Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH TEORI EKONOMI MAKRO I

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Di Susun Oleh :
1. Farida Ainun Nikmah 17080554025
2. Ratna Rahayu Nengseh 17080554035
3. M.Sunadin 17080554039
4. Fatma Arianti Hasanah 17080554041
5. Mia Arfiana 17080554055
6. Syahlina 17080554069
7. Vivin Muthoharoh 17080554071
8. Kalimatus Sa’diyah 17080554081

PENDIDIKAN EKONOMI 2017 A


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Perdaganagn Internasional” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Teori Ekonomi Makro. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, September 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………....................................i


DAFTAR ISI………………………………………………...................................ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………….....................................1
1.1 Latar Belakang……………………………………….......................................1
BAB II RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN ………...................................2
BAB III PEMBAHASAN ……………………………….....................................3
3.1 Pengertian, alasan dan manfaat perdagangan internasional beserta
hitungan…………………….....................................................................……3
3.2 Studi kasus perdagangan internasiona………................................................11
3.3 Teori perdaganan internasional…………................................................…...12
3.4 Kebijakan perdagangan internasional dan yang berlaku di
Indonesia…………………………..........................................……………...13

BAB IV PENUTUP..............................................................................................26

4.1 Kesimpulan.....................................................................................................26
4.2 Saran................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA…………………………………...............................…....27

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu akan selalu berusaha dalam memenuhi kebutuhannya
dengan berbagai kegiatan ekonomi. Begitu halnya dengan sebuah negara,
juga mengusahakan agar kebutuhan masyarakatnya terpenuhi. Setiap negara
mempunyai kemampuan mengusahakan pemenuhan kebutuhan
masyarakatnya masing – masing. Baik dengan memproduksinya sendiri
maupun dengan melakukan perdagangan dengan negara lain. Negara – negara
tersebut memiliki ciri tersendiri dalam kegiatannya. Dari segi produk,
kebijakan dan distribusi.
Negara – negara yang melakukan pemenuhan kebutuhan masyarakatnya
dengan bekerja sama dengan negara lain biasa disebut dengan perdagangan
internasional. Indonesia juga mengalami kegiatan tersebut. Dalam praktiknya
negara – negara yang melakukan kegiatan perdagangan internasional sepakat
untuk mematuhi peraturan yang ada. Dan juga setiap negara memiliki
kebijakan perdagangan internasionalnya masing – masing dalam wilayah
kekuasaan negara tersebut.
Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang
menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga
wacana lain mengenai pengangguran, inflasi, pemerataan pendapatan dan
sebagainya. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks
perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari
pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut. Meskipun
tidak bisa dinafikan ukuran – ukuran yang lain.
BAB II

RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN


2.1 Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian, alasan dan manfaat dari perdagangan
internasional berserta hitungan!
2. Jelaskan teori perdagangan internasional!
3. Jelaskan contoh studi kasus perdagangan internasional.
4. Jelaskan kebijakan perdagangan internasional dan kebijakan yang
berlaku di Indonesia!

2.2 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian, alasan dan manfaat dari perdagangan
internasional beserta hitungannya.
2. Menjelaskan teori perdagangan internasional.
3. Menjelaskan contoh studi kasus perdagangan internasional.
4. Menjelaskan kebijakan perdagangan internasional dan kebijakan yang
berlaku di Indonesia.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian, Alasan Dan Manfaat Dari Perdaganga Internasional


Berserta Hitungan
a. Pengertian Perdagangan Internasional
Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu
dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara dan
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan
internasional menjadi salah satu factor utama untuk meningkatkan GDP.
Perdagangan internasional sangatlah penting bagi suatu negara selain
meningkatkan pendapatan negara, perdagangan internasional dapat memenuhi
kebutuhan dalam negeri dan juga untuk menanggulangi masalah kelebihan
produksi dalam negeri tak hanya itu manfaat perdagangan internasional
sangatlah besar dan juga penting untuk memajukan suatu negara terutama
negara berkembang seperti Indonesia dimana masih mengandalkan impor dari
luar negeri. Seperti impor alat-alat elektronik,transportasi dan mesin mesin
canggih lainnya. Apabila dilihat dari sejarah, perdagangan internasional
sudah sangat lama dilakukan manusia yakni pada masa kerajaan. Pada waktu
itu transaksi masih berupa barter. Meskipun sudah ada yang menggunakan
uang berupa emas atau pun perak. Perdagangan waktu masih terbatas karena
adanya kendala transportasi, perjalanan yang ditempuh amatlah jauh serta
biaya yang mahal dan penuh resiko.
Bentuk perdagangan Internasional

 Perdagangan Bilateral adalah perdagangan yang dilakukan antar dua


negara.
 Perdagangan Regional adalah perdagangan yang dilakukan oleh negara-
negara yang berada pada lingkup kawasan tertentu, misalnya ASEAN,
negara UniEropa.
 Pedagangan Multilateral adalah perdagangan perdagangan antar negara
tanpa dibatasi kawasan tertentu.

b. Alasan Perdagangan Internasional


Alasan Perdagangan Internasional
- Faktor Alam atau Potensi Alam
Setiap negara memiliki sumber daya alam yang berbeda beda oleh sebab
itu perdagangan internasional sangat menguntungkan karena sumber daya
alam yang tidak dimiliki suatu negara dapat dipenuhi oleh negara lain
dengan cara impor dan ekspor.
- Untuk memenuhi barang dan jasa dalam negeri
Di era globalisasi tidak terlepas dari adanya kebutuhan yang
beranekaragam akan tetapi terkadang suatu negara tidak dapat
memproduksi barang dan jasa seperti negara lain oleh sebab itu penting
untuk melakukan perdagangan internasional.
- Memperoleh keuntungan
Tidak dapat dipungkiri setiap perdagangan pastilah tujuan utamanya
memperoleh keuntungan. Karena adanya laba dari ekspor dan pajak dari
barang impor.
- Meningkatan pendapatan negara
Indikator negara yang perekonomiannya baik adalah pendapatan perkapita
yang tinggi dengan melakukan perdagangan internasional akan menambah
pendapatan negara.
- Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mengelola sumberdaya ekonomi.
Negara berkembang sangat minim menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak seperti negara maju. Terutama dalam memproduksi suatu
barang. Sangat penting untuk manajemen dan alat poduksi yang efektif
dan efisien untuk meningkatkan kualitas produksi dan juga lebih
menghemat waktu.
- Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk
produk tersebut.
Apabila permintaan produk dalam negeri sudah terpenuhi dan terjadi
kelebihan produk, pasar di luar negeri adalah solusi dari permasalahan
tersebut sehingga selain mendapatkan keuntungan tetapi juga mencegah
terjadinya kerugian akibat kelebihan produksi.
- Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
- Keinginan membuka kerjasama, hubungan politik dan dukungan dari
negara lain.

c. Manfaat Perdagangan Internasional


Adapun manfaat dari perdagangan internasional adalah :
1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri.
Setiap negara memiliki kekayaan alam dan kondisi geografis yang
berbeda-beda sehingga setiap negara mau tidak mau harus memperoleh
barang yang tidak ada dalam negaranya dari negara lain. Misalnya negara
negara maju memerlukan karet alam tetapi barang tersebut tidak dapat
dihasilkan di negara-negara mereka. Maka mereka terpaksa mengimpor
barang-barang tersebut dari negara-negara di Asia Tenggara seperti
Indonesia, Malaysia, Thailand. Sebaliknya negara-negara di Asia Tenggara
belum bisa memproduksi sendiri beberapa hasil industri modern seperti
kapal terbang, kapal pengangkut minyak dan mesin-mesin industri. Maka
negara-negara itu harus mengimpor barang-barang dari negara maju.
2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi.
Sebab yang utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk
memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi.Walaupun
suatu negara dapat memproduksi barang yang sama dengan yang
diproduksi negara lain tetapi ada kalanya lebih baik negara tersebut
mengimpor barang dari luar negeri, contoh Amerika Serikat dan Jepang
ada negara yang sama-sama memproduksi kain. Akan tetapi Jepang lebih
efisien dalam memproduksi kain dari pada Amerika Serikat.Dalam kondisi
seperti ini untuk mempertinggi keefisian penggunaan factor produksi,
Amerika Serikat perlu mengurangi produksi kainnya dan mengimpor
barang tersebut dari Jepang. Dengan mengadakan spesialisasi dan
perdagangan, setiap negara dapat memperoleh keuntungan antara lain
faktor-faktor produksi yang dimiliki setiap negara dapat digunakan dengan
lebih efisien, Setiap negara dapat menikmati lebih banyak barang dari
yang dapat diproduksikan di dalam negeri.
3. Memperluas Industri-Industri dalam Negeri.
Beberapa industri mampu untuk memenuhi permintaan dalam negeri
sebelum mesin-mesin (alat-alat produksi) digunakan. Itu menandakan
bahwa industri tersebut masih bisa untuk memproduksi atau meningkatkan
keuntungan apabila ada pasar dari hasil produksi. Oleh sebab itu apabila
pasar dalam negeri sudah terpenuhi maka yang dibidik adalah pasar dari
luar negeri.
4. Menggunakan Teknologi Modern dan Meningkatkan Produktivitas
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
produksi yang lebih efisien dan cara-cara yang lebih modern.Perdagangan
luar negeri memungkinkan untuk mengimpor mesin-mesin yang lebih
modern agar meningkatkan hasil kualitas produksi dan lebih
efisien.Keuntungan ini tentunya akan menguntungkan negara negara
berkembang seperti Indonesia. Di negara berkembang kegiatan ekonomi
masih banyak yang menggunakan teknik poduksi dan cara manajemen
yang tradisional sehingga produktivitas yang masih rendah dan produksi
terbatas.

d. Hitungan dalam Perdagangan Internasional


1. Keuntungan dari spesialisasi : contoh angka
Keuntungan akan diperoleh masing-masing negara apabila kedua negara
tersebut melakukan spesialisasi dan kemudian melakukan perdagangan.
Keuntungan tersebut, yaitu :
 Faktor produksi akan dapat digunakan dengan lebih efisien
 Penduduk masing-masing negara dapat menikmati lebih banyak
barang-barang
Asumsi yang digunakan dalam menunjukkan keuntungan yang didapat
dari perdagangan internasional biasanya digunakan dengan dua cara, yaitu
dengan menggunakan angka dan dengan menggunakan grafik. Dalam
menunjukkan keuntungan perdagangan luar negeri dengan angka-angka
menggunakan dua gambaran, yakni :

 Masing-masing negara memiliki keuntungan mutlak dalam


mengeluarkan suatu barang
 Masing-masing negara memiliki keuntungan berbanding dalam
mengeluarkan suatu barang
Keuntungan Mutlak Dan Keuntungan Berbanding
Keuntungan mutlak adalah keuntungan yang diperoleh oleh suatu negara
dari mengkhususkan kegiatannya untuk memproduksi barang-barang
dengan efisiensi yang lebih tinggi dari negara-negara lain.
Tabel 1.1 Contoh Keuntungan Mutlak
Kain (meter) Beras (kg)
Negara A 500 2.000
Negara B 750 1.800
Pada tabel tersebut ditunjukkan bahwa di negara A dapat mengeluarkan
lebih banyak beras dibandingkan dengan negara B. Sedangkan, negara B
lebih banyak menghasilkan kain dibandingkan dengan negara A. Dalam
keadaan tersebut, negara A mempunyai keuntungan mutlak dalam
memproduksi beras dan negara B mempunyai keuntungan mutlak dalam
memproduksi kain.
Keuntungan berbanding adalah keuntungan yang diperoleh suatu negara
dari melakukan spesialisasi dalam memproduksi barang-barang yang
mempunyai harga relatif yang lebih rendah dari negara lain.

Tabel 1.2 Contoh Keuntungan Berbanding


Kain (meter) Beras (kg)
Negara C 800 2.400
Negara D 600 1.200
Tabel tersebut menunjukkan bahwa negara C lebih banyak
memproduksi kain dan beras dibandingkan dengan negara D tetapi kedua
negara tersebut masih dapat melakukan perdagangan yang
menguntungkan. Keuntungan dapat diperoleh dari perbedaan dalam harga
kain dan beras dari masing-masing negara tersebut.
Di negara C, 800 meter kain = 2.400 kg beras, berarti harga realtif antara
kain dengan beras adalah 1 meter kain = 3 kg beras. Sedangkan di negara
D, 600 meter kain = 1.200 kg beras, berarti harga relatif antara kain
dengan beras adalah 1 meter kain = 2 kg beras. Melalui harga relatif
tersebut, dapat dikatakan bahwa harga kain relatif lebih murah di negara C
dan harga beras relatif lebih murah di negara D.

Keuntungan Mutlak Dan Perdagangan


Berikut adalah contoh perdangan internasional antara Indonesia
dan Thailand yang menunjukkan bagaimana perdagangan akan berlaku
apabila setiap negara yang menikmati “keuntungan mutlak”.
Tabel 1.3 Keuntungan Mutlak dan Perdagangan Luar Negeri

Keadaan I : Produksi Sebelum Spesialisasi


Produksi
Negara Produksi Beras Harga Relatif
Pakaian
1 helai pakaian = 6kg
Indonesia 3.000 kg 500 helai
beras
1 helai pakaian = 20kg
Thailand 5.000 kg 250 helai
beras
Keadaan II : produksi Sesudah Spesialisasi
Negara Produksi Beras Produksi Pakaian
Indonesia - 1.000 helai
Thailand 10.000 kg -
Keadaan III : Penggunaan Sesudah Perdagangan
Negara Konsumsi Beras Konsumsi Pakaian
Indonesia 5.000 kg 500 helai
Thailand 5.000 kg 500 helai
Tabel tersebut menggambarkan (i) tingkat produksi sebelum dan
sesudah spesialisasi, (ii) bentuk dari spesialisasi, (iii) keuntungan dari
perdagangan luar negeri, (iv) tingkat konsumsi sebelum dan sesudah
perdagangan, di Indonesia dan di Thailand.

Sebelum Spesialisasi
Keadaan I menunjukkan keadaan sebelum wujudnya perdagangan
di antara kedua negara ersebut. Sebelum melakukan perdagagangan
internasional, masing-masing negara memproduksi sendiri beras dan
pakaian yang mereka butuhkan dan masing-masing negara dimisalkan
hanya memiliki dua unit faktor produksi. Penggunaan satu faktor produksi
untuk produksi beras dimana Indonesia dan Thailand masing-masing
memproduksi sebanyak 3.000 kg dan 5.000 kg. Dengan demikian,
Thailand mempunyai keuntungan mutlak dalam menghasilkan beras.
Untuk unit lainnya akan digunakan untuk produksi pakaian, Indonesia
menghasilkan 500 helai dan Thailand menghasilkan 250 helai. Dengan
demikian Indonesia memiliki keuntungan mutlak dala memproduksi
pakaian.
Harga relatif digunakan untuk melihat lebih murah harga beras di
Thailand atau di Indonesia. Di Indonesia, setiap unit faktor produksi akan
menghasilkan 3.000 kg beras atau 500 helai pakaian, yang berarti 1 helai
pakaian = 6 kg beras. Sedangkan di Thailand 1 helai pakaian = 20 kg
beras. Dari harga relati tersebut, dapat dikatakan bahwa harga pakaian
relatif murah di Indonesia dan harga beras relatif murah di Thailand.
Apabila kedua negara tersebut ingin melakukan perdagangan
internasional, maka harus melakukan spesialisasi. Indonesia harus
melakukan spesialisasi dalam produksi pakaian dan Thailand
mengkhususkan produksi beras.

Sesudah spesialisasi
Pada tabel ditunjukkan bahwa setelah masing-masing negara
melakukan spesialisasi, Thailand dapat memproduksi 10.000 kg beras
dibandingkan apabila kedua negara tersebut tidak melakukan spesialisasi
hanya dapat memproduksi 8.000 kg beras. Dan Indonesia dapat
memproduksi 1.000 helai, dimana jumlah produksi meningkat sebanyak
250 helai setelah melakukan spesialisasi. Dengan adanya spesialisasi,
faktor-faktor produksi dapat digunakan secara lebih efisien, dilihat dari
meningkatnya jumlah produksi walaupun jumlah pekerja tetap. Selain itu,
kedua negara tersebut dapat melakukan perdagangan setelah spesialisasi.

Keuntungan Perdagangan
Setelah melakukan perdagangan, Indonesia dan Thailand dapat
menikmati beras dan pakaian masing-masing 5000 kg beras dan 500 helai
pakaian. Dapat dilihat bahwa dengan melakukan perdagangan, setiap
negara memungkinkan untuk menikmati lebih banyak barang dari yang
dapat dihasilkan di dalam negeri.
Contoh tabel perhitungan berbanding :
Dua Negara akan tetap melakukan pertukaran melalui Perdagangan
Internasional walaupun salah satu negara mempunyai semua keunggulan.
Corak spesialisasi dan perdagangan luar negeri yang akan terjadi apabila
masing-masing negara menikmati keuntungan berbanding dalam
menghasilkan suatu barang, tidak banyak berbeda dengan di dalam
keadaan di mana masing-masing negara mempunyai keuntungan mutlak.

Keadaan I : Produksi Sebelum Sesialisai


Negara Produksi Mobil Produksi Televisi Harga Relatif
Jepang 20 1.200 1 mobil = 60 TV
Amerika 50 1.500 1 mobil = 30 TV
Jumlah 70 2.700

Keadaan II : Produksi Sesudah Spesialisasi


Negara Produksi Mobil Produksi Televisi
Jepang - 2.400
Amerika 100

Keadaan III : Kosumsi sesudah perdagangan


(Kurs pertukaran : 1 mobil = 40 Televisi)
Negara Konsumsi Mobil Konsumsi Televisi
Jepang 40 800
Amerika 60 1.600
Jumlah 100 2.400
Kalau diperhatikan angka-angka produksi sebelum perdagangan (Keadaan
I), maka dapat disimpulkan bahwa Amerika Serikat adalah lebih efisien
dari Jepang dalam memproduksikan mobil dan televisi. Walaupun
demikian keuda negara tersebut masih dapat melakukan perdagangan yang
saling menguntungkan karena perbedaan dalam harga relatif.

Sebelum Spesialisasi
Dari keadaan yang digambarkan dalam Keadaan I dapat disimpulkan
bahwa harga relatif mobil lebih murah di Amerika Serikat, dan sebaliknya
harga relatif televisi adalah lebih murah di Jepang. Di Amerika Serikat
untuk memperoleh 1 mobil yang harus dikorbankan adalah 30 televisi. Di
Jepang 1 mobil dapat ditukar dengan 60 televisi. Ini berarti bahwa
Amerika Serikat mempunyai keuntungan berbanding dalam mengeluarkan
mobil dan Jepang mempunyai keuntungan berbanding dalam
memproduksi televisi.
Perlu dimisalkan bahwa masing-masing negara memiliki 2 unit faktor-
faktor produksi. Maka sebelum perdagangan, di setiap negara 1 unit akan
digunakan untuk memproduksi mobil dan 1 unit lagi untuk memproduksi
televisi.

Sesudah Spesialisasi
Tingkat produksi yang dicapai sesudah spesialisasi di Jepang dan Amerika
adalh 100 mobil (diproduksikan Amerika) dan 2.400 televisi
(diproduksikan Jepnag). Seperti dalam contoh sebelumnya, di dalam
contoh ini perlulah ditentukan kurs pertukaran dan jumlah barang yang
akan diperdagangkan untuk menentukan jumlah konsumsi mobil dan
televisi di Amerika Serikat dan Jepang. Diasumsikan kurs pertukaran yang
berlaku adalah : 1 mobil = 40 tv, dan Amerika akan membeli 1.600
televisi. Untuk memenuhi permintaan Amerika ini Jepang akan
mengekspor 1.600 tv, dan dari ekspor ini Jepnag memperoleh 40 mobil.
Keadaan III memberika gambaran yang lebih lengkap mengenai jumlah
konsumsi mobil dan televisi di kedua negara setelah perdagangan
dilakukan.
3). Negara Indonesia menggunakan 2 faktor produksi menghasilkan 50
unit batik dan 5 unit komputer, Singapura menggunakan 2 faktor produksi
yang sama menghasilkan 100 unit batik dan 8 unit komputer.
Hitunglah :
a. Dasar tukar dalam negeri (DTDN) batik dan komputer
b. Tentukan spesialisasi produksi kedua negara
c. Perdagangan Internasional Dasar Tukar Internasional 1 komputer = 5
batik bila Indonesia akan ekspor 9 unit komputer, berapakah produk
impor oleh Indonesia?
d. Hitung konsumsi negara setelah Perdagangan Internasional
e. Hitung keuntungan komparatif David Ricardo
Jawab :
a. Keadaan Sebelum Perdagangan Internasional

Negara Produksi DTDN


Batik Komputer Batik Komputer
Indonesia 50 5 1 batik = 1 komputer =
0,01 10 batik
Komputer
Singapura 100 8 1 batik = 1 komputer =
0,08 12,5 batik
komputer
 DTDN batik :
Indonesia => 50 batik = 5 komputer
5
1 batik = 100 komputer
1 batik = 0,01 komputer
Singapura => 100 batik = 8 komputer
8
1 batik = 100 komputer
1 batik = 0,08 komputer
Kesimpulan : Batik murah di Singapura

 DTDN komputer
Indonesia => 50 komputer = 50 batik
50
1 komputer = batik
5

1 komputer = 10 batik
Singapura => 5 komputer = 100 batik
100
1 komputer = batik
8
1 komputer = 12,5 batik
Kesimpulan : Komputer murah di Indonesia
b. Spesialisasi Produksi kedua negara
Negara Batik Komputer
Indonesia - 10
Singapura 200 -

3.2 Teori keunggulan komparatif (compatative advantage theory) dari


David Ricardo
Menurut teori ini keuggulan komparatif juga dapat memberikan
keuntungan, 2 negara akan tetap pertukaran melalui perdagangan
internasional walaupun salah satu negara mempunyai suatu keunggulan
Contoh:
hasil/jenis barang Dasar tukar dalam negeri
Negara
wol kain katun (harga relatif)
Indonesia 5 10 1 m wol = 2 m katun (di
Australia 15 12 Indonesia) 1 m wol
Jumlah 20 22 =katun (di Australia)
Meskipun Australia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi wol dan
kartun, kedua negara tetap akan memperoleh keuntungan jika melakukan
perdagangan setelah spesialisasi pada produksi barang yang memiliki
keunggulan komparatif (perbandingan) lebih besar.

Sebelum perdagangan internasional Australia menukar 1 m wol + 0,8


katun, setelah melakukan perdagangan internasional 2 m katun dapat
ditukar dengan 2X meter + 2,5 meter wol. Maka keuntungan Indonesia
(2,5-1) = 1,5 meter wol.

3.3 Contoh Studi Kasus Perdagangan Internasional

Rabu, 15 Agustus 2018


Impor Terus Naik, Neraca Perdagangan Juli Defisit US$2, 03 Miliar.

VIVA. – Badan Pusat Statistik melaporkan neraca perdagangan Indonesia


pada Juli 2018 kembali mengalami deficit sebesar US$2,03 miliar. Setelah
bulan sebelumnya mengalami surplus sebesar US$1,74 miliar. Kepada
BPS Suhariyanto menjelaskan, deficit tersebut diakibatkan oleh
pertumbuhan ekspor yang masih lebih lambat dibandingkan impor yang
masih tumbuh pesat. Untuk nilai ekspor, dikatakannya meningkat sebesar
25,1% dibanding Juni 2018 dengan nilai mencapai US$16,24 miliar.
Sementara itu, untuk impor naik 62,17% dari bulan sebelumnya atau
senilai US$18,27 miliar.

“Dengan demikian neraca perdagangan kita mengalami deficit US$2,03


miliar,” ujar dia di Gedung BPS, Jakarta, Rabu 15 Agustus 2018. Adapun
untuk nilai ekspor tersebut, dikatakan berasal dari produk nonmigas yang
meningkat 32,18 persen atau sebesar US$14,81 miliar dan ekspor migaas
yang turun 15,06% atau sebesar US$1,43 miliar. Sementara itu, untuk nilai
impor yang meningkat pesat berasal dari produk non migas yang naik
71,54% atau US$15,65 miliar, serta produk migas 22,20% atau US$2,61
miliar.

“Penyebab agak tidak biasa bahwa deficit US$2,03 miliar itu berasal dari
migas maupun non migas. Migas deficit US$1,18 miliar, sementara
nonmigas deficit US$842 juta. Mari kita berdoa ke depan agar bisa lebih
bagus.”tuturnya. Dengan demikian, dia menambahkan secara kumulatif
neraca perdagangan selama Januari – Juli 2018 mengalami deficit
US$3,09 miliar. Total ekspor tercatat sebesar US$104,23 miliar dan impor
US$107,32 miliar.

“Januari – Juli defisit kita lebih besar. Defisit US$3,09 miliar. Kenaikan
harga migas disebabkan migas kita defisit US$6,65 miliar. Jadi defisit itu
di migas dan nonmigas,”tutur dia.
Hasil analisis studi kasus adalah sebagai berikut :
Perdagangan internasional Indonesia mengalami defisit pada bulan Juli
sebesar US$2,03 miliar yagn diakibatkan nilai impor Indonesia masih tinggi
dibandingkan dengan nilai ekspornya. Indonesia masih bergantung produk dari
luar negeri dan telah menjadi gaya hidup sebagian besar masyarakat Indonesia.
Penggiatan perdagangan produk dalam negeri masih kurang yang disebabkan
beberapa factor diantaranya kemampuan belum mampu mengolah bahan mentah
yanga ada, peralatan produksi yang dimiliki belum memadai, kualitas produk
yang ada masih dibawah standar produk impor dan harga produk yang kurang
bersahabat. Hal ini merupakan tantangan bagi Indonesia agar nilai ekspor dapat
naik dan menstabilkan nilai neraca perdagangan. Tantangan ini merupakan
tanggung jawab dari seluruh masyarakat Indonesia, produsen dalam negeri dan
pemerintah. Bagi masyarakat upaya yang dilakukan yaitu menggunakan produk
dalam negeri sehingga tidak lagi bergantung dengan produk dari luar negeri.
Kemudia dari produsen dalam negeri selalu melakukan perubahan sesuai dengan
standarisasi kualitas perdagangan internasional sehingga produknya dapat di
terima oleh negar lain. Serta pemerintah mengupayakan kebijakan yang lebih
bersahabat bagi produk dalam negeri dan memberikan bantuan fasilitas maupun
financial bagi produsen untuk meningkatkan kualitas produknya.
Jika dilihat dari berita diatas Indonesia nilai impor menguat pada sector
non migas dimana dalam sector ini Indonesia belum mampu menghasilkan produk
yang berkualitas sama dari luar negeri. Sedangkan nilai ekspor menguat hanya
pada sector migas yang mana kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara
dengan sumber alam yang melimpah. Dan saat ini Indonesia hanya mampu
menjual hasil mentahnya saja. Keadaan seperti ini jika terus berlangsung akan
membahayakan perekonomian Indonesia, dimana negara menjadi tidak produktif
dan kegiatan perekonomian melemah. Nilai tukar hasil produk Indonesia
menajadi semakin kecil serta kestabilan ekonomi terganggu.
3.4 Teori Perdagangan Internasional
Teori perdagangan internasional
1. Teori keuntungan mutlak (adsolute adventage theory) oleh Adam Smit
Menurut teori ini, suatu negara yang memiliki keunggulan mutlak
dari negara lain jika negara tersebut mampu meproduksi lebih banyak
barang dari pada negara lain dengan meggunakan, sumber daya produksi
yang sama:
Contoh:
1). Tabel A: keunggulan mutlak Indonesia atas Jepang dalam produksi
kursi rotan(sebelum spesialisasi)
hasil/ jenis brang dasar tukar dalam
Negara
kursi rotan kalkulator negeri (harga relatif)
Indonesia 40 8 1 kalkulator + 5 kursi
Jepang 20 20 (di Indonesia) 1
kulkas = 1 kulkas (di
Jumlah 60 28 Jepang)

Tabel B: keunggulan mutlak Indonesia dan Jepang(setelah spesialisasi)


Negara hasil / jenis barang
kursi rotan kalkulator
Indonesia 80 -
Jepang - 40

Menurut teori keunggulan mutlak dengan melakukan spesialisasi pada


produksi barang yang produktivitasnya lebih tinggi dibanding negara lain,
negara tersebut akan memperoleh keuntungan dalam perdagangan
internasional. Jepang menikmati keuntungan 4 kursi rotan sedangkan
Indonesia menikmati keuntungan 4 kalkulator.

2. Teori keunggulan komparatif (komparatif advantage theory) oleh J.S Mill


Menurut teori ini suatu negara mengekspor barang yang memberikan
keuntungan mutlak, dasar nilai tukar ditentukan oleh batas nilai tukar
masing-masing barang di dalam negeri.

3. Teori Heckscher –Ohlin (Teori H-O)


Teori perdagangan iternasiona modern pertama kali dikemukakan oleh
Bertil Ohlin pada 1933, yang isinya sebagai berikut:
a. Perdagangan internasional tidak banyak berbeda dan hanya merupakan
kelanjutan antar daerah, perbedaan pokoknya pada masalah jarak, atas
dasar inilah Ohlin melepaskan anggapan dalam perdagangan
internasional ongkos transportasi dapat diabaikan.
b. Barang-barang yang diperdagangkan antarnegara tidaklah didasarkan
atas keutungan alamiah atau keuntungan yang diperkembangkan tetapi
atas dasar proporsi serta intensitas faktor-faktor produksi yang
digunakan untuk menghasilkan barang-barang tersebut.

3.5 Kebijakan Perdaganagan Internasional dan Kebijakan Yang Berlaku


di Indonesia
Kebijakan perdagangan internasional :
No Alasan menghendaki Alasan menentang
1 Melindungi industri dalam negeri Mengurangi spesialisasi
2 Meningkatkan permintaan Membatasi pilihan barang
produksi dalam negeri
3 Meningkatkan daya saing barang Membatasi persaingan
ekspor

Kebijakan perdagangan internasional dibidang impor :


1. Kuota merupakan jumlah yang ditetapkan untuk suatu kegiatan dalam satu
masa atau suatu waktu tertentu. Kuota dalam impor adalaha total jumlah
barang yang dapat di impor dalam masa tertentu.
2. Tarif yaitu kebijakan tarif diambil pemerintah dengan menetapkan tarif
tinggi untuk mengimpor suatu jenis barang sehingga harga barang impor
menjadi mahal.
3. Subsidi terjadi karena ada perbedaan harga barang impor dengan harga
dalam negeri ada kemungkinan harga impor lebih murah, supaya harga
dalam negeri dapat ditekan pemerintah memberi subsidi pada produsen
dalam negeri.
4. Larangan impor, dengan berbagai alasan ada barang tertentu yang dilarang
impor. Larangan impor dilakukan untuk membalas tindakan negara lain
yang lebih dahulu melarang impor barang suatu negara dan dilakukan
untuk menghemat devisa.

Kebijakan perdagangan internasionla di bidang ekspor :


1. Diskriminasi harga merupakan suatu tindakan dalam metetapan harga
barang yang berbeda untuk suatu negara dengan negara lainnya.
2. Pemberian premi (subsidi) yaitu pemberian premi yang diambil
pemerintah untuk memjukan ekspor yang berupah bantuan biaya produksi
serta pembebasan pajak dan fasilitas dengan tujuan barang ekspor
memiliki daya saing diluar negeri.
3. Dumping merupakan kebijakn yang diambil oleh pemerintah dengan
menetapkan barang ekspor (harga barang di luar negeri) lebih murah
barang didalam negeri.
4. Politik dagang bebas merupakan suatu kebijakan dimana masing-masing
pemerintah memberi kebabebasan dalam ekspor dan impor, dengan tujuan
mutuh barang yang tunggi dan harga yang relatif murah.
5. Larangan ekspor merupakan kebijakan suatu negara untuk melarang
ekspor barang-barang ertentu ke luar negeri. Penyebabnya karena alasan
ekonomi, politik, sosial atau budaya.

Kebijakan Perdagangan Internasional yang Berlaku di Indonesia


Kebijakan perdagangan internasional merupakan salah satu bentuk
kebijakan ekonomi internasional. Kebijakan perdagangan internasional adalah
kebijakan yang mencakup tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang
berjalan (currentaccount) daripada neraca pembayaran internasional, khususnya
tentang ekspor dan impor barang. Currentaccount sendiri diartikan sebagai selisih
nilai setiap ekspor dan impor, termasuk dari jasa dan barang, tetapi tidak termasuk
perhitungan hutang atau kewajiban. Currentaccount adalah bagian penting dari
neraca dagang suatu negara; dalam perhitungannya, currentaccount akan
menunjukkan apakah nilai ekspor impor suatu negara surplus atau minus. Jika
ekspor lebih besar, maka nilai ekspor impor adalah surplus, begitu pula
sebaliknya. Jadi, bisa disimpulkan bahwa currentaccount adalah indikator penting
dari performa ekonomi suatu negara.
Current account harus dibedakan dari trade balance, yang juga merupakan
indikator penting ekonomi suatu negara. Trade balance juga mengukur selisih
ekspor impor, namun tidak ikut mengukur transfer dana seperti yang dilakukan
currentaccount. Hal ini karena currentaccount juga mengukur keluar masuknya
uang ke dan dari suatu negara, sehingga bisa menggambarkan keseluruhan
dinamika finansial suatu negara.
Current account positif dan negatif dijelaskan sebagai berikut: ketika
permintaan ekspor suatu negara lebih banyak dari permintaan impornya, maka ada
lebih banyak uang yang masuk ke negara tersebut daripada yang keluar, sehingga
currentaccount dianggap surplus karena berada pada zona positif. Sebaliknya, jika
permintaan impor lebih banyak dari ekspor, maka tentunya akan ada lebih banyak
uang yang keluar dari negara tersebut, sehingga currentaccount dianggap minus
dan berada pada zona negatif. Semua penghitungan tersebut didasarkan pada
transaksi yang dilakukan badan pemerintah maupun swasta, yang berkontribusi
pada neraca perdagangan suatu negara.
Currentaccount dianggap sebagai indikator penting dalam nilai tukar mata
uang suatu negara; selain menentukan kuat-lemahnya nilai tukar mata uang,
currentaccount juga menentukan bisa tidaknya suatu negara melakukan investasi
luar negeri. Dinamika currentaccount terkait nilai tukar mata uang asing
berlangsung seperti ini:
Jika permintaan pembelian lebih besar daripada penjualan ke luar negeri,
permintaan akan mata uang lokal lebih sedikit karena mata uang asing lebih
banyak diperlukan untuk membayar barang yang dibeli dari luar (barang impor).
Akibatnya, nilai tukar mata uang negara menjadi melemah. Neraca dagang suatu
negara pun menjadi defisit.
Jika permintaan penjualan lebih besar daripada pembelian, permintaan
akan mata uang lokal menjadi bertambah karena negara lain harus membayar
produk yang dibeli dengan mata yang lokal. Akibatnya, nilai mata uang lokal
menjadi meningkat. Neraca dagang negara pun menjadi surplus.Hal positif dari
poin kedua adalah adanya modal ekstra bagi negara dari surplus neraca dagang
tadi. Selain nilai tukar mata uang menjadi meningkat, negara jadi punya modal
lebih banyak untuk melakukan investasi ke luar negeri, dan semakin menambah
devisa negara. Akibatnya, nilai tukar mata uang menjadi semakin stabil dan secara
keseluruhan kondisi perekonomian juga membaik. Misalnya, dengan nilai tukar
mata uang yang rendah dan stabil, harga bahan-bahan kebutuhan pokok juga lebih
stabil dan terjangkau. Secara makro, hal ini berarti peningkatan kondisi
perekonomian rakyat dan stabilitas negara tersebut. Maka dari itu, untuk
menstabilkan mata uang, maka perlu sekali menstabilkan currentaccount ini. Dan
caranya adalah dengan kebijakan perdagangan internasional.
Kebijakan perdagangan internasional timbul karena meluasnya jaringan-
jaringan hubungan ekonomi antarnegara. Jadi, kebijakan perdagangan
internasional adalah segala tindakan pemerintah/negara, baik langsung maupun
tidak langsung untuk memengaruhi komposisi, arah, serta Bentuk perdagangan
luar negeri atau kegiatan perdagangan. Adapun kebijakan yang dimaksud dapat
berupa tarif, dumping, kuota, larangan impor, dan berbagai kebijakan lainnya.
Secara umum kebijakan perdagangan internasional dapat diuraikan sebagai
berikut :
4.1 Kebijakan Proteksi
Kebijakan proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi
industri dalam negeri yang sedang tumbuh (infantindustry) dan
persaingan-persaingan barang-barang impor.

Tujuan kebijakan proteksi adalah :


a. memaksimalkan produksi dalam negeri;
b. memperluas lapangan kerja;
c. memelihara tradisi nasional;
d. menghindari risiko yang mungkin timbul jika hanya
menggantungkan diri pada satu komoditi andalan;
e. menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan akan terganggu
jika bergantung pada negara lain.
Proteksi dapat dilakukan melalui kebijakan berikut ini :
a. Tarif dan Bea Masuk
Tarif adalah suatu pembebanan atas barang-barang yang melintasi
daerah pabean (costum area). Sementara itu, barangbarang yang
masuk ke wilayah negara dikenakan bea masuk. Dengan pengenaan
bea masuk yang besar atas barangbarang dari luar negeri, mempunyai
maksud memproteksi industri dalam negeri sehingga diperoleh
pendapatan negara. Bentuk umum kebijakan tarif adalah penetapan
pajak impor dengan persentase tertentu dari harga barang yang
diimpor.

Macam-macam penentuan tarif atau bea masuk, yaitu


1) Bea ekspor (exportduties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap
barang yang diangkut menuju negara lain (di luar costum area);
2) Bea transito (transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap
barang-barang yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan
akhir barang tersebut negara lain;
3) Bea impor (importduties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap
barang-barang yang masuk dalam suatu negara (tom area).
Pembebanan tarifatas suatu barang dapat menimbulkan pengaruh terhadap
perekonomian suatu negara, khususnya terhadap pasar barang yang
dikenai tarif tersebut. Pengenaan tarif terhadap barang-barang impor
biasanya ditujukan Untuk melindungi produksi barang sejenis yang
dihasilkan di dalam negeri.
Pengaruh pembebanan terhadap harga barang impor dapat digambarkan
dalam kurva berikut :
Keterangan :
OP merupakan harga produsen di luar negeri sebelum ada pembebanan
tarif
OQ1 merupakan jumlah produksi dalam
OQ4 negeri besarnya konsumsi dalam negeri
Q1Q4 besarnya impor barang-barang dan luar negeri
PP1 merupakan besarnya tarif atas barang impor
OP1 besarnya harga barang di dalam negeri setelah adanya tarif impor
Setelah adanya tanif produksi dalasn negeri dapat bersaing dengan barang
impor. Harga barang-barang impor menjadi mahal, sehingga produksi
dalam negeri meningkat Q1Q2. Karena harga barang impor yang mahal,
konsumen mengurangi konsumsinya sebesar QO4. Luas segi empat GHIJ
merupakan penerimaan pemerintah dan tarif barang-barang impor.
b. Kuota atau Pembatasan Impor
Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang-
barang yang masuk dari luar negeri. Secara grafik akan tampak dalam
gambar berikut.
Tujuan diberlakukannya kuota impor di antaranya:
 mencegah barang-barang yang penting berada di tangan negara lain;
 untuk menjamin tersedianya barang-barang di dalam negeri dalam
proporsi yang cukup;
 untuk mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga
guna mencapai stabilitas harga di dalam negeri.
Kuota ada empat macam, yaitu kuota mutlak, kuota negociated, tariff
kuota, dan mixing kuota. Satu per satu dijelaskan berikut ini.
a. Kuota mutlak (absolute/unilateral quota) yaitu penentuan kuota
secara sepihak
b. Negociated/bilateral quota, yaitu penentuan kuota menurut perjanjian
antara kedua belah negara pengimpor dan pengekspor.
c. Tarifquota, yaitu pemerintah mengizinkan pemasukan barang ke
dalam negeri dengan jumlah tertentu dengan tarif yang diturunkan
selama jangka waktu tertentu
d. Mixingquota, yaitu campuran dari ketiga macam kuota tersebut
dimana pemerintah mengizinkan barang atau komoditas tertentu
masuk dan dalam jumlah tertentu melalui suatu perjanjian dengan
negara mitra dagang dalam jangka waktu tertentu.

Dampak dari pemberlakuan kuota, antara lain, adalah harga barang


impor akan naik dan permintaan (konsumsi) terhadap barang tersebut di
pasar domestik akan turun sehingga produksi barang yang sama di
dalam negeri meningkat.
Menurut GATT/WTO, sistem kuota ini hanya dapat digunakan dalam
hal sebagai berikut:
 untuk melindungi hasil pertanian;
 untuk menjaga keseimbangan balanceofpayment;
 untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional.
Adanya kuota impor berarti barang-barang impor di pasaran tersedia
terbatas. Hal tersebut berarti barang-barang sejenis yang dihasilkan di
dalarn negeri dapat bersaing. Jika digambarkan dalam bentuk kurva

akan tampak seperti berikut :


Keterangan :
QQ1 besarnya produksi dalam negeri sebelum ada kuota impor
QQ4 besarnya konsumsi dalam negeri sebelum ada kuota impor
Q1Q1 besarnya impor barang dan luar negeri sebelum ada kuota impor
OP harga barang sebelum ada kuota impor
Q2Q3 besarnya impor barang yang diperkenankan pemerintah setelah
kuota
OP1 harga barang dalam negeri setelah adanya kuota impor
OQ2 besarnya produksi dalam negeri setelah adanya kuota impor
OQ3 besarnya konsumsi setelah adanya kuota impor
Segiempat BCEF keuntungan yang diperoleh pedagang pengimpor
setelah adanya kuota.
c. Subsidi
Apa alasan pemerintah memberikan subsidi dalam
perdagangan internasional? Agar produksi di dalam negeri dapat
ditingkatkan maka pemerintah memberikan subsidi kepada
produsen. Misalnya, di pasar dalam negeri terdapat produk
elektronik buatan dalam negeri dan buatan luar negeri (impor).
Kedua jenis barang tersebut mempunyai kualitas yang sama
baiknya. Maka, produsen diberikan subsidi agar dapat menjual
produknya dengan harga murah sehingga daya saing produk dalam
negeri meningkat. Subsidi yang diberikan dapat berupa mesin-
mesin, peralatan, tenaga ahli, keringanan pajak, fasilitas kredit, dan
sebagainya.
Tujuan pemberian subsidi, antara lain, adalah untuk
meningkatkan produksi di dalam negeri dan agar barang buatan
sendiri dapat dijual dengan harga relatif murah sehingga dapat
meningkatkan daya saing terhadap barang-barang impor maupun di
pasar ekspor dan dapat mempertahankan jumlah konsumsi dalam
negeri.
Manfaat yang dapat diperoleh dari subsidi, antara lain,
subsidi tidak merugikan konsumen karena jumlah konsumsi tidak
berkurang dan harga di pasar dalam negeri tetap bahkan dapat
turun. Pemberian subsidi bersifat lebih transparan sehingga
konsumen/masyarakat dapat menilai besarnya manfaat dan
kerugiannya secara langsung, subsidi bersifat lebih adil karena
dapat dibiayai oleh pemerintah dengan penggunaan pajak
pendapatan yang progresif terhadap wajib pajak yang potensial.
Pengaruh subsidi biaya produksi dalam negeri terhadap
barang-barang impor dapat digambarkan dalam kurva berikut.

Keterangan :
QQ2 Besarnya produksi dalam negeri sebelum ada subsidi
Q1Q3 Besarnya impor barang sebelum ada subsidi untuk produksi dalam
negeri
OQ3 Besarnya konsumsi barang di dalam negeri
OP Tingkat harga sebelum ada subsidi
BC Besarnya subsidi yang diberikan pemerintah sehingga kurva
penawaran bergeser dari So ke S
OQ2 Besarnya produksi dalam negeri setelah adanya subsidi
Q2Q3 Besarnya impor barang setelah ada subsidi untuk produksi dalam
negeri
PP1BC Besarnya subsidi total yang diberikan kepada produsen dalam
negeri
Setelah ada subsidi, harga barang tetap sebesar OP dan jumlah konsumsi
barang juga tetap sebesar OQ2.

d. Dumping
adalah kebijakan pemerintah umtuk menjual barang di luar negeri
dengan harga yang lebih rendah dari dalam negeri atau bahkan di
bawah biaya produksi. Kebijakan dumping dapat meningkatkan
volume perdagangan dan menguntungkan negara pengimpor, terutama
menguntungkan konsumen mereka. Namun, negara pengimpor kadang
mempunyai industri yang sejenis sehingga persaingan dari luar negeri
ini dapat mendorong pemerintah negara pengimpor memberlakukan
kebijakan anti dumping (dengan tarif impor yang lebih tinggi), atau
sering disebut counterveilingduties. Hal ini dilakukan untuk
menetralisir dampak subsidi ekspor yang diberikan oleh negara lain.
Predatory dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan
persaingan di luar negeri. Setelah persaingan di luar negeri mati maka
harga di luar negeri akan dinaikkan untuk menutup kerugian sewaktu
melakukan predatory dumping.
Syarat-Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu:
 kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar negeri,
sehingga kurva permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding
kurva permintaan di luar negeri.
 tidak ada hambatan konsumen dalam negeri sehingga konsumen
dalam negeri tidak dapat membeli barang dari luar negeri.
Ada tiga tipe dumping, yaitu sebagai berikut.

 Persistant dumping, yaitu kecenderungan monopoli yang


berkelanjutan (continous) dari suatu perusahaan di pasar domestik
untuk memperoleh laba maksimum dengan menetapkan harga yang
lebih tinggi di dalam negeri daripada di luar negeri.
 Predatory dumping, yaitu tindakan perusahaan untuk menjual
barangnya di luar negeri dengan harga yang lebih murah untuk
sementara (temporary), sehingga dapat mematikan atau mengalahkan
perusahaan lain dari persaingan bisnis. Setelah dapat memonopoli
pasar, barulah harga kembali dinaikkan untuk mendapatkan laba
maksimum.
 Sporadic dumping, yaitu tindakan perusahaan dalam menjual
produknya di luar negeri dengan harga yang lebih murah secara
sporadic dibandingkan harga di dalam negeri karena adanya
kelebihan produksi di dalam negeri.
Pelaksanaan politik dumping dalam praktik perdagangan
internasional dianggap sebagai tindakan yang tidak terpuji (unfairtrade)
karena dapat merugikan negara lain. Untuk itu, WTO sebagai organisasi
perdagangan dunia menganut prinsip nondiskriminasi
(NationTreatmentClause/NTC). NationTreatmentClause/NTC
merupakan prinsip memberi perlakuan yang sama terhadap produk luar
negeri maupun produk dalam negeri. Sesuai ketentuan WTO, bagi
negara yang dirugikan dapat mengambil tindakan anti dumping duties
(tindakan anti dumping), misalnya pemerintah Amerika Serikat
melarang udang dari Cina masuk ke negaranya sebagai akibat dari
politik dumping yang dilakukan pemerintah Cina terhadap udang yang
diekspor ke AS.
Contoh :
1. Mobil Jepang di Singapura di jual dengan harga 1 juta yen, sementara
di Jepang dijual dengan harga 1,4 juta yen.
2. Mie instan di Malaysia di jual Rp 500,- sedangkan di dalam negeri di
jual Rp 750.-

Keterangan:
Seperti diketahui bahwa laba maksimum diperoleh pada saat kurva
MC sama dengan kurva MR. MC sama dengan MR di pasar dalam
negeri yang dicapai pada kuantitas produksi OQ1, dan pasar luar
negeri dicapai pada kuantitas produksi OQ2. Oleh karena kurva
permintaan di kedua pasar memiliki kecuraman yang berbeda, di
mana harga pasar dalam negeri adalah OP2 sementara harga di pasar
luar negeri setinggi OP1, sehingga permintaan di pasar dalam negeri
relatif lebih inelastis dibandingkan dengan pasar di luar negeri, karena
kurvanya lebih curam.
e. Larangan ekspor dan impor
Dalam perdagangan internasional dikenal prinsip-prinsip
perdagangan bebas. Artinya, perdagangan yang dilakukan
sepenuhnya didasarkan pada keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif sehingga ada beberapa kalangan yang
berpendapat bahwa kebijakan proteksi ekspor/ impor justru akan
merugikan kedua belah pihak (negara eksportir dan importir).
Untuk itu, dalam pertemuan World Trade Organization (WTO) di
Maroko disepakati untuk menghapuskan proteksi paling lambat
tahun 2020.
Proteksi yang biasa dilakukan, yaitu dengan pemberlakuan
larangan ekspor/impor produk/jasa tertentu. Misalnya, di Indonesia
pernah terdapat larangan ekspor rotan yang berasal dari hutan alam
dalam bentuk asal atau setengah jadi. Kebijakan ini bertujuan
untuk meningkatkan daya saing produk jadi rotan asal Indonesia di
pasar internasional dan untuk mengatasi kelangkaan bahan baku
rotan untuk industri. Di bidang impor, misalnya larangan impor
gula, beras, dan tekstil. Larangan ini bertujuan untuk melindungi
produsen di dalam negeri.
Apabila digambarkan dalam bentuk kurva, pengaruh larangan
impon terhadap harga barang akan tampak seperti berikut :

Keterangan :
OQ besarnya produksi dalam negeri sebelum ada larangan impor
Q1Q3 besarnya impor barang sebelum ada larangan
OQ3 besarnya konsumsi barang sebelum ada larangan impor
OP tingkat harga barang sebelum ada larangan impor
OQ2 besarnya produksi dalam negeri setelah ada larangan impor
OQ2 besarnya barang setelah ada larangan impor karena tidak ada
barang impor di pasar (impor = 0)
OP1 tingkat harga barang setelah ada larangan impor
Dengan adanya larangan impor, produsen dalam negeri dapat menjual
barang lebih banyak dan dengan harga yang Iebih tinggi.
f. Premi
Premi adalah “bonus” yang berbentuk sejumlah uang yang
disediakan pemerintah untuk para produsen yang berprestasi atau
mencapai target produksi yang ditetapkan oleh pemerintah. Premi
akan mengurangi harga jual produk karena oleh pengusaha
biasanya digunakan untuk mengurangi beban produksi dengan
harapan bila harga jual produk murah maka permintaan masyarakat
akan meningkat sehingga produksi akan meningkat dan pada
akhirnya keuntungan perusahaan akan meningkat pula.
g. Diskriminasi Harga
Diskriminasi harga adalah kebijakan perdagangan internasional
dengan cara penetapan harga jual yang berbeda pada dua pasar atau
lebih yang berbeda terhadap barang yang sama. Penetapan harga ini
dapat berupa harga barang yang dijual di pasar internasional lebih
mahal sedangkan di pasar dalam negeri lebih murah, atau
sebaliknya. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan.
Jika permintaan pasar internasional terhadap suatu barang
meningkat terus sedangkan permintaan di dalam negeri relatif
tetap, maka untuk memaksimalkan keuntungan, ada kecenderungan
untuk meningkatkan harga barang ekspor.
Diskriminasi harga ini dapat ditemukan misalnya pada penjualan
gas bumi yang di ekspor ke Jepang harganya lebih mahal karena
harus menyesuaikan dengan standar harga internasional sedangkan
yang dijual di dalam negeri lebih murah karena disubsidi oleh
pemerintah untuk mengalihkan tingginya pemakaian minyak bumi.
4.2 Kebijakan Perdagangan Bebas
Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar
negara tanpa adanya kerumitan aturan atau birokrasi yang mengatur
perdagangan bebas itu didalam suatu Negara. Sehingga, suatu Negara,
perusahaan, atau perorangan sekalipun dapat menjual produk yang
diciptakannya di luar negeri. Begitu pula sebaliknya, Negara lainpun
dapat menjual produknya didalam negeri sehingga konsumen dapat
mendapatkan barang – barang kualitas internasional dengan mudah
dan dengan harga yang relatif terjangkau.
Dengan tidak adanya hambatan aturan dalam melaksanakan
kegiatan perdagangan bebas ini tentunya memacu suatu Negara untuk
mengembangkan negaranya dalam menjual hasil produk unggulan
yang menjadi ciri khas negaranya tersebut. Menurut para pakar dengan
melakukan perdagangan bebas tentunya akan saling menguntungkan
bagi
Tentunya setiap Negara memiliki kekurangan dan kelebihannya
masing – masing, ada Negara yang memiliki keunggulan dalam
menciptakan alat – alat canggih seperti komputer dan alat elektronik
lainnya, tetapi minim dalam sumber daya alam. Ada pula Negara yang
memiliki sumber daya alam yang berlimpah tetapi memiliki
keterbatasan dalam menciptakan alat – alat canggih seperti elektronik,
maka dengan adanya perdagangan bebas tentunya akan menjadi
keuntungan bagi satu sama lain.

Ciri – Ciri Perdagangan Bebas


 Perdagangan barang tanpa pajak (termasuk tarif) atau pembatasan
perdagangan yang lain (seperti kuota impor atau subsidi untuk
produsen), maksudnya adalah jual beli tersebut dilakukan tanpa
dikenai pajak pada pemerintah.
 Perdagangan layanan tanpa pajak atau pembatasan perdagangan
yang lain, hal ini pun hamper sama dengan poin pertama, tidak
adanya ketentuan pajak yang khusus yang dikenakan kepada
produsen, juga tidak adanya pembatasan oleh perdagangan yang
lain.
 KetiadaanKetiadaan dasar-dasar “pemutar belit perdagangan”
(seperti pajak, subsidi, peraturan atau hukum) yang memberikan
kelebihan kepada sejumlah kecil perusahaan, isirumah, atau
faktor-faktor produksi
 Akses bebas ke pasar, tidak adanya batasan atau kemudahan akses
yang dapat langsung pada pasarnya, langsung pada konsumen
dalam proses penjualannya.
 AksesAkses bebas kepada informasi pasar, konsumen dalam
proses membeli produk dapat meraih informasi secara terbuka dan
bebas.
 KetakupayaanKetakupayaan firma-firma mengacaukan pasar
melalui kekuatan monopoli atau oligopoli berian pemerintah
 Pergerakan bebas tenaga kerja antara luar dan dalam negara
 Pergerakan bebas modal antara luar dan dalam Negara
Peraturan Pemerintah mengenai Perdagangan Bebas
Peraturan pemerintah mengenai perdagangan bebas diatur dalam
peraturan menteri perdagangan republik indonesia nomor : 20/m-
dag/per/7/2011 tentang perubahan kedua atas peraturan menteri
perdagangan nomor 45/m-dag/per/9/2009 tentang angka pengenal
importer (api).
Dampak Perdagangan Bebas

 Dampak Positif
Dengan adanya perdagangan bebas yang dilakukan oleh
suatu Negara, tentunya tersebut dapat menikmati produk tidak
hanya dari hasil produk buatan dalam negeri sendiri saja, tetapi
juga dapat menkonsumsi produk buatan luar negeri dengan mudah
karena dengan adanya perdagangan bebas barang impor dapat
bebas masuk kedalam negeri. selain itu terjalin suatu hubungan
internasional yang semakin terbuka antar Negara. Kemudian
produk – produk dalam negeri dapat dengan memudah meraih
popularitas di luar negeri. Dapat pula meningkatkan reputasi
Negara ketika suatu Negara dapat berprestasi menciptakan produk
yang bermanfaat dan diminati oleh konsumen internasional.
Kemudian devisa kuat jika ekspor lebih besar daripada impor.
Setiap individu bebas memiliki kekayaan dan sumber daya
produksi. Setiap individu bebas memiliki kekayaan dan sumber
daya produksi, inisiatif dan kreatifitas masyarakat dapat
dikembangkan, terjadi persaingan antar produsen untuk
menghasilkan barang yang bermutu, efisiensi dan efektifitas tinggi
karena tindakannya selalu didasarkan pada prinsip ekonomi.
 Dampak Negatif
Tentunya selain dampak positif, tidak sedikit juga dampak
negative yang ditimbulkan akibat kegiatan perdagangan bebas.
Yaitu selain menjadi orang yang konsumtif terhadap barang –
bararang impor, banyak pula pengangguran, karena kalah bersaing
produsen dari luar negeri, kemudian banyak pabrik yg bangkrut
karena tidak kuat dengan persainan yang begitu ketat, selain itu
larinya investor dikarenakan SDM dan ETOS KERJA dalam negeri
lemah dan devisa yang habis karena lebih banyak produk impor
daripada ekspor. Kemudian bagi Negara – Negara yang belum
berkembang maka akan menjadi sebuah kerugian karena selalu
mengandalkan Negara lain untuk terus mengimpor barang – barang
kedalam negeri, yang kemudian membuat Negara yang lemah ini
sulit berkembang karena terus “diserang” oleh barang – banrang
impor. Juga sebaliknya, akan menjadi keuntungan tersendiri bagi
Negara yang telah berkembang untuk terus menjual produknya ini
sehingga produknya lebih diminati dan lebih popular di luar negeri.
Adanya eksploitasi terhadap masyarakat ekonomi lemah oleh pihak
yang kuat ekonominya, menimbulkan terjadinya monopoli
sehingga merugikan masyarakat, munculnya kesenjangan ekonomi
antara golongan ekonomi kuat dengan golongan ekonomi lemah,
perekonomian dapat dengan mudah menjadi tidak stabil.

4.3 KebijakanAutarki
Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk
menghindarkan diri dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik
pengaruh politik, ekonomi, maupun militer, sehingga kebijakan ini
bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang
menganjurkan adanya perdagangan bebas. itu seorang importir
dalam melaksanakan pembayarannya harus membeli uang dollar
terlebih dahulu pada suatu bank devisa dengan kurs yang berlaku,
kemudian ditransfer kepada eksportir di Amerika.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan
oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar
kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar
perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah
suatu negara dan pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
Perdagangan internasional menjadi salah satu factor utama untuk
meningkatkan GDP. Perdagangan internasional sangatlah penting bagi
suatu negara selain meningkatkan pendapatan negara, perdagangan
internasional dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan juga untuk
menanggulangi masalah kelebihan produksi dalam negeri.

4.2 Saran
Kami selaku penulis menyadari kekurangan dalam penulisan dan
terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Maka dari itu dibutuhkan
saran dan kritik dari semua pihak guna menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Sukirrno, Sadono. 2011. Makro Ekonomi: TeoriPengantar. Jakarta: Rajawali Pers

Wikipedia, Perdagangan internasional, (online),


(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional, diakses pada
tanggal 14 September 2018)

Respati, Dian, 2015, Kebijakan Perdagangan Internasional, (online),


(http://ekonomisku.blogspot.com/2015/01/kebijakan-perdagangan-
internasional.html?m=1, diakses pada tanggal 14 September 2018)

Makalah, Gudang, 2012, Makalah Perdagangan Internasional, (online),


(http://gudankmakalah.blogspot.com/2012/02/makalah-perdagangan-
internasional.html?m=1, diakses pada tanggal 15 September 2018)

Saya, Sosilogi, 2012, Kebijakan Perdagangan Internasional, (online),


(http://www.ssbelajar.net/2012/03/kebijakan-perdagangan-
internasional.html?m=1, diakses pada tanggal 15 September 2015)

Anda mungkin juga menyukai