Anda di halaman 1dari 16

PEREKONOMIAN TERBUKA

KELOMPOK 5
Dosen Pengampu : Anak Agung Ketut Ayuningsasi, SE. M.Si

10 / 2307511127 Nadia Alya Rachmani Jasmine


11 / 2307511128 Kayla Cipta Nanda
13 / 2307511130 Ni Kadek Rahayu Purnamasari
17 / 2307511134 Putu Ayudyah Pradnyandari

PENGANTAR EKONOMI MAKRO


SEMESTER GANJIL TAHUN 2023/2024
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat beliau
kami selaku tim penyusun dapat menyelesaikan paper yang berjudul “PEREKONOMIAN
TERBUKA” dengan tepat waktu. Tujuan penyusunan paper ini adalah sebagai sarana
pemenuhan tugas yang diberikan oleh ibu Anak Agung Ketut Ayuningsasi, SE. M.Si selaku
dosen pengampu Pengantar Ekonomi Makro di kelas B1 Program Studi Ekonomi.

Paper ini membahas tentang teori Perekonomian Terbuka yang tentunya untuk menyusun
paper ini kami mengambil referensi dari berbagai sumber yang tersedia dari internet sehingga
bahasan dalam paper ini memiliki keakuratan yang tinggi. Dalam paper yang kami susun ini
juga terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian yang akan menjadi
pembelajaran penting untuk kita semua.

Pada akhirnya kami menyadari bahwa paper ini masihlah belum sempurna, bagai bumi
dan langit, diatas langit masih ada langit, oleh karena itu kami berharap kepada ibu Anak Agung
Ketut Ayuningsasi, SE. M.Si selaku dosen pengampu Pengantar Ekonomi agar dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya kekurangan-kekurangan
tersebut dapat kami atasi.

Jimbaran, 18 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
2.1 Aliran Barang dan Modal Internasional ..................................................................... 3
2.2 Nilai Tukar Riil dan Nominal dalam Transaksi Internasional ..................................... 4
2.3 Purchasing Power Parity (PPP) ................................................................................... 5
2.4 Permintaan dan Penawaran Dana Pinjaman ................................................................ 6
2.5 Keseimbangan Perekonomian Terbuka ....................................................................... 7
2.6 Pengaruh Kebijakan dan Peristiwa Terhadap Perekonomian Terbuka ........................ 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian terbuka adalah perekonomian yang melibatkan diri dalam
perdagangan internasional (ekspor dan impor) barang dan jasa serta modal dengan negara-
negara lain. . Hampir seluruh negara di dunia menganut perekonomian terbuka. Dengan
ikut dalam perdagangan internasional, dapat memacu ekonomi nasional, karena dengan
perdagangan internasional akan memperluas pangsa pasar dan meningkatkan daya saing
produksi dalam negeri.
Open economy atau ekonomi terbuka adalah jenis perekonomian yang berinteraksi
dengan dunia luar melalui perdagangan internasional, pergerakan modal, transfer informasi
dan pengetahuan teknis, dan migrasi tenaga kerja.
Hubungan antara keterbukaan ekonomi (khususnya perdagangan) dan inflasi
merupakan satu diantara proposisi menarik yang ditemukan dalam setiap buku teks
perdagangan internasional.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan aliran barang dan modal internasional?
b) Apa yang dimaksud dengan nilai tukar riil dan nominal dalam transaksi internasional?
c) Apa yang dimaksud dengan purchasing power parity?
d) Apa yang dimaksud permintaan dan penawaran untuk dana pinjaman?
e) Apa yang dimaksud keseimbangan dalam perekonomian terbuka?
f) Bagaimana kebijakan dan peristiwa mempengaruhi perekonomian terbuka?
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan aliran barang dan modal internasional
b) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan nilai tukar riil dan nominal dalam
transaksi internasional
c) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan purchasing power parity
d) Untuk mengetahui apa yang dimaksud permintaan dan penawaran untuk dana
pinjaman
e) Untuk mengetahui apa yang dimaksud keseimbangan dalam perekonomian terbuka
f) Untuk mengetahui bagaimana kebijakan dan peristiwa mempengaruhi perekonomian
terbuka.

1
1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aliran Barang dan Modal Internasional


(Bagian 10 / 2307511127 / Nadia Alya Rachmani Jasmine)
Ketika perekonomian disebut terbuka, berarti pengeluaran negara di tiap tahun tertentu
tidak sama dengan output barang dan jasanya. Suatu negara bisa melakukan pengeluaran
lebih banyak ketimbang produksinya dengan meminjam dari luar negeri, atau bisa
melakukan pengeluaran lebih kecil dari produksinya dan memberi pinjaman pada negara
lain. Aliran modal internasional merupakan pergerakan modal yang terjadi antar penduduk
suatu negara baik itu perseorangan, perusahaan maupun pemerintah untuk melakukan
penanaman modal. Pergerakan modal tersebut tidak terlepas dari semakin terintegrasi
perekonomian yang membuat pergerakan aliran modal tersebut semakin masif. Pergerakan
aliran modal banyak dipengaruhi oleh beberapa variabel tidak terkecuali tabungan
domestik dan investasi domestik. Dalam pandangan klasik menyatakan jika tidak adanya
hubungan antara tabungan dan investasi domestik serta memiliki hubungan positif
terhadap aliran modal.
Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, terdapat tiga faktor utama yang
mempengaruhi permintaan valuta asing.
1. Faktor pembayaran impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin
besar permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung
melemah. Sebaliknya, jika impor menurun, maka permintaan valuta asing menurun
sehingga mendorong menguatnya nilai tukar.
2. Faktor aliran modal keluar (capital outflow). Semakin besar aliran modal keluar,
maka semakin besar permintaan valuta asing dan pada lanjutannya akan
memperlemah nilai tukar. Aliran modal keluar meliputi pembayaran hutang
penduduk Indonesia (baik swasta dan pemerintah) kepada pihak asing dan
penempatan dana penduduk Indonesia ke luar negeri.
3. Kegiatan spekulasi. Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang
dilakukan oleh spekulan5 maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing
sehingga memperlemah nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing.

2
Sementara itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama.
1. Faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor barang
dan jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara
dan pada lanjutannya nilai tukar terhadap mata uang asing cenderung menguat atau
apresiasi. Sebaliknya, jika ekspor menurun, maka jumlah valuta asing yang dimiliki
semakin menurun sehingga nilai tukar juga cenderung mengalami depresiasi.
2. Faktor aliran modal masuk (capital inflow). Semakin besar aliran modal masuk,
maka nilai tukar akan cenderung semakin menguat.Aliran modal masuk tersebut
dapat berupa penerimaan hutang luar negeri, penempatan dana jangka pendek oleh
pihak asing (Portfolio investment) dan investasi langsung pihak asing (foreign
direct invetment).

2.2 Nilai Tukar Riil dan Nominal dalam Transaksi Internasional


(Bagian 11 / 2307511128 / Kayla Cipta Nanda)
Nilai tukar atau kurs merupakan nilai tukar antar dua negara yang disepakati penduduk
kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Ada dua jenis nilai tukar yang dipakai
yaitu Kurs Nominal dan Kurs Riil. Kurs Nominal (nominal exchange rate) adalah nilai
yang digunakan seseorang saat menukar mata uang sutau negara dengan mata uang negara
lain. Kurs Riil (real exchange rate) adalah nilai tukar yang digunakan seseorang saat
menukarkan barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara lainnya.

Nilai tukar riil tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sederhana sebagai
berikut:
Q adalah nilai tukar riil

S adalah nilai tukar nominal


Q = S P/P*
P adalah tingkat harga di dalam negeri

P* adalah tingkat harga di luar negeri

3
Formula tersebut digunakan untuk menghitung nilai tukar riil bilateral dari dua negara.
Dalam transaksi perdagangan internasional, suatu negara tidak hanya melakukan
transaksi pada satu negara, tetapi juga dengan beberapa negara. Dengan demikian,
pengukuran nilai tukar riil suatu negara terhadap mitra dagangnya perlu juga disesuaikan
dengan memperhitungkan laju inflasi dan nilai tukar dari masing-masing negara tersebut.
Pengukuran rata-rata nilai tukar suatu mata uang riil terhadap seluruh atau sejumlah mata
uang asing disebut sebagai nilai tukar efektif.

2.3 Purchasing Power Parity (PPP)


(Bagian 13 / 2307511130 / Ni Kadek Rahayu Purnamasari)
Purchasing Power Parity (PPP) atau paritas daya beli adalah suatu teori ekonomi untuk
menyetarakan harga sekumpulan barang yang identik di berbagai negara. Teori paritas
daya beli adalah mengharuskan barang-barang tersebut memiliki harga yang setara pada
negara satu dan lainnya. Dasar yang mendasari konsep paritas harga adalah hukum satu
harga. Di mana perbedaan harga di dua negara seharusnya ditentukan berdasarkan nilai
tukar nominal keduanya. Jadi, ketika kita menyesuaikan nilai tukar kedua mata uang
tersebut, maka harga di kedua negara akan setara.
Asumsi utama yang mendasari teori Purchasing Power Parity (PPP) adalah bahwa pasar
komoditas merupakan pasar yang efisien, baik dari sisi lokasi, operasional, penentuan
harga dan informasi. Pasar yang efisien menunjukkan terpenuhinya beberapa asumsi
berikut:
1. Semua barang yang diperdagangkan di pasar internasional tidak dikenai biaya
transportasi
2. Tidak ada hambatan perdagangan antar negara
3. Semua barang baik domestik maupun internasional bersifat homogen
4. Terdapat kesamaan indeks harga yang digunakan untuk menghitung daya beli mata
uang asing dan domestik. Kesamaan indeks didasarkan pada tahun dasar dan
komponen indeks harga yang sama

4
Pendekatan PPP menganggap bahwa komoditas tertentu cenderung untuk memiliki
harga yang sama di seluruh dunia ketika diukur dengan mata uang yang sama. Kondisi ini
disebut sebagai law of one price. The law of one price adalah suatu kondisi dimana barang
yang identik harus dijual dengan harga yang sama dimanapun barang itu dijual jika
harganya ditetapkan dengan mata uang yang sama. Hal ini dimungkinkan karena dengan
tidak adanya hambatan dan biaya transportasi, maka harga komoditas atau jasa cenderung
akan sama di setiap pasar. Sebenarnya law of one price dapat beroperasi jika pasar nasional
dan internasional bekerja dengan baik. Dalam kondisi ini tindakan arbitrase (kekuasaan
untuk menyelesaikan sesuatu perkara berdasarkan kebijaksanaan) akan dengan cepat
untuk menghapus perbedaan harga antar lokasi geografis yang berbeda.

2.4 Permintaan dan Penawaran Dana Pinjaman


(Bagian 17 / 2307511134 / Putu Ayudyah Pradnyandari)
Pasar dana pinjaman (market for loanable funds) merupakan salah satu bentuk pasar
yang ada dalam perekonomian. Pasar ini menjadi wadah atau mekanisme yang
mempertemukan antara permintaan dan penawaran dana pinjaman. Seperti halnya pasar-
pasar lain, pasar dana pinjaman juga diatur oleh mekanisme permintaan dan penawaran.
1. Permintaan Dana
Permintaan dana pinjaman mewakili keinginan untuk meminjam uang pada
tingkat tertentu. Permintaan akan dana pinjaman berasal dari rumah tangga dan
perusahaan yang ingin berinvestasi. Permintaan ini bisa berbentuk keluarga yang
mengambil hipotek untuk membeli rumah, dan perusahaan yang melakukan
pinjaman untuk membeli peralatan baru atau membangun pabrik. Dalam kedua
kasus tersebut, investasi adalah sumber permintaan dana pinjaman.
Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, terdapat 3 faktor utama yang
mempengaruhi permintaan valuta asing, yaitu:
• Pertama, faktor pembayaran impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa,
maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar
akan cenderung melemah. Sebaliknya, jika impor menurun, maka
permintaan valuta asing menurun sehingga mendorong menguatnya nilai
tukar.

5
• Kedua, faktor aliran modal keluar (capital outflow). Semakin besar aliran
modal keluar, maka semakin besar permintaan valuta asing dan pada
lanjutannya akan memperlemah nilai tukar. pembayaran hutang penduduk
Indonesia (baik swasta dan pemerintah) kepada pihak asing dan penempatan
dana penduduk Indonesia ke luar negeri.
• Ketiga, kegiatan spekulasi. Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing
yang dilakukan oleh spekulan5 maka semakin besar permintaan terhadap
valuta asing sehingga memperlemah nilai tukar mata uang lokal terhadap
mata uang asing.

2. Penawaran Dana
Penawaran dana pinjaman muncul dari orang-orang yang memiliki kelebihan
pendapatan. Pasokan dana ini berasal dari rumah tangga, sektor bisnis, dan
Pemerintah Pemerintah juga memiliki kontribusi terhadap besarnya penawaran
dana pinjaman. Tabungan Pemerintah diperoleh dari pendapatan pajak yang tersisa
setelah dipotong belanja Pemerintah. Dengan kata lain, pendapatan Pemerintah
tercipta saat Pemerintah mengalami surplus anggaran (budget surplus), di mana
penerimaan pajak lebih besar daripada belanja Pemerintah.
Penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu:
• Pertama, faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume
penerimaan ekspor barang dan jasa, maka semakin besar jumlah valuta
asing yang dimiliki oleh suatu negara dan pada lanjutannya nilai tukar
terhadap mata uang asing cenderung menguat atau apresiasi.
Sebaliknya, jika ekspor menurun, maka jumlah valuta asing yang
dimiliki semakin menurun sehingga nilai tukar juga cenderung
mengalami depresiasi.

• Kedua, faktor aliran modal masuk (capital inflow). Semakin besar aliran
modal masuk, maka nilai tukar akan cenderung semakin menguat.
6
Aliran modal masuk tersebut dapat berupa penerimaan hutang luar
negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing (Portfolio
investment) dan investasi langsung pihak asing (foreign
direct invetment).

6
2.5 Keseimbangan Perekonomian Terbuka
(Bagian 10 / 2307511127 / Nadia Alya Rachmani Jasmine)
Analisis dalam bab ini akan menunjukkannya dengan membandingkan keseimbangan
dalam ekonomi tiga sektor dan empat sector. Keseimbangan ekonomi tiga sektor akan
mengalami perubahan apabila pengeluaran angregat meliputi pula ekspor dan impor.
Analisis akan dilakukan secara grafi dan dua pendekatan akan digunakan: Pendekatan
Pengeluaran Agregat – Penawaran Agregat (Y = AE) dan Pendekatan Suntikan Bocoran.
Keseimbangan pendapatan nasional akan dicapai pada keadaan dimana (1) Penawaran
agregat sama dengan pengeluaran agregat, dan (2) Suntikan sama dengan bocoran.
1. Penawaran dan Pengeluaran Agregat dalam Perekonomian
• Dalam perekonomian terbuka barang dan jasa yang diperjual belikan di
dalam negeri terdiri dari dua golongan barang: (i) yang diproduksi di
dalam negeri dan meliputi pendapatan nasional (Y), dan (ii) yang
diimpor dari luar negeri (M). Dengan demikian dalam perekonomian
terbuka penawaran agregat atau AS terdiri dari pendapatan nasional
(Y) dan impor (M).

AS = Y + M

• Pengeluaran Agregat (AE) meliputi lima komponen berikut:


1.) Pengeluaran konsumsi rumah tangga atas barang-barang yang
dihasilkan di dalam negeri (Cdn)
2.) Investasi perusahaan untuk menambah kapasitas sektor perusahaan
menghasilkan barang dan jasa (I)
3.) Pengeluaran pemerintah atas barang dan jasa yang diperoleh di
dalam negeri (G)

(Bagian 11 / 2307511128 / Kayla Cipta Nanda)

4) Ekspor yaitu pembelian negara lain atas barang buatan perusahaan-


perusahaan di dalam negeri (X)
5) Barang impor yaitu barang yang dibeli dari luar negeri (M)

AE = Cdn + I + G + X + M
7
▪ Pengeluaran atas barang impor;

C = Cdn + M

▪ Persamaan AE dapat disederhanakan menjadi;

AE = C + I + G + X
(C = pengeluaran atas produksi DN dan barang yang diimpor)
Dalam setiap perekonomian (dua sektor, tiga sektor, atau empat sektor)
keseimbangan pendapatan nasional di capai apabila penawaran agregat
(AS) sama dengan pengeluaran agregat (AE). Dengan demikian, dalam
perekonimian terbuka keseimbangan pendapatan nasional akan tercapai
apabila :

Y +M = C + I + G +X

Atau

Y = C + I + G + (X – M)
• Suntikan dan bocoran dalam perekonomian terbuka dapat dicapai
dalam keadaan berikut;

I+G+X=S+T+M

2.6 Pengaruh Kebijakan dan Peristiwa Terhadap Perekonomian Terbuka


(Bagian 13 / 2307511130 / Ni Kadek Rahayu Purnamasari)
Kebijakan moneter merupakan suatu usaha pemerintah dalam mengendalikan
keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Kebijakan moneter pada dasarnya adalah suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, dan
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eskternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro yaitu menjaga stabilitas ekonomi
yang dapat diukur

8
Dengan kesempatan kerja, kestabilan harga, serta neraca pembayaran internasional
yang seimbang. Kebijakan moneter yang diambil Bank Sentral/ Bank Indonesia (BI) tidak
bisa secara langsung mempengaruhi kegiatan ekonomi tapi memerlukan waktu (time lag)
dan melalui suatu mekanisme transmisi tertentu yang dikenal dengan nama “Channels of
Monetary Transmission”.
Kebijakan moneter mempengaruhi kegiatan ekonomi riil melalui berbagai saluran
(channel), di antaranya suku bunga, agregat moneter, kredit, nilai tukar, harga aset, dan
ekspektasi. Oleh karena itu, identifikasi transmisi kebijakan moneter merupakan hal yang
penting bagi pengambil kebijakan moneter dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Salah satu peristiwa yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ialah krisis
ekonomi. Krisis ekonomi merupakan perwujudan terjadinya risiko nilai mata uang atau
currency risk khususnya nilai dollar US terhadap rupiah dari kewajiban valuta asing dalam
arti kata lain hutang luar negeri swasta yang harus dibayar dalam bentuk mata uang asing
dengan jumlah yang sangat besar melebihi pasokan mata uang asing sehingga mendorong
meningkatnya nilai tukar dollar terhadap rupiah. Risiko valuta asing berdampak pada
timbulnya risiko likuiditas yang menimbulkan risiko suku bunga akan berdampak pada
krisis perbankkan.
Kebijakan pemerintah di bidang moneter telah dikeluarkan dalam rangka
mengantisipasi dampak krisis keuangan pada sektor perbankan, yaitu dengan menetapkan
kebijakan cadangan wajib minimum (giro wajib minimum) untuk menambah kepercayaan
diri bank terhadap kondisi likuiditas perbankan yang melemah akibat krisis keuangan.
Manajemen pengkreditan akan dapat dilakukan dengan baik jika didasarkan perhitungan
yang matang dan terpadu dari pendapatan, keamanan, dan giro wajib minimalnya.

(Bagian 17 / 2307511134 / Putu Ayudyah Pradnyandari)


Sesuai dengan kondisi perekonomian Indonesia yang kegiatannya bertumpu pada aset
keuangan kredit perbankkan, maka pemerintah perlu melaksanakan kebijakan moneter
melalui pengelolaan atau pengaturan simtem kredit perbankkan secara dinamis, sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi struktur potensi ekonomi masyarakat daerah (resource
base) yang akan digerakkan. Kebijakan moneter ditetapkan oleh Bank Indonesia agar
tujuan antara intermediate target berupa penentuan indikator ekonomi dapat tercapai
sehingga dengan itu tujuan pembangunan ekonomi dapat diwujudkan.

9
Salah satu instrumen kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh BI adalah kebijakan BI
Rate. Pemberlakuan BI Rate memiliki tujuan untuk mengontrol inflasi. Pemberlakuan BI
Rate akan disesuaikan dengan kondisi perekonomian secara umum. Apabila harga-harga

melonjak tinggi, BI akan memperketat peredaran uang. Sebab banyaknya uang yang
beredar di masyarakat akan diikuti naikknya inflasi. Lembaga perbankan pun lebih suka
menyimpan uangnya di BI daripada meminjamkannya ke nasabah.Diharapkan dengan
sedikitnya uang yang beredar di masyarakat, inflasi perlahan-lahan akan turun. Jika sudah
begitu, kondisi finansial secara umum akan menjadi stabil. Dan Bank Indonesia (BI) bisa
menurunkan BI Rate, perekonomian 4 pun dengan sendirinya bertumbuh. Shock yang
terjadi pada kebijakan moneter (dalam hal ini kebijakan BI Rate), melalui channels of
monetary transmission, akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di mana tujuan
akhirnya adalah inflasi yaitu tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Tingkat inflasi, yang
merupakan tujuan akhir dari kebijakan moneter, sepanjang tahun 2018 tetap terkendali di
sekitar angka 4,5 persen.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perekonomian terbuka adalah perekonomian yang melibatkan diri dalam perdagangan
internasional (ekspor dan impor) barang dan jasa serta modal dengan negara-negara lain.
Pada sistem ekonomi yang terbuka, terdapat kemungkinan dari produsen untuk melakukan
kegiatan ekspor barang dan produk dagangan dengan tujuan pasar-pasar di negara lain atau
sebaliknya melakukan kegiatan impor atas bahan mentah dan bahan penolong serta mesin
atau barang jadi dari luar negara. Menurut kami, dapat dinilai bahwa kegiatan ekspor dan
impor sekarang ini justru memiliki peranan penting dalam perekonomian antar negara
yang salah satu penyebabnya mungkin karena perbedaan sumber daya dan perbedaan
kepentingan antar negara yang satu dengan negara yang lainnya.
Dengan adanya kegiatan ekspor serta impor juga dapat membantu negara untuk
membangkitkan ekonominya melalui kerja sama yang terjalin tersebut. Di Indonesia
sendiri, terdapat berbagai jenis kerja sama perdagangan internasional yang terjadi yang
secara lengkap dapat kamu pelajari melalui buku Kerjasama Perdagangan Internasional.

11
DAFTAR PUSTAKA

Suseno, Simorangkir Iskandar. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar. Diakses pada 18 September
2023 melalui.
https://lib.ibs.ac.id/materi/BI%20Corner/Terbitan%20BI/Seri%20Kebanksentralan/12.
%20Sistem%20dan%20Nilai%20kebijakan%20Nilai%20Tukar.pdf
Bab 6 Keseimbangan Perekonomian Terbuka. Diakses pada 18 September 2023.
http://eprints.binadarma.ac.id/6904/1/Bab%206.pdf
Putri, Ayuna Erika. Analisis Shocks Kebijakan Moneter Dalam Perekonomian Terbuka Di
Indonesia Tahun 1998-2017.
https://eprints.ums.ac.id/71244/12/NASKAH%20PUBLIKASI-92.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai