Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“EKSPOR DAN IMPOR”

DOSEN PENGAMPU :

RESTI KARTIKA

DISUSUN OLEH :
1. PUTRI CAHYADI (190105170)
2. CICI HUSMAYATUL LAINI (19010572)
3. SALMAN FARIZAL (190105173)
4. BELLA INTAN OKTORA AZHARI

JURUSAN TADRIS IPS EKONOMI


FAKULTAS TARBIYAH DN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun
pedoman bagi pembaca untuk memperdalam ilmu agama.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis sadar bahwa masih
banyak kekurangan terhadap makalah ini. Oleh kerena itu, penulis meminta kepada para
pembaca untuk memberikan masukan bermanfaat yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini agar dapat diperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga
kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Mataram, 17 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi ........................................................................................................................
Bab I PENDAHULUAN ...............................................................................................
A. LatarBelakang Masalah .....................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan.................................................................................................................
Bab II PEMBAHASAN .................................................................................................
A. Pengertian Ekspor dan Impor.............................................................................
B. Konsep Balance of Payment..............................................................................
C. Perkembangan Industri sebagai salah satu pendukung pertumbuhan Ekspor....
D. Bagaimana Ekonomi Politik dalam keputusan Ekspor dan Impor.....................
Bab III Penutup...............................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekspor dan impor adalah bagian dari perdagangan internasional atau perdagangan antar negara.
Sumber daya alam melimpah membuat beberapa negara menjual atau mengekspor ke negara
lain. Pertambangan dan pertanian adalah dua sumber daya yang paling banyak diekspor. Sektor
perkebunan yang masuk dalam sektor pertanian, sedang dilirik banyak kalangan. Kopi adalah
contoh komoditas yang menyumbang devisa negara terbesar bagi Indonesia dengan rata-rata 9%
dari tahun 2010-2015.
Selain itu, kopi termasuk komoditi perkebunan yang strategis karena pertumbuhan jumlah
konsumsi terus meningkat tiap tahunya. Indonesia menyumbang 6% dari produksi kopi di dunia
nomor tiga setelah Brazil dan Vietnam, dan 11% pangsa pasar kopi dunia dikuasai oleh kopi
Indonesia. Perkebunan kopi yang dikelola oleh rakyat menyumbang 80% dari total 600.000 ton
kopi di Indonesia pertahunnya.
Perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek penting dalam perkonomian setiap
negara. Dewasa ini tidak ada satu negara pun di dunia yang tidak melakukan hubungan dagang
dengan pihak luar negeri. Perekonomian setiapnegara praktis sudah terbuka bagi dan terjalin
dengan dunia internasional.Perekonomian tertutup hanya ada dalam tertutup hanya ada dalam
teori. Begitu juga dengan Indonesia. Perdagangan luar negeri menjadi semakin penting, bukan
saja dalam kaitan dengan haluan pembangunan yang berorientasi ke luar, yakni membidik
masyarakat di negara- negara lain sebagai pasar hasil-hasil produksi dalam negeri, tapi juga
pengadaan barang-barang modal untuk memacu industrydalam negeri.Mengenali kecenderungan
serta kinerja ekspor dan impor dapat diketahui keunggulan dan kelemahan ekspor negara yang
bersangkutan, perilaku konsumsi masyarakat, serta kerentanan sektor industri negara itu akan
kesinambungan pasok bahan baku atau barang modal dari luar negeri.
B. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Ekspor dan Impor
B. Bagaimana Konsep Balance of Payment
C. Bagaimana Perkembangan Industri sebagai salah satu pendukung pertumbuhan Ekspor
D. Bagaimana Ekonomi Politik dalam keputusan Ekspor dan Impor
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Ekspor dan Impor
2. Untuk mengetahui Konsep Balance of Payment
3. Untuk mengetahui Perkembangan Industri sebagai salah satu pendukung pertumbuhan Ekspor
4. Untuk mengetahui Ekonomi Politik dalam keputusan Ekspor dan Impor
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekspor dan Impor
1. Ekspor
Kegiatan perdagangan internasional yang memberikan rangsangan guna
membutuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-
industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang stabil dan lembaga
sosial yang fleksibel. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa ekspor
mencerminkan aktivitas perdagangan antarbangsa yang dapat memberikan dorongan
dalam dinamika pertumbuhan perdagangan internasional, sehingga suatu negara-
negara yang sedang berkembang kemungkinan untuk mencapai kemajuan
perekonomian setaraf dengan negara-negara yang lebih maju (Todaro. 2002:49).
Ekspor adalah pembelian negara lain atas barang buatan perusahaan-perusahaan di
dalam negeri. Faktor terpenting yang menentukan ekspor adalah kemampuan dari
Negara tersebut untuk mengeluarkan barang barang yang dapat bersaing dalam
pasaran luar negeri. (Sukirno, 2008: 205). Ekspor akan secara langsung
mempengaruhi pendapatan nasional. Akan tetapi, hubungan yang sebaliknya tidak
selalu berlaku, yaitu kenaikan pendapatan nasional belum tentu menaikkan ekspor
oleh karena pendapatan nasional dapat mengalami kenaikan sebagai akibat dari
kenaikan pengeluaran rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah
dan penggantian barang impor dengan barang buatan dalam negeri. (Sukirno,
2008:206). Ekspor neto merupakan selisih antara ekspor total dengan impor total
suatu negara. Apabila nilai ekspor neto positif, berarti nilai ekspor lebih besar dari
nilai impor dan apabila nilai ekspor neto negatif, berarti nilai ekspor lebih kecil dari
nilai impor (Case and Fair, 2007: 387) DAN BISNIS
2. IMPOR
Impor dapat diartikan sebagai pembelian barang dan jasa dari luar negeri ke dalam
negeri dengan perjanjian kerjasama antara 2 negara atau lebih. Impor juga bisa
dikatakan sebagai perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke
wilayah Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. (Hutabarat, 1996:403).
Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara
lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya
adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri.
Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di
negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan
internasional. Kegiatan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Produk
impor merupakan barang barang yang tidak dapat dihasilkan atau negara yang sudah
dapat dihasilkan tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan rakyat (Ratnasari, 2012).
B. Konsep Balance of Payment
 Dalam buku Ekonomi Internasional (2010) karya Nopirin, neraca pembayaran
internasional (balance of payments) adalah catatan tentang transaksi ekonomi
internasional antara seorang warga negara dengan negara lain. Neraca pembayaran
internasional hanya mencatat segala jenis transaksi ekonomi internasional.
Adapun susunan dalam neraca pembayaran internasional, yaitu:
 Neraca transaksi berjalan
Neraca transaksi berjalan merupakan total saldo dari neraca perdagangan, neraca jasa,
dan transaksi sepihak. Neraca perdagangan berfungsi mencatat transaksi ekspor dan
impor barang yang biasanya ditulis dalam dollar AS.
 Neraca lalu lintas modal
Neraca lalu lintas modal berfungsi mencatat segala arus modal jangka panjang dan jangka
yang terbagi atas modal pemerintah neto dan lalu lintas modal swasta neto.
Selisih yang belum diperhitungkan (error and omission)
 Neraca lalu lintas moneter
Neraca lalu lintas moneter merupakan perubahan cadangan devisa berdasarkan pada
transaksi devisa yang masuk dan keluar pada suatu negara dalam waktu tertentu yang
dicatat oleh bank sentral.
Untuk mencatat segala jenis transaksi dalam neraca pembayaran, Indonesia menggunakan
sistem double entry. Cara kerja sistem ini adalah dengan mencatat segala jenis transaksi
pada dua sisi yang berbeda dengan nilai yang sama.
Dua sisi tersebut ditulis sebagai transaksi debit dan kredit sesuai dengan metode
pembukuan pada umumnya.
C. Perkembangan industri sebagai salah satu pendukung pertumbuhan Ekspor Industri
Sektor industri pengolahan mengalami tekanan yang cukup besar dari sisi penawaran
dan permintaan, sebagai akibat dari pandemi COVID-19. Dari sisi penawaran, aktivitas
perdagangan global yang berkurang mempengaruhi penurunan pasokan bahan baku.
Pemberlakuan kebijakan social distancing juga mempengaruhi kapasitas produksi,
sementara depresiasi nilai tukar Rupiah menambah beban biaya bagi industri yang
berorientasi impor. Dari sisi permintaan,faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
terhadap produk industri pengolahan di antaranya pelemahan perekonomian dunia yang
menyebabkan permintaan global, penurunan harga minyak dunia yang berimbas pada
penurunan harga Crude Palm Oil (CPO) dan komoditas lainnya, serta penurunan daya
beli masyarakat terutama untuk durable goods.
Berbagai tekanan dari sisi penawaran dan permintaan tersebut menyebabkan kinerja
industri pengolahan nonmigas pada triwulan I tahun 2020 menurun tajam sehingga hanya
mampu tumbuh 2,01 persen (YoY). Kinerja tersebut juga masih dibawah pertumbuhan
PDB nasional (2,97 persen). Nilai tambah sektor industri pengolahan nonmigas pada
triwulan I tahun 2020 mencapai Rp700 triliun, atau berkontribusi 17,9 persen dari PDB
nasional. Terlepas dari penurunan kinerja yang tajam, pertumbuhan industri pengolahan
yang masih positif di masa pandemi COVID-19 ini ditopang oleh beberapa faktor sebagai
berikut: (i) kebijakan penurunan harga gas menjadi USD6/MMBTU bagi subsektor
tertentu,(ii) peningkatan kapasitas produksi,terutama pada subsektor industri makanan
dan minuman, serta kimia dan farmasi, (iii) kebijakan stimulus fiskal dari pemerintah,
seperti relaksasi PPh 21,22,dan25 bagi industri pengolahan, dan (iv) kebijakan stimulus
nonfiskal, seperti peningkatan kemudahan ekspor impor.
Subsektor industri kimia, farmasi, dan obat tradisional, industri alat angkutan,serta
industri kertas tumbuh paling tinggi pada triwulan I tahun 2020, masingmasing sebesar
5,6 persen, 4,6 persen, dan 4,5 persen. Di sisi lain, subsektor industri mesin dan peralatan,
industri furnitur, dan industri barang galian nonlogam mengalami kontraksi
masingmasing sebesar 9,3 persen, 7,3 persen, dan 5,3 persen.
Subsektor makanan dan minuman, serta subsektor kimia, farmasi, dan obat-obatan
menjadi penopang utama pertumbuhan industri pengolahan nonmigas, yaitu masing-
masing sebesar 69,2 dan 26,5 persen.
Pertumbuhan subsektor makanan dan minuman didorong oleh peningkatan konsumsi
masyarakat selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan aktivitas work
from home, serta pasokan bahan baku yang masih terjaga pada triwulan I tahun 2020.
Pertumbuhan subsektor kimia, farmasi, dan obat-obatan didorong oleh adanya
peningkatan kapasitas produksi untuk memenuhi peningkatan permintaan masyarakat
untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh di masa COVID-19.
Di sisi lain, penurunan kinerja subsektor mesin dan peralatan pada triwulan I tahun
2020 disebabkan oleh gangguan rantai pasok global yang disertai dengan penurunan daya
beli masyarakat terhadap barang-barang durable dan penurunan aktivitas pabrik seiring
dengan penurunan aktivitas perdagangan dunia.
Nilai ekspor produk industri pengolahan pada triwulan I tahun 2020 mencapai
USD32,9 miliar, atau meningkat 10,1 persen dibandingkan triwulan I tahun 2019.
Peningkatan ini didorong oleh ekspor logam dasar mulia, dan pada saat yang sama,
depresiasi nilai tukar Rupiah.
Kontribusi ekspor industri pengolahan terhadap total ekspor pada periode yang sama
adalah sebesar 79,0 persen.
Penurunan aktivitas perdagangan global yang menyebabkan terganggunya rantai
pasok global telah direspon Pemerintah dengan memberikan kemudahan ekspor impor.
Relaksasi pelarangan dan pembatasan ekspor impor diharapkan dapat meningkatkan
jaminan pasokan bahan baku industri, dan pada saat yang sama meningkatkan kapasitas
industri untuk memenuhi komitmen permintaan di pasar ekspor. Pelaksanaan strategi ini
juga didukung optimalisasi kerja sama bilateral, seperti dengan Amerika Serikat, untuk
mempertahankan akses pasar dan memanfaatkan ceruk pasar baru yang timbul karena
pengurangan ekspor Tiongkok sebagai akibat penerapan lockdown.
Pada triwulan I tahun 2020, realisasi PMDN sektor manufaktur meningkat sebesar 2,3
persen (YoY), dan berkontribusi terhadap total PMDN sebesar 17,6 persen. PMDN sektor
manufaktur terbesar terdapat pada subsektor industri makanan sebesar USD7,3 miliar,
yang diikuti dengan industri barang galian bukan logam, dan industri logam dasar,
dengan masing-masing sebesar USD2,6 miliar.
Nilai realisasi PMA sektor industri pengolahan pada triwulan I tahun 2020 mencapai
USD3,1 miliar, atau meningkat sebesar 63,9 persen (YoY). Peningkatan ini disumbang
oleh pertumbuhan subsektor industri kertas dan percetakan (595,1 persen), industri kayu
(277,4 persen), industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya (149,1
persen), industri mesin dan elektronik (120,7 persen), subsektor industri tekstil (110,0
persen), serta subsektor industri kimia dan farmasi (81,4 persen). Pertumbuhan PMA di
sektor-sektor ini berkaitan dengan komitmen yang telah berjalan sampai triwulan I tahun
2020 sebelum PSBB dilaksanakan di beberapa wilayah. Kontribusi sektor manufaktur
terhadap total PMA mencapai 45,1 persen.
Pada masa pandemi COVID-19, terjadi pelemahan daya beli masyarakat terutama
pada durable goods, hal ini ditunjukkan oleh penurunan penjualan mobil penumpang dan
penjualan sepeda motor. Penurunan penjualan mobil ini disebabkan oleh realokasi
anggaran masyarakat untuk sektor kesehatan dan kebijakan PSBB yang menyebabkan
operasional showroom dealer tutup sementara waktu. Hal ini juga berdampak pada
penurunan kredit pada perusahaan pembiayaan (leasing).
Penjualan mobil pada triwulan I tahun 2020 hanya mencapai 236.825 unit atau
menurun sebesar 6,9 persen. Penurunan ini utamanya disebabkan oleh penurunan
penjualan pada segmen mobil sport utilities dengan kapasitas lebih dari 3.000 cc (-17,0
persen) dan segmen truk untuk kapasitas lebih dari 24 ton (-61,3 persen).
Pandemi COVID-19 juga berdampak signifikan pada sektor konstruksi. Beberapa
proyek infrastruktur ditunda atau diberhentikan selama masa PSBB. Hal ini berdampak
pada penjualan semen pada triwulan I tahun 2020 yang hanya mencapai 14,9 juta ton,
atau menurun sebesar 4,9 persen. Selain itu, produksi semen juga menurun sebesar 4,7
persen (16,3 juta ton). Ekspor semen pada triwulan I tahun 2020 juga turun sebesar 1,87
persen dan jauh lebih rendah dari realisasi pertumbuhan ekspor pada triwulan I tahun
2019 yang mencapai 101,40 persen. Penurunan konsumsi semen ini juga mengkonfirmasi
pelambatan aktivitas ekonomi secara umum.
Penurunan kinerja sektor industri pengolahan juga dikonfirmasi oleh ratarata nilai
Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia pada triwulan I tahun 2020 sebesar 48,8.
Pada bulan Maret 2020, nilai PMI berada pada level 45,3 yang merupakan nilai terendah
semenjak indeks PMI diterbitkan tahun 2011. Penurunan angka PMI menunjukkan
ekspektasi dunia usaha atas dampak pandemi COVID-19 terhadap prospek aktivitas dan
kinerja sektor industri pengolahan.
