PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Di Susun Oleh :
1. Farida Ainun Nikmah 17080554025
2. Ratna Rahayu Nengseh 17080554035
3. M.Sunadin 17080554039
4. Fatma Arianti Hasanah 17080554041
5. Mia Arfiana 17080554055
6. Syahlina 17080554069
7. Vivin Muthoharoh 17080554071
8. Kalimatus Sa’diyah 17080554081
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Perdaganagn Internasional” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Teori Ekonomi Makro. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP..............................................................................................26
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................26
4.2 Saran................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA…………………………………...............................…....27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu akan selalu berusaha dalam memenuhi kebutuhannya
dengan berbagai kegiatan ekonomi. Begitu halnya dengan sebuah negara,
juga mengusahakan agar kebutuhan masyarakatnya terpenuhi. Setiap negara
mempunyai kemampuan mengusahakan pemenuhan kebutuhan
masyarakatnya masing – masing. Baik dengan memproduksinya sendiri
maupun dengan melakukan perdagangan dengan negara lain. Negara – negara
tersebut memiliki ciri tersendiri dalam kegiatannya. Dari segi produk,
kebijakan dan distribusi.
Negara – negara yang melakukan pemenuhan kebutuhan masyarakatnya
dengan bekerja sama dengan negara lain biasa disebut dengan perdagangan
internasional. Indonesia juga mengalami kegiatan tersebut. Dalam praktiknya
negara – negara yang melakukan kegiatan perdagangan internasional sepakat
untuk mematuhi peraturan yang ada. Dan juga setiap negara memiliki
kebijakan perdagangan internasionalnya masing – masing dalam wilayah
kekuasaan negara tersebut.
Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang
menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga
wacana lain mengenai pengangguran, inflasi, pemerataan pendapatan dan
sebagainya. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks
perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari
pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut. Meskipun
tidak bisa dinafikan ukuran – ukuran yang lain.
BAB II
2.2 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian, alasan dan manfaat dari perdagangan
internasional beserta hitungannya.
2. Menjelaskan teori perdagangan internasional.
3. Menjelaskan contoh studi kasus perdagangan internasional.
4. Menjelaskan kebijakan perdagangan internasional dan kebijakan yang
berlaku di Indonesia.
BAB III
PEMBAHASAN
Sebelum Spesialisasi
Keadaan I menunjukkan keadaan sebelum wujudnya perdagangan
di antara kedua negara ersebut. Sebelum melakukan perdagagangan
internasional, masing-masing negara memproduksi sendiri beras dan
pakaian yang mereka butuhkan dan masing-masing negara dimisalkan
hanya memiliki dua unit faktor produksi. Penggunaan satu faktor produksi
untuk produksi beras dimana Indonesia dan Thailand masing-masing
memproduksi sebanyak 3.000 kg dan 5.000 kg. Dengan demikian,
Thailand mempunyai keuntungan mutlak dalam menghasilkan beras.
Untuk unit lainnya akan digunakan untuk produksi pakaian, Indonesia
menghasilkan 500 helai dan Thailand menghasilkan 250 helai. Dengan
demikian Indonesia memiliki keuntungan mutlak dala memproduksi
pakaian.
Harga relatif digunakan untuk melihat lebih murah harga beras di
Thailand atau di Indonesia. Di Indonesia, setiap unit faktor produksi akan
menghasilkan 3.000 kg beras atau 500 helai pakaian, yang berarti 1 helai
pakaian = 6 kg beras. Sedangkan di Thailand 1 helai pakaian = 20 kg
beras. Dari harga relati tersebut, dapat dikatakan bahwa harga pakaian
relatif murah di Indonesia dan harga beras relatif murah di Thailand.
Apabila kedua negara tersebut ingin melakukan perdagangan
internasional, maka harus melakukan spesialisasi. Indonesia harus
melakukan spesialisasi dalam produksi pakaian dan Thailand
mengkhususkan produksi beras.
Sesudah spesialisasi
Pada tabel ditunjukkan bahwa setelah masing-masing negara
melakukan spesialisasi, Thailand dapat memproduksi 10.000 kg beras
dibandingkan apabila kedua negara tersebut tidak melakukan spesialisasi
hanya dapat memproduksi 8.000 kg beras. Dan Indonesia dapat
memproduksi 1.000 helai, dimana jumlah produksi meningkat sebanyak
250 helai setelah melakukan spesialisasi. Dengan adanya spesialisasi,
faktor-faktor produksi dapat digunakan secara lebih efisien, dilihat dari
meningkatnya jumlah produksi walaupun jumlah pekerja tetap. Selain itu,
kedua negara tersebut dapat melakukan perdagangan setelah spesialisasi.
Keuntungan Perdagangan
Setelah melakukan perdagangan, Indonesia dan Thailand dapat
menikmati beras dan pakaian masing-masing 5000 kg beras dan 500 helai
pakaian. Dapat dilihat bahwa dengan melakukan perdagangan, setiap
negara memungkinkan untuk menikmati lebih banyak barang dari yang
dapat dihasilkan di dalam negeri.
Contoh tabel perhitungan berbanding :
Dua Negara akan tetap melakukan pertukaran melalui Perdagangan
Internasional walaupun salah satu negara mempunyai semua keunggulan.
Corak spesialisasi dan perdagangan luar negeri yang akan terjadi apabila
masing-masing negara menikmati keuntungan berbanding dalam
menghasilkan suatu barang, tidak banyak berbeda dengan di dalam
keadaan di mana masing-masing negara mempunyai keuntungan mutlak.
Sebelum Spesialisasi
Dari keadaan yang digambarkan dalam Keadaan I dapat disimpulkan
bahwa harga relatif mobil lebih murah di Amerika Serikat, dan sebaliknya
harga relatif televisi adalah lebih murah di Jepang. Di Amerika Serikat
untuk memperoleh 1 mobil yang harus dikorbankan adalah 30 televisi. Di
Jepang 1 mobil dapat ditukar dengan 60 televisi. Ini berarti bahwa
Amerika Serikat mempunyai keuntungan berbanding dalam mengeluarkan
mobil dan Jepang mempunyai keuntungan berbanding dalam
memproduksi televisi.
Perlu dimisalkan bahwa masing-masing negara memiliki 2 unit faktor-
faktor produksi. Maka sebelum perdagangan, di setiap negara 1 unit akan
digunakan untuk memproduksi mobil dan 1 unit lagi untuk memproduksi
televisi.
Sesudah Spesialisasi
Tingkat produksi yang dicapai sesudah spesialisasi di Jepang dan Amerika
adalh 100 mobil (diproduksikan Amerika) dan 2.400 televisi
(diproduksikan Jepnag). Seperti dalam contoh sebelumnya, di dalam
contoh ini perlulah ditentukan kurs pertukaran dan jumlah barang yang
akan diperdagangkan untuk menentukan jumlah konsumsi mobil dan
televisi di Amerika Serikat dan Jepang. Diasumsikan kurs pertukaran yang
berlaku adalah : 1 mobil = 40 tv, dan Amerika akan membeli 1.600
televisi. Untuk memenuhi permintaan Amerika ini Jepang akan
mengekspor 1.600 tv, dan dari ekspor ini Jepnag memperoleh 40 mobil.
Keadaan III memberika gambaran yang lebih lengkap mengenai jumlah
konsumsi mobil dan televisi di kedua negara setelah perdagangan
dilakukan.
3). Negara Indonesia menggunakan 2 faktor produksi menghasilkan 50
unit batik dan 5 unit komputer, Singapura menggunakan 2 faktor produksi
yang sama menghasilkan 100 unit batik dan 8 unit komputer.
Hitunglah :
a. Dasar tukar dalam negeri (DTDN) batik dan komputer
b. Tentukan spesialisasi produksi kedua negara
c. Perdagangan Internasional Dasar Tukar Internasional 1 komputer = 5
batik bila Indonesia akan ekspor 9 unit komputer, berapakah produk
impor oleh Indonesia?
d. Hitung konsumsi negara setelah Perdagangan Internasional
e. Hitung keuntungan komparatif David Ricardo
Jawab :
a. Keadaan Sebelum Perdagangan Internasional
DTDN komputer
Indonesia => 50 komputer = 50 batik
50
1 komputer = batik
5
1 komputer = 10 batik
Singapura => 5 komputer = 100 batik
100
1 komputer = batik
8
1 komputer = 12,5 batik
Kesimpulan : Komputer murah di Indonesia
b. Spesialisasi Produksi kedua negara
Negara Batik Komputer
Indonesia - 10
Singapura 200 -
“Penyebab agak tidak biasa bahwa deficit US$2,03 miliar itu berasal dari
migas maupun non migas. Migas deficit US$1,18 miliar, sementara
nonmigas deficit US$842 juta. Mari kita berdoa ke depan agar bisa lebih
bagus.”tuturnya. Dengan demikian, dia menambahkan secara kumulatif
neraca perdagangan selama Januari – Juli 2018 mengalami deficit
US$3,09 miliar. Total ekspor tercatat sebesar US$104,23 miliar dan impor
US$107,32 miliar.
“Januari – Juli defisit kita lebih besar. Defisit US$3,09 miliar. Kenaikan
harga migas disebabkan migas kita defisit US$6,65 miliar. Jadi defisit itu
di migas dan nonmigas,”tutur dia.
Hasil analisis studi kasus adalah sebagai berikut :
Perdagangan internasional Indonesia mengalami defisit pada bulan Juli
sebesar US$2,03 miliar yagn diakibatkan nilai impor Indonesia masih tinggi
dibandingkan dengan nilai ekspornya. Indonesia masih bergantung produk dari
luar negeri dan telah menjadi gaya hidup sebagian besar masyarakat Indonesia.
Penggiatan perdagangan produk dalam negeri masih kurang yang disebabkan
beberapa factor diantaranya kemampuan belum mampu mengolah bahan mentah
yanga ada, peralatan produksi yang dimiliki belum memadai, kualitas produk
yang ada masih dibawah standar produk impor dan harga produk yang kurang
bersahabat. Hal ini merupakan tantangan bagi Indonesia agar nilai ekspor dapat
naik dan menstabilkan nilai neraca perdagangan. Tantangan ini merupakan
tanggung jawab dari seluruh masyarakat Indonesia, produsen dalam negeri dan
pemerintah. Bagi masyarakat upaya yang dilakukan yaitu menggunakan produk
dalam negeri sehingga tidak lagi bergantung dengan produk dari luar negeri.
Kemudia dari produsen dalam negeri selalu melakukan perubahan sesuai dengan
standarisasi kualitas perdagangan internasional sehingga produknya dapat di
terima oleh negar lain. Serta pemerintah mengupayakan kebijakan yang lebih
bersahabat bagi produk dalam negeri dan memberikan bantuan fasilitas maupun
financial bagi produsen untuk meningkatkan kualitas produknya.
Jika dilihat dari berita diatas Indonesia nilai impor menguat pada sector
non migas dimana dalam sector ini Indonesia belum mampu menghasilkan produk
yang berkualitas sama dari luar negeri. Sedangkan nilai ekspor menguat hanya
pada sector migas yang mana kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara
dengan sumber alam yang melimpah. Dan saat ini Indonesia hanya mampu
menjual hasil mentahnya saja. Keadaan seperti ini jika terus berlangsung akan
membahayakan perekonomian Indonesia, dimana negara menjadi tidak produktif
dan kegiatan perekonomian melemah. Nilai tukar hasil produk Indonesia
menajadi semakin kecil serta kestabilan ekonomi terganggu.
