Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TEORI EKONOMI MAKRO

“JUMLAH UANG BEREDAR”

Dosen Pengampu : M. Fikry Hadi SE, M.Si

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9 :

1. MARIANA FERWANTI.S / 210302056


2. DWI ANUGRAH / 210302047
3. ZIKRY ARYANDI / 210302031
4. RAJAH RAHMAN MALIK PADANG / 190302037

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya bagi Allah SWT, yang atas rahmatnya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang bertema “Jumlah Uang
Beredar”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan
dalam mata kuliah Teori Ekonomi Makro.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
menyempurnakan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar – besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada M. Fikry Hadi SE. M. Si selaku
dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Penulis

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

1.1 Latar Belakang...............................................................................................


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................
1.3 Tujuan dan Manfaat.......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

2.1 Definisi / Landasan Teori...............................................................................


2.1.1 Pengertian jumlah uang beredar.........................................................
2.1.2 Jenis-jenis uang beredar.....................................................................
2.1.3 Mekanisme penciptaan uang..............................................................
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar..............................
2.1.5 Perhitungan jumlah uang beredar.......................................................
2.2 Ulasan atau pembahasan Materi.....................................................................
2.2.1 Pajak untuk menutup deficit...............................................................
2.2.2 Pungutan untuk menutup deficit........................................................
2.2.3 Diskriminasi harga untuk menutup deficit.........................................
2.2.4 Peraturan pemerintah untuk menutupi deficit....................................
2.2.5 Penentuan harga barang public..........................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................

3.1 Kesimpulan....................................................................................................
3.2 Kelebihan dan kekurangan.............................................................................
3.3 Saran...............................................................................................................
3.4 Pertanyaan......................................................................................................
3.5 Jawaban pertanyaan.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

LAMPIRAN..............................................................................................................
BAB I
PENDA HULUAN
1.1 Latar Belakang
Uang adalah alat untuk memenuhi kebutuhan manusia. uang memiliki
peranan strategis dalam perekonomian terutama karena fungsi utamanya sebagai
media untuk berinteraksi, sehingga pada awalnya sering diartikan bahwa uang
adalah sesuatu yang dapat diterima umum sebagai alat pembayaran. namun
sejalan dengan perkembangan perekonomian, fungsi uang yang semula hanya
sebagai alat pembayaran berkembang menjadi alat satuan hitung dan sebagai alat
penyimpan kekayaan.
Jumlah uang beredar teramat penting karena peranannya sebagai alat
transaksi penggerak perekonomian. Besar kecilnya jumlah uang beredar akan
mempengaruhi daya beli riil masyarakat dan juga tersedianya komoditi kebutuhan
masyarakat. Jumlah uang beredar yang ada di tangan masyarakat harus
berkembang secara wajar. Hal ini tentunya akan memberikan pengaruh positif
terhadap perekonomian, namun perkembangan yang terlalu meningkat tajam akan
dapat memicu inflasi yang tentunya memberikan pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan perekonomian suatu negara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi/landasan teori dari jumlah uang beredar?
2. Apa maksud pajak dan pungutan untuk menutup deficit?
3. Apa diskriminasi harga untuk menutup deficit?
4. Apa peraturan pemerintah untuk menutup deficit dan penentuan harga
barang public?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui Definisi/landasan teori dari jumlah uang beredar
2. Mengetahui pajak dan pungutan untuk menutup deficit
3. Mengetahui diskriminasi harga untuk menutup deficit
4. Mengetahui peraturan pemerintah umtuk menutup deficit dan penentu
harga barang publik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi/landasan teori
2.1.1 Pengertian jumlah uang beredar
Money supply atau jumlah uang beredar adalah seluruh persediaan uang
dalam suatu perekonomian. Jumlah uang beredar dapat mencakup uang tunai,
koin, dan saldo dalam rekening giro dan tabungan. Uang beredar adalah semua
mata uang dan instrumen likuid lainnya dalam perekonomian suatu negara.
Jumlah uang beredar secara kasar mencakup uang tunai dan deposito yang dapat
digunakan hampir semudah uang tunai. dalam arti sempit, jumlah uang beredar
adalah uang yang telah diedarkan oleh bank sentral ditambah dengan uang giral
yang dimiliki perorangan, perusahaan, dan pemerintah. Sedangkan dalam arti
luas, jumlah ang beredar dala jumlah yang meliputi :
 Uang kartal, yaitu uang kertas dan logam, atau mata uang dalam peredaran
 Uang giral, yaitu cek dan giro
 Uang kuasi yang terdiri dari deposito berjangka, tabungan serta valuta
asing milik swasta.
Pemerintah mengeluarkan mata uang kertas dan koin melalui beberapa
kombinasi dari bank sentral dan perbendaharaan mereka. Regulator bank
mempengaruhi jumlah uang beredar yang tersedia untuk umum melalui
persyaratan yang ditempatkan pada bank untuk menyimpan cadangan, bagaimana
memberikan kredit, dan masalah uang lainnya.
Para ekonom menganalisis jumlah uang beredar serta mengembangkan
kebijakan yang berputar di sekitarnya melalui pengendalian suku bunga dan
menambah atau mengurangi jumlah uang yang mengalir dalam
perekonomian. Analisis sektor publik dan swasta turut dilakukan karena adanya
kemungkinan dampak jumlah uang beredar pada tingkat harga, inflasi, dan siklus
bisnis. Di Amerika Serikat, kebijakan Federal Reserve adalah faktor penentu
terpenting dalam jumlah uang beredar.
Jumlah uang beredar juga dikenal sebagai persediaan uang. Sementara
berdasarkan Bank Indonesia, uang beredar adalah kewajiban sistem moneter
(Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat/BPR) terhadap sektor
swasta domestik (tidak termasuk pemerintah pusat dan bukan penduduk).
Peningkatan pasokan uang biasanya menurunkan suku bunga yang menghasilkan
lebih banyak investasi dan menempatkan lebih banyak uang di tangan konsumen,
sehingga merangsang pengeluaran. Bisnis merespons dengan memesan lebih
banyak bahan baku dan meningkatkan produksi. Meningkatnya aktivitas bisnis
meningkatkan permintaan tenaga kerja. Hal sebaliknya dapat terjadi jika jumlah
uang beredar turun atau ketika tingkat pertumbuhannya menurun. Perubahan
jumlah uang beredar telah lama dianggap sebagai faktor kunci dalam mendorong
kinerja makroekonomi dan siklus bisnis.
Secara historis, mengukur jumlah uang beredar telah menunjukkan bahwa
ada hubungan dengan inflasi dan tingkat harga. Namun, sejak tahun 2000,
hubungan ini menjadi tidak stabil, mengurangi keandalannya sebagai panduan
kebijakan moneter. Meskipun ukuran jumlah uang beredar masih banyak
digunakan, mereka adalah salah satu dari beragam data ekonomi yang
dikumpulkan dan ditinjau oleh para ekonom dan Federal Reserve. Dalam ilmu
ekonomi, jumlah uang beredar mengacu pada semua uang tunai dan mata uang
yang beredar di suatu negara. Jumlah uang beredar suatu negara memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap profil makroekonomi suatu negara, terutama
dalam kaitannya dengan suku bunga, inflasi, dan siklus bisnis.
2.1.2 jenis-jenis uang beredar
1. uang beredar dalam arti sempit (M1)
M1 didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sector
swasta domestic yang terdiri dari uang kartal dan uang giral. Uang kartal
terdiri dari uang kertas dan uang logam yang beredar dan berlaku di
masyarakat. Pada awalnya uang kartal diterbitkan oleh pemimpin repblik
Indonesia. Namun sehaj dikeluarkannya UU no.13 tahun 1968 pasal 26 ayat
(1), hak pemerintah untuk menceta uang tersebut. pemerintah kemudian
menetapkan bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berhak
menciptakan uang kartal.
Sementara itu uang giral adalah merupakan simpanan milik sector
swasta domestic di bank pencipta uang giral (BPUG) yang setiap saat dapat
ditarik untuk ditukarkan dengan uang kartal. Uang giral terdiri dari : rekening
giro, kiriman uang (transfer) yang belum diambil, deposito berjangka yang
sudah jatuh tempo dalam rupiah yang semuanya dimiliki penduduk serta
disimpan dalam system moneter.
M1 = uang kartal + uang giral
2. uang beredar dalam arti luas (M2)
M2 didefinisikan sebagai kewajiban moneter terhadap sector swasta
yang terdiri dari uang kartal (C), uang giral (D) dan uang kuasi (T) dengan
kata lain
M2 = M1 + uang kuasi (T)
Uraian diatas dapat dikatakan bahwa jumlah uang beredar mencakup semua
mata uang logam yang beredar dimasyarakat diluar peti simpanan (kas)
lembaga-lembaga keuangan dan pemerintah dan rekening giro pada lembaga
deposit (bank umum) yang dimiliki perorangan dan perusahaan. Secara teoris
dan empiris ada beberapa factor yng mempengaruhi jumlah uang beredar,
salah satu diantaranya adalah peran yang dimainkan oleh bank sentral, karena
lembaga ini yang bertanggung jawab atas perilaku jumlah uang beredar dalam
jangka panjang. Factor lain yang sangat berpengaruh terhadap perilaku uang
beredar adalah uang primer dan pengganda uang.
2.1.3 Mekanisme penciptaan uang
Ada tiga pelaku utama terhadap proses penciptaan uang:
1. Otoritas Moneter
2. Bank Umum
3. Masyarakat atau sektor swasta domestik
Ketiga pelaku tersebut saling bersinergi sehingga Deman dan Suplay
berada pada keseimbangan yang diinginkan dimana Otoritas moneter sebagai
pencetak uang kartal, Bank umum sebagai pencipta Uang giral dan kuasi, Sektor
swasta domestik sebagai pengguna daripada uang yang di ciptakan otoritas
moneter dan bank umum. Otoritas moneter dalam hal ini disebut dengan Bank
sentral sebagai lembaga independen mengatur peredaran uang yang dicetaknya,
hanya pada bank sentral uang kartal di ciptakan yang nantinya uang tersebut
didistribusikan ke Bank umum dalam bentuk uang kartal, oleh bank umum di
ubah lagi bentuk unag kartal tersebut menajdi uang giral yang berbentuk tabungan
giro dan saving deposit, uang tersebut yang nantinya akan di salurkan ke sektor
sawasta domestik. Dari bentuk-bentuk uang ini lah yang disebut dengan uang inti
atau uang primer, dengan kata lain, uang primer adalah uang kartal yang dipegang
bank umum dan masyarakat umum ditambahkan dengan saldo rekening giro milik
bank umum dan masyarakat di Bank Indonesia. Jika dilihat dari neraca otoritas
moneter dapat dilihat bahwa sisi pasiva adalah jumlah uanga primer yang beredar
dan sebelah aktiva adalah faktor-faktor yang mempengarui uang beredar.
Penciptaan Uang oleh bank umum hanya dalam bentuk uang giral dan kuasi,
karena uang kartal hanya diciptakan oleh bank sentral itu sendiri.
2.1.4 faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar
Menurut Darsono (2020), jumlah uang yang beredar dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. kebijakan moneter
Kebijakan bank sentral untuk mengatur jumlah uang yang beredar dan hak
tunggal dalam mencetak uang akan mempengaruhi jumlah uang beredar di
pasaran.
2. Pendapatan masyarakat
Semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka semakin banyak pula uang
yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas ekonomi, sehingga akan
menambah jumlah uang yang beredar.
3. Tingkat suku bunga bank
Hubungn jumlah yang beredar dengan suku bungaadalah sebagai berikut.
Jika suku bunga tinggi, maka masyarakat cenderung akan menabung,
sehingga peredaran uang akan berkurang, begitu pula sebaliknya.
4. Harga barang
Jika harga barang tinggi, maka jumlah uang yang dibutuhkan bertambah,
sehingga uang yang beredar pun akan bertambah.
2.1.5 perhitung jumlah uang beredar
Ada dua pendekatan (approach) yang digunakan untuk menghitung jumlah
uang beredar, yakni: (1) yakni Pendekatan transaksi (transactional approach) dan
(2) Pendekatan likuiditas (liquidty approach).
1. Pendekatan transaksi (transactional approach).
Pendekatan transaksional (transactional approach). Pendekatan ini
memandang bahwa jumlah uang beredar yang dihitung adalah jumlah uang yang
dibutuhkan untuk keperluan transaksi. Pendekatan ini menghitung jumlah uang
beredar dalam arti sempit (narrow money) atau M1. Di Indonesia yang tercakup
dalam M1 adalah uang kartal dan uang giral, dengan komponen sebagai berikut :

 Uang kartal terdiri atas uang kertas dan uang logam, tidak termasuk uang
kas pada kantor perbendaharaan dan kas negara (KPKN) dan bank umum.
 Uang Giral terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka,
dan tabungan dalam rupiah yangsudah jatuh  tempo yang seluruhnya
merupakan simpanan penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

2. Pendekatan Likuiditas (liquidity approach)


Sesuai pendekatan ini, jumlah uang beredar didefinisikan sebagai jumlah uang
untuk kebutuhan transaksi ditambah uang kuasi (quasy money). Hal ini dilandari
pertimbangan bahwa sekalipun uang kuasi merupakan aset finansial yang kurang
likuid dibanding uang kertas, uang logam  dan uang rekening giro, tetapi sangat
mudah diubah menjadi uang yang dapat digunakan untuk keperluan transaksi.
Dalam prakteknya, pendekatan ini menghitung jumlah uang bererdar dalam arti 
luas (broad money) yang dikenal dengan M2 yang terdiri dari M1 ditambah uang
kuasi (di Indonesia uang kuasi adalah deposito berjangka). Perkembangan M2
adalah jauh lebih cepat dari pertambahan M1 karena pertambahan tingkat
kemajuan perekonomian. Meningkatnya M2 secara langsung maupun tidak
langsung mengindikasikan bahwa perekonomian masyarakat menjadi meningkat.
Sebab peningkatan deposito berjangka mengandung pengertian bahwa tingkat
penghasilan masyarakat sudah lebih besar dari tingkat konsumsi. Keputusan
seseorang menyimpan dananya di bank dalam bentuk deposito merupakan
keputusan investasi yang didorong oleh tingkat bunga yang diberikan.
2.2 Ulasan atau pembahasan teori
2.2.1 pajak untuk menutup deficit
Jumlah defisit anggaran yang layak dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD). Perdebatan ini terjadi karena jumlah defisit erat kaitannya dengan
pembiayaan yang harus diambil pemerintah. Defisit terjadi apabila pendapatan
negara lebih kecil dari belanja yang akan dieksekusi. Suatu negara menetapkan
defisit karena ada manfaat lebih besar yang bisa diperoleh dari anggaran belanja,
misalnya untuk menunjang pembangunan, sementara pendapatan negara tidak
mencukupi kebutuhan.
Sokongan dana tentu tidak bisa kita dapatkan sendiri. Oleh karena itu,
pemerintah terpaksa harus menggunakan utang untuk menjaga asa ekonomi
di masyarakat, baik lewat pengadaan barang, modal, atau pun transfer sumber
daya lainnya. Ini juga merupakan salah satu upaya pemerintah yang tetap
mengharapkan agar pendapatan negara dari pajak bisa terus meningkat.
Pemerintah meyakini bahwa jika aktivitas ekonomi terus didukung, maka
Wajib Pajak akan melaksanakan kewajiban mereka dengan patuh dan taat. Ke
depannya, terlihat, bahwa Indonesia akan sulit keluar dari pelebaran defisit
walau pun masih ada harapan lewat penerimaan negara dari pajak. Hal ini
sulit dikarenakan ada beberpaa faktor eksternal yang harus dilewati dan tentu
sangat berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi masyrakat Indonesia.
Pertama, harga minyak dan batubara yang belum kunjung memberikan
tren positif yang signifikan. Kedua komoditas ini, selain memberikan peranan
besar untuk pendapatan negara bukan pajak, komoditas ini juga merupakan
komoditas berbagai perusahaan besar yang merupakan Wajib Pajak Besar.
Jadi, jika komoditas-komoditas ini belum menunjuukkan tren positif akan
sulit bagi pemerintah untuk menaruh harapan penerimaan dari sektor ini.
Kedua, adanya dugaan bahwa ekonomi global akan mengalami resesi
dan juga pelemahan yang cukup masif. Ini tentu ditenggarai oleh banyak hal,
seperti perang dagang RRT dan Amerika, stabilitas politik di berbagai
belahan dunia, dan faktor-faktor krusial lainnya. Tentu saja, dalam konteks
ini, Indonesia tidak bisa banyak bergerak, apalagi dengan harapan bahwa
langkah yang kita ambil akan signfikan terhadap iklim ekonomi nasional.
Terakhir, pemerintah bisa saja lebih “keras” terhadap Wajib Pajak.
Intensifikasi pajak lewat meneliti ulang terkait laporan pajak dari para wajib
pajak tentu meruapakan salah satu cara untuk meningkatakan penerimaan
negara dari pajak yang akan mengurangi defisit anggaran. Namun, jika
pemerintah mengambil langkah ini, kemungkinan besar para wajib pajak
akan mengurangi ekspansi dan menjadikan iklim ekonomi semakin stagnan.
Pengenaan pajak menimbulkan masalah. Apabila dikenakan pajak
lump-sum akan menimbulkan efek pendapatan saja. Selanjutnya apabila
dilakukan dengan pengenaan pajak pendapatan maka akan menyebabkan
terjadinya efek subtitusi dan pendapatan sehingga merubah perilaku
konsumen ini menyebabkan pajak pendapatan dikatakan tidak efesien. Selain
itu pajak pendapatan juga menyebabkan ketidak adilan, karena orang yang
biasanya tidak menggunakan jasa public akan terkena pajak yang sama
dengan orang yang menggunakan jasa pajak.
2.2.2 pungutan untuk menutup deficit
Lebih adil apabila deficit perusahaan-perusahaan Negara ditutup dengan
pungutan bagi orang yang menikmati jasa perusahaan-perusahaan Negara tersebut
. masalahnya, apabila jumlah pungutan terlalu tinggi karena dimaksudkan
menutup biaya produksi maka output yang di produksikan akan menjadi terlalu
sedikit dan harga menjadi lebih tinggi dari pada harga pada tingkat output yang
efesien, yaitu pada MC=AR.
Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan Negara yang bersangkutan dapat
mempergunkan kebijaksanaan harga yang kurang menimbulkan inefesiensi
dibandingkan dengan sistem harga dimana harga barang perunit sama dengan
biaya perunit (TR=TC). Salah satu cara pengenaan harga suatu barang adalah
dengan sistem dua harga. Pada sistem harga ini setiap konsumen harus membayar
pungutan atas setiap unit barang yang dikonsumsikan . selain itu mereka juga
harus membayar tambahan-tambahan pungutan atau pembayaran dalam jumlah
yang sama untk setiap konsumen. Tambahan pungutan tersebt menumbulkan efek
substitusi antara pilihan menjadi langganan (konsumen) perusahaan tersebut atau
tidak, tetapi tidak menimbulkan efek substitusi antara tingkat penggunaan atau
jumlah penggunaan jasa perusahaan tersebut. apabila deficit perusahaan negara
tersebut kecil sedangkan konsumennya banyak maka pungutan tambahan (uang
langganan) akan menjadi sedikit sehingga masalah efesiensi dapat diatasi karena
jumlah pungutan tambahann tidak akan menyebabkan konsumen mengurangi
permintaan akan jasa/barang perusahaan Negara yang dimaksud.
2.2.3 Diskriminasi harga untuk menutup deficit
Sistem pungutan diatas berbeda dengan diskriminasi harga. Sistem
diskriminasi harga adalah pengenaan harga yang berbeda antara jumlah barang
yang berbeda, seorang konsumen diharuskan membayar harga sebesar OH2 untuk
unit terakhir barang yang dibeli sedangkan untuk jumlah barang sebelumnya
(lebih kecil dari jumlah terakhir) ia harus membayar jumlah yang lebih besar
sehingga perusahaan tersebut dapat mengambil surplus konsumen.

Bila perusahaan Negara bertujuan mencapai efisiensi maksimum pada


saat harga setinggi OH1 dan output sebesar OX1. Pada saat output sebesar X3
konsumen bersedia membeli barang sebesar AX3 per unit. Perusahaan
menetapkan harga sebesar biaya rata-rata maka harga sebesar CX3 dan surplus
konsumen AC untuk produksi sebesar OX3 surplus konsumen pada aera DAI.
Bila perusahaan dapat melakukan diskriminasi maka keuntungan perusahaan pada
area DBE-BFG.
Pada perusahaan yang menghasilkan barang lebih dari satu untuk
menutup deficit dapat mengenakan harga yang lebih tinggi pada permintaan
inelasis.
Gambar 3 tsb diatas dapat menjelaskan adanya dua jenis barang dengan

elastisitas yang berbeda permintaan air minum (DM) sifatnya lebih elastis dari
pada industry batik (DB) apabila harga air sebesar OC surplus konsumen batik
sebesar ABC dan air minum sebesar ACI sehingga semakin elastis permintaan
semakin besar surplus konsumennya. Pada harga OE surplus batik AEF dan
surplus air minumnya sebesar AEG sehingga produsen dapat mengurangi surplus
air minum sebesar CDGE dan batik CEFB dan pengurangan surplus industry batik
lebih kecil dari pada air minum sehingga masyarakat lebih diuntungkan.
2.2.4 peraturan pemerintah untuk menutupi deficit
Untuk menambal lubang defisit tersebut, pemerintah akan
menutupnya dengan melakukan penarikan utang yang terukur, melalui
penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) hingga pinjaman baik multilateral
maupun bilateral. Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal
Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Deni Ridwan
mengatakan, pembiayaan anggaran dilakukan melalui dua sumber utama,
yaitu penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan pinjaman. kebijakan
SBN masih akan mengandalkan penerbitan SBN denominasi rupiah untuk
tenor jangka menengah panjang. Hal ini untuk memitigasi adanya risiko
refinancing dengan proporsi 80-85 persen.
2.2.5 penentuan harga barang public
Penentuan harga barang public oleh pemerintah sangat tergantung dari
tujuannya. Ada 3 alasan mengapa pembebanan tarif pelayanan publik Charging
For Service kepada konsumen dapat dibenarkan, yaitu:
1. Adanya barang privat dan barang public
2. Efisiensi ekonomi;
3. Prinsip keuntungan.
Dalam menetapkan harga pelayanan publik, ada 2 metode yang dapat
digunakan. Metode tersebut adalah Full cost recovery dan Marginal cost pricing.
Full cost recovery menyatakan bahwa beban (charge) dihitung sebesar total biaya
untuk menyediakan pelayanan tersebut. Namun, untuk menghitung biaya
total Charging For Service tersebut terdapat beberapa kesulitan.
Pertama, tidak diketahui secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk
menyediakan suatu pelayanan. Kedua, sangat sulit mengukur jumlah yang
dikonsumsi. Ketiga, pembebanan Charging For Service tidak memperhitungkan
kemampuan masyarakat untuk membayar. Keempat, biaya Charging For
Service yang harus diperhitungkan, apakah hanya biaya operasi langsung (current
operation cost), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital cost). Itu
sebabnya ahli ekonomi umumnya menganjurkan untuk menggunakan marginal
cost pricing.
Marginal cost pricing artinya tarif yang dipungut sama dengan biaya
untuk melayani konsumen ditambah margin yang diharapkan. Harga tersebut
adalah harga yang juga berlaku dalam pasar persaingan untuk pelayanan tersebut.
Marginal cost pricing ini mengacu pada harga pasar yang paling efisien karena
pada tingkat harga tersebut (ceteris paribus) akan memaksimalkan manfaat
ekonomi dan penggunaan sumber daya yang terbaik. Masyarakat akan
memperoleh peningkatan output dari barang atau jasa sampai titik di mana
marginal cost sama dengan harga.
Jika menggunakan metode Marginal cost pricing, paling tidak ada 4 hal
yang harus diperhitungkan:
1. Biaya operasi variabel (variable operating cost).
2. Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yg digunakan
untuk memberikan pelayanan.
3. Biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalam penyediaan
pelayanan.
4. Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan
permintaan.
Selain metode di atas, ada beberapa alternatif dalam menentukan harga
barang publik, yaitu: Two-part tariffs, Peakload tariffs, Diskriminasi harga, dan
Pertimbangan Distribusional.
 Two-part tariffs: fixed charge untuk menutupi biaya overhead dan variabel
charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi.
 Peakload tariffs: pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi.
 Diskriminasi harga: salah satu cara untuk mengakomodasikan
pertimbangan keadilan (equity) melalui kebijakan penetapan harga.
 Pertimbangan Distribusional: Penetapan biaya Charging For
Service tergantung pada pemakai fasilitas dan sumber penggunaan
pendapatan untuk menutupi defisit.
Dan yang terpenting, berapa pun harga Charging For Service yang
dibebankan kepada masyarakat, harus merujuk standar yang dibuat oleh
organisasi sektor publik yang menekankan konsep Value for money.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Uang beredar adalah keseluruhan jumlah uang yang dikeluarkan secara
resmi baik oleh bank sentral berupa uang kartal, maupun uang giral dan uang
kuasi (tabungan, valas, deposito). Bahwa jumlah uang beredar mencakup semua
mata uang kertas dan mata uang logam yang beredar dimasyarakat diluar peti
simpanan (kas) lembaga-lembaga keuangan dan pemerintah dan rekening giro
pada lembaga deposit (bank umum ) yang dimiliki perorangan dan perusahaan.
Mekanisme Penciptaan Uang meliputi tiga pelaku utama terhadap proses
penciptaan uang, yaitu ,Otoritas Moneter, Bank Umum dan Masyarakat atau
sektor swasta domestik. Ada dua pendekatan (approach) yang digunakan untuk
menghitung jumlah uang beredar, yakni: (1) yakni Pendekatan transaksi
(transactional approach) dan (2) Pendekatan likuiditas (liquidty approach).
Dapat disimpulkan bahwa Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah
uang beredar antar lain: Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan otoritas
moneter, pendapatan masyarakat, suku bunga dan factor-faktor lain yang
mencerminkan kekutan struktur dan perkembangan ekonomi suatu Negara.
3.2 Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dalam makalah ini adalah :

1. Dalam makalah ini rumusan masalah dijelaskan secara rinci dan runtut
mengenai teori ekonom makro jumlah uang beredar
2. Pembahan pada makalah ini dibuat secara singkat dan padat
3. Bahasa yang digunakan dalam makalah ini adalah bahasa Indonesia
baku dan dikemas dengan penjelasan yang sederhana
4. Penulisan makalah ini dibuat secara sistematis

Kelemahan dalam makalah ini adalah :

1. Beberapa sub bab dalam makalah ini hanya dijelaskan secara garis
besar saja
3.3. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya Makalah yang
lebih baik di masa mendatang. Terima kasih.
3.4. Pertanyaan
1. Bagaimana suatu perusahaan dikatakan deficit?
2. Bagaimana upaya pemerintah untuk menutup deficit anggaran?
3. Mengapa pemerintah menutup deficit anggaran dengan membuat utang?
4. Apa yang dilakukan perusahaan apabila mengalami deficit anggaran?
3.5. Jawaban
1. Deficit terjadi bila jumlah pendapatan lebih kecil dari pada jumlah
belanja.
2. Dalam upaya untuk menutup deficit anggaran yang terjadi setiap
tahunnya, pemerintah mengupayakan pembiayaan melalui 2 (dua)
opsi yaitu opsi non utang dan utang.
3. Alasan utama mengapa Negara berutang yakni untuk mengejar
ketertinggalan infrastruktur, lalu kedua utang diperuntukkan guna
mendorong pertumbuhan ekonomi.
4. Cara mengatasi anggaran deficit adalah:
 Meneruskan kegiatan meskipun penerimaan lebih kecil
dari pengeluaran
 Memikirkan cara penanggulangannya pada tahun
berikutnya.
 Merancang pola anggaran yang baru untuk tahun
berikutnya.
 Kemungkinan untuk pinjaman.
 Menggunakan dana yang diperuntukkan tahun berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cornia Lyman, 2021. Jumlah uang beredar: pengertian dan cara
menghitungnya Dari: https://pintu.co.id/blog/jumlah-uang-beredar-
pengertin-dan-cara-menghitungnya. Diakses: 14 Desember 2022.
Fajria Anindya Utami, 2022. Apa itu uang beredar Dari:
https://wartaekonomi.co.id/read386737/apa-itu-uang-beredar.
Diakses: 14 Desember 2022.
Nasir, M., 2014. Ekonomi moneter dan kebansentralan. Jakarta. Mitra
Wacana Media.
Nopirin, 2000. Ekonomi monete Buku 1 Edisi ke-4. Yogyakarta. BPFE
m4hasiswakupu2, 2013. Apa itu uang beredar Dari:
http://m4hasiswakupu2.blogspot.co.id/2013/06/jumlah-uang-yang-
beredar.html. Diakses: 14 Desember 2022.
Sonya Novelita, 2013. Uang bank dan penciptaan uang Dari:
http://sonyanovelisa.blogspot.co.id/2012/03/uang-bank-dan-
penciptaan-uang-makalah.html Diakses: 14 Desember 2022.
Qodi Triadi, 2013. Pengertian penciptaan dan peranannya dalam
perekonomian. Dari:
https://qonitriadi.wordpress.com/2013/03/22/uang-pengertian-
penciptaan-dan-perananya-dalam-perekonomian/ Diakses: 14
Desember 2022.
Agus Joko Pramono, 2021. Mencari formulasi deficit anggaran Dari:
https://wartapemeriksa.bpk.go.id/?p=23656 Diakses: 17 Desember
2022.
Ferio, 2019. Deficit anggaran, factor pemicu, dan solusi Dari:
https://www.pajakku.com/read/5df83084387af773a9e012f6/Defisit-
Anggaran-Faktor-Pemicu-dan-Solusinya Diakses: 17 Desember 2022.
Nindya Purnamasari, 2011. Harga barang publik Dari:
https://www.slideshare.net/nindyapurnamasari/harga-barang-publik-
10523235 Diakses: 17 Desember 2022.
Poedjihermawan, 2015. Penentu harga barang publik Dari:
https://poedjihermawan6.wordpress.com/2015/06/15/penentuan-harga-
barang-publik/ Diakses: 17 Desember 2022.
Astrid Mega A, 2016. Penentu harga pelayanan publik Dari:
https://poedjihermawan6.wordpress.com/2015/06/15/penentuan-harga-
barang-publik/ Diakses: 17 Desember 2022.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai