Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENGANTAR EKONOMI MAKRO

Pengeluaran Konsumsi dan Investasi

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Syahrial Shaddiq S.T., M.Eng., M.M., IPP.

Disusun Oleh:
Novia Al Saudah 2210313120018
Alya Safira 2210313220073
Risma Sofya Rahmaningsih 2210313320014
Sopia Adila Putri 2210313320020
Najla Chantika 2210313320036

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberi petunjuk dan Ridho-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
kami selesaikan dengan baik. Tak lupa pula kami menyampaikan terima kasih kepada
Bapak Dr. Ir. Syahrial Shaddiq, M.Eng., M.M. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengantar Ekonomi Makro.
Makalah “Pengeluaran Konsumsi dan Investasi” ini kami susun berdasarkan
pengetahuan yang kami peroleh dari buku dengan harapan orang yang membaca dapat
memahami tentang isi makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk masukan berupa saran maupun
kritikdari pembaca agarpenyusunan makalah selanjutnyadapat lebih baik.

Banjarmasin, 14 Maret 2024

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2
2.1 Konsumsi .................................................................................................................... 2
2.1.1 Konsumen yang Sangat Berpikir Panjang ......................................................... 2
2.1.2 Suatu Contoh ......................................................................................................... 3
2.1.3 Menuju Deskripsi yang Lebih Realistis .............................................................. 4
2.1.4 Menyatukan Semuanya: Pendapatan Saat Ini, Ekspektasi, dan Konsumsi .... 6
2.2 Investasi ...................................................................................................................... 7
2.2.1 Investasi dan Ekspektasi Laba............................................................................. 8
2.2.2 Kasus Khusus yang Sesuai ................................................................................. 10
2.2.3 Laba Saat Ini Versus yang Diharapkan ............................................................ 11
2.2.4 Laba dan Penjualan ............................................................................................ 13
2.3 Volatilitas Konsumsi dan Investasi ........................................................................ 15
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 18
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsumsi dan investasi merupakan dua komponen utama pengeluaran agregat
dalam ekonomi makro. Kedua faktor ini memainkan peran penting dalam menentukan
tingkat pertumbuhan ekonomi, stabilitas ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.
Konsumsi, yang merupakan pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi
kebutuhan hidup, merupakan komponen terbesar dalam pengeluaran agregat,
menyumbang sekitar 60% dari PDB Indonesia. Faktor-faktor seperti pendapatan,
tingkat suku bunga, harga barang dan jasa, dan ekspektasi konsumen, memainkan peran
penting dalam menentukan tingkat konsumsi.
Di sisi lain, investasi, yang merupakan pengeluaran untuk menambah stok
modal seperti mesin dan peralatan, bangunan dan infrastruktur, penting untuk
meningkatkan kapasitas produksi dan mendorong pertumbuhan ekonomi di masa
depan. Tingkat suku bunga, ekspektasi keuntungan, dan kondisi ekonomi makro,
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi.
Makalah ini akan membahas tentang pengeluaran konsumsi dan investasi
dengan tujuan pembaca dapat memahami konsep konsumsi dan investasi dalam dengan
baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Konsumsi?
2. Apa itu Investasi?
3. Apa itu Volatilitas Konsumsi dan Investasi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Konsumsi.
2. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Investasi.
3. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Volatilitas Konsumsi dan Investasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsumsi
Bagaimana seseorang memutuskan seberapa banyak yang banyak konsumsi dan
seberapa banyak yang akan la tabung? Kita berasumsi bahwa konsumsi hanya
bergantung pada pendapatan saat ini. Akan tetapi, bahkan pada saat itu, jelas bahwa
konsumsi bergantung pada beberapa hal lain, terutama pada ekspektasi mengenai masa
depan. Sekarang kita akan membahas bagaimana ekspektasi tersebut mempengaruhi
keputusan konsumsi.
Teori konsumsi modern, yang mendasari bagian ini, dikembangkan secara
independen pada tahun 1950-an oleh Milton Friedman dari University of Chicago, yang
menyebutnya sebagai teori konsumsi pendapatan permanen (permanent income
theory of consumption), dan oleh Franco Modigliani dari MIT, yang menyebutnya teori
konsumsi siklus hidup (life cycle theory of consumption). Masing-masing memilih
sebutan teorinya dengan hati-hati. "Pendapatan permanen" Friedman menekankan
bahwa konsumen dapat melihat melampaui pendapatan saat ini. "Siklus hidup"
Modigliani menekankan bahwa horizon atau rentang waktu perencanaan alami
konsumen adalah seumur hidupnya.
Perilaku konsumsi agregat telah menjadi bidang penelitian yang sangat diminati
sejak saat itu karena dua alasan: Alasan pertama adalah besarnya tingkat konsumsi
sebagai salah satu komponen GDP, sehingga kita perlu memahami pergerakan
konsumsi. Alasan lain adalah meningkatnya ketersediaan survei penting terhadap
konsumen individual, seperti Panel Study of Income Dynamics (PSID), yang
dideskripsikan di kotak Fokus, "Mengenal Lebih Dekat: Pembelajaran dari Rangkaian
Data Panel." Survei tersebut, yang belum tersedia ketika Friedman dan Modigliani
mengembangkan teorinya, memungkinkan para ekonom untuk secara bertahap
mengembangkan pemahamannya mengenai bagaimana sebenarnya konsumen
berperilaku. Bagian ini merangkum apa yang kita ketahui saat ini.
2.1.1 Konsumen yang Sangat Berpikir Panjang
Mari kita mulai dengan asumsi yang jelas jelas akan dan sepatutnya-sangat
mengejutkan Anda, tetapi akan berperan sebagai tolok ukur yang dapat diandalkan. Kita
akan menyebutnya sebagai teori konsumen yang sangat berpikir panjang, Bagaimana
konsumen yang sangat berpikir panjang memutuskan berapa banyak konsumsinya? la
dapat memutuskannya melalui dua langkah.

• Pertama, ia akan menjumlahkan nilai saham dan obligasi miliknya, nilai tabungan
dan giro, nilai rumah yang ia miliki dikurangi hipotek yang masih berlaku, dan
seterusnya. Hal ini akan memberikannya ide mengenai kekayaan finansial
(financial wealth) dan kekayaan rumah (tempat tinggal) (housing wealth) yang
dimilikinya.

2
la juga akan mengestimasi berapa pendapatan tenaga kerja setelah pajak yang
mungkin diterima selama umur kerjanya, dan menghitung nilai sekarang dari
pendapatan tenaga kerja setelah pajak yang diharapkan. Hal ini akan
memberikannya estimasi apa yang para ekonom sebut sebagai kekayaan manusia
(human wealth)–untuk menandingkannya dengan kekayaan non-manusia
(nonhuman wealth), yang didefinisikan sebagai jumlah kekayaan finansial dan
kekayaan rumah.
• Dengan menambahkan kekayaan manusia dan kekayaan non-manusia, ia dapat
mengestimasi total kekayaan (total wealth), la kemudian akan memutuskan
berapa banyak yang akan dibelanjakan dari total kekayaannya. Asumsi yang masuk
akal adalah bahwa ia akan memutuskan untuk menghabiskan sebagian dari total
kekayaannya sedemikian rupa sehingga mempertahankan tingkat konsumsi yang
kurang lebih sama setiap tahun selama hidupnya. Jika tingkat konsumsi lebih tinggi
dari pendapatannya saat ini, ia kemudian akan meminjam kekurangannya. Jika
tingkat konsumsi lebih rendah dari pendapatannya saat ini, ia akan
menabung kelebihannya.
Mari kita tulis hal tersebut secara formal. Apa yang kita deskripsikan adalah
keputusan konsumsi dalam bentuk

𝐶𝑡 = 𝐶(𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛𝑡 )

dimana 𝐶𝑡 adalah konsumsi pada waktu t, dan (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛𝑡 ) adalah jumlah
kekayaan non-manusia (kekayaan finansial ditambah kekayaan rumah) dan kekayaan
manusia pada waktu t (nilai sekarang yang diharapkan pada waktu t, dari pendapatan
tenaga kerja setelah pajak saat ini dan di masa depan).
Deskripsi tersebut berisikan banyak kebenaran: Seperti konsumen yang berpikir
panjang, kita jelas berpikir mengenai kekayaan kita dan pendapatan tenaga kerja masa
depan yang diharapkan dalam memutuskan seberapa banyak konsumsi kita hari ini.
Akan tetapi, seseorang tidak dapat berpikir bahwa hal tersebut mengasumsikan terlalu
banyak perhitungan dan pikiran atas bagian konsumen umum.
Untuk lebih memahami apa yang diimplikasikan oleh deskripsi tersebut dan apa
yang salah dengannya, mari kita terapkan proses pengambilan keputusan pada masalah
yang dihadapi oleh mahasiswa A.S. pada umumnya.
2.1.2 Suatu Contoh
Mari kita asumsikan bahwa Anda berusia 19 tahun, dengan masa kuliah tiga
tahun lagi sebelum mendapatkan pekerjaan pertama Anda. Anda mungkin memiliki
utang hari ini karena harus meminjam agar dapat kuliah. Anda mungkin memiliki
sebuah mobil dan segelintir aset lainnya. Untuk penyederhanaan, mari kita asumsikan
bahwa utang dan kepemilikan aset Anda kurang lebih meng-offset satu sama lain
sehingga kekayaan non-manusia Anda sama dengan nol. Karena itu, satu-satunya
kekayaan Anda adalah kekayaan manusia Anda, yaitu nilai sekarang dari pendapatan
tenaga kerja setelah pajak yang diharapkan.

3
Anda mengharapkan akan mendapatkan gaji tahunan sekitar $40.000 (dalam
dolar tahun 2011) dalam waktu tiga tahun dan naik rata-rata 3% per tahun dalam bentuk
ril, hingga Anda pensiun uusia 60. Sekitar 25% dari penghasilan Anda akan masuk ke
pajak.
Mari hitung nilai sekarang dari pendapatan tenaga kerja anda sebagai nilai rill
pendapatan tenaga kerja setelah pajak yang diharapkan, yang didiskontokan dengan
suku bunga riil. Misalkan 𝑌𝐿𝑡 melambangkan pendapatan tenaga kerja riil di tahun t, 𝑇𝑡
𝑒
melambangkan pajak rill di tahun t, 𝑉(𝑌𝐿𝑡 − 𝑇𝑡𝑒 ) melambangkan kekayaan manusia;
itu berarti, nilai sekarang yang diharapkan dari pendapatan tenaga kerja setelah pajak
Anda–yang diharapkan pada tahun t.
Untuk menyedarhanakan perhitungan ini, asumsikan suku bunga ril sama
dengan tahun nol–sehingga nilai sekarang yang diharapkan adalah jumlah pendapatan
tenaga kerja yang diharapkan selama umur kerja Anda dan karena itu menghasilkan
𝑒
𝑉(𝑌𝐿𝑡 − 𝑇𝑡𝑒 ) = ($40.000)(0,75)[1 + (1,03) + (1,03)2 + . . . +(1,03)38 ]
Suku pertama ($40.000) adalah tingkat awal pendapatan tenaga kerja Anda,
dalam dolar tahun 2000.
Suku kedua (0,75) berasal dari fakta bahwa, karena pajak, Anda hanya
menyimpan 75% dari apa yang Anda hasilkan.

Suku ketiga [1 + (1,03) + (1,03)2 + . . . +(1,03)38 ] merefleksikan fakta bahwa


Anda mengharapkan pendapatan riil Anda meningkat sebesar 3% per tahun selama 39
tahun (Anda akan mulai memperoleh pendapatan di usia 22 dan bekerja hingga usia 60
tahun). Dengan menggunakan deret geometri untuk menyelesaikan penjumlahan angka
yang ada dalam tanda kurung diperoleh
𝑒
𝑉(𝑌𝐿𝑡 − 𝑇𝑡𝑒 ) = ($40.000)(0,75)(72,2) = $2.166.000

Kekayaan Anda saat ini, yaitu nilai yang diharapkan dari pendapatan tenaga
kerja setelah pajak Anda seumur hidup, adalah sekitar $2 juta. Seberapa banyak yang
harus Anda konsumsi? Anda dapat berharap untuk hidup sekitar 16 tahun setelah Anda
pensiun, sehingga Anda mengharapkan sisa umur Anda hari ini adalah 58 tahun. Jika
Anda ingin jumlah konsumsi yang sama setiap tahunnya, tingkat konsumsi konstan
yang mampu Anda keluarkan sama dengan total kekayaan dibagi dengan ekspektasi
sisa umur Anda, atau $2.166.000/58 = $37.344 per tahun. Misalkan penghasilan Anda
hingga Anda memperoleh pekerjaan pertama sama dengan nol, hal tersebut
menyiratkan bahwa Anda akan harus meminjam $37.344 per tahun selama tiga tahun
berikutnya, dan mulai menabung ketika Anda memperoleh pekerjaan pertama Anda.
2.1.3 Menuju Deskripsi yang Lebih Realistis
Mungkin reaksi pertama Anda terhadap perhitungan tersebut adalah kaku dan
sediki sinis untuk meringkas prospek hidup Anda. Anda sendiri mungkin lebih setuju
dengan rencana pensiun.

4
Reaksi kedua Anda mungkin walaupun Anda setuju dengan sebagian besar
komponen yang masuk ke dalam perhitungan. Anda jelas tidak bermaksud unnuk
meminjam $37.344 x 3 = $112.032 selama tiga tahun ke depan. Sebagai contoh:
1. Anda mungkin tidak ingin merencanakan konsumsi yang konstan selama umur
hidup Anda. Sebaliknya, Anda mungkin merasa cukup bahagia untuk menunda
konsumsi yang lebih tinggi hingga nanti. Kehidupan mahasiswa umumnya tidak
meluangkan banyak waktu untuk aktivitas berbiaya mahal. Anda mungkin ingin
menunda perjalanan ke Kepulauan Galapagos hingga suatu saat nanti. Anda juga
harus memikirkan beban tambahan yang akan datang karena memiliki anak
memasukkannya ke taman bermain, perkemahan, kuliah, dan sebagainya.
2. Anda mungkin menemukan bahwa jumlah perhitungan dan pandangan masa depan
yang terlibat dalam perhitungan yang baru saja kita bahas jauh melebihi jumlah
yang Anda putuskan untuk digunakan. Anda mungkin hingga saat ini tidak pemah
berpikir mengenai berapa tepatnya penghasilan yang akan Anda peroleh dan untuk
berapa tahun. Anda mungkin merasa bahwa sebagian besar keputu konsumsi dibuat
dengan cara yang lebih sederhana dan kurang berwawasan ke depan.
3. Perhitungan total kekayaan didasarkan pada peramalan atas apa yang diharapkan
akan terjadi. Akan tetapi, sesuatu ternyata dapat menjadi lebih baik atau lebih
buruk. Apa yang terjadi jika Anda tidak beruntung dan Anda menganggur atau
sakit? Bagaimana Anda akan mengembalikan uang yang telah Anda pinjam? Anda
mungkin ingin bersikap hati-hati, dengan memastikan bahwa Anda dapat bertahan
bahkan dalam situasi terburuk sehingga memutuskan untuk meminjam uang
kurang dari $112.032.
4. Meskipun Anda memutuskan untuk meminjam $112.032, Anda mungkin sulit
menemukan bank yang bersedia meminjamkannya kepada Anda. Mengapa? Pihak
bank mungkin khawatir dengan komitmen Anda yang tidak akan dapat Anda
penuhi jika sesuatu berjalan tidak sesuai rencana dan khawatir Anda tidak mampu
atau bersedia melunasi pinjaman tersebut.
Alasan-alasan tersebut, semuanya baik, menunjukkan bahwa untuk memahami
perilaku aktual konsumen, kita harus mengubah deskripsi yang kita berikan
sebelumnya. Tiga alasan terakhir terutama menunjukkan bahwa konsumsi tidak hanya
bergantung pada total kekayaan, tetapi juga pada pendapatan saat ini.
Perhatikan alasan kedua: Anda mungkin, karena merupakan aturan yang
sederhana, memutuskan untuk membiarkan jumlah konsumsi Anda mengikuti
pendapatan Anda dan tidak memikirkan berapa kekayaan Anda. Pada kasus tersebut,
konsumsi Anda akan bergantung pada pendapatan Anda saat ini, bukan pada kekayaan
Anda.
Sekarang perhatikan alasan ketiga: Poin tersebut menyiratkan bahwa mungkin
aturan yang aman adalah konsumsi Anda tidak melebihi pendapatan Anda saat ini.
Dengan demikian, Anda tidak memiliki risiko mengakumulasi utang yang tidak dapat
Anda lunasi jika hal yang buruk terjadi.

5
Atau perhatikan alasan keempat: Ini menyiratkan bahwa Anda memiliki sedikit
pilihan. Meskipun Anda ingin mengkonsumsi lebih banyak dari penghasilan Anda saat
ini, Anda tidak akan dapat melakukannya karena tidak ada bank yang akan memberikan
Anda pinjaman.
Jika kita ingin membiarkan pengaruh langsung dari pendapatan saat ini terhadap
konsumsi, ukuran penghasilan saat ini apa yang harus kita gunakan? Ukuran yang
paling sesuai adalah pendapatan tenaga kerja setelah pajak, yang telah kami
perkenalkan ketika mendefinisikan kekayaan manusia. Hal tersebut membentuk fungsi
konsumsi

𝐶𝑡 = 𝐶(𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛𝑡 , 𝑌𝐿𝑡 − 𝑇𝑡 )

Dalam kata-kata: Konsumsi adalah fungsi yang meningkat dari total kekayaan
dan juga fungsi yang meningkat dari pendapatan tenaga kerja setelah pajak saat ini.
Total kekayaan adalah jumlah kekayaan non-manusia kekayaan finansial ditambah
kekayaan rumah dan kekayaan manusia-nilai sekarang dari pendapatan tenaga kerja
setelah pajak yang diharapkan.
Seberapa besar konsumsi bergantung pada total kekayaan (dan karenanya pada
penghasilan masa mendatang yang diharapkan) dan seberapa besar konsumsi
bergantung pada penghasilan saat ini? Buktinya adalah bahwa sebagian besar
konsumen melihat ke depan, berdasarkan semangat teori yang dikembangkan oleh
Modigliani dan Friedman. Akan tetapi, beberapa konsumen, terutama yang sementara
ini memiliki pendapatan rendah dan akses yang buruk ke kredit, cenderung
mengkonsumsi sesuai dengan pendapatannya saat ini, terlepas dari apa yang mereka
harapkan akan terjadi dengannya di masa mendatang. Seorang pekerja yang menjadi
pengangguran dan tidak tingkat konsumsinya, meskipun ia cukup yakin akan segera
mendapatkan pekerjaan lain. Konsumen yang lebih kaya dan memiliki akses yang lebih
mudah ke kredit cenderung lebih memikirkan ekspektasi di masa mendatang dan
berusaha mempertahankan konsumsi yang kurang lebih konstan sepanjang waktu.
2.1.4 Menyatukan Semuanya: Pendapatan Saat Ini, Ekspektasi, dan Konsumsi
Mari kita kembali ke hal yang memotivasi bab ini pentingnya penentuan
pengeluaran. Pertama perhatikan bahwa, dengan perilaku konsumsi yang
dideskripsikan di persamaan 𝐶𝑡 = 𝐶(𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛𝑡 , 𝑌𝐿𝑡 − 𝑇𝑡 ), ekspektasi
mempengaruhi konsumsi dalam dua cara:

• Ekspektasi mempengaruhi konsumsi secara langsung melalui kekayaan manusia:


Untuk menghitung kekayaan manusia, konsumen harus membentuk ekspektasinya
sendiri mengenal pendapatan tenaga kerja di masa mendatang, suku bunga rill dan
pajak.
• Ekspektasi secara tidak langsung mempengaruhi konsumsi, melalui kekayaan non-
manusia-saham, obligasi, dan perumahan. Konsumen tidak perlu melakukan
perhitungan apapun di sini dan cukup mengambil nilai aset seperti yang tertera.
Seperti Anda bahas di Bab 15, perhitungan sebenarnya dilakukan oleh partisipan

6
pasar keuangan: Sebagai contoh, harga saham dengan sendirinya bergantung pada
dividen dan suku bunga masa depan yang diharapkan.
Dependensi konsumsi terhadap ekspektasi ini memiliki dua implikasi utama bagi
hubungan antara konsumsi dan pendapatan:

• Konsumsi mungkin merespons dalam proporsi yang lebih kecil terhadap fluktuasi
pendapatan saat ini. Ketika memutuskan berapa banyak yang akan dikonsumsi,
seorang konsumen tidak hanya melihat pendapatannya saat ini. Jika ia
menyimpulkan bahwa penurunan pendapatannya bersifat permanen, ia mungkin
akan menurunkan konsumsi sesuai dengan penurunan pendapatannya.
Akan tetapi, jika ia menyimpulkan bahwa penurunan pendapatannya saat ini
bersifat sementara, ia akan sedikit menyesuaikan konsumsinya. Dalam masa resesi,
penyesuaian konsumsi dilakukan dalam proporsi yang lebih kecil terhadap
penurunan pendapatan. Hal tersebut dikarenakan konsumen mengetahui bahwa
resesi umumnya tidak berlangsung lebih dari beberapa kuartal dan ekonomi
nantinya akan kembali ke tingkat output alami. Hal yang sama juga berlaku dalam
ekspansi. Ketika pendapatan meningkat dengan sangat pesat, peningkatan tingkat
konsumsi konsumen tidak akan sepesat peningkatan pendapatannya. Mereka
cenderung berasumsi bahwa booming tersebut bersifat sementara dan semuanya
akan kembali normal.
• Konsumsi dapat berubah meskipun pendapatan saat ini tidak berubah. Pemilihan
presiden yang karismatik dan dapat mengartikulasikan visi masa depan yang
menarik dapat membuat rakyatnya menjadi lebih optimistis mengenai masa depan
secara umum, dan mengenai pendapatan masa depannya secara khusus, yang
membuat mereka meningkatkan konsumsi meskipun pendapatannya saat ini tidak
berubah. Peristiwa lain mungkin memiliki pengaruh buruk.
2.2 Investasi
Bagaimana perusahaan mengambil keputusan investasi? Pada pembahasan
pertama, kita menganggap investasi bergantung pada suku bunga saat ini dan tingkat
penjualan saat ini. Lalu, kita memperbaiki jawaban tersebut dengan menunjukkan
bahwa hal yang penting adalah suku bunga riil, bukan suku bunga nominal. Sekarang
sudah jelas bahwa keputusan investasi, sama seperti keputusan konsumsi, bergantung
pada lebih dari sekadar penjualan saat ini dan suku bunga riil saat ini. Keputusan
investasi juga sangat bergantung pada ekspektasi masa mendatang. Sekarang kita akan
membahas bagaimana ekspektasi tersebut mempengaruhi keputusan investasi.
Sama seperti teori dasar konsumsi, teori dasar investasi juga bersifat langsung.
Suatu perusahaan yang memutuskan apakah akan berinvestasi-misalkan, apakah harus
membeli mesin baru-harus membuat perbandingan yang sederhana. Pertama
perusahaan harus menghitung nilai sekarang dari laba yang dapat diharapkan jika
membeli mesin tambahan. Perusahaan kemudian harus membandingkan nilai sekarang
laba dengan biaya pembelian mesin itu. Jika nilai sekarang melebihi biaya, perusahaan
harus membeli mesin tersebut berinvestasi; jika nilai sekarang lebih kecil dari biaya,

7
perusahaan tidak boleh membeli mesin tersebut tidak berinvestasi. Ini, secara singkat,
adalah teori investasi. Mari kita bahas secara lebih mendalam.
2.2.1 Investasi dan Ekspektasi Laba
Mari kita pelajari langkah yang harus diambil perusahaan untuk menentukan apakah
akan membeli mesin baru atau tidak. (Meskipun kita merujuk pada sebuah mesin, hal
yang sama dapat diterapkan pada komponen investasi lainnya-bangunan pabrik baru,
renovasi kompleks kantor, dan sebagainya.)
Penyusutan
Untuk menghitung nilai sekarang dari laba yang diharapkan, pertama perusahaan harus
mengestimasi berapa lama mesin akan bertahan. Sebagian besar mesin serupa dengan
mobil. Mesin itu dapat bertahan hampir selamanya; tetapi dengan berlalunya biaya
pemeliharaannya menjadi semakin mahal dan semakin kurang dapat diandalkan.

Asumsikan sebuah mesin yang kehilangan daya gunanya pada kecepatan 𝛿


(huruf kecil Yunani untuk delta) per tahun. Sebuah mesin baru tahun ini hanya bernilai
(1 − 𝛿) mesin tahun depan, (1 − 𝛿) 2 mesin dalam waktu dua tahun, dan seterusnya.
Tingkat penyusutan, d, mengukur berapa daya guna mesin yang hilang dari tahun ke
tahun berikutnya. Berapakah nilai yang masuk akal untuk 𝛿? Ini adalah pertanyaan
yang harus dijawab oleh ahli statistik yang bertanggung jawab mengukur stok modal
A.S. Berdasarkan studinya tentang penyusutan mesin dan bangunan tertentu, mereka
menggunakan angka antara 4% dan 15% untuk mesin, serta antara 2% dan 4% untuk
bangunan dan pabrik.
Nilai Sekarang dari Laba yang Diharapkan
Perusahaan harus menghitung nilai sekarang dari laba yang diharapkan.
Untuk memahami fakta bahwa diperlukan beberapa waktu untuk membeli
mesin (dan bahkan lebih banyak waktu untuk membangun pabrik atau bangunan
kantor), mari kita asumsikan bahwa mesin yang dibeli di tahun telah dapat
dioperasikan-dan mulai disusutkan satu tahun kemudian di tahun t + 1. Lambangkan
laba per mesin dalam bentuk riil dengan Π.

Jika perusahaan membeli mesin di tahun t, mesin tersebut akan menghasilkan


laba pertamanya di tahun t + 1; lambangkan laba yang diharapkan tersebut dengan
𝑒
Π1+𝑡 . Nilai sekarang, di tahun t, dari laba yang diharapkan di tahun t + 1 adalah

8
1
Π𝑒
1 + 𝑟𝑡 1+𝑡
Suku tersebut direpresentasikan oleh tanda panah yang menunjuk ke arah kiri
di bagian atas gambar. Karena kita mengukur laba dalam bentuk riil, kita menggunakan
suku bunga rill untuk mendiskontokan laba di masa mendatang.
𝑒
Lambangkan laba yang diharapkan per mesin di tahun t + 2 dengan Π1+𝑡 .
Karena penyusutan, hanya (1 − 𝛿) mesin yang tersisa di tahun t + 2 sehingga laba yang
𝑒
diharapkan dari mesin tersebut sama dengan (1 − 𝛿)Π1+𝑡 . Nilai sekarang dari laba
yang diharapkan pada tahun t sama dengan
1 𝑒
𝑒 (1 − 𝛿)Π1+𝑡
(1 + 𝑟𝑡 )(1 + 𝑟𝑡+1 )

Perhitungan tersebut direpresentasikan oleh tanda panah yang menunjuk ke arah


kiri di bagian bawah gambar.
Alasan yang sama dapat diterapkan pada laba yang diharapkan di tahun
berikutnya. Menempatkan kedua hal itu akan memberikan kita nilai sekarang dari laba
yang diharapkan atas pembelian mesin di tahun t, yang akan kita sebut 𝑉(Π𝑡𝑒 ):
1 𝑒 1 𝑒
𝑉(Π𝑡𝑒 ) = 1+𝑟 Π1+𝑡 + (1+𝑟 )(1+𝑟 𝑒 (1 − 𝛿)Π1+𝑡 +…
𝑡 𝑡 𝑡+1 )

Nilai sekarang yang diharapkan sama dengan nilai laba yang diharapkan tahun
berikutnya yang didiskontokan, ditambah nilai laba yang diharapkan dua tahun dari
sekarang yang didiskontokan (pada akun penyusutan mesin), dan seterusnya.
Keputusan Investasi
Perusahaan kemudian harus memutuskan apakah akan membeli mesin tersebut au
tidak. Keputusan tersebut bergantung pada hubungan antara nilai sekarang dari laba
yang diharapkan dan harga mesin. Untuk menyederhanakan notasi, mari kita asumsikan
harga ril mesin–yaitu harga mesin dalam bentuk sekelompok barang yang diproduksi
dalam ekonomi-sama dengan 1. Apa yang kemudian harus dilakukan perusahaan adalah
membandingkan nilai sekarang laba dengan 1.
Jika nilai sekarang lebih kecil dari 1, perusahaan tidak boleh membeli mesin :
Jika membelinya, perusahaan akan membayar lebih mahal untuk mesin tersebut
ketimbang laba yang diharapkan dapat diperoleh kembali. Jika nilai sekarang melebihi
1, perusahaan memiliki insentif untuk membeli mesin baru. Mari kita beralih dari
contoh satu perusahaan satu mesin ke investasi dalam ekonomi secara keseluruhan.

Misalkan 𝐼𝑡 melambangkan investasi agregat.


Lambangkan laba per mesin atau secara lebih umum laba per unit modal (
dimana modal termasuk mesin, pabrik, bangunan kantor dan sebagainya) untuk ekonom
lebih umum, laba per unit secara keseluruhan dengan Π𝑡 .

9
Lambangkan nilai sekarang yang diharapkan dari laba per unit modal dengan
𝑉(Π𝑡𝑒 ). Dengan demikian, fungsi investasi akan berbentuk

𝐼𝑡 = 𝐼[𝑉(Π𝑡𝑒 )]
Dalam kata-kata: Investasi bergantung secara positif pada nilai sekarang dari
laba yang diharapkan di masa mendatang (per unit modal). Semakin tinggi laba yang
diharapkan, semakin tinggi nilai sekarang yang diharapkan dan semakin tinggi tingkat
investasi. Semakin tinggi suku bunga riil yang diharapkan, semakin rendah nilai
sekarang yang diharapkan, dan semakin rendah pula tingkat investasi.
Jika perhitungan nilai sekarang yang harus dilakukan perusahaan cukup serupa
dengan perhitungan nilai sekarang yang kita bahas di Bab 15 untuk nilai fundamental -
saham, Anda benar. Hubungan tersebut diteliti pertama kali oleh James Tobin dari Yale
University, yang berpendapat bahwa, karena alasan ini, memang ada hubungan yang
erat antara investasi dan nilai pasar saham. Argumen dan buktinya disajikan pada kotak
Fokus "Investasi dan Pasar Saham."
2.2.2 Kasus Khusus yang Sesuai
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai implikasi dan ekstensi dari persamaan
𝐼𝑡 = 𝐼[𝑉(Π𝑡𝑒 )], ada baiknya jika kita terlebih dahulu membahas kasus khusus di mana
hubungan antara investasi, laba, dan suku bunga menjadi sangat sederhana.
Misalkan perusahaan mengharapkan laba di masa mendatang (per unit modal)
dan suku bunga di masa mendatang tetap berada pada tingkat yang sama seperti hari ini
sehingga
𝑒 𝑒
Π1+𝑡 = Π𝑡+2 = … = Π𝑡

dan
𝑒 𝑒
𝑟𝑡+1 = 𝑟𝑡+2 = … = 𝑟𝑡

Para ekonom menyebut ekspektasi semacam itu–ekspektasi bahwa masa


mendatang akan sama seperti masa kini–sebagai ekspektasi statis (static
expectations). Menurut kedua asumsi tersebut persamaan 𝑉(Π𝑡𝑒 ) =
1 𝑒 1 𝑒
Π1+𝑡 (1 − 𝛿)Π1+𝑡 + … akan menjadi
1+𝑟𝑡 (1+𝑟 )(1+𝑟 𝑒
𝑡 𝑡+1 )

Π𝑡
𝑉(Π𝑡𝑒 ) =
𝑟𝑡 + 𝛿
Nilai sekarang laba yang diharapkan hanyalah berupa rasio tingkat laba–yaitu
laba per unit modal–terhadap jumlah suku bunga rill dan tingkat penyusutan.
Π
Mengganti persamaan 𝑉(Π𝑡𝑒 ) = 𝑟 +𝛿
𝑡
dengan persamaan 𝐼𝑡 = 𝐼[𝑉(Π𝑡𝑒 )] adalah
𝑡

Π𝑡
𝐼𝑡 = 𝐼( )
𝑟𝑡 + 𝛿

10
Investasi adalah fungsi dari rasio tingkat laba terhadap jumlah suku bunga dan
tingkat penyusutan.
Jumlah suku bunga rill dan tingkat penyusutan disebut biaya pengguna (user
cost) atau biaya sewa (rental cost) modal. Untuk melihat alasannya, misalkan
perusahaan, alih-alih membeli mesin, menyewanya dari agen penyewaan. Berapa biaya
yang harus dibebankan agen penyewaan kepada perusahaan per tahunnya? Meskipun
mesin tidak disusutkan, agen penyewaan harus meminta beban bunga yang sama
dengan 𝑟𝑡 dikali harga mesin (kita mengasumsikan harga mesin sama dengan 1 dalam
bentuk rill, sehingga 𝑟𝑡 dikalikan 1 adalah 𝑟𝑡 ): Agen penyewaan harus memperoleh
paling tidak sama banyaknya dari membeli dan kemudian menyewakan mesin tersebut
seperti yang diperoleh, katakana dari membeli obligasi. Selain itu, agen penyewaan
juga harus membebankan penyusutan, 𝛿, dikalikan harga mesin 1. Karena itu:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑤𝑎 = (𝑟𝑡 + 𝛿)


Walaupun umumnya perusahaan tidak menyewakan mesin yang digunakan,
(𝑟𝑡 + 𝛿) masih mencakup biaya implisit–terkadang disebut biaya bayangan (shadow
cost)–perusahaan karena menggunakan mesin selama satu tahun.

Π 𝑡
Fungsi investasi pada persamaan 𝐼𝑡 = 𝐼(𝑟 +𝛿 ) secara sederhana
𝑡
diinterpretasikan: Investasi bergantung pada rasio laba terhadap biaya pengguna.
Semakin tinggi laba, semakin tinggi investasi. Semakin tinggi biaya pengguna, semakin
rendah tingkat investasi.

Hubungan antara laba, suku bunga rill, dan investasi ini bergantung pada asumsi
yang kuat: bahwa masa depan diharapkan sama seperti masa kini. Ini merupakan
hubungan yang bermanfaat untuk diingat–dan hubungan yang diingat para ahli
makroekonomi di benaknya. Akan tetapi, sudah waktunya untuk meninggalkan asumsi
tersebut dan kembali ke peran ekspektasi dalam menentukan keputusan investasi.
2.2.3 Laba Saat Ini Versus yang Diharapkan

Teori yang telah kita kembangkan menyiratkan bahwa investasi harus


berwawasan ke depan dan haru bergantung terutama pada laba masa mendatang yang
diharapkan.

11
Akan tetapi, salah satu fakta empiris mengenai investasi adalah seberapa kuat investasi
dapat bergerak dengan fluktuasi laba saat ini.
Hubungan tersebut ditunjukkan pada gambar di atas, yang memplot perubahan
investasi dan laba tahunan sejak tahun 1960 pada perekonomian A.S. Laba dibentuk
sebagai rasio jumlah laba setelah pajak ditambah pembayaran bunga oleh perusahaan
nonkeuangan A.S, dibagi dengan stok modal. Investasi dibentuk sebagai rasio investasi
oleh perusahaan nonkeuangan A.S. terhadap modal sahamnya. Wilayah gambar yang
diarsir menunjukkan tahun-tahun terjadinya resesi-penurunan output setidaknya dua
kuartal berturut-turut dari tahun tersebut.
Terdapat hubungan yang positif antara perubahan investasi dan perubahan laba
saat ini pada gambar di atas. Apakah hubungan tersebut tidak konsisten dengan teori
yang baru saja kita kembangkan, yang menyatakan bahwa investasi harus berhubungan
dengan nilai sekarang laba masa mendatang yang diharapkan alih-alih dengan laba saat
ini? Tidak selalu: Jika perusahaan mengharapkan laba di masa mendatang bergerak
sama dengan laba saat ini, maka nilai sekarang laba di masa mendatang akan bergerak
sama seperti laba saat ini, dan demikian pula dengan investasi.
Akan tetapi, para ekonom yang membedah pertanyaan tersebut secara lebih
mendalam menyimpulkan bahwa pengaruh laba saat ini terhadap investasi lebih kuat
ketimbang yang diprediksi oleh teori yang baru saja kita kembangkan sejauh ini.
Bagaimana mereka mengumpulkan sejumlah bukti dideskripsikan di kotak Fokus
"Profitabilitas versus Arus Kas." Di sisi lain, beberapa perusahaan dengan proyek
investasi yang sangat menguntungkan tetapi memiliki laba saat ini yang rendah akibat
berinvestasi terlalu sedikit. Di sisi lain, beberapa perusahaan yang memiliki laba saat
ini yang tinggi sesekali berinvestasi dalam proyek dengan profitabilitas yang
meragukan. Singkatnya, laba saat ini tampaknya mempengaruhi investasi, bahkan
setelah mengendalikan nilai sekarang laba yang diharapkan.
Mengapa laba saat ini berperan dalam keputusan investasi? Jawabannya tersaji
di bagian awal, di mana kita membahas mengapa konsumsi secara langsung bergantung
pada pendapatan saat ini; beberapa alasan yang kita gunakan untuk menjelaskan
perilaku konsumen juga dapat diterapkan pada perusahaan:
12
• Jika laba saat ini rendah, perusahaan yang ingin membeli mesin baru dapat
memperoleh dana yang diperlukan dengan meminjam. Perusahaan mungkin
enggan untuk meminjam: Meskipun laba yang diharapkan mungkin menjanjikan,
beberapa hal dapat berubah menjadi buruk sehingga perusahaan tidak mampu
melunasi utangnya. Akan tetapi, jika laba saat ini tinggi, perusahaan mungkin
mampu menbiayai investasinya hanya dengan menyisihkan sebagian labanya tanpa
harus meminjam. Intinya adalah laba saat ini yang tinggi dapat membuat
perusahaan berinvestasi lebih banyak.
• Meskipun ingin berinvestasi, perusahaan mungkin sulit untuk meminjam. Calon
Pemberi pinjaman mungkin tidak merasa yakin bahwa proyek tersebut sebaik apa
yang dikatakan oleh perusahaan, dan mungkin merasa khawatir perusahaan tidak
mampu membayar kembali pinjamannya. Jika memiliki laba saat ini yang pemberi
pinjaman. Perusahaan dapat terus beroperasi dan berinvestasi sesuai keinginannya.
Singkatnya: untuk menyesuaikan perilaku investasi yang kita amati dalam
praktik, persamaan investasi lebih baik dirinci sebagai

𝐼𝑡 = 𝐼[𝑉(Π𝑡𝑒 ), Π𝑡 ]

Dalam kata-kata: Investasi bergantung baik pada nilai sekarang laba di masa
mendatang yang diharapkan maupun pada tingkat laba saat ini.
2.2.4 Laba dan Penjualan
Mari kita bahas kembali saham. Kita telah menyatakan bahwa investasi bergantung
baik pada laba saat ini maupun yang diharapkan atau, secara lebih spesifik, laba per
unit modal saat ini dan yang diharapkan. Kita perlu menempuh satu langkah terakhir:
Apa yang menentukan laba per unit modal? Jawaban: Khususnya dua faktor: (1) tingkat
penjualan, dan (2) stok modal yang ada. Jika tingkat penjualan relatif rendah terhadap
stok modal, laba per unit modal mungkin juga rendah.
Mari kita tulis hal ini secara lebih formal. Abaikan perbedaan antara penjualan
dan output, serta misalkan 𝑌𝑡 melambangkan output–atau secara ekuivalen, penjualan.
Misalkan 𝐾𝑡 melambangkan stok modal pada waktu t. Pembahasan kita menunjukkan
hubungan berikut:
𝑌𝑡
Π𝑡 = Π( )
𝐾𝑡

13
Laba per unit modal merupakan fungsi yang meningkat dari rasio penjualan
terhadap stok modal. Untuk stok modal tertentu, semakin tinggi penjualan, semakin
tinggi laba per unit modal. Untuk penjualan tertentu, semakin tinggi stok modal,
semakin rendah laba per unit modal.

Seberapa baik hubungan tersebut dalam praktik? Gambar di atas memplot


perubahan tahunan laba per unit modal (yang diukur pada sumbu vertikal sebelah
kanan) dan perubahan rasio output terhadap modal (yang diukur pada sumbu vertikal
sebelah kiri) di Amerika Serikat sejak tahun 1960. Seperti pada gambar sebelumnya,
laba per unit modal didefinisikan sebagai jumlah laba setelah pajak ditambah
pembayaran bunga oleh perusahaan nonkeuangan A.S., dibagi dengan stok modalnya
yang diukur pada biaya penggantian. Rasio output terhadap modal dibentuk sebagai
rasio GDP terhadap stok modal agregat.
Gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara
perubahan laba per unit modal dan perubahan rasio output terhadap modal. Mengingat
sebagian besar perubahan tahunan rasio output terhadap modal berasal dari
pergerakan output, dan sebagian besar perubahan tahunan laba per unit modal berasal
dari pergerakan laba (modal bergerak perlahan seiring berlalunya waktu; alasannya
adalah bahwa modal berjumlah lebih besar dibandingkan dengan investasi tahunan
sehingga pergerakan investasi yang besar akan menimbulkan perubahan stok modal
yang kecil saja), kita dapat menyatakan hubungan itu sebagai berikut: Laba turun
karena resesi (wilayah yang diarsir adalah periode resesi), dan meningkat karena
ekspansi.

Mengapa hubungan antara output dan laba ini relevan di sini? Karena hal
tersebut menyiratkan hubungan antara output saat ini dan output masa mendatang
yang diharapkan, di satu sisi, dan investasi, di sisi lain: Output saat ini mempengaruhi
laba saat ini, output masa mendatang yang diharapkan mempengaruhi laba masa
mendatang yang diharapkan, serta laba saat ini dan laba masa mendatang yang

14
diharapkan mempengaruhi investasi. Sebagai contoh, antisipasi ekspansi ekonomi yang
panjang dan berkelanjutan akan membuat perusahaan mengharapkan laba yang tinggi,
saat ini dan beberapa waktu di masa mendatang. Ekspektasi tersebut pada dan yang
mengakibatkan nilai investasi yang lebih tinggi. Pengaruh output saat ini dan yang
diharapkan terhadap investasi, bersama dengan pengaruh investasi kembali terhadap
permintaan dan output, akan memainkan peran penting.
2.3 Volatilitas Konsumsi dan Investasi
Anda tentunya telah menyadari kemiripan perlakuan kita terhadap perilaku
konsumsi dan investasi:

• Apakah persepsi konsumen atas pergerakan pendapatan saat ini bersifat sementara
atau permanen akan mempengaruhi keputusan konsumsinya. Semakin berharap
peningkatan pendapatan saat ini bersifat sementara, semakin rendah peningkatan
konsumsinya.
• Dalam cara yang sama, apakah persepsi perusahaan atas pergerakan penjualan saat
ini bersifat sementara atau permanen akan mempengaruhi keputusan investasinya.
Semakin perusahaan berharap peningkatan penjualan saat ini bersifat sementara,
semakin kecil kemungkinannya akan merevisi penilaiannya terhadap nilai sekarang
laba, sehingga cenderung tidak akan membeli mesin baru atau membangun pabrik
baru. Inilah mengapa, misalnya, booming penjualan yang terjadi setiap tahun pada
periode Thanksgiving dan Natal tidak mengakibatkan booming investasi setiap
bulan Desember. Perusahaan paham bahwa booming ini bersifat sementara.
Akan tetapi, juga terdapat perbedaan penting antara keputusan konsumsi dan
keputusan investasi:

• Teori konsumsi yang kita kembangkan sebelumnya menyiratkan bahwa ketika


terjadi peningkatan pendapatan yang dipersepsikan konsumen sebagai bersifat
permanen, mereka meresponsnya paling tidak dengan peningkatan yang sama
banyaknya dalam konsumsi. Sifat permanen dari peningkatan pendapatan
menyiratkan bahwa mereka mampu meningkatkan konsumsi saat ini dan di masa
mendatang pada jumlah yang sama dengan peningkatan pendapatan.
Meningkatkan konsumsi dalam proporsi yang lebih besar akan mengharuskan
pemotongan konsumsi di kemudian hari, dan tidak ada alasan bagi konsumen untuk
merencanakan konsumsi seperti ini.
• Sekarang pertimbangkan perilaku perusahaan ketika menghadapi peningkatan
penjualan yang diyakini bersifat permanen. Nilai sekarang laba yang diharapkan
meningkat, yang menyebabkan peningkatan investasi. Akan tetapi, berlawanan
dengan konsumsi hal tersebut tidak menyiratkan bahwa peningkatan investasi
paling tidak harus sama dengan peningkatan penjualan. Alih-alih, begitu
perusahaan memutuskan bahwa peningkatan penjualan membenarkan pembelian
mesin baru atau pembangunan pabrik baru, perusahaan mungkin ingin melanjutkan
proses tersebut dengan cepat, yang menyebabkan peningkatan pengeluaran

15
investasi yang besar tetapi berumur singkat. Peningkatan pengeluaran investasi ini
mungkin melampaui peningkatan penjualan.
Di kehidupan nyata, misalkan perusahaan memiliki rasio modal terhadap
penjualan tahunannya, katakan sebesar tiga. Peningkatan penjualan sebesar $10
juta tahun ini, jika diharapkan bersifat permanen, akan mengharuskan perusahaan
menghabiskan $30 juta untuk modal tambahan jika ingin mempertahankan rasio
modal terhadap output yang sama. Jika perusahaan segera membeli modal
tambahan, peningkatan pengeluaran investasi tahun ini akan sama dengan tiga kali
peningkatan penjualan. Begitu stok modal disesuaikan, perusahaan akan kembali
ke pola investasi normal. Contoh ini bersifat ekstrem karena perusahaan tidak
mungkin menyesuaikan stok modalnya dengan segera. Akan tetapi, meskipun
menyesuaikan stok modalnya dengan lebih lambat, katakanlah selama beberapa
tahun, peningkatan investasi mungkin masih melampaui peningkatan penjualan
untuk beberapa waktu.
𝑌
Kita dapat memasukkan contoh tersebut ke persamaan Π𝑡 = Π(𝐾𝑡 ). Karena kita
𝑡
tidak membedakan antara output dan penjualan di sini, peningkatan awal penjualan
akan mengakibatkan peningkatan yang sama dalam output, Y, sehingga Y/K–rasio
output perusahaan terhadap stok modalnya yang ada juga meningkat. Ini
menghasilkan laba yang lebih tinggi, yang mengakibatkan perusahaan melakukan
lebih banyak investasi. Dengan berlalunya waktu, tingkat investasi yang lebih
tinggi menghasilkan stok modal yang lebih tinggi, K, sehingga Y/K turun kembali
ke tingkat normal. Laba per unit modal kembali menjadi normal dan demikian juga
dengan investasi. Jadi, sebagai respons terhadap peningkatan penjualan yang
permanen, investasi mungkin meningkat banyak pada mulanya dan kemudian
kembali normal setelah beberapa waktu.
Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa investasi harus lebih mudah berubah
ketimbang konsumsi. Seberapa besar? Jawabannya diberikan pada gambar di bawah,
yang memplot tingkat perubahan konsumsi dan investasi tahunan A.S. sejak tahun
1960. Wilayah yang diarsir adalah tahun-tahun di mana perekonomian A.S. sedang
dalam resesi. Agar gambar tersebut lebih mudah diinterpretasikan, kedua tingkat
perubahan diplot sebagai deviasi dari rata-rata tingkat perubahan sehingga perubahan
tersebut secara rata-rata, sama dengan nol.

16
Gambar ini menghasilkan tiga kesimpulan:

• Konsumsi dan investasi biasanya bergerak bersama: Sebagai contoh, resesi


umumnya dihubungkan dengan penurunan baik investasi maupun konsumsi.
Berdasarkan pembahasan kita, yang menekankan bahwa konsumsi dan investasi
sangat bergantung pada determinan yang sama, hal tersebut bukan merupakan hal
yang mengejutkan.
• Investasi jauh lebih mudah berubah ketimbang konsumsi. Pergerakan relatif
investasi berkisar dari -29% hingga 26%, sementara pergerakan relatif konsumsi
berkisar dari -5% hingga 3%.
• Akan tetapi, karena tingkat investasi jauh lebih kecil dari tingkat konsumsi (ingat
kembali bahwa investasi menyumbang sekitar 15% dari GDP, dibandingkan 70%
untuk konsumsi), perubahan investasi dari tahun ke tahun pada akhirnya memiliki
besaran yang sama dengan perubahan konsumsi. Dengan kata lain, kedua
komponen tersebut kurang lebih memberikan kontribusi yang sama terhadap
fluktuasi output seiring dengan berlalunya waktu.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsumsi bergantung baik pada kekayaan maupun pendapatan saat ini.
Kekayaan adalah jumlah kekayaan non-manusia (kekayaan finansial dan kekayaan
rumah) dan kekayaan manusia (nilai sekarang pendapatan tenaga kerja setelah pajak
yang diharapkan).
Respons konsumsi terhadap perubahan pendapatan bergantung pada apakah
konsumen memersepsikan perubahan tersebut bersifat sementara atau permanen.
Konsumsi cenderung merespons dalam proporsi yang lebih kecil terhadap pergerakan
pendapatan. Konsumsi dapat bergerak meskipun pendapatan saat ini tidak berubah,
Investasi bergantung baik pada laba saat ini maupun nilai sekarang laba masa
mendatang yang diharapkan. Kita dapat menganggap investasi bergantung pada rasio
laba terhadap biaya pengguna modal di mana biaya penggunaan adalah jumlah suku
bunga rill dan tingkat penyusutan.
Investasi jauh lebih mudah berubah ketimbang konsumsi. Akan tetapi, karena
investasi hanya menyumbang 15% dari GDP dan konsumsi menyumbang sekitar 70%
dari GDP, pergerakan investasi dan konsumsi kurang lebih sama pentingnya dalam
membentuk pergerakan output agregat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Blanchard, O; R. Johnson, David. (2017). Makroekonomi, edisi keenam. Jakarta: Erlangga

19

Anda mungkin juga menyukai