Penurunan nilai PMI terbesar terjadi pada 4 subkomponen PMI, meliputi: (i)
subkomponen pemesanan ekspor (new export order) yang turun sebesar 39 persen (YoY),
(ii) subkomponen pemesanan baru (new order) yang turun sebesar 25 persen (YoY), (iii)
subkomponen pembelian input produksi (quantity of purchases) yang turun sebesar 24
persen (yoy), dan (iv) subkomponen output produksi yang turun sebesar 17 persen
(YoY).
Tren penurunan PMI Indonesia menunjukkan bahwa pelemahan kinerja sektor
industri pengolahan di Indonesia masih akan terus berlanjut. Tantangan terbesar berada
pada efektivitas mitigasi dampak COVID-19 dan strategi pemulihan aktivitas industri
pengolahan ke depan.
Pada triwulan I tahun 2020, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang
berkunjung ke Indonesia mencapai 2,6 juta orang, atau turun 30,1 persen (YoY) dari
kunjungan wisman pada triwulan I tahun 2019. Dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (QtQ), jumlah kunjungan wisman pada triwulan I tahun 2020 turun sebesar
34 persen.
Pada bulan Januari 2020, jumlah kunjungan wisman masih tumbuh positif dari
periode sebelumnya. Penurunan jumlah kunjungan wisman mulai terjadi pada bulan
Februari 2020, saat pandemi COVID-19 melanda seluruh Tiongkok yang diikuti dengan
penghentian perjalanan global dari dan menuju Tiongkok, dan mengakibatkan
berkurangnya kunjungan wisman Tiongkok ke Indonesia. Pada bulan Maret 2020, virus
COVID-19 mulai menyebar ke banyak negara, termasuk ke Indonesia, dan berakibat
dengan pembatasan aktivitas kepergian internasional. Kebijakan tersebut, berdampak
secara signifikan pada aktivitas penerbagan dan penurunan kunjungan wisman ke
Indonesia.
D. Ekonomi politik dalam keputusan ekspor dan impor
Lipsey dan Steiner (2010) mengemukakan bahwa ekonomi politik adalah studi mengenai
produksi dan perdagangan serta kaitannya dengan hukum adat dan pemerintahan; juga
dengan pembagian pendapatan negara dan kemakmuran banyak sekali diungkapkan
pengertian ekonomi politik sehingga pengertian sederhananya adalah ekonomi politik
adalah teori atau studi mengenai peran kebijakan publik dalam memberikan dampak
terhadap kesejahteraan ekonomi dan sosial dalam hal politik .

1. Kebijakan perdagangan internasional bidang ekspor


Kebijakan ini bisa mempengaruhi secara langsung ataupun tidak, terhadap
transaksi atau kelancaran usaha, struktur dan komposisi. Kebijakan tersebut di
antaranya:
 Pemberian subsidi ekspor
Subsidi diberikan untuk meningkatkan atau memajukan ekspor. Subsidi ini bisa
dalam bentuk pembebasan pajak, pemberian fasilitas, pengurangan biaya produksi
atau lainnya. Tujuan subsidi ini ialah supaya produk ekspor bisa memiliki daya
saing di negara tujuan.
 Penetapan prosedur ekspor
Sebelum melakukan ekspor, tentu eksportir (pihak yang melakukan ekspor) harus
melakukan beberapa prosedur tertentu. Pemerintah memberlakukan kebijakan
yang setidaknya bisa mempermudah alur ekspor.
 Dumping
Adalah kebijakan penetapan harga barang ekspor lebih murah dibanding di dalam
negeri. Dengan arti lain, dumping merupakan kebijakan menjual hasil produksi di
luar negeri lebih rendah dari di dalam negeri.
Biasanya kebijakan ini diterapkan apabila pemerintah dapat mengendalikan harga
barang di dalam negeri terlebih dahulu.
 ekspor
Merupakan kebijakan pelarangan untuk mengekspor barang tertentu ke luar
negeri. Alasan pelarangan ini bisa karena ekonomi, politik, sosial ataupun budaya.
Contohnya larangan ekspor minyak bumi, barang bersejarah, kayu ataupun
lainnya.
 Diskriminasi harga
Artinya barang ekspor ditetapkan dengan harga yang berbeda untuk tiap negara.
Biasanya hal ini dilakukan sesusai dengan perjanjian. Misalnya negara A
mengekspor pakaian ke negara B dengan harga murah, sedangkan pakaian yang
diekspor negara A ke negara C tergolong relatif mahal.
 Politik dagang bebas
Pemerintah memberikan kebijakan untuk bebas melakukan kegiatan ekspor atau
impor. Kebebasan ini diharapkan nantinya bisa membawa beberapa keuntungan,
contohnya mendapat barang produksi berkualitas tinggi atau barang yang
harganya lebih murah.
2. Kebijakan perdagangan internasional bidang impor
Kebijakan perdagangan internasional secara impor, yaitu:
 Pemberlakuan kuota
Pemerintah menetapkan kuota impor dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya
supaya tidak mengganggu kegiatan produksi dalam negeri.
Namun, apabila suatu negara telah menetapkan kebijakan politik dagang bebas,
pemberlakuan kuota tidak bisa dilakukan karena bisa mengganggu perdagangan
internasional.
 Pemberian subsidi
Beberapa barang impor bisa jadi lebih murah dibanding barang produksi dalam
negeri. Maka dari itu, pemerintah memberikan subsidi supaya harga barang dalam
negeri bisa jauh lebih murah. Subsidi ini diberikan kepada produsen, misalnya
dengan pengurangan biaya produksi.
 Larangan impor
Kebijakan pelarangan impor berlaku untuk beberapa barang yang dianggap bisa
membahayakan lingkungan masyarakatnya. Contoh impor senjata berapi. Selain
itu, larangan impor ini juga sering diberlakukan untuk menghemat devisa.
 Tarif
Penetapan tarif dilakukan pada barang impor, bisa jadi lebih murah atau mahal.
Jika harga barang impor lebih mahal, hal ini bisa mendorong masyarakat untuk
lebih memilih memakai produk dalam negeri.
Sedangkan untuk negara penganut politik dagang bebas, biasanya cenderung
memberi harga impor lebih murah atau sama dengan barang dalam negeri.

KESIMPULAN

terlihat bahwa ekspor mencerminkan aktivitas perdagangan antar bangsa yang dapat
memberikan dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan internasional,
sehingga suatu negara-negara yang sedang berkembang kemungkinan untuk
mencapai kemajuan perekonomian setaraf dengan negara-negara yang lebih maju
(Todaro. 2002:49).
Ekspor adalah pembelian negara lain atas barang buatan perusahaan-perusahaan
di dalam negeri. Sedangkan Impor dapat diartikan sebagai pembelian barang dan
jasa dari luar negeri ke dalam negeri dengan perjanjian kerjasama antara 2 negara
atau lebih. Impor juga bisa dikatakan sebagai perdagangan dengan cara
memasukkan barang dari luar negeri ke wilayah Indonesia dengan memenuhi
ketentuan yang berlaku.
Neraca pembayaran internasional (balance of payments) adalah catatan tentang
transaksi ekonomi internasional antara seorang warga negara dengan negara lain.
Neraca pembayaran internasional hanya mencatat segala jenis transaksi ekonomi
internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Case. Karl E., Fair. Ray C. 2007. Prinsip-prinsip Ekonomi. Edisi kedelapan. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Hutabarat, R. 1996. Transaksi Ekspor Impor. Erlangga. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2008, Makro Ekonomni Teori Pengantar, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Hasang Ismail dan Muhammad Nur. 2020. Perekonomian IndonesiaI. Malang :
Ahlimedia press
Bonaraja purba, dkk .2020. Ekonomi politik . Yayasan kita menulis

Anda mungkin juga menyukai