3.4 Teori Perdagangan Internasional
Teori perdagangan internasional
1. Teori keuntungan mutlak (adsolute adventage theory) oleh Adam Smit
Menurut teori ini, suatu negara yang memiliki keunggulan mutlak
dari negara lain jika negara tersebut mampu meproduksi lebih banyak
barang dari pada negara lain dengan meggunakan, sumber daya produksi
yang sama:
Contoh:
1). Tabel A: keunggulan mutlak Indonesia atas Jepang dalam produksi
kursi rotan(sebelum spesialisasi)
hasil/ jenis brang dasar tukar dalam
Negara
kursi rotan kalkulator negeri (harga relatif)
Indonesia 40 8 1 kalkulator + 5 kursi
Jepang 20 20 (di Indonesia) 1
kulkas = 1 kulkas (di
Jumlah 60 28 Jepang)
Keterangan :
QQ2 Besarnya produksi dalam negeri sebelum ada subsidi
Q1Q3 Besarnya impor barang sebelum ada subsidi untuk produksi dalam
negeri
OQ3 Besarnya konsumsi barang di dalam negeri
OP Tingkat harga sebelum ada subsidi
BC Besarnya subsidi yang diberikan pemerintah sehingga kurva
penawaran bergeser dari So ke S
OQ2 Besarnya produksi dalam negeri setelah adanya subsidi
Q2Q3 Besarnya impor barang setelah ada subsidi untuk produksi dalam
negeri
PP1BC Besarnya subsidi total yang diberikan kepada produsen dalam
negeri
Setelah ada subsidi, harga barang tetap sebesar OP dan jumlah konsumsi
barang juga tetap sebesar OQ2.
d. Dumping
adalah kebijakan pemerintah umtuk menjual barang di luar negeri
dengan harga yang lebih rendah dari dalam negeri atau bahkan di
bawah biaya produksi. Kebijakan dumping dapat meningkatkan
volume perdagangan dan menguntungkan negara pengimpor, terutama
menguntungkan konsumen mereka. Namun, negara pengimpor kadang
mempunyai industri yang sejenis sehingga persaingan dari luar negeri
ini dapat mendorong pemerintah negara pengimpor memberlakukan
kebijakan anti dumping (dengan tarif impor yang lebih tinggi), atau
sering disebut counterveilingduties. Hal ini dilakukan untuk
menetralisir dampak subsidi ekspor yang diberikan oleh negara lain.
Predatory dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan
persaingan di luar negeri. Setelah persaingan di luar negeri mati maka
harga di luar negeri akan dinaikkan untuk menutup kerugian sewaktu
melakukan predatory dumping.
Syarat-Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu:
kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar negeri,
sehingga kurva permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding
kurva permintaan di luar negeri.
tidak ada hambatan konsumen dalam negeri sehingga konsumen
dalam negeri tidak dapat membeli barang dari luar negeri.
Ada tiga tipe dumping, yaitu sebagai berikut.
Keterangan:
Seperti diketahui bahwa laba maksimum diperoleh pada saat kurva
MC sama dengan kurva MR. MC sama dengan MR di pasar dalam
negeri yang dicapai pada kuantitas produksi OQ1, dan pasar luar
negeri dicapai pada kuantitas produksi OQ2. Oleh karena kurva
permintaan di kedua pasar memiliki kecuraman yang berbeda, di
mana harga pasar dalam negeri adalah OP2 sementara harga di pasar
luar negeri setinggi OP1, sehingga permintaan di pasar dalam negeri
relatif lebih inelastis dibandingkan dengan pasar di luar negeri, karena
kurvanya lebih curam.
e. Larangan ekspor dan impor
Dalam perdagangan internasional dikenal prinsip-prinsip
perdagangan bebas. Artinya, perdagangan yang dilakukan
sepenuhnya didasarkan pada keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif sehingga ada beberapa kalangan yang
berpendapat bahwa kebijakan proteksi ekspor/ impor justru akan
merugikan kedua belah pihak (negara eksportir dan importir).
Untuk itu, dalam pertemuan World Trade Organization (WTO) di
Maroko disepakati untuk menghapuskan proteksi paling lambat
tahun 2020.
Proteksi yang biasa dilakukan, yaitu dengan pemberlakuan
larangan ekspor/impor produk/jasa tertentu. Misalnya, di Indonesia
pernah terdapat larangan ekspor rotan yang berasal dari hutan alam
dalam bentuk asal atau setengah jadi. Kebijakan ini bertujuan
untuk meningkatkan daya saing produk jadi rotan asal Indonesia di
pasar internasional dan untuk mengatasi kelangkaan bahan baku
rotan untuk industri. Di bidang impor, misalnya larangan impor
gula, beras, dan tekstil. Larangan ini bertujuan untuk melindungi
produsen di dalam negeri.
Apabila digambarkan dalam bentuk kurva, pengaruh larangan
impon terhadap harga barang akan tampak seperti berikut :
Keterangan :
OQ besarnya produksi dalam negeri sebelum ada larangan impor
Q1Q3 besarnya impor barang sebelum ada larangan
OQ3 besarnya konsumsi barang sebelum ada larangan impor
OP tingkat harga barang sebelum ada larangan impor
OQ2 besarnya produksi dalam negeri setelah ada larangan impor
OQ2 besarnya barang setelah ada larangan impor karena tidak ada
barang impor di pasar (impor = 0)
OP1 tingkat harga barang setelah ada larangan impor
Dengan adanya larangan impor, produsen dalam negeri dapat menjual
barang lebih banyak dan dengan harga yang Iebih tinggi.
f. Premi
Premi adalah “bonus” yang berbentuk sejumlah uang yang
disediakan pemerintah untuk para produsen yang berprestasi atau
mencapai target produksi yang ditetapkan oleh pemerintah. Premi
akan mengurangi harga jual produk karena oleh pengusaha
biasanya digunakan untuk mengurangi beban produksi dengan
harapan bila harga jual produk murah maka permintaan masyarakat
akan meningkat sehingga produksi akan meningkat dan pada
akhirnya keuntungan perusahaan akan meningkat pula.
g. Diskriminasi Harga
Diskriminasi harga adalah kebijakan perdagangan internasional
dengan cara penetapan harga jual yang berbeda pada dua pasar atau
lebih yang berbeda terhadap barang yang sama. Penetapan harga ini
dapat berupa harga barang yang dijual di pasar internasional lebih
mahal sedangkan di pasar dalam negeri lebih murah, atau
sebaliknya. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan.
Jika permintaan pasar internasional terhadap suatu barang
meningkat terus sedangkan permintaan di dalam negeri relatif
tetap, maka untuk memaksimalkan keuntungan, ada kecenderungan
untuk meningkatkan harga barang ekspor.
Diskriminasi harga ini dapat ditemukan misalnya pada penjualan
gas bumi yang di ekspor ke Jepang harganya lebih mahal karena
harus menyesuaikan dengan standar harga internasional sedangkan
yang dijual di dalam negeri lebih murah karena disubsidi oleh
pemerintah untuk mengalihkan tingginya pemakaian minyak bumi.
4.2 Kebijakan Perdagangan Bebas
Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar
negara tanpa adanya kerumitan aturan atau birokrasi yang mengatur
perdagangan bebas itu didalam suatu Negara. Sehingga, suatu Negara,
perusahaan, atau perorangan sekalipun dapat menjual produk yang
diciptakannya di luar negeri. Begitu pula sebaliknya, Negara lainpun
dapat menjual produknya didalam negeri sehingga konsumen dapat
mendapatkan barang – barang kualitas internasional dengan mudah
dan dengan harga yang relatif terjangkau.
Dengan tidak adanya hambatan aturan dalam melaksanakan
kegiatan perdagangan bebas ini tentunya memacu suatu Negara untuk
mengembangkan negaranya dalam menjual hasil produk unggulan
yang menjadi ciri khas negaranya tersebut. Menurut para pakar dengan
melakukan perdagangan bebas tentunya akan saling menguntungkan
bagi
Tentunya setiap Negara memiliki kekurangan dan kelebihannya
masing – masing, ada Negara yang memiliki keunggulan dalam
menciptakan alat – alat canggih seperti komputer dan alat elektronik
lainnya, tetapi minim dalam sumber daya alam. Ada pula Negara yang
memiliki sumber daya alam yang berlimpah tetapi memiliki
keterbatasan dalam menciptakan alat – alat canggih seperti elektronik,
maka dengan adanya perdagangan bebas tentunya akan menjadi
keuntungan bagi satu sama lain.
Dampak Positif
Dengan adanya perdagangan bebas yang dilakukan oleh
suatu Negara, tentunya tersebut dapat menikmati produk tidak
hanya dari hasil produk buatan dalam negeri sendiri saja, tetapi
juga dapat menkonsumsi produk buatan luar negeri dengan mudah
karena dengan adanya perdagangan bebas barang impor dapat
bebas masuk kedalam negeri. selain itu terjalin suatu hubungan
internasional yang semakin terbuka antar Negara. Kemudian
produk – produk dalam negeri dapat dengan memudah meraih
popularitas di luar negeri. Dapat pula meningkatkan reputasi
Negara ketika suatu Negara dapat berprestasi menciptakan produk
yang bermanfaat dan diminati oleh konsumen internasional.
Kemudian devisa kuat jika ekspor lebih besar daripada impor.
Setiap individu bebas memiliki kekayaan dan sumber daya
produksi. Setiap individu bebas memiliki kekayaan dan sumber
daya produksi, inisiatif dan kreatifitas masyarakat dapat
dikembangkan, terjadi persaingan antar produsen untuk
menghasilkan barang yang bermutu, efisiensi dan efektifitas tinggi
karena tindakannya selalu didasarkan pada prinsip ekonomi.
Dampak Negatif
Tentunya selain dampak positif, tidak sedikit juga dampak
negative yang ditimbulkan akibat kegiatan perdagangan bebas.
Yaitu selain menjadi orang yang konsumtif terhadap barang –
bararang impor, banyak pula pengangguran, karena kalah bersaing
produsen dari luar negeri, kemudian banyak pabrik yg bangkrut
karena tidak kuat dengan persainan yang begitu ketat, selain itu
larinya investor dikarenakan SDM dan ETOS KERJA dalam negeri
lemah dan devisa yang habis karena lebih banyak produk impor
daripada ekspor. Kemudian bagi Negara – Negara yang belum
berkembang maka akan menjadi sebuah kerugian karena selalu
mengandalkan Negara lain untuk terus mengimpor barang – barang
kedalam negeri, yang kemudian membuat Negara yang lemah ini
sulit berkembang karena terus “diserang” oleh barang – banrang
impor. Juga sebaliknya, akan menjadi keuntungan tersendiri bagi
Negara yang telah berkembang untuk terus menjual produknya ini
sehingga produknya lebih diminati dan lebih popular di luar negeri.
Adanya eksploitasi terhadap masyarakat ekonomi lemah oleh pihak
yang kuat ekonominya, menimbulkan terjadinya monopoli
sehingga merugikan masyarakat, munculnya kesenjangan ekonomi
antara golongan ekonomi kuat dengan golongan ekonomi lemah,
perekonomian dapat dengan mudah menjadi tidak stabil.
4.3 KebijakanAutarki
Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk
menghindarkan diri dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik
pengaruh politik, ekonomi, maupun militer, sehingga kebijakan ini
bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang
menganjurkan adanya perdagangan bebas. itu seorang importir
dalam melaksanakan pembayarannya harus membeli uang dollar
terlebih dahulu pada suatu bank devisa dengan kurs yang berlaku,
kemudian ditransfer kepada eksportir di Amerika.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan
oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar
kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar
perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah
suatu negara dan pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
Perdagangan internasional menjadi salah satu factor utama untuk
meningkatkan GDP. Perdagangan internasional sangatlah penting bagi
suatu negara selain meningkatkan pendapatan negara, perdagangan
internasional dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan juga untuk
menanggulangi masalah kelebihan produksi dalam negeri.
4.2 Saran
Kami selaku penulis menyadari kekurangan dalam penulisan dan
terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Maka dari itu dibutuhkan
saran dan kritik dari semua pihak guna menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA