnya
kecenderungan perusahaan tersebut untuk diambil alih oleh
perusahaan lain, ataupun dengan meningkatnya persentase
kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan.

Selain keenam alasan di atas, ada satu alasan lain perusahaan


melakukan stock repurchase yaitu sebagai bentuk pertahanan dalam
menghadapi ancaman takeover oleh perusahaan lain seperti yang
dikemukakan oleh Dennis (1990).

2.3 Metode Stock Repurchase


Beberapa metode dapat menjadi pilihan suatu perusahaan dalam
melakukan stock repurchase. Beberapa diantaranya adalah:
a. Tender Offer
Dengan metode tender offer perusahaan mengumumkan
kepada seluruh pemegang saham bahwa perusahaan akan
membeli kembali beberapa lembar sahamnya pada harga dan
periode tertentu yang telah ditetapkan. Harga yang
ditawarkan perusahaan biasanya adalah harga di atas harga
pasar. Setiap pemegang saham akan memperkirakan sendiri
apakah harga yang ditawarkan akan lebih besar ataupun lebih
kecil bila dibandingkan dengan harga saham tersebut setelah
masa penawaran berakhir, sehingga setiap pemegang saham
dapat memutuskan apakah bersedia untuk menjual sahamnya
atau tidak. Stock repurchase dengan cara ini dapat
meningkatkan harga saham.

b. Open-market Repurchase
Dalam metode ini, perusahaan membeli kembali saham
perusahaannya dengan jumlah yang relatif lebih kecil.
Pembelian kembali dilakukan melalui broker dengan
pembayaran komisi pada tingkat normal dan pembelian pada
harga pasar (tidak ada premium yang dibayarkan).

6
Tidak seperti metode stock repurchase lainnya, Dutch
auctions atau fixed-price tender offer, open market
repurchase ini tidak mengikat suatu perusahaan untuk benar-
benar membeli kembali sahamnya sebanyak jumlah yang
mereka umumkan sebelumnya. Stephen dan Weisbach (1998)
dan Jagannathan, Stephens, dan Weisbach (2000)
menyatakan bahwa pembelian kembali yang benar-benar
dilakukan hanya sebesar 70-80% dari jumlah yang
diumumkan.

Open-market repurchase ini memberikan fleksibilitas kepada


perusahaan untuk membeli kembali sahamnya lebih sedikit
dibandingkan dengan yang direncanakan jika sahamnya
menjadi lebih mahal ataupun membeli lebih banyak jika harga
sahamnya tetap atau lebih murah.

c. Dutch Auction
Pada pembelian kembali saham perusahaan menggunakan
metode Dutch auction, perusahaan menyebutkan range harga
saham yang ditawarkan dimana para pemegang saham akan
memilih satu harga yang mereka tetapkan untuk menjual
saham yang mereka miliki kepada perusahaan. Pada masa
batas akhir penawaran, perusahaan akan membeli sahamnya
berdasarkan harga penawaran terbaik.

d. Transferable Put Rights (TPRs)


Dengan metode ini, perusahaan yang berencana akan
membeli sahamnya sebesar α dari sahamnya yang beredar,
memberikan setiap pemegang sahamnya satu TPR untuk
setiap 1/ α jumlah saham yang dimiliki. Satu TPR memberi
hak kepada para pemegang sahamnya untuk menjual kembali
satu lembar saham yang dimilikinya kepada perusahaan
penerbit pada harga yang telah ditentukan sebelumnya.
Pemegang saham yang menolak menjual sahamnya dapat

7
menjual TPR yang dimilikinya kepada pemegang saham
lainnya yang berkeinginan untuk menjual sahamnya lebih
dari jumlah yang dialokasikan perusahaan kepada dirinya. Di
Amerika, TPR ini diperdagangkan di NYSE (New York
Stock Exchange) selama periode akhir (expiration period).
e. Private Repurchase
Private repurchase memerlukan perusahaan untuk
membeli saham dari seorang pemegang saham (biasanya
yang memiliki jumlah saham yang cukup besar) dengan cara
negosiasi langsung. Dilihat dari jarangnya perusahaan
mengumumkan stock repurchase menggunakan metode ini,
private repurchase dianggap kurang signifikan pengaruhnya
terhadap harga saham perusahaan dibandingkan open-market
dan tender offer repurchase.

2.4 Kelebihan Stock Repurchase Dibandingkan dengan Deviden


Dari Sudut Pandang Pemegang Saham

a. Pajak pendapatan (Income tax)


Pajak yang dikenakan kepada investor terhadap dividen
yang diterima adalah sebesar personal income tax rate,
sedangkan pajak yang dikenakan atas keuntungan dari stock
repurchase adalah pajak capital gain. Hal ini menguntungkan
bagi para investor karena pajak personal income tax biasanya
memiliki tingkat yang lebih besar bila dibandingkan dengan
pajak capital gain.

b. Dengan stock repurchase para pemegang saham dapat


memilih untuk menjual sahamnya atau tidak. Dibandingkan
dengan dividen, pemegang saham harus menerima dividen
tersebut dan membayar pajaknya.

Dari Sudut Pandang Perusahaan

8
a. Beberapa studi menunjukkan bahwa dividen bersifat kaku
dalam jangka pendek. Perusahaan enggan untuk mengubah
kebijakan pembayaran dividennya jika mereka ragu untuk
bisa mempertahankan kebijakannya tersebut di masa yang
akan datang. Perusahaan lebih memandang serius pada
kebijakan untuk meningkatkan pembayaran dividen, namun
tidak yakin untuk dapat mempertahankan kebijakan tersebut
ke depannya, dibandingkan dengan kebijakan untuk
mengurangi jumlah dividen yang dibayarkan. Sehingga, jika
perusahaan merasa bahwa kelebihan kas yang dimilikinya
hanya bersifat sementara, perusahaan akan lebih memilih
untuk menggunakan kas tersebut untuk stock repurchase
daripada menaikkan jumlah dividennya yang belum tentu bisa
dipertahankan ke depannya.

b. Saham yang telah dibeli kembali dapat digunakan sebagai


saham untuk program stock option. Para manajer keuangan
berpendapat bahwa akan lebih tepat dan murah jika
menggunakan saham yang dibeli kembali dibandingkan bila
menerbitkan saham baru untuk program stock option tersebut.

c. Jika kepemilikan saham perusahaan lebih banyak dimiliki


oleh para manajer dalam perusahaan, maka mereka akan
memilih stock repurchase dibandingkan dividen karena
keuntungan pajak yang diperoleh.

2.5 Pengertian Leverage Buy Out


Leveraged Buyouts (LBO) atau Akuisisi merupakan cara yang secara
umum digunakan untuk menjalankan strategi. Suatu akuisisi terjadi ketika
sebuah perusahaan besar membeli suatu perusahaan yang (biasanya) lebih
kecil. Suatu merjer adalah tindakan ketika dua buah atau lebih perusahaan
yang relatif berukuran sama menyatukan diri dan membentuk perusahaan
baru. Ketika akuisisi atau merjer tidak diharapkan kedua belah pihak, maka

9
tindakan tersebut disebut sebagai pengambilalihan (takeover) atau
pengambilalihan paksa (hostile takeover).

LBO adalah suatu keadaan di mana para seluruh saham perusahaan dibeli
oleh pihak manajemen perusahaan atau oleh investor lain dengan
memanfaatkan dana pinjaman. Selain untuk menghindari pengambilalihan
paksa, tindakan ini dilakukan karena berbagai keputusan manajemen unit
usaha tertentu tidak sesuai dengan keseluruhan strategi korporasi atau unit
tersebut hendak dijual untuk memperoleh dana tunai, atau unit bisnis tersebut
sedang memperoleh tawaran harga yang atraktif. Sebuah LBO mengubah
perusahaan menjadi pribadi (private, tidak publik). Pada saat ini aktivitas
LBO menjadi bisnis yang menarik karena perusahaan yang telah dibeli
tersebut (biasanya setelah disehatkan) dapat dijual kembali bagian per bagian
untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, bahkan terkadang dengan
harga premium. Bank yang bergerak di sektor ini biasa disebut
sebagai merchant banking.

2.6 Alasan Leveraged Buyout

Ada tiga alasan utama leveraged buyout.

1. untuk mengambil perusahaan publik swasta.


2. melakukan spin-off sebagian dari bisnis yang ada dengan menjualnya.
3. untuk memindahkan properti pribadi, seperti halnya dengan perubahan
dalam kepemilikan usaha kecil.

2.6.1 Perusahaan publik

Untuk perusahaan publik, pengakuisisi membeli saham perusahaan


secara pribadi sehingga mengubah struktur kepemilikan perusahaan dari
publik menjadi pribadi. Harapannya adalah pemilik swasta dapat
merestrukturisasi perusahaan dan akhirnya membawanya kembali ke
publik melalui penawaran umum perdana (IPO).

Perusahaan swasta menikmati manfaat tertentu yang tidak dimiliki


perusahaan publik. Perusahaan swasta tidak diwajibkan untuk

10
mengungkapkan laporan keuangan. Perusahaan juga tidak diawasi oleh
para analis. Terakhir, menjadi swasta memberikan fleksibilitas dan fokus
kepada manajemen atas kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka
panjang.

2.6.2 Sumber pendanaan

Biasanya, aset perusahaan yang diakuisisi digunakan sebagai agunan


untuk pinjaman. Pinjaman tersebut dibayar kembali dari arus kas
perusahaan yang diakuisisi.

Kemungkinan bentuk lain dari pembelian leverage terjadi ketika investor


meminjam dari bank, menggunakan aset mereka sendiri sebagai agunan
untuk mengakuisisi perusahaan lain. Biasanya, pemegang saham publik
menerima harga di atas nilai pasar saat ini untuk saham mereka.

Jumlah utang yang disediakan bank untuk mendukung LBO sangat


bervariasi, tergantung pada kualitas aset agunan, jumlah ekuitas yang
disediakan oleh sponsor keuangan, sejarah dan pengalaman sponsor
keuangan, dan lingkungan ekonomi secara keseluruhan.

Banyak dari pembiayaan aktual datang melalui apa yang dikenal sebagai
pembiayaan Mezzanine, di mana investor adalah pemodal ventura kaya dan
dana pensiun. Investor tersebut biasanya akan menjual kembali saham
mereka dalam beberapa tahun untuk merealisasikan keuntungan modal yang
besar.

Selain itu, sumber pinjaman juga dapat berasal dari penerbitan obligasi
berimbal hasil tinggi. Obligasi semacam ini dikenal dengan istilah obligasi
sampah (junk bond).

Keadaan perusahaan target yang harus dicapai setelah akuisisi :

 Adanya peningkatan kinerja manajemen

11
 Kemampuan untuk menurunkan kan memangkas biaya sehingga tercapai
economies of scale atau economies of scope
 Mampu menghasilkan arus kas yang stabil
 Mampu mencapai efisiensi penggunaan dana

BAB III
KESIMPULAN

Stock repurchase atau pembelian kembali saham perusahaan adalah


suatu kegiatan dimana perusahaan melakukan pembelian kembali atas
saham mereka yang telah beredar di pasar bursa, yang telah dimiliki oleh
para pemegang saham.
Alasan Perusahaan Melakukan Stock Repurchase :

a. Dividend substitution hypothesis.


b. Leverage hypothesis.
c. Reissue hypothesis.
Metode Stock Repurchase
a. Tender Offer
b. Open-market Repurchase
c. Dutch Auction

Leveraged Buyouts (LBO) atau Akuisisi merupakan cara yang secara


umum digunakan untuk menjalankan strategi. Suatu akuisisi terjadi ketika
sebuah perusahaan besar membeli suatu perusahaan yang (biasanya) lebih
kecil

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai