Anda di halaman 1dari 12

EKONOMI INTERNASIONAL

“HAMBATAN PERDAGANGAN NOTARIF DAN


PROTEKSIONISME BARU”

DISUSUN OLEH :

Devy Mandalika Hsb (0501162089)

Halimatussa’diyah Hrp(0501162104)

Nurhabibah Pohan (0501163229)

Rismala Sari Harahap(0501162137)

Untza Nuzul Qhinanza Lubis(0501162128)

DOSEN PEMBIMBING :

Bapak Asra Idriyansyah Purba

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam
cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Habibillah
Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
yang sempunya dengan bahasa yang sangat indah.
Akhirnya pemakalah disini dapat merasa sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan makalah yang berjudul Hambatan perdagangan nontarif dan proteksionisme
baru. Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan, makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ekonomi Internasional.
Pemakalah mengucapkan banyak terima kasih. Dan pemakalah memahami jika
makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna
memperbaiki karya- karya kami dilain waktu.

Medan, 17 November 2018

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

BAB II LANDASAN TEORITIS .................................................................................. 3

A. Hambatan-hambatan Perdagangan Nontarif....................................................2


B. Berbagai Hambatan Perdagangan Nontarif.....................................................3
C. Proteksionisme ............................................................................................... 7

BAB III KESIMPULAN............................................................................................... 12

A. Kesimpulan .................................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persaingan bisnis di era perdagangan bebas menunjukkan perkembangan yang pesat
sehingga seolah tidak ada batas antarnegara. Indonesia harus berkompetisi dengan negara lain
di bidang perdagangan, baik negara maju maupun negara berkembang. Perdagangan bebas
membuka peluang bagi produsen Indonesia untuk menjual produknya ke luar negeri dan
sebaliknya memberi pilihan produk yang lebih banyak kepada masyarakat. Setiap negara
dapat berkonsentrasi untuk memproduksi barang tertentu dengan seefisien mungkin untuk
meningkatkan kapasitas ekonomi dunia.
Peran pemerintah diharapkan sangat sedikit dalam perdagangan bebas. Namun demikian,
perdagangan bebas antar- negara yang tidak terkontrol oleh peran pemerintah dan negara
dapat berakibat pada keadaan dimana pengusaha dalam negeri terutama sektor Usaha Kecil
dan Menengah semakin terpuruk karena berkompetisi dengan pengusaha dari negara maju.
Untuk itu tetap diperlukan peran pemerintah dan kalangan dunia usaha untuk menciptakan
iklim usaha yang kondusif, agar semua pelaku usaha dapat tetap bertahan dan bersaing satu
sama lain secara sehat. Sistim perdagangan bebas meminta setiap negara membuka akses
yang adil dan tidak diskriminatif terhadap satu sama lain.
Untuk dapat bersaing pada tingkat perdagangan dunia, maka dunia usaha dalam negeri
harus tumbuh kuat. Untuk cepat tumbuh kuat tentu salah satunya diperlukan kebijakan
pemerintah yang menguntungkan pengusaha dalam negeri. Meskipun perdagangan bebas
berarti tidak ada batas negara, kebijakan yang menguntungkan masih dapat diciptakan dengan
syarat tidak melawan hukum perdagangan bebas dunia.
Kebijakan yang menguntungkan pengusaha dalam negeri dilakukan oleh negara maju
sebagaimana sikap negara industri maju yang secara tidak langsung melakukan proteksi
terhadap industri dalam negerinya melalui berbagai isu seperti isu lingkungan hidup,
ketenagakerjaan dan lain-lain. Menghadapi perdagangan bebas dunia, maka kalangan dunia
usaha juga perlu untuk mengambil sikap dalam menjaga keseimbangan dunia usaha dalam
negeri dan luar negeri.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hambatan-hambatan Perdagangan Notarif

Kebijakan perdagangan internasional adalah berbagai tindakan dan peraturan yang


dijalankan suatu negara, baik secara lansung maupun tidak langsung, yang akan
mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah perdagangan internasional negara tersebut.
Kebijakan perdagangan internasional dilaksanakan dengan tujuan untuk melindungi
kepentingan ekonomi nasional, industri dalam negeri, dan lapangan kerja serta menjaga
stabilitas ekonomi nasional. Akan tetapi, dalam praktek perdagangan internasional saat ini,
kebanyakan pemerintah melakukan campur tangan dalam kegiatan perdagangan internasional
menggunakan kebijakan lainnya yang lebih rumit, yaitu kebijakan nontarif barrier (NTB).
Hal ini dilakukan negara tersebut untuk menyembunyikan motif proteksi atau sekedar
mengecoh negara lainnya. Oleh karena itu, sampai saat ini masih banyak negara yang
memberlakukan kebijakan nontarif barrier walaupun beberapa ahli beranggapan bahwa
kebijakan nontarif barrier dapat menjadi penghalang untuk tercapainya keterbukaan dalam
perdaganganinternasional.1
Cara-cara suatu negara dalam menerapkan non-tariff barrier
1. Standardisasi Kualitas Produk atau Jasa
Cara ini dilakukan dengan membuat standard kualitas khusus  produk atau jasa yang akan
masuk ke suatu negara tertentu harus memenuhi standar kualitas negara tersebut. Pembatasan
ini sama sekali tidak terkait dengan aspek-aspek finansial.
2. Pembatasan Kuota Impor:
Dilakukan dengan membatasi kuantitas barang yang boleh masuk ke suatu negara.
Pembatasan jumlah barang dilakukan dengan tujuan produk-produk impor tidak membanjiri
pasar dalam negeri. Dengan pembatasan ini diharapkan produk-produk dalam negeri bisa
bersaing di negerinya sendiri.
3. Prosedur atau Peraturan Khusus:
Prosedur atau peraturan khusus yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat bisa jadi menjadi
hambatan terbesar yang dihadapi produk luar negeri. Peraturan atau prosedur yang
dikeluarkan pemerintah merupakan kunci masuknya produk luar negeri. Dengan adanya
peraturan khusus tersebut, gerak produk luar negeri di dalam negeri bisa terbatas.

1 Mayankchandra.2010.quota import hambatan hambatan.Bandung

2
4. Struktur Pasar:
Pasar merupakan tempat terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli. Pasar memiliki
struktur tersendiri yang membuat dirinya khas dan berbeda dibandingkan dengan pasar
lainnya. Hal ini menjadi pembatas yang cukup nyata terhadap produk luar yang akan masuk
ke dalam negeri.
5. Kondisi Politik, Ekonomi, Dan Sosial Budaya
Suatu produk atau jasa dari luar negeri harus memperhatikan faktor-faktor seperti politik,
ekonomi, dan sosial budaya negara tujuan. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut,
diharapkan usaha pemasaran akan lebih mudah. Namun demikian, biasanya dengan adanya
faktor-faktor tersebut justru menghambat gerak langkah pemasaran perusahaan.2

B. Berbagai Hambatan Perdagangan Nontarif

a. Kuota (Quota)

Kuota adalah pembatasan terhadap jumlah fisik barang yang masuk (kuota impor) dan keluar
(kuota ekspor) ke dan dari suatu negara. Kuota impor dapat dibedakan menjadi empat jenis,
yaitu absolute quota, negotiated quota, tariff quota, dan mixing quota. Absolute atau
Unilateral Quota adalah kuota yang besar kecilnya ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa
persetujuan negara lain. Negotiated atau Bilateral Quota adalah kuota yang besar kecilnya
ditentukan berdasarkan perjanjian antara dua negara atau lebih. Tariff Quota adalah gabungan
antara tarif dengan kuota. Misalnya untuk sejumlah tertentu impor barang diizinkan dengan
tarif tertentu, tambahan impor masih diizinkan tetapi dikenakan tarif yang lebih tinggi.
Sedangkan mixing Quota menetapkan bahan mentah yang diimpor dalam proporsi tertentu
dibatasi penggunaannya dalam produksi barang akhir.
Perbedaan kuota impor dan tarif impor yang setara :
Pemberlakuan kuota impor akan memperbesar permintaan yang selanjutnya akan diikuti
kenaikan harga domestik dan produksi domestik yang lebih besar daripada yang diakibatkan
oleh pemberlakuan tarif impor yang setara;

2 Indaharitonang.2013.kebijakan-perdagangan-internasional.

3
Dalam pemberlakuan kuota impor, jika pemerintah melakukan pemilihan perusahaan yang
berhak memperoleh lisensi impor tanpa mempertimbangkan efisiensi, maka akan
menyebabkan timbulnya monopoli dan distorsi;
Pada kuota impor, pemerintah akan memperoleh pendapatan secara lansung melalui
pemungutan secara lansung pada penerima lisensi impor;
Kuota impor membatasi arus masuk impor dalam jumlah yang pasti, sedangkan tarif impor
membatasi arus masuk impor dalm jumlah yang tidak dapat dipastikan.

Macam-macam kuota impor :


1) Absolute/ uniteral quota, yaitu sistem kuota yang ditetapkan secara sepihak (tanpa
negoisasi).
2) Negotiated/ bilateral quota, yaitu sistem kuota yang ditetapkan atas kesepakatan atau
menurut perjanjian.
3) Tarif kuota, yaitu pembatasan impor yang dilakukan dengan mengkombinasikan
sistem tarif dengan sistem kuota.
4) Mixing quota, yaitu pembatasan impor bahan baku tertent untuk melindungi industri
dalam negeri.
b. Subsidi
Subsidi adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada pihak produsen di dalam
negeri. Bentuk bantuan bisa berupa pemberian bahan baku, penetapan harga bahan baku yang
lebih rendah dari harga pasar, dan lain-lain.
Dengan adanya subsidi, produsen dapat menjual barang yang diproduksinya dengan harga
yang lebih rendah dari yang seharusnya (tanpa subsidi), sehingga subsidi dapat menimbulkan
distorsi di dalam pasar. Oleh karena itu banyak negara yang melakukan berbagai bentuk
proteksi terhadap produk impor yang disubsidi. Sedangkan subsidi ekspor merupakan
instrumen subsidi yang diberikan pada barang ekspor. Subsidi ekspor dewasa ini banyak
diterapkan pada produk-produk pertanian negara maju. Mengamankan daya kompetisi
produk-produk pertanian mereka dalam menghadapi persaingan ”tidak adil” dengan produk
pertanian negara lain yang juga disubsidi merupakan argume klasik yang mengemuka.

c. Pajak Ekspor

Pajak ekspor adalah instrumen pajak yang dikenakan terhadap barang ekspor. Pajak ekspor
umumnya dikenakan untuk melindungi konsumen atau produsen pengguna di dalam negeri.

4
Di tengah-tengah harga minyak kelapa sawit dunia yang membumbung tinggi, Indonesia,
misalnya, mengenakan pajak ekspor terhadap ekspor minyak kelapa sawit untuk melindungi
konsumen dalam negeri. Pajak ekspor pada dasarnya hampir sama dengan bea ekspor.

d. Anti Dumping
Anti dumping adalah tindakan yang dilakukan oleh suatu negara, misalnya pengenaan bea
masuk atau pembatasan, terhadap barang yang diimpor dari negara lain yang dianggap
melakukan dumping.
Dumping adalah diskriminasi harga secara internasional yang dilakukan dengan menjual
suatu produk di luar negeri dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga di
dalam negeri. Dewasa ini, dumping dianggap sebagai praktek perdagangan yang tidak jujur
(unfair trade practice). Negara yang dirugikan dapat melakukan tindakan anti dumping
(counterveiling dumping). 3
Dumping diklarifikasi kan menjadi 3 macam :
a) Dumping terus-menerus atau international price discrimination adalah kecenderungan
terus-menerus dari suatu perusahaan monopolis domestik untuk memaksimalkan
keuntungannya dengan menjual suatu komoditi dengan harga yang lebih tinggi di
pasaran domestik, sedangkan harga yang dipasangnya di pasar luar negeri sengaja
dibuat lebih murah
b) Dumping harga yang bersifat predator atau predatory dumping praktek penjualan
komoditi di bawah harga yang jauh lebih murah ketimbang harga domestiknya. Proses
dumping ini pada umumnya berlansung sementara
c) Dumping sporadis atau sporadic dumping adalah suatu komoditi di bawah harga atau
penjualan komoditi itu ke luar negeri dengan harga yang sedikit lebih murah daripada
produk domestik, namun hanya terjadi saat ingin mengatasi surplus komoditi yang
sesekali terjadi tanpa menurunkan harga domestik.

e. Keamanan Pangan (Food Safety)


Produk pangan yang dikonsumsi masyarakat dan diperdagangkan harus bebas dari zat-zat
yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Zat-zat ini bisa berasal dari cemaran

3 Wahonodiphayana.2014.hambatan-non-tarif-dalam-perdagangan.

5
perstisida atau zat-zat lain yang apabila dikonsumsi manusia bisa menyebabkan penyakit,
misalnya penggunaan formalin untuk mengawetkan makanan atau zat pewarna pakaian yang
digunakan untuk pewarna makanan. Jepang dan Uni Eropa menerapkan kebijakan yang
mengharuskan udang yang diimpor dari negara Asia bebas dari kandungan antibiotic
chlorampenicol, oxytetracyclin, chlortetracycline, nitrofuransi, dan furazolidon. Secara
internasional, standar kesehatan ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commission, sebuah
lembaga di bawah WHO. Walaupun demikian, setiap negara dimungkinkan membuat standar
sendiri, asalkan memiliki dasar alasan ilmiah.
f. Masalah Mutu (Quality)
Produk yang diperdagangkan harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan secara
internasional atau secara nasional. Ketentuan ini secara internasional didasarkan pada
Agreement on Technical Barriers to Trade (TBT) dari WTO. Seringkali suatu produk yang
tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh negara importir akan ditolak
pemasukannya.

g. Masalah Selera Konsumen


Masalah selera konsumen di suatu negara secara tidak langsung seringkali menjadi hambatan
dalam perdagangan internasional. Selera konsumen menyangkut berbagai hal termasuk
masalah rasa, warna, nama dan bentuk produk, yang seringkali dipengaruhi oleh faktor
budaya, agama, kepercayaan dan etika masyarakat yang mengkonsumsi produk.

C. Proteksionisme
Proteksionisme adalah kebijakan ekonomi yang membatasi perdagangan antarnegara melalui
cara tata niaga, pemberlakuan tarif bea masuk impor (tariff protection), jalan pembatasan
kuota (non-tariff protection), sistem kenaikan tarif dan aturan berbagai upaya menekan impor
bahkan larangan impor. Pendeknya, apa pun ancaman terhadap produk lokal harus
diminimalkan. Namun, proteksionisme ini bertentangan dengan prinsip pasar bebas.4
a) Bentuk Proteksi
Proteksi secara umum ditujukan sebagai tindakan untuk melindungi produksi dalam negeri
terhadap persaingan barang impor di pasaran dalam negeri. Secara luas, perlindungan ini juga
mencakup untuk promosi ekspor. Sedangkan metode proteksi yang dilakukan menyangkut

4 Wahonodiphayana.2014.hambatan-non-tarif-dalam-perdagangan.

6
sistem pungutan tarif (pajak) terhadap barang impor yang masuk ke dalam negeri. Tarif
merupakan pajak yang dikenakan atas barang impor. Pajak atas barang impor itu biasanya
tertulis dalam bentuk pernyataan surat keputusan (SK) atau undang-undang. Oleh karena itu,
setiap importir dapat mempelajarinya sebelum mengimpor suatu barang.

b) Kebijakan Perdagangan Proteksionis


Kebijakan proteksionis memiliki latarbelakang atau alasan yang bermacam-macam sehingga
pemerintah/negara menganut atau mengambil kebijakan proteksionis. Sebelum membahas
latar belakang/alasan dan jenis-jenis atau macam-macam kebijakan perdagangan
proteksionis, mari kita pertama-tama membahas pengertian kebijakan proteksionis. Kebijakan
proteksionis adalah kebijakan perdagangan yang melindungi produk-produk dalam negeri
agar mampu bersaing dengan produk asing yang dilakukan dengan cara membuat berbagai
rintangan/hambatan arus produksi dari dan keluar negeri.

Alasan negara menganut kebijakan ini antara lain :

 Dari adanya perdagangan bebas, yang diuntungkan adalah negara-negara maju saja,
karena memiliki modal dan teknologi yang maju. Tidak hanya itu saja, harga jual
produk dari negara-negara maju dinilai terlalu tinggi dibanding dengan harga bahan
baku yang dihasilkan oleh negara-negara berkembang.
 Untuk melindungi industri dalam negeri yang baru tumbuh.
 Untuk membuka lapangan kerja. Dengan adanya proteksi maka industri dalam negeri
dapat tetap hidup dan dengan demikian akan mampu membuka lapangan kerja bagi
masyarakat.
 Untuk menyehatkan neraca pembayaran. Upaya kebijakan produksi melalui
peningkatan ekspor produksi dalam negeri akan mampu mengurangi defisit neraca
pembayaran.
 Untuk meningkatkan penerimaan negara. Dengan cara mengenakan tarif tertentu pada
produk impor dan ekspor sehingga negara dapat meningkatkan penerimaan.

7
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Didalam perdagangan internasional terdapat berbagai macam hambatan didalamnya. Baik
itu tarif maupun nontarif. Dalam hambatan perdagangan nontarif ada beberapa macam
diantaranya ialah kuota (Quota), subsidi, pajak impor, anti dumping,keamanan pangan,
masalah mutu, masalah selera konsumen. Untuk mengatasi hambatan perdagangan
internasional memiliki beberapa kebjakan pemerintah telah ditempuh seperti proteksi,
larangan impor, tarif impor, quota subsidi, premi, perdagangan bebas dan politik dumping.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik dari
isi dan cara penulisan.Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila pembaca tidak
merasa puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik dan saran juga kami harapkan agar
dapat menambah wawasan untuk memperbaiki penulisan makalah kami.

8
DAFTAR PUSTAKA

Darsonoprawiranegoro.2010.ekonomi manajerial.jakarta.Nusantara Consulting

Mayankchandra.2010.quota import hambatan hambatan.Bandung

Indaharitonang.2013.kebijakan-perdagangan-internasional.

Wahonodiphayana.2014.hambatan-non-tarif-dalam-perdagangan.

Anda mungkin juga menyukai