Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“ARUS DANA INTERNASIONAL, NERACA PEMBAYARAN DAN BLANCE OF


PAYMENT”
Disusun Untuk memenuhi tugas mata kuliah: Keuangan Internasional
Dosen pengampu : Eka Putri Innayah ,ME

Disusun oleh Kelompok 1:


ALUN NAJILA HASAL (020161004)
YUSNI (020161042)

KEMENTRIAN AGAMA REPUPLIK INDONESIA


INSTUTIT AGAMA ISLAM NEGERI FATTAHUL MULUK PAPUA
FALKUTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWarhmatullahiwabarakatuh.
Bismillahirrahmanirahim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kita rahmat,
taufik, hidayah serta inayah-Nya hingga kita bisa menyelesaikan tugas kelompok ini yang
berjudul “Arus Dana Internasional, Neraca Pembayaran Dan Blance Of Payment “ dengan
tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada baginda nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kejahiliyahan hingga menuju zaman
yang penuh dengan kemodernisasian saat ini.
Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung serta membimbing kami
dalam penyelesaian tugas kami. Yang utamanya kami hanturkan kepada Ibu Eka Putri
Innaya, M.E selaku dosen pengampu mata kuliah Perdagangan Internasional. Serta kerjasama
teman teman yang telah ikut mendukung kami dalam penyelesaian tugas kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kami mengharap kesediaan pembaca agar memberi kritik serta saran yang membangun guna
meningkatkan kesempurnaan dalam tugas kami selanjutnya.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat mempermudah kita semua dalam
memahami isi serta maksud dari materi ini. Amiin.

Jayapura, 23 Februari 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................3

A. Latar Belakang...................................................................................3
B. Rumus Masalah..................................................................................5
C. Tujuan Makalah..................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................7

A. Pengertian Arus dana Internasional....................................................7


B. Pengertian Neraca Pembayaran (Balance Of Payment) Dan Perkembangan
Neraca Pembayaran Internasional Di Indonesia.................................10
C. Pengaruh pendapatan nasional dan pengaruh nilai tukar (kurs) terhadap
pembayaran neraca indonesia.............................................................14

BAB III PENUTUP......................................................................................19

A. Kesimpulan........................................................................................19

DAFTAR PUSTA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman yang begitu cepat pada saat ini menuju era
digital, bahkan tidak dapat dibendung. Percepatan ini mendorong dunia
usaha untuk dapat mengimbangi kemajuan zaman serta pola prilaku
masyarakat yang hedonis agar tidak ketinggalan zaman. Dalam kegiatan
dunia usaha di Indonesia, ada berbagai bentuk badan hukum perusahaan
yaitu: Perusahaan Perseorangan; Persekutuan seperti Firma dan
Persekutuan Komanditer; Peseroan Terbatas; Badan Usaha Milik Negara;
Badan Usaha Milik Daerah; dan Koperasi. Bentuk-bentuk kegiatan usaha
tersebut, selanjutnya dikelompokkan dalam 3 sektor, yaitu: Usaha Swasta,
Usaha Pemerintah, dan Koperasi.1
Neraca pembayaran yang seimbang tidak akan memberikan
pengaruh yang berarti terhadap kegiatan ekonomi suatu Negara. Sehingga
apabila suatu Negara tidak dapat mencapai surplus dari neraca
pembayaran, setidaknya harus dalam kondisi seimbang, dan sebisa
mungkin menghindari defisit, karena ilmu ekonomi internasional pada
prinsipnya membahas hubungan ekonomi antar negara atau sebagai bagian
dari ilmu ekonomi yang mepelajari dan menganalisis tentang transasksi
dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi
perdagangan dan keuangan atau moneter, organisasi swasta dan
pemerintah dan kerjasama internasional. Semakin meluasnya hubungan
tersebut menimbulkan konsekuensi pada meningkatnya saling
ketergantungan antar negara (inferdependensi) mulai dari skala yang
biasa-biasa saja sampai skala yang masif dan pada gilirannya akan
berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat.2
Kondisi neraca pembayaran di Indonesia akhir-akhir ini mengalami
ketidakseimbangan, di karenakan utang luar negeri meningkat. Keadaan
dimana aliran uang luar negeri sebagai akibat dari impor barang dan jasa.
Pemerintah mengambil kebijakan utang luar negeri untuk meningkatkan
cadangan dollar dalam negeri dimana dapat digunakan untuk menjaga nilai
tukar rupiah. Maka dari itu, faktor-faktor yang mempengaruhi deficit
neraca pembayaran dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan pada neraca

1
Pengembangan Aplikasi, “Vol. 4, No. 2, April 2020” 4, no. 2 (2020): 197–210.
2
Mutiara Nur’ Rahmah & Euis Komariah, “Analisis Laporan Keuangan Dalam Menilai Kinerja
Keuangan Industri Semen Yang Terdaftar Di BEI,” Jurnal Online Insan Akuntan 1, no. 1 (2016):
43–58, https://media.neliti.com/media/publications/234490-analisis-laporan-keuangan-dalam-
menilai-6eb8a31d.pdf.

5
perdagangan (balance of trade ). Adanya neraca perdagangan tidak lepas
dari nilai tukar rupiah dalam negeri dan nilai tukar asing.3
Sehingga setiap negara akan berusaha menjaga kestabilan dalam
neraca pembayarannya dan pandai memahami keadaan di mana neraca
perdagangan ( balance of trade ) ke luar negeri sebagai akibat impor
barang dan jasa serta aliran modal ke luar seimbang dengan pendapatan
yang masuk dari hasil ekspor barang dan jasa serta aliran masuk modal
asing. Pada tingkat mikroekonomis, neraca pembayaran dipergunakan
untuk menganalisis peranan ekonomis dari rekening barang dan jasa
individual, mengkuantifisir variasi dalam sifat dan arah arus kapital, serta
mengidentifikasi sumber-sumber dan penggunaan valuta asing. Aplikasi
mikroekonomis ini melukiskan aktivitas internasional secara individual
yang dampak ekonomisnya dapat diimbangi (counter balance) oleh
aktivitas yang tercatat di mana saja dalam neraca pembayaran. Salah satu
penyebab balance of payment mengalami defisit karena adanya defisit
pada neraca perdagangan Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa
kecenderungan impor Indonesia masih lebih tinggi daripada produk yang
diekspor. Karena banyaknya pembayaran produk impor ini serta
pembayaran utang luar negeri yang jatuh tempo dan juga pembayaran
bunga maka akan membebani neraca pembayaran karena semakin banyak
pembayaran sedangkan hanya mengandalkan pemasukan dari ekspor serta
pengambilan utang luar negeri baru untuk pembayaran utang luar negeri
yang jatuh tempo4

3
P SETIAWAN, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs Mata Uang Suatu Negara,” Jibeka 9
(2009): 76–86, http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/5268.
4
Marcos Moshinsky, “No Title‫یلیب‬,” Nucl. Phys. 13, no. 1 (1959): 104–116.

6
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Arus Dana Internasional?
2. Apa Yang Dimaksud Dengan Neraca Pembayaran (Balance Of Payment)
Dan Bagaimana Perkembangan Neraca Pembayaran Internasional Di
Indonesia?
3. Bagaiman Pengaruh Pendapatan Nasional Dan Pengaruh Nilai Tukar
(Kurs) Terhadap Pembayaran Neraca Indonesia?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Arus Dana Internasional
2. Untuk Mengetahi Pengertian Neraca Pembayaran (Balance Of Payment)
Dan Perkembangan Neraca Pembayaran Internasional Di Indonesia
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Pendapatan Nasional Dan Pengaruh Nilai
Tukar (Kurs) Terhadap Pembayaran Neraca Indonesia

7
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Arus Dana Internasional
Arus modal/dana Internasional adalah hubungan
kausal/timbal balik antara transaksi perdagangan barang internasional
dan modal sebagai salahsatu faktor produksi tertentu akan
menimbulkan arus modal secara internasional karena adanya suatu
negara yang memiliki banyak modal danada pula yang mengalami
kelangkaan modal. Semakin banyak modal makasemakin kecil
renumerasi (return) yang diperoleh. Demikian sebaliknya, semakin
langka modal semakin tinggi hasil yang diperoleh. Hal inilah yang
menyebabkan timbulnya arus modal internasional yang mengalir dari
suatu wilayah yang kelebihan modal ke wilayah yang kekurangan modal.
Secara umum arus modal internasional ini dapat bersifat sebagai berikut:
1) Portofolio Invesment.
Yaitu arus modal internasional dalam bentuk asset-aset
financial,seperti saham (Stock), obligasi (Bond) dan commercial
paperlain. Arus Portofolio saat ini paling cepat dan paling banyak
mengalir keseluruh penjuru dunia melalui pasar uang dan pasar
modal dipusat pusatkeuangan seperti di New York, London,
Paris, Frankfurt,Tokyo, Hongkong, Singapura.
2) Foreign Direct Invesment (Investasi Asing Langsung)
Yaitu Investasi Riil dalam bentuk pendirian perusahaan,
pembangunanpabrik, pembelian barang modal, tanah, dan bahan baku, dan
persediaan,dimana investor terlibat langsung dalam menejemen
perusahaan danmengontrol penanaman modal tersebut.Pendirian
perusahaan biasanya dimulai dari pendirian atau pembeliansaham
dalam bentuk investasi, ini biasanya dilakukan oleh
MNC/Perusahaan Multinasional. 5

Adapun perbedaan utama antara investasi asing langsung dan investasi


portofolioadalah sebagai berikut:
a) Investasi asing langsung sebagian besar dilakukan oleh korporasi
danjarang dilakukan oleh individual

5
Poppy Sutrii Arota, Jenny Morasa, and Heince R.N Wokas, “Analisis Rasio Arus Kas Untuk
Menilai Kinerja Keuangan Pada Pt. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 2014-2018,” Jurnal EMBA:
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 7, no. 3 (2019): 3979–3987.

8
b) Kontrol perusahaan multinasional sepenuhnya ada ditangan
perusahaaninduk, sedangkan investasi portofolio pengelolaannya dapat
dilakukanoleh manajer-manajer setempat.
Sedangkan motif arus modal internasional dari kedua jenis
investasi ini adalah:
1. Investasi Portofolioa.
a. High Return
Yaitu mencari return yang lebih tinggi, yaitu sesuai
denganteori H suatu negara akan membeli saham atau obligasi
dariperusahaan yang berada di negara lain yang
memberikanpengembalian tertinggi.
b. Risk Diversification
Diversifikasi resiko, hal ini sesuai dengan portofolio
theory,yang menyatakan bahwa investasi di berbagai negara
akanmenghasilkan return tertentu dengan resiko yang lebih kecil,
ataureturn yang lebih tinggi dapat dihasilkan dengan risiko tertentu.
2. Investasi Asing Langsung
 mendapatkan return yang lebih tinggi melalui:
1) Tingkat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi
2) Perpajakan yang lebih menguntungkan
3) Infastruktur yang lebih baik
 Defersifikasi risiko
Sama dengan penelasan pada investasi portofolio yang menyatakan
bahwa investasi diberbagai Negara akan menghasilkan return tertentu
dengan risiko yang lebih kecil atau bahkan lebih besar yang dapat
dihasilkan dengan risiko tertentu.6
 Dapat melakukan direct control
1) Ekspansi vertikal yaitu pendirian cabang di luar negeri untuk
menghasilkan input bagi perusahaan induk misalnya perusahaan
minyak mendirikan cabang di luar negeri di mana terdapat sumber
minyak yang kemudian diproses lebih lanjut di perusahaan induk.
2) Ekspansi horizontal yaitu mendirikan cabang di luar negeri Dengan
melakukan kegiatan yang hampir sama dengan perusahaan induk.
 Untuk menghadiri tarif dan non tarif yang dibebankan kepada importir dan
sekaligus memaafkan berbagai insentif dalam bentuk subsidi yang
6
Admin_ojs Admin_ojs, “Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Untuk Mengukur Kinerja
Keuangan Pada Pt. Dzaky Indah Perkasa Cabang Sungai Tabuk,” Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis 6,
no. 2 (2020): 218–226.

9
diberikan pemerintah lokal untuk mendorong foreign direct invitement
tersebut
Biasanya untuk mengurangi dampak negatif (seperti monopoli atau
oligopoli) dari perusahaan multinasional banyak negara membuat
ketentuan agar investasi asing di dipadu dengan dana dari dalam negeri
dalam bentuk perusahaan patungan (joint venture). Adapun manfaat yang
dapat diperoleh dari joint venture diantaranya adalah pengalaman
berusaha, relasi usaha, teknologi, dan mengurangi risiko ketidakpastian
usaha.

2. Pengertian Neraca Pembayaran (Balance Of Payment) Dan Perkembangan


Neraca Pembayaran Internasional Di Indonesia
Neraca pembayaran yang merupakan penjumlahan dari transaksi
berjalan (current account) dan neraca modal (capital and financial) dapat
mencirikan aliran dana dari dan ke luar negeri. Adanya aliran dana
tersebut menyebabkan permintaan dan penawaran terhadap mata uang
asing dan domestik turut mengalami perubahan. Perubahan permintaan
dan penawaran terhadap mata uang asing dan domestik tersebut
berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang yang diperdagangkan. Jika
permintaan terhadap mata uang asing mengalami peningkatan karena
adanya keperluan transaksi yang harus menggunakan mata uang asing,
maka hal tersebut dapat menyebabkan nilai tukar mata uang domestic
terhadap mata uang asing mengalami depresiasi, demikian pula
sebaliknya.7
Neraca pembayaran adalah catatan yang sistematik tentang
transaksi ekonomi internasional antara penduduk Negara itu dengan
penduduk Negara lain. Menurut Balance of Payment Manual (BPM) yang
diterbitkan IMF (1993) definisi neraca pembayaran internasional (Balance
of Payment) adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis tentang
seluruh transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan barang jasa, transfer
keuangan dan moneter antara penduduk (resident) suatu Negara dan
penduduk luar negeri (rest of the world) untuk suatu periode
tertentu,biasanya satu tahun.8
Kondisi perekonomian suatu negara juga dapat dilihat baik dari
sisi internal maupun eksternal. Kondisi internal antara lain tercermin pada
perkembangan sektor riil, seperti produksi, konsumsi, dan investasi, dan
7
Afrizal, “Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM,” Prosiding Seminar
Akademik Tahunan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (2020): 978–602.
8
Sitti Amani Yazid and Ratmi Wildana, “Makalah Ekonomi Moneter ‘OJK Dan Sistem Moneter
Indonesia’” (2014): 11–12.

10
perkembangan sektor moneter, seperti inflasi dan jumlah uang beredar.
Sementara itu, kondisi eksternal tercermin pada perkembangan neraca
pembayaran. Perkembangan neraca pembayaran memiliki keterkaitan
yang erat dengan perkembangan sektor riil, fiskal, dan moneter yang pada
gilirannya akan mempengaruhi uang beredar dalam perekonomian.
Adapun perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia yaitu Neraca
Pembayaran sebelum krisis ekonomi :
1) Neraca perdagangan pada umumnya selalu mengalami surplus.
Namun, apabila ditinjau lebih lanjut dengan mengeluarkan transaksi
ekspor dan impor minyak dan gas bumi (migas), maka karakteristik
neraca perdagangan nonmigas pada umumnya mengalami defisit.
Sementara itu, neraca perdagangan migas, selalu menunjukkan surplus.
2) Neraca jasa Indonesia selalu menunjukkan pengeluaran yang Iebih
besar dibandingkan dengan penerimaannya, sehingga karakteristik
neraca jasa selalu menunjukkan defisit. Sebagaimana halnya dengan
neraca perdagangan, neraca jasa mempunyai karakteristik yang sama
yaitu pada umumnya menunjukkan defisit pada neraca jasa nonmigas
dan selalu surplus pada neraca jasa migas. Selalu defisitnya neraca jasa
terutama berkaitan erat dengan cukup besarnya pengeluaran untuk
pembayaran bunga utang dan biaya transportasi impor barang.
3) Transaksi berjalan secara umum selalu menunjukkan defisit. Ditinjau
lebih lanjut, karakteristik transaksi berjalan sebagaimana neraca
perdagangan Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 16 dan
neraca jasa pada umumnya menunjukkan defisit untuk transaksi
berjalan nonmigas dan menunjukkan surplus untuk transaksi berjalan
migas.
4) Transaksi modal pada umumnya mengalami surplus. Hal ini
menunjukkan masih terdapatnya kebutuhan dana dari luar negeri.
Karakteristik Neraca Pembayaran sejak krisis ekonomi sampai dengan
tahun 2001: Dapat dikemukakan bahwa selama periode setelah terjadinya
krisis ekonomi pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2001, karakteristik NPI
menunjukkan perubahan sebagai berikut:
1) Neraca perdagangan secara keseluruhan tetap menunjukkan surplus.
Namun demikian, khusus neraca perdagangan nonmigas yang sebelumnya
menunjukkan defisit telah berubah menjadi surplus, sementara neraca
perdagangan migas tetap menunjukkan surplus. Surplusnya neraca
perdagangan nonmigas terkait dengan besarnya penurunan kegiatan impor
nonmigas.
2) Neraca Jasa, sebagaimana terjadi sebelum krisis ekonomi, tetap
menunjukkan karakteristik yang selalu defisit. Demikian juga apabila

11
ditinjau secara terpisah, neraca jasa nonmigas maupun migas tetap
menunjukkan defisit.
3) Transaksi berjalan yang sebelum krisis mengalami defisit telah berubah
menunjukkan surplus. Kondisi ini terutama sebagai dampak dari
menurunnya kegiatan impor nonmigas, yang pada akhirnya selain
mengakibatkan transaksi berjalan baik secara keseluruhan juga transaksi
berjalan nonmigas berbalik menjadi surplus. Sementara itu transaksi
berjalan migas tetap menunjukkan surplus.9
4) Transaksi modal, yang sebelum krisis ekonomi pada umumnya surplus,
setelah terjadinya krisis menunjukkan defisit. Hal ini terkait dengan
menurunnya secara keseluruhan aliran dana dari luar negeri baik
pemerintah maupun swasta, sementara pembayaran pokok pinjaman tetap
tinggi. Di samping itu, terjadinya defisit pada transaksi modal juga
berkaitan dengan cukup tingginya risiko investasi pada periode tersebut,
sehingga mengakibatkan turunnya investasi asing di Indonesia.10
Perkembangan Terkini Neraca Pembayaran Indonesia
Krisis keuangan global yang semakin dalam sejak September 2008
memberikan tekanan yang cukup signifikan pada kinerja Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI). Selama 2008 NPI mengalami defisit sebesar
US$1,9 miliar, berbeda dari tahun 2007 yang mencatat surplus US$12,7
miliar. Namun demikian, transaksi berjalan masih mampu mencatat
surplus sebesar US$0,1 miliar atau turun dibandingkan surplus pada 2007
yang sebesar US$10,5 miliar. Pada 2008, defisit neraca transaksi berjalan
terjadi selama tiga triwulan berturut-turut yaitu triwulan II, III, dan IV
dengan nilai defisit masing-masing sebesar US$1,0 miliar, US$0,97 miliar,
dan US$0,64 miliar. Ini merupakan defisit neraca transaksi berjalan yang
pertama kali terjadi dimana sejak triwulan II 2004 s.d. triwulan I 2008
neraca transaksi berjalan selalu membukukan surplus.
Seiring dengan membaiknya prospek ekonomi global dan
domestik, kinerja neraca pembayaran tahun 2009 dan 2010 mengalami
perbaikan. Transaksi berjalan pada tahun 2009 dan 2010 masing-masing
mencatat surplus US$10,2 miliar dan US$6,3 miliar. Akan tetapi, pada
triwulan IV 2011, transaksi berjalan mengalami tekanan sehingga
mencatat kinerja defisit sebesar US$0,9 miliar. Adapun Faktor yang
mendorong defisit transaksi Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan

9
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN, “Analisis Struktur Dan Perkembangan Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI),” Laporan Neraca Pembayaran Indonesia, no. 1993 (2014): 12–22.
10
Miralda Indiarti, Cecep Cecep, and Yoyo Indah Gunawan, “Efisiensi Neraca Modal Dan Neraca
Finansial Pada Neraca Pembayaran Indonesia (Npi) Tahun 2015-2017,” Jurnal Manajemen
Kewirausahaan 17, no. 1 (2020): 79.

12
APBN 18 berjalan adalah pertumbuhan impor yang lebih tinggi
dibandingkan ekspor akibat pertumbuhan ekonomi domestik yang tinggi.11
3. Pengaruh pendapatan nasional dan pengaruh nilai tukar (kurs) terhadap
pembayaran neraca Indonesia
Dari hasil uji analisis data persamaan uji regresi yang dilakukan
dalam penelitian diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.9489 yang lebih
besar dari nilai α yaitu 0,05, hal ini menunjukkan bahwa pendapatan
nasional tidak berpengaruh signifikan terhadap neraca pembayaran. Hasil
penelitian yang didapatkan berbeda dengan hipotesis yang ada
sebelumnya. Hipotesis yang diajukan menyatakan bahwa pendapatan
nasional berpengaruh signifikan dan positiif terhadap neraca pembayaran,
yang berarti bahwa apabila pendapatan nasional naik maka neraca
pembayaran juga akan mengalami kenaikan. Namun hasil penelitian ini
menyatakan bahwa pendapatan nasional tidak berpengaruh signifikan
terhadap neraca pembayaran.
Hasil penelitian ini didukung oleh Santosa (2012), yang
menyatakan bahwa apabila pendapatan nasional naik, maka neraca
pembayaaran Indonesia akan menurun. Hal ini terjadi karena naiknya
pendapatan nasional akan memicu naiknya konsumsi masyarakat, dan
meningkatnya konsumsi masyarakat ini akan meningkatkan nilai import
suatu Negara, sehingga yang terjadi adalah neraca pembayaran akan
mengalami penurunan. Selain itu Ragandhi (2009), menambahkan apabila
pendapatan nasional berpengaruh signifikan terhadap konsumsi
masyarakat, yang berarti apabila pendapatan nasional naik maka konsumsi
masyarakat juga akan mengalami kenaikan.12
Pendapatan nasional yang dihitung berdasarkan metode
pengeluaran (Expenditure Approach) memiliki rumus sebagai berikut:
Y= C + G + I + (X - M)
Keterangan
Y = Pendapatan Nasional (Income)
C = Konsumsi (Consumtion)
G = Pemerintah (Government)
I = Investasi (Investment)

11
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN, “Analisis Struktur Dan Perkembangan Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI).”
12
Mahyus Ekananda, “Sistem Pembayaran Dan Neraca Pembayaran Internasional,” Modul 1
(2014): 1–76, http://repository.ut.ac.id/3979/1/ESPA4420-M1.pdf.

13
X = Ekspor (Export)
M = Impor (Import)
Dari rumus pendapatan nasional merupakan titik awal dari pendekatan
absorbsi , dimana:
Y = C + G + I + (X-M)
A=C+G+I
B=X–M
Y=A+B
B=Y–A
Dimana A = absorbsi domestik, B =transaksi berjalan yang
menjelaskan bahwa pendapatan nasional sama dengan absorbsi domestik
ditambah dengan neraca transaksi berjalan. Sehingga transaksi berjalan
merupakan selisih dari pendapatan nasional dengan transaksi berjalan.
Pendekatan absorbsi menyatakan bahwa defisit neraca pembayaran terjadi
apabila nilai absorbsi (konsumsi) lebih besar dari pada tingkat
produksinya, yang dapat dikoreksi melalui peningkatan pendapatan dan
atau pengurangan absorbsi.13
Dapat diketahui bahwa besarnya pendapatan nasional dipengaruhi
oleh lima faktor tersebut, salah satunya adalah konsumsi, dimana
meningkatnya pendapatan nasional berbanding lurus dengan besarnya nilai
konsumsi, yang berarti apabila konsumsi naik, maka pendapatan nasional
juga akan mengalami kenaikan. Tingginya pendapatan nasional yang
diperoleh Indonesia saat ini masih banyak berasal dari tingginya konsumsi
masyarakat, namun konsumsi yang dilakukan ini adalah konsumsi barang
dan jasa dari luar negeri (impor), hal inilah yang kemudian mengurangi
besarnya neraca pembayaran Indonesia sehingga terjadi defisit.
Hasil penelitian yang tidak signifikan pada pengaruh pendapatan
nasional terhadap neraca pembayaran Indonesia dapat dilihat melalui data
yang telah dipublikasikan oleh Bank Indonesia dalam sepuluh tahun data
penelitian yakni tahun 2004-2013, dimana dalam masa sepuluh tahun
tersebut pendapatan nasional terus mengalami peningkatan dengan rata-
rata laju pertumbuhan 6.1%, sedangkan neraca pembayaran Indonesia
justru seringkali mengalami defisit. Surplus neraca pembayaran Indonesia

13
Ratna M. Dewi, “Pengaruh Bi Rate, the Fed Rate, Dan Kurs Terhadap Keseimbangan Neraca
Pembayaran Indonesia,” Journal of Chemical Information and Modeling 1, no. 9 (2016): 553–534.

14
hanya terjadi dalam beberapa tahun saja dengan rata-rata laju pertumbuhan
sebesar -127.4% dalam sepuluh tahun.14
Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap pembayaran neraca Indonesia
Dalam uji analisis data yang dilakukan melalui uji regresi uji t
diperoleh nilai probabilitas nilai tukar sebesar 0,0085 lebih kecil dari nilai
signikansi 0,05 yang berarti lolos uji t, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya variabel nilai tukar berpengaruh signifikan negatif terhadap neraca
pembayaran. Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini sama
dengan hipotesis sebelumnya, dimana nilai tukar memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap neraca pembayaran Indonesia. Sama dengan hasil
penelitian yang dilakukan Masdjojo (2005) yang menyatakan bahwa
depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan
meningkatkan neraca pembayaran Indonesia baik dalam jangka panjang
maupun jangka pendek.
Selain itu Perdana, dkk (2014) menyatakan bahwa depresisasi
(penurunan nilai mata uang domestik) nilai tukar berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai ekspor, meningkatnya nilai ekspor akan
meningkatkan neraca pembayaran Indonesia, dimana Depresiasi nilai tukar
di Indonesia mengakibatkan harga barang diluar negeri akan naik,
sehingga impor atas barang dari luar negeri akan menurun. Sebaliknya
yang terjadi didalam negeri, harga barang didalam negeri akan turun yang
menyebabkan meningkatnya ekspor, sehingga akan menambah devisa dan
akan meningkatkan neraca pembayaran.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa apresiasi atau
meningkatnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar akan mengakibatkan
konsumsi masyarakat naik, hal ini dikarenakan nilai barang dari luar
negeri terkesan menurun harganya meskipun nilai riil nya tetap. Sehingga
permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa dari luar negeri
meningkat. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ukhrowiyah (2014) yang menyatakan bahwa apabila nilai tukar rupiah
mengalami depresiasi, dan mata uang asing terapresiasi, maka akan
menyebabkan harga barang maupun jasa diluar negeri akan naik, sehingga
cenderung dapat menurunkan impor dengan begitu neraca transaksi
berjalan akan mengalami surplus.
Pemerintah menurunkan nilai mata uangnya (domestic currency)
terhadap nilai mata uang asing (foreign currency) bertujuan untuk
mendorong tejadinya ekspor dan membatasi barang-barang yang masuk
dari luar negeri atau impor, sehingga diharapkan dapat memperbaiki posisi
14
Cicih Ratnasih, “Meninjau Dampak Tarif Perdagangan RI-Tiongkok Dalam Komponen Neraca
Pembayaran Luar Negeri,” Jurnal Manajemen (2015): 24–29.

15
Neraca pembayaran (Balance of payment (BOP) dan Neraca perdagangan
Balance of Trade (BOT) menjadi equilibrium atau paling tidak dapat
mendekati equilibrium. Tindakan pemerintah ini disebut devaluasi, selain
tujuan tersebut ada tujuan lain yang diharapkan terjadi diantaranya:
mendorong penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri, dan
dengan neraca pembayaran yang equilibrium, diharapkan kurs valas
menjadi relatif stabil.
Pengaruh yang signifikan dari pengaruh nilai tukar terhadap neraca
pembayaran, dapat dilihat dari data yang telah dipublikasikan oleh Bank
Indonesia pada tahun 2004-2013. Pada tahun tersebut neraca pembayaran
lebih banyak mengalami defisit, dan nilai tukar rupiah yang terus
berfluktuasi dari tahun ke tahun.15

BAB III

15
Dwi Rohmah Romadhoni and Hendry Cahyono, “Pengaruh Pendapatan Nasional Dan Nilai
Tukar (Kurs) Terhadap Neraca Pembayaran Indonesia,” Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE) 4, no.
1 (2016): 1–8, https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jupe/article/view/14476%0Ahttps://
ejournal.unesa.ac.id/index.php/jupe/article/view/14476/13135.

16
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa Arus
modal/dana Internasional adalah hubungan kausal/timbal balikantara
transaksi perdagangan barang internasional dan modal sebagai salahsatu
faktor produksi tertentu akan menimbulkan arus modal
secarainternasional karena adanya suatu negara yang memiliki banyak modal
danada pula yang mengalami kelangkaan modal. Semakin banyak modal
makasemakin kecil renumerasi (return) yang diperoleh. Demikian
sebaliknya, semakin langka modal semakin tinggi hasil yang diperoleh. Hal
inilah yang menyebabkan timbulnya arus modal internasional yang mengalir
dari suatu wilayah yang kelebihan modal ke wilayah yang kekurangan modal.
Neraca pembayaran adalah catatan yang sistematik tentang transaksi
ekonomi internasional antara penduduk Negara itu dengan penduduk Negara
lain. Kondisi perekonomian suatu negara juga dapat dilihat baik dari sisi
internal maupun eksternal. Kondisi internal antara lain tercermin pada
perkembangan sektor riil, seperti produksi, konsumsi, dan investasi, dan
perkembangan sektor moneter, seperti inflasi dan jumlah uang beredar.
Sementara itu, kondisi eksternal tercermin pada perkembangan neraca
pembayaran. Perkembangan neraca pembayaran memiliki keterkaitan yang
erat dengan perkembangan sektor riil, fiskal, dan moneter yang pada
gilirannya akan mempengaruhi uang beredar dalam perekonomian.
Besarnya pendapatan nasional dipengaruhi oleh lima faktor tersebut,
salah satunya adalah konsumsi, dimana meningkatnya pendapatan nasional
berbanding lurus dengan besarnya nilai konsumsi, yang berarti apabila
konsumsi naik, maka pendapatan nasional juga akan mengalami kenaikan.
Tingginya pendapatan nasional yang diperoleh Indonesia saat ini masih
banyak berasal dari tingginya konsumsi masyarakat, namun konsumsi yang
dilakukan ini adalah konsumsi barang dan jasa dari luar negeri (impor), hal
inilah yang kemudian mengurangi besarnya neraca pembayaran Indonesia
sehingga terjadi defisit.

Daftar Pustaka

17
Admin_ojs, Admin_ojs. “Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Untuk
Mengukur Kinerja Keuangan Pada Pt. Dzaky Indah Perkasa Cabang Sungai
Tabuk.” Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis 6, no. 2 (2020): 218–226.
Afrizal. “Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.”
Prosiding Seminar Akademik Tahunan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
(2020): 978–602.
Aplikasi, Pengembangan. “Vol. 4, No. 2, April 2020” 4, no. 2 (2020): 197–210.
Arota, Poppy Sutrii, Jenny Morasa, and Heince R.N Wokas. “Analisis Rasio Arus
Kas Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada Pt. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
2014-2018.” Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan
Akuntansi 7, no. 3 (2019): 3979–3987.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN. “Analisis Struktur Dan
Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).” Laporan Neraca
Pembayaran Indonesia, no. 1993 (2014): 12–22.
Dwi Rohmah Romadhoni, and Hendry Cahyono. “Pengaruh Pendapatan Nasional
Dan Nilai Tukar (Kurs) Terhadap Neraca Pembayaran Indonesia.” Jurnal
Pendidikan Ekonomi (JUPE) 4, no. 1 (2016): 1–8.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jupe/article/view/14476%0Ahttps://
ejournal.unesa.ac.id/index.php/jupe/article/view/14476/13135.
Ekananda, Mahyus. “Sistem Pembayaran Dan Neraca Pembayaran Internasional.”
Modul 1 (2014): 1–76. http://repository.ut.ac.id/3979/1/ESPA4420-M1.pdf.
Indiarti, Miralda, Cecep Cecep, and Yoyo Indah Gunawan. “Efisiensi Neraca
Modal Dan Neraca Finansial Pada Neraca Pembayaran Indonesia (Npi) Tahun
2015-2017.” Jurnal Manajemen Kewirausahaan 17, no. 1 (2020): 79.
Komariah, Mutiara Nur’ Rahmah & Euis. “Analisis Laporan Keuangan Dalam
Menilai Kinerja Keuangan Industri Semen Yang Terdaftar Di BEI.” Jurnal Online
Insan Akuntan 1, no. 1 (2016): 43–58.
https://media.neliti.com/media/publications/234490-analisis-laporan-keuangan-
dalam-menilai-6eb8a31d.pdf.
M. Dewi, Ratna. “Pengaruh Bi Rate, the Fed Rate, Dan Kurs Terhadap
Keseimbangan Neraca Pembayaran Indonesia.” Journal of Chemical Information
and Modeling 1, no. 9 (2016): 553–534.
Moshinsky, Marcos. “No Title‫یلیب‬.” Nucl. Phys. 13, no. 1 (1959): 104–116.
Ratnasih, Cicih. “Meninjau Dampak Tarif Perdagangan RI-Tiongkok Dalam
Komponen Neraca Pembayaran Luar Negeri.” Jurnal Manajemen (2015): 24–29.

18
SETIAWAN, P. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs Mata Uang Suatu
Negara.” Jibeka 9 (2009): 76–86. http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/5268.
Yazid, Sitti Amani, and Ratmi Wildana. “Makalah Ekonomi Moneter ‘OJK Dan
Sistem Moneter Indonesia’” (2014): 11–12.

19

Anda mungkin juga menyukai