Anda di halaman 1dari 27

Auditing Proses Pembiayaan/Investasi: Properti, Pabrik, dan Peralatan

(Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Auditing II)

Dosen Pengampu
Drs. Wasito, M.Si., Ak.
NIP. 196001031991031001

Oleh:
Kelompok 5
Maria Lorenza A.R.S (190810301035)
Vanda Faustine P.S (190810301060)
Jessica Tabitha Nathalie (190810301066)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Audit memiliki fungsi untuk mengurangi risiko kemungkinan terjadi


assymmerty information karena laporan audit merupakan mediasi antara pengguna
laporan keuangan dengan pembuat laporan keuangan. Opini dari auditor
merupakan hasil dari pemeriksaan audit sehingga pengguna dari laporan keuangan
yang diaudit dapat menggunakan laporan tersebut tanpa informasi yang bias
karena auditor dalam melakukan pemeriksaan telah memastikan terlebih dahulu
bahwa pencatatan yang dilakukan bebas dari salah saji yang material dan disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum (Stanley
et al., 2009). Mengingat pentingnya fungsi dari audit, maka audit perlu dilakukan
oleh instansi, perusahaan, atau organisasi. Salah satu audit yang perlu dilakukan
adalah terkait dengan audit proses pembiayaan atau investasi. Istilah investasi atau
pembiayaan sangat luas, sehingga makalah ini mengkhususkan untuk membahas
terakit audit properti, pabrik, dan peralatan.
Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dapat dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk mendapatkan
sejumlah keuntungan pada masa yang akan datang. Investasi pada properti,
pabrik, dan peralatan merupakan hal yang penting dilakukan oleh entitas agar
dapat menjalankan bisnis dengan baik. Properti, pabrik, dan peralatan merupakan
aset yang memiliki umur yang diharapkan lebih dari satu tahun untuk digunakan
dalam bisnis, dan tidak diperoleh dengan tujuan untuk dijual kembali.
Pengakusisian aktiva-aktiva ini diperlukan untuk mendukung operasi dan proses
inti entitas. Pembiayaan atau investasi pada pabrik, properti, dan peralatan ini
perlu diaudit dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan pencatatan
ataupun menghindari fraud yang akan merugikan entitas. Pada makalah ini akan
dijelaskan lebih rinci terakit audit properti, pabrik, dan peralatan, mulai dari
pengertian, tujuan, prosedur audit, sampai dengan kuisioner audit proses
pembiayaan atas properti, pabrik, dan peralatan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Audit Atas Properti, Pabrik, dan Peralatan


Properti, pabrik, dan peralatan merupakan aset tetap yang memiliki umur
atau mampu memberikan manfaat yang diharapkan lebih dari satu periode atau
satu tahun. Terdapat 3 karateristik yang membedakan aset tetap yang berupa
properti, pabrik, dan peralatan dengan persediaan, beban dibayar dimuka, dan
investasi.
3 karateristik terrsebut adalah tujuan dari pembelian aset tetap tersebut
bukan untuk diperjualbelikan sebagai barang dagangan, tetapi bertujuan untuk
digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan, aset tetap tersebut diharapkan
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 periode atau 1 tahun. Hal tersebut juga
menjadi satu alasan mengapa aset tetap harus disusutkan, dan jumlah dari aset
tetap ini cukup material, dikarenakan aset tetap cukup material maka hal tersebut
juga menjadi alasan bagi perusahaan harus mempunyai kebijakan kapitalisasi.
Pada perusahaan, aset tetap merupakan jumlah yang sangat besar dari total
aset perusahaan. Waktu yang dibutuhkan dalam mengaudit aset tetap biasanya
lebih cepat dibandingkan waktu yang digunakan untuk melakukan audit pada
piutang dan persediaan. Terdapat beberapa yang menjadi penyebab waktu yang
dibutuhkan untuk audit pada aset tetap lebih sedikit dibandingkan audit pada
persediaan dan piutang yaitu:
1 Harga perolehan per unit dari aset tetap biasanya relative besardan jumlah
transaksinya biasanya sedikit dalam 1 periode.
2 Penambahan dan pengurangan pada aset tetap biasanya jauh lebih sedikit
dibandingkan penambahan dan pengurangan pada piutang dan persediaan.
3 Dalam audit aset tetap, prosedur cut-off (pemisahan batas atas pencatatan
dan pembukuan) bukan merupakan hal yang penting seperti pemeriksaan
atas cut-off transactions dalam pemeriksaan pembelian dan penjualan
persediaan.

2
2.2 Tujuan Audit Proses Pembiayaan atas Properti, Pabrik, dan Peralatan
(Aset Tetap)
Dalam suatu pemeriksaan aset tetap (property, pabrik, dan peralatan)
mempunyai beberapa tujuan, sebagai berikut:
1 Untuk memeriksa apakah terdapat pengendalian internal yang cukup atas
aset tetap yang berupa property, pabrik, dan peralatan.
2 Untuk memeriksa apakah aset tetap (property, pabrik, dan peralatan) yang
tercantum di laporan posisi keuangan atau laporan neraca betul – betul
ada, masih digunakan dan dimiliki oleh perusahaan.
3 Untuk memeriksa apakah penambahan aset tetap (property, pabrik, dan
peralatan) pada tahun berjalan betul – betul merupakan capital
expenditure, diotorisasi oleh pihak perusahaan uang berwenang, serta
didukung oleh bukti – bukti yang lengkap dan sudah dicatat dengan benar.
Capital expenditure ini merupakan pengeluaran modal yang jumlahnya
material serta memiliki manfaat lebih dari 1 tahun atau 1 periode.
4 Untuk memeriksa apakah penarikan aset tetap (property, pabrik, dan
peralatan) sudah dicatat dengan benar dan sudah diotorisasi oleh pihak
perusahaan yang berwenang.
5 Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam periode berjalan
sudah dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten, dan
apakah perhitungannya telah dilakukan dengan atau akurat.
6 Untuk memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan
7 Untuk memeriksa apakah penyajian aset tetap (property, pabrik, dan
peralatan) dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi
keuangan di Indonesia.
2.3 Risiko Aset Tetap (Properti, Pabrik, dan Peralatan)
Setiap jenis aset tetap memiliki resiko bawaan dan resiko pengendalian yang
berbeda. Misalnya seperti resiko bawaan pada bangunan lebih tinggi
dibandingkan resiko bawaan pada tanah, hal ini diakibatkan oleh keerentanan
dalam pengandalian dan kerumitan dalam perhitungan estimasi umur ekonomis
dan nilai residu. Hal ini harus diperhatikan oleh auditor dengan cara menentukan
tingkat resikp deteksi yang tepat. Tinggi rendahnya resiko bawaan ini juga

3
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya saja pembelian aset tetap seperti
property, pabrik, dan peralatan dengan menggunaka kredit jangka panjang.
Resiko pengendalian pada aset tetap pada umumnya relative lebih rendah
karena transaksi aset tetap ini jarag terjadi. Meskipun begitu, auditor perlu
menentukkan resiko deteksinya pada tingkat yang tinggi. Hal ini dikarenakan
transaksi aset tetap yang terjadi memiliki pengaruh yang material terhadap laporan
keuangan. berikut ini terdapat beberapa risiko bawaan pada aset tetap, yaitu:
a Impairment, dimana manajemen memperlakukan porsi yang signifikan
pada aset tetap yang tidak lagi produktif sebagaimana mestinya. Sehingga
dalam resiko ini, harus dilakukan penyesuaian terhadap umur ekonomis.
b Potensi mengatur laba melalui aset tetap
 Merubah estimasi umur aset dan nilai residu sehinnga membuat
beban penyusutan menjadi lebih rendah dari yang seharusnya.
 Mengkapitalisasi biaya yang seharusnya menjadi beban, seperti
beban pemeliharaan dan perbaikan
 Penyesuaian impairment yang tidak tepat.
2.4 Klasifikasi Akun properti, Pabrik, dan Peralatan
Terdapat beberapa klasifikasi akun properti, pabrik, dan peralatan yaitu:
a Tanah dan pengembangan tanah
b Bangunan dan perbaikan bangunan
c Peralatan
d Perabot dan perkakas
e Kendaraan bermotor dan truk
f Pengembangan leasehold
g Konstruksi dalam proses untuk property pabrik, dan peralatan
2.5 Akun yang Umumnya Berkaitan dengan Transaksi Siklus Akuisisi dan
Pembayaran

Aset Beban Kewajiban


Harga pokok
Kas Utang usaha
penjualan
Persediaan Beban sewa Utang sewa
Biaya professional
Perlengkapam Pajak properti
akrual

4
Properti, pabrik, dan Beban pajak
Pajak property akrual
peralatan penghasilan
Paten, merek dagang,
Beban asuransi Beban akrual lainnya
dan hak cipta
Utang pajak
Sewa dibayar dimuka Biaya professional
penghasilan
Pajak dibayar dimuka Tunjangan pensiun
Asuransi dibayar Utilitas
dimuka

2.6 Resiko Kecurangan yang Terjadi dalam Aset Tetap


Berikut ini adalah beberapa resiko kecurangan yang dapat terjadi pada aset
tetap, sebbagai berikut:
1 Penilaian yang terlalu tinggi pada aset yang ada
2 Penjualan aset tetap tidak dicatat dan hasil penjualan disalahgunakan
3 Aset tetap yang telah terjual tidak dihapus.’
4 Nilai residu yang ditetapkan terhadap aset tisak tepat, sehingga
mengakibatan kesalahan dalam penghitungan penyusutan.
5 Biaya yang seharusnya menjadi beban tetapi dikapitalisasi
6 Tidak diakuinya penurunan pada aset tetap
7 Perkiraan nilai wajar yang tidak masuk akal.
2.7 Dokumen (Bukti) dalam Audit Properti, Pabrik, dan Peralatan (Aset
Tetap)
Berikut ini dokumen atau bukti yang dibutuhkan dalam pengelolaan
property, pabrik, dan peralatan (aset tetap), yaitu:
a Faktur, sebagai bukti transaksi pembelian property, pabrik, dan peralatan
b Bukti pengeluaran kas, sebagai bukti pembayaran biaya pengangkutan,
pemasangan, dan lainnya yang berkaitan dengan perolehan aset tetap.
Selain itu, bukti pengeluaran kas ini juga digunakan untuk mengetahui
biaya – biaya yang dikeluarkan yang sehubungan dengan penggunaan
property, pabrik, dan peralatan seperti, biaya reparasi, biaya perbaikan,
dan lain-lain.

5
c Bukti memorial, sebagai bukti penghentian pemakaian, penyusutan, dan
pengeluaran property, pabrik, dan peralatan yang ditukar dengan aset tetap
yang lain.
d Kartu aset tetap, kartu ini beisi seluruh informasi terkait nomor aset tetap,
misalnya saja jika aset tetap beruba peralatan. Maka dengan melihat kartu
peralatan berupa mesin dapat mengetahui no mesin jenis mesin, tahun
pembuatan mesin , tanggal pembelian mesin , dan informasi lainnya. Kartu
aset tetap ini bertujuan untuk mempermudah pengawasan terhadap
pencatatan yang dilakukan atas aset tetap.
e Kartu daftar inventaris, kartu ini bertujuan untuk mecatat aset tetap yang
nilainya lebih kecil tetapi memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun.
Misalnya adalah peralatan seperti obeng, dongkrak, dan lain-lain.
2.8 Prosedur Audit atas Aset Tetap (Properti, Pabrik, dan Peralatan)
Berikut ini adalah prosedur yang dilakukan dalam melakukan audit terkait
dengan aset tetap, property, pabrik, dan peralatan:
1 Pelajari dan evaluasi pengendalian internal atas aset tetap. Dalam hal ini
biasanya auditor akan menggunakan kuesioner. Beberapa ciri
pengendalian control yang baik atas aset tetap adalah:
a Digunakan anggaran untuk penambahan aset tetap.
b Setiap penambahan dan penarikan aset tetap harus diotorisasi
terlebih dahulu oleh pihak perusahaan yang berwenang.
c Adanya kebijakan dari manajemen perusahaan terkait dengan
kapitalisasi dan depresiasi aset tetap
d Disertainya bukti kepemilikan terhadap masing – masing aset tetap
2 Melakukan pemeriksaan pada top schedule dan supporting schedule aset
tetap.Yang dimaksudkan dengan top schedule dan supporting schedule
adalah kertas kerja terkait dengan aset tetap.
3 Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan jurnal
umum, saldo awal dengan kertas kerja periode sebelumnya. Footing
adalah menguji kebenaran penjumlahan sub total dan total dari atas ke
bawah (vertical) atas kertas kerja aset tetap (property, pabrik, dan
peralatan). Tujuan dari dilakukannya footing ini adalah untuk

6
menentukkan apakah data atau laporan terkait aset tetap yang berupa
property, pabrik, dan peralatan ini dapat diyakini ketepatan
perhitungannya.
Sedangkan cross footing adalah menguji kebenaran penjumlahan sub total
dan total dari kiri ke kanan (horizontal) atas kertas kerja aset tetap
(property, pabrik, dan peralatan).
4 Periksa apakah terjadi penambahan dan pengurangan aset tetap
(property,pabrik, dan peralatan)
a Jika terjadi penambahan, selain diperhatikan ototrasi dan
kelengkapan dokumen pendukunya, tetapi juga harus dilihat
apakah penambahan tersebut sudah tercantum dalam anggaran atau
belum.
b Jika terjadi penurunan aset tetap, maka harus diperiksa kebenaran
jurnalnya.
5 . Periksa fisik dan kondisi dari setiap aset tetap tersebut apakah masih dalam
keadaan baik atau sudah rusak.
6 Periksa bukti kepemilikan aset tetap. Misalnya, nama yang tertulis di surat
kepemilihan pabrik sesuai dengan nama perusahaan, dan lainnya.
7 Periksa apakah kebijakan kapitalisasi dan depresiasi atas aset tetap
konsisten dengan kebijakan pada periode sebelumnya. Kebijakan
kapitalisasi ini misalnya berkaitan dengan jumlahnya, masa manfaatnya.
Sedangkan jika kebijakan depresiasi atau penyusutan ini terkait dengan
kapan penyusutan tersebut dimulai, apakah pada tanggal pembelian, pada
tanggal pemakaian, dann juga masa depresiasinya.
8 Menganalisa perkiraan repair dan maintenance. Hal ini perlu diperhatikan
untuk meminimalisir kemungkinan perusahaan memperkecil laba dengan
mencatat capital expenditure menjadi revenue expenditure. Capital
expenditure ini merupakan pengeluaran modal yang jumlahnya material
serta memiliki manfaat lebih dari 1 tahun atau 1 periode. Sedangkan
revenue expenditure merupakan pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan
untuk mendapatkan pendapatan. Misalnya seperti, pemeliharaan peralatan,
pembersihan property, dll.

7
9 Periksa kecukupan jaminan asuransi atas aset tetap. Jangan terlalu kecil
tetapi juga jangan terlalu besar. karena, jika jaminan asuransi terlalu kecil,
maka jika terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran, perusahaan
tidak mampu membeli aset tetap yang baru sehingga mengganggu operasi
perusahaan
10 Periksa keakurasian dari perhitungan penyusutan dan alokasi biaya
penyusutan aset tetap. Dalam prosedur ini, auditor harus memeriksa
keakurasian perhitungan penyusutan atas peralatan, property, dan pabrik
yang dilakukan.
11 Periksa dokumen seperti notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban
konfirmasi dari bank untuk memeriksa apakah ada aset tetap yang
dijadikan sebagai jaminan atau tidak. Jika ada, maka hal tersebut harus
disajikan dalam CALK.
12 Periksa apakah ada aset tetap yang diperoleh dari leasing atau tidak. Jika
ada aset tetap yang diperoleh dari leasing, maka harus diperiksa perlakuan
akuntansi yang dilakukan sudah sesuai atau belum dengan SAK leasing.
Dalam hal ini biaya aktiva tetap yang diperoleh dari leasing ditentukan
sebesar nilai pembayaran sewanya.
13 Periksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan kredit di
bank. Jika ada aset tetap yang dijaminkan, berarti tanda kepemilikan
diberikan kepada pihak bank dan auditor juga harus memeriksa tanda
terima dari penyerahan dokumen – dokumen terkait. Selain itu, jika ada
aset tetap yang dijaminkan harus diungkapkan dalam CALK.
14 Periksa penyajian aset tetap dalam laporan keuangan apakah sudah sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia atau belum.

2.9 Evaluasi Temuan Audit Properti, Pabrik, dan Peralatan

Proses untuk mengevaluasi temuan audit properti, pabrik, dan peralatan


auditor harus mengumpulkan kemungkinan salah saji dan membandingkan jumlah
salah saji yang dapat ditolerir. Kemungkinan salah saji dapat ditolerir jika terdapat
bukti pendukung yang membuktikan kemungkinan salah saji.

8
2.10 Tinjauan atas Akun yang Berkaitan dengan Peralatan

Pendebetan peralatan suatu perusahaan berasal dari siklus akuisisi dan


pembayaran. Sumber debet akun aset berasal dari jurnal akuisisi dan sistem
akuntansi yang telah diuji untuk mencatat penambahan peralatan pada periode
berjalan. Tetapi untuk penambahan peralatan jarang terjadi karena berjumlah
besar dan memiliki pengendalian khusus, seperti membutuhkan persetujuan dari
dewan direksi sehingga auditor dapat memutuskan untuk tidak bergantung pada
pengujian tersebut sebagai bukti pendukung penambahan aset. File induk aset
tetap (fixed aset master file) merupakan catatan akuntansi utama untuk peralatan,
properti, dan pabrik. Catatan ini berisi tentang catatan yang sangat rinci dari setiap
bagian peralatan dan properti lain yang dimiliki oleh perusahaan karena
mencatumkan deskripsi aset, tanggal akuisisi, biaya awal, penyusutan tahun
berjalan, dan akumulasi penyusutan properti. Selain itu, catatan ini berisi tentang
informasi tentang properti yang telah diperoleh dan dibuang oleh perusahaan.
Total catatan tersebut sama dengan buku besar umum untuk akun : peralatan,
beban penyusutan, dan akumulasi penyusutan.

Alasan auditor untuk membedakan cara memverifikasi peralatan dengan


akun aset lancar, antara lain :

a. Akuisisi peralatan jarang dilakukan pada periode berjalan terutaman


peralatan berat dalam perusahaan manufaktur.
b. Jumlah akuisisi adalah material
c. Terdapat kemungkinan peralatan disimpan dan dicatat dalam catatan
akuntansi selama beberapa tahun.

9
Berdasarkan perbedaan tersebut, audit terhadap peralatan lebih kepada verifikasi
akuisisi pada periode berjalan. Peralatan manufaktur dan akun terkait sebagai
berikut :

Peralatan Akumulasi Peralatan


Saldo awal Saldo awal
Akuisisi saldo Pelepasan Pelepasan Penyusutan
akhir periode
berjalan

Keuntungan/Kerugian atas
Pelepasan Aset

Beban Penyusutan

Saldo awal yang terjadi pada peralatan akan berbeda dengan saldo akhirnya.
Hal ini dikarenakan umur ekspetasi peralatan diatas satu tahun memerlukan akun
beban penyusutan dan akumulasi penyusutan dari peralatan tersebut. Selain itu,
dengan adanya penjualan atau pembuangan aset dapat menyebabkan kerugian atau
keuntungan bagi perusahaan yang perlu diverifikasi oleh auditor. Untuk
melakukan audit terhadap peralatan dan akun terkait auditor perlu memisahkan
pengujian ke dalam kategori sebagai berikut :

a. Melaksanakan prosedur analitis


b. Memverifikasi akuisisi tahun berjalan
c. Memverifikasi pelepasan atau pembuangan tahun berjalan
d. Memverifikasi saldo akhir akun aset
e. Memverifikasi beban penyusutan
f. Memverifikasi saldo akhir akumulasi penyusutan

10
2.11 Prosedur Analitis Peralatan

Prosedur Analitis Peralatan


Prosedur Analitis Salah Saji yang Mungkin
Membandingkan beban penyusutan Salah saji beban penyusutan dan
yang dibagi dengan biaya peralatan akumulasi penyusutan
kantor dengan tahun sebelumnya
Membandingkan akumulasi Salah saji akumulasi penyusutan
penyusutan yang dibagi dengan biaya
peralatan kotor dengan tahun
sebelumnya
Membandingkan reparasi dan Membebankan jumlah yang harus
pemeliharaan bulanan atau tahunan, dikapitalisasi
beban perlengkapan, beban peralatan
kecil, dan akun yang serupa dengan
tahun-tahun sebelumnya
Membandingkan biaya manufaktur Peralatan yang menganggur atau
kotor yang dibagi dengan beberapa peralatan yang disingkirkan tetapi
ukuran produksi dengan tahun belum terjadi penghapusan
sebelumnya

2.12 Memverifikasi Akuisisi Tahun Berjalan

Perusahaan perlu mencatat penambahan atau pengurangan aset tetap pada


saat periode berjalan karena akan memengaruhi dalam laporan keuangan. Jika
terjadi kegagalan dalam mengkapitalisasi aset tetap atau mencatat jumlah akuisisi
akan terpengaruh dalam neraca hingga perusahaan melepas atau membuangan aset
tetap tersebut. Selain itu, akan terpengaruh pada laporan laba rugi hingga aset
disusutkan sepenuhnya. Dalam mengaudit peralatan selama periode berjalan,
auditor menggunakan tujuan audit utama yang berkaitan dengan saldo, yaitu
eksistensi, kelengkapan, keakuratan, klasifikasi, pisah batas, detail tie-in, serta hak
dan kewajiban.

11
Titik awal dalam memverifikasi akuisisi tahun berjalan adalah skedul yang
dimiliki klien karena menyangkut semua akuisisi yang dicatat pada akun properti,
pabrik, dan peralatan di buku besar umum selama tahun berjalan tersebut yang
didapatkan dari file induk properti. Skedul memuat daftar setiap penambahan
secara terpisah dan mencantumkan tanggal akuisisi, vendor, deskripsi, notasi
barang baru atau bekas, umur aset dan tujuan penyusutan aset, metode penyusutan
aset, dan biaya perolehan aset.

Dalam memverifikasi penambahan adalah perlunya memeriksa faktur dari


vendor. Pengujian tambahan selain pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi diperlukan karena komplekitas atas banyaknya transaksi
peralatan dan materialitas jumlahnya. Luas pengujian bergantung pada risiko
pengendalian yang dinilai auditor atas akuisisi dan materialitas penambahannya.

Dalam menguji akuisisi, auditor harus memahami standar akuntansi untuk


memastikan bahwa klien mengikuti persyaratan terkait. Contohnya, auditor harus
teliti terhadap kelalaian klien dalam mencantumkan biaya trasnportasi dan
instalasi material yang merupakan biaya akuisisi aset. Contoh berikutnya adalah
kelalaian dalam mencatat nilai tukar tambah peralatan. Auditor harus memahami
kapitalisasi yang dilakukan oleh klien secara konsisten pada tahun-tahun
sebelumnya agar kebijakan tersebut tetap ditaati.

Dalam memverifikasi transaksi yang dicatat dalam hal klasifikasi sering


terjadi beberapa masalah antara lain, jumlah yang tercatat sebagai peralatan
manufaktur harus diklasifikasikan sebagai peralatan kantor atau bangunan, klien
mungkin sudah mengkapitalisasi beban reparasi, sewa, atau beban lainnya dengan
tidak benar. Pengendalian internal yang buruk dalam pembuatan dokumen dapat
menimbulkan misklasifikasi transaksi pengeluaran yang signifikan. Salah saji
dapat terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap standar akuntansi atau
keinginan klien untuk menghindari pajak penghasilan. Jika hal ini terjadi, auditor
harus memvouching jumlah yang lebih besar didebetkan pada akun beban.
Auditor juga harus memeriksa apakah klien memilii hak untuk mencatat peralatan
sebagai aset karena beberapa peralatan manufaktur yang besar dan jenis mesin
lainnya dapat termasuk ke dalam lease operasi sehingga auditor harus memeriksa

12
kontrak pembelian atau lease untuk menentukan apakah kapitalisasi peralatan
sudah benar.

2.13 Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo dan Pengujian atas
Rincian Saldo untuk Penambahan Peralatan

Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo dan Pengujian atas Rincian
Saldo untuk Penambahan Peralatan
Tujuan Audit yang Prosedur Pengujian Komentar
Berkaitan dengan atas Rincian Saldo
Saldo yang Umum
Akuisisi tahun berjalan Memfooting skedul Memfooting skedul
dalam skedul akuisisi akusisi. akuisisi dan menelusuri
sama dengan jumlah file Menelusuri akuisisi ke setiap akuisisi yang
induk terkait dan file induk untuk melihat harus dibatasi kecuali
totalnya sama dengan jumlah dan deskripsinya. pengendaliannya lemah.
buku besar umum (detail Menelusuri total ke buku Semua kenaikan saldo
tie-in) besar umum. buku besar umum
selama periode tersebut
harus direkonsiliasi
dengan skedul.
Akuisisi tahun berjalan Memeriksa fakur vendor Memeriksa secara fisik
seperti yang tercantum dan laporan penerimaan. aset yang diperoleh
dalam daftar (eksistensi) Memeriksa aset secara kecuali pengendaliannya
fisik. lemah dan material.
Akuisisi yang telah Memeriksa faktur Tujuan ini merupakan
dicatat (kelengkapan) vendor yang hal yang sanagat penting
berhubungan dengan untuk peralatan.
reparasi dan
pemeliharaan untuk
mengungkapkan item-
item yang akan menjadi
peralatan.
Mereview perjanjian
lease dan sewa.

13
Akuisisi tahun berjalan Memeriksa faktur Luasnya bergantung
yang ada dalam daftar vendor. pada risiko inheren dan
sudah akurat efektivitas pengendalian
(keakuratan) internal.
Akuisisi tahun berjalan Memeriksa faktur Tujuannya berkaitan
yang ada dalam daftar vendor di semua dengan pengujian
telah di klasifikasikan peralatan untuk kelemgkapan. Hal ini
dengan benar mengungkapkan item- dilakukan dala kaitannya
(klasifikasi) item yang dengan tujuan tersebut
diklasifikasikan sebagai dan pengujian
peralatan manufaktur keakuratan.
atau kantor, bagian dari
bangunan, atau reparasi.
Memeriksa faktur
vendor yang
berhubungan dengan
akun reparasi untuk
mengungkapkan item-
item yang harus dicatat
sebagai peralatan.
Memeriksa beban sewa
dan lease untuk lease
yang dapat
dikapitalisasi.
Akuisisi tahun berjalan Mereview transaksi yang Biasanya dilakukan
dicatat pada tahun yang mendekati tanggal sebagai bagian dari
benar (pisah batas) neraca pada periode pegujian pisah batas
yang benar. utang usaha.
Klien memiliki hak atas Memeriksa faktur Masalah utamanya
akuisisi tahun berjalan vendor. biasanya apakah
(hak) peralatan dimiliki atau
dilease.
Kontrak pembelian atau

14
lease diperiksa untuk
peralatan dan properti
berwujud, abstrak, dan
tagihan pajak sering
diperiksa untuk tanah
dan bangunan utama.

2.14 Memverifikasi Pelepasan Tahun Berjalan


Sering terjadi salah saji pada transaksi yang melibatkan pelepasan
peralatan jika pengendalian internal perusahaan tidak memiliki metode formal
untuk memberi tahu manajemen terkait penjualan, tukar tambah, pengabaian,
ataupun pencurian mesin dan peralatan tercatat. Jika terjadi kelalaian dikarenakan
klien lalai mencatat pelepasan, hal ini akan menyebabkan biaya awal akun
peralatan akan lebih saji, dan nilai buku bersih akan lebih saji hingga aset telah
disusutkan sepenuhnya. Metode formal untuk menelusuri pelepasan dan provisi
menyangkut otorisasi yang tepat atas penjualan atau pelepasan peralatan lainnya
akan membantu mengurangi risiko terjadinya salah saji. Untuk memastikan bahwa
aset telah dihapus dengan benar dari catatan akuntansi, verifikasi internal yang
memadai juga harus ada atas pelepasan yang tercatat. Klien harus menghitung
persediaan aset tetap secara periodik dengan tujuan untuk mengidentifikasi aset
yang telah hilang ataupun dicuri.
Tujuan utama dari pemverifikasian penjualan, tukar tambah, atau
pengabaian peralatan oleh auditor adalah untuk mengumpulkan bukti yang cukup
bahwa semua pelepasan telah dicatat dan jumlahnya benar. Langkah awal
memverifikasi pelepasan adalah dengan skedul klien yang berisi catatan tentang
pelepasan. Pada skedul umumnya terdapat tanggal kapan aset tersebut dilepas atau
dibuang, biaya awal, nama orang atau perusahaan yang mengakuisisi aset,
tanggal akuisisi, harga jual, serta akumulasi penyusutan. Pengujiaan detail tie-in
atas skedul yang mencatat pelepasan sangat diperlukan termasuk memfooting
skedul, menelusuri total pada skedul ke pelepasan yang tercatat dalam buku besar
umum, serta menelusuri biaya dan akumulasi penyusutan pelepasan ke file induk
properti.

15
Jika lalai dalam dalam mencatat pelepasan peralatan yang tidak digunakan
lagi dalam bisnis, hal ini dapat berpengaruh secara signifikan pada laporan
keuangan. Prosedur yang sering digunakan untuk memverifikasi pelepasan, yaitu:
1. Melakukan review apakah aset yang baru saja diakuisisi menggantikan
aset yang ada.
2. Melakukan analisis keuntungan kerugian atas pelepasan aset serta
pendapatan rupa-rupa yang diterima dari melakukan pelepasan aset.
3. Melakukan review modifikasi pabrik dan perubahan lini produk,
perubahan perlatan terakit komputer utama yang mahal, pajak properti,
atau cakupan asuransi untuk indikasi penghapusan peralatan.
4. Melakukan tanya jawab dengan manajemen dan personil produksi terakit
kemungkinan pelepasan aset.

Ketika perusahaan menjual aset atau aset dibuang tanpa ditukar dengan
aset pengganti, keakuratan transaksi dapat diverifikasi dengan memeriksa faktur
penjualan terakit dan file induk properti. Auditor harus membandingkan biaya
dan akumulasi penyusutan yang ada dalam file induk dengan ayat jurnal yang
tercatat dalam jurnal umum serta menghitung kembali keuntungan atau kerugian
atas pelepasan aset sebagai perbandingan dengan catatan akuntansi. Sedangkan
jika terjadi tukar tambah aset dengan aset pengganti, maka auditor harus
memastikan bahwa aset yang baru dikapitalisasi dan aset yang digantikan dihapus
secara layak dari catatan dengan nilai buku aset yang ditukar tambah serta biaya
tambahan aset yang baru sebagai bahan pertimbangannya.

2.15 Memverifikasi Saldo Akhir Dalam Akun Aset

Terdapat 2 tujuan auditor ketika mengaudit saldo akhir akun peralatan


termasuk menentukan bahwa :

1. Semua peralatan yang tercatat ada secara fisik pada tanggal neraca
(eksistensi)
2. Semua peralatan yang dimiliki telah dicatat (kelengkapan)

Ketika merancang pengujian audit untuk memenuhi tujuan tersebut, yang


pertama kali harus dilakukan auditor adalah mempertimbangkan sifat

16
pengendalian internal terhadap peralatan. Auditor menyimpulkan apakah
pengendalian internal perusahaan telah cukup efektif sehingga memungkinkan
bergantung pada saldo yang dicatat dari tahun sebelumnya. Pengendalian yang
penting contohnya adalah penggunaan file induk untuk setiap aset tetap, 
pengendalian fisik yang memadai terhadap aset yang mudah dipindahkan. Seperti
contohnya komputer, perkakas, dan kendaraan,  lalu penulisan nomor identifikasi
pada setiap aset tetap,  serta perhitungan fisik periodik atas aset tetap dan
rekonsiliasi oleh personil akuntansi. Metode formal untuk memberitahu
departemen akuntansi tentang pelepasan aset tetap juga merupakan pengendalian
yang penting terhadap saldo aset yang dicatat ke tahun berjalan.
Pada umumnya, langkah audit pertama yang berkaitan dengan tujuan
detail tie-in  adalah peralatan seperti yang tercantum dalam induk file, sama
dengan buku besar.  Memeriksa print out file induk untuk melihat bahwa totalnya
sama dengan saldo buku besar. Auditor mungkin saja memilih menggunakan
perangkat lunak untuk memvoting versi file induk elektronik. Setelah melakukan
penilaian resiko pengendalian dengan tujuan eksistensi, auditor memutuskan
apakah perlu memverifikasi eksistensi setiap item peralatan yang tercantum dalam
file induk. Jika misalnya terdapat kemungkinan besar bahwa aset tetap yang
hilang berjumlah material masih tercantum dalam file induk, auditor dapat
memilih sampel dari file induk dan memeriksa aset aktual. Lalu, berdasarkan
penilaian auditor atas risiko pengendalian dengan tujuan kelengkapan, auditor
dapat memeriksa secara fisik sampel item peralatan utama dan menelusurinya ke
file induk. Auditor mungkin memutuskan agar klien menghitung semua
persediaan fisik aset tetap,  tetapi kasus ini jarang terjadi dan jika dilakukan
perhitungan persediaan fisik maka biasanya auditor mengamati perhitungan
tersebut.
Biasanya auditor tidak perlu lagi menguji keakuratan atau klasifikasi aset
tetap yang dicatat pada periode sebelumnya, tetapi terkadang perusahaan mungkin
memiliki peralatan di tangan yang tidak lagi digunakan dalam operasi sehingga
jika jumlahnya material, auditor harus mengevaluasi apakah peralatan itu harus
dicatat pada nilai realisasi bersih atau diklasifikasikan secara terpisah sebagai
peralatan non-operasi.

17
Auditor juga melaksanakan prosedur audit berkaitan dengan 4 tujuan
penyajian dan pengungkapan aset tetap. Pertimbangan utama dalam
memverifikasi pengungkapan terkait aset tetap adalah kemungkinan adanya
rintangan hukum.  Auditor dapat menggunakan beberapa metode untuk
menentukan apakah peralatan terbebani, termasuk:
1. Membaca syarat-syarat dalam perjanjian pinjam dan kredit
2. Mengirimkan permintaan konfirmasi pinjaman kepada bank dan institusi
pemerintahan lainnya
3. Melakukan diskusi dengan klien atau mengirimkan surat ke penasehat
hukum
Penyajian dan pengungkapan yang tepat atas peralatan dalam laporan
keuangan harus dievaluasi mengikuti standar akuntansi. Peralatan harus meliputi
biaya kotor dan biasanya harus terpisah dari aset tetap lainnya. Properti yang
dilease harus diungkapkan secara terpisah dan semua hak gadai atas properti harus
tercantum dalam catatan kaki.
2.16 Memverifikasi Beban Penyusutan

Beban penyusutan adalah salah satu dari beberapa akun beban yang tidak
diverifikasi sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi. Jumlah yang dicatat ditentukan dengan alokasi internal. Jika beban
penyusutan berjumlah material, diperlukan lebih banyak pengujian terinci atas
beban penyusutan melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi. Tujuan audit berkaitan dengan saldo yang paling penting untuk beban
penyusutan adalah keakuratan. Auditor fokus pada penentuan apakah klien
mengikuti kebijakan penyusutan yang konsisten dari periode ke periode dan
apakah perhitungan klien sudah benar. Dalam menentukan hal yang pertama,
auditor harus mempertimbangkan 4 aspek, yaitu:

1. Umur manfaat akuisisi periode berjalan


2. Metode penyusutan
3. Estimasi nilai sisa
4. Kebijakan penyusutan aktiva dalam tahun akuisisi dan disposisi

18
Kebijakan klien dapat ditentukan melalui diskusi dengan personil yang
berwenang dan membandingkan responsnya dengan informasi yang ada dalam file
permanen auditor. Dalam memutuskan kelayakan umur manfaat yang dibebankan
ke aset yang baru saja diakuisisi, auditor harus mempertimbangkan umur fisik
aset, umur yang diharapkan, dan kebijakan perusahaan yang ditetapkan
menyangkut pertukaran peralatan. Terkadang, perubahan situasi dapat
mengharuskan perusahaan mengevaluasi kembali umur manfaat aset. Jika terjadi,
revaluasi harus melibatkan perubahan estimasi akuntansi dan bukan perubahan
prinsip akuntansi.

Metode yang berguna untuk mengaudit penyusutan adalah pengujian


prosedur analitis atas kelayakan yang dilakukan dengan mengalikan aset tetap
yang belum disusutkan dengan tingkat penyusutan tahun tersebut. Dalam
melakukan perhitungan, auditor harus membuat penyesuaian terhadap
penambahan dan pelepasan tahun berjalan, aset dengan umur yang berbeda, dan
aset dengan metode penyusutan yang berbeda. Banyak kantor akuntan membuat
spreadsheet elektonik dalam file permanen yang mencantumkan rincian aset tetap
dengan metode penyusutan dan umurnya. Jika perhitungannya mendekati total
klien dan jika penilaian risiko pengendalian penyusutan rendah, maka pengujian
yang terinci atas penyusutan dapat dieleminasi.

Jika pengujian kelayakan secara keseluruhan tidak dapat dicapai, biasanya


diperlukan pengujian yang lebih terinci. Auditor akan menghitung kembali beban
penyusutan atas aset tertentu untuk menentukan apakah klien mengikuti kebijakan
penyusutan yang benar dan konsisten. Agar relevan, perhitungan yang terinci
harus dikaitkan dengan perhitungan total penyusutan dengan memfooting beban
penyusutan pada file ninduk properti dan merekonsiliasi totalnya ke buku besar
umum. Auditor akan menjalankan prosedur guna memperoleh bukti bahwa 4
tujuan audit berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan untuk penyusutan
telah terpenuhi. Contoh: auditor membandingkan informasi yang diperoleh
melalui pengujian audit atas akun beban penyusutan dengan informasi yang
diungkapkan dalam catatan kaki guna memastikan informasi yang disajikan

19
konsisten dengan metode aktual dan asumsi yang digunakan untuk menghitung
serta mencatat penyusutan.

2.17 Memverifikasi Saldo Akhir Dalam Akumulasi Penyusutan

Pendebetan ke akumulasi penyusutan biasanya diuji sebagai bagian dari


audit atas pelepasan aset sementara kredit diverifikasi sebagai bagian dari beban
penyusutan. Jika auditor menelusuri transaksi tertentu ke catatan akumulasi
penyusutan dalam file induk properti sebagai bagian dari pengujian tersebut, maka
hanya diperlukan sedikit pengujian tambahan atas saldo akhir akumulasi
penyusutan.  terdapat dua tujuan yang biasanya ditekankan dalam audit atas saldo
akhir akumulasi penyusutan, yaitu:
1. Akumulasi penyusutan yang dinyatakan pada file induk properti sama
dengan buku besar umum. Tujuai ini dapat dipenuhi dengan menguji
footing akumulasi penyusutan dalam file induk properti dan menelusuri
totalnya ke buku besar umum
2. Akumulasi penyusutan dalam file induk sudah akurat
Dalam beberapa kasus, umur peralatan dapat berkurang karena beberapa
faktor, sehingga berdasarkan kemungkinan tersebut, auditor harus mengevaluasi
kememadaian penyisihan untuk akumulasi penyusutan setiap tahun guna
memastikan bahwa nilai buku bersih tidak melampui nilai realisasi aset.

2.18 Contoh Kuesioner Aset Tetap

Klien : Y=Ya
T=Tidak
TR=Tidak
Relevan
Y T R
PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN ASET TETAP
1. Apakah semua penambahan atau pengurangan:
a. Diotorisasi sebagaimana mestinya secara tertulis? √
b. Diusulkan dengan surat yang menunjukkan: √

1.Pertimbangan? √

2.Harga taksiran (estimated cost)? √

20
3.Supplier? √

4.Spesifikasi? √

5.Perkiraan yang di debetldi kredit? √

6.Taksiran umur (estimated useful life) dan persentase penyusutan atas √


tambahan baru?

c. Apakah bukti atas dilepaskannya sesuatu aset tetap yang akan √

diganti baru (replace) telah diotorisasikan?

d. Apakah setiap mutasi atau pemindahan secara rutin dilaporkan kepada √

bagian akuntansi?

2. Apakah disusun anggaran untuk pengeluaran modal/investasi (Capital


expenditure) dan persetujuan tertulis atas setiap proyek yang besar
ditandatangani oleh staf yang ditunjuk dell Dewan Komisaris/Rapat
Umum Pemegang Saham dan diberikan kepada:

a. Bagian Pernbelian?

b. Bagian Teknik?

c. Bagian Akuntansi

3. Apakah semua pengeluaran investasi (Capital expenditure) dalam √


bentuk upah, bahan dan persediaan harus melalui prosedur
administrasi yang sama dengan revenue expenditure (pengeluaran
yang langsung dibebankan sebagai biaya)?

ASET TETAP DALAM PEMBANGUNAN


4. Apakah proyek tersebut:

a. Terpisah dalam perkiraan control tersendiri dalam Buku Besar
(misalnya Construction in progress)?
b.Terkontrol atas tiap jenis perkiraan? √
c. Diotorisasi dan dirumuskan secara jelas? √
d. Penyimpangan dari anggaran yang telah ditetapkan harus √
mendapatkan persetujuan tambahan?

21
REGISTRASI
5. Apakah registrasi/dokumen aset tetap:

a. Disimpan dengan baik oleh perusahaan?

b. Up to date?

c. Secara berkala dicocokkan dengan perkiraan kontrol buku besar?

d. Menunjukkan perincian sebagai berikut: √

1. Nomor identifikasi? √

2. Lokasi? √

3. Taksiran umur? √

4. Presentase penyusutan? √

6. Apakah semua aset tetap:

a. Diamankan dengan baik? √

b. Dirawat dengan baik? √

c. Diasuransikan dengan cukup? √


7. Apakah peralatan dan perkakas kecil terkontrol dengan cukup:
a. Atas perolehannya? √
b. Atas penyusutannya? √
c. Diamankan dan dirawat dengan baik? √
8. Apakah terdapat pengawasan yang balk terhadap buk i-bukti pemilikan
(Title deeds) aset tetap:

a. Perincian secara jelas pemilikan dibuat dalam suatu daftar? √

b. Disimpan oleh bagian yang terpisah dari bagian akuntansi √

CURRENT VALUE
9. Apakah nilai buku aset tetap jauh menyimpang bila dibandingkan dengan √
taksiran harga pasar yang berlaku (estimated current market value)?
10. Apakah metode dan persentase penyusutan:
a. Sesuai dengan SAK!ETAP/IFRS? √
b. Sesuai dengan UU PPh? √
c. Metode penyusutan yang digunakan adalah:
...........Straight Line ...........................................................

22
............................................................................................
PENYEWAAN ASET TETAP (LEASING FIXED ASSETS)
11. Apabila aset tetap disewa dan bukan dibeli, apakah:

a. Kontrak sewa menyewa diotorisasikan sebagaimana mestinya? √

b. Pembukuannya cocok dengan jenis sewa yang bersangkutan dan √


sesuai dengan SAK /ETAP/IFRS?
c. Uang sewa dan perjanjiannya secara jelas dinyatakan untuk dapat √
menunjukkan keadaan dengan layak?
UMUM

12.Apakah sistem infromasi meliputi dimana perlu:

a. Anggaran untuk pengeluaran investasi (capital expenditure)? √

b. Alasan untuk pengeluaran investasi? √

c. Persentase keuntungan yang diharapkan atas investasi tersebut? √

d. Perbandingan anggaran dengan pengeluaran sesungguhnya? √

e. Penjelasan atas penyimpangan yang besar antara anggaran dengan √


pengeluaran yang sesunggunya?
13. Apakah perusahaan telah menetapkan perumusan kebijaksanaan √
yang jelas untuk membedakan pengeluaran investasi (capital
expenditure) denga pengeluaran biaya (revenue expediture) Jelaskan:
Pengeluaran di atas Rp. 30.000.000 dikapitalisir
14. Apakah dibuat buku/daftar aset tetap: √
15. Apakah total jumlah perincian dicocokkan secara berkala dengan √
perkiraan kontrolnya?

16. Apakah masing-masing aset tetap diberi tanda/kode pengenal? √

17.Apakah aset tetap yang telah disusutkan penuh, tapi masih tetap √
digunakan tetap tercatat pada perkiraan aset?
18. Apakah buku/daftar aset tetap di-review minimal setahun sekali, √
untuk mengetahui barang yang rusak atau yang menganggur?
Jelaskan:
Dilakukan bersamaan dengan inventarisasi aset tetap.

23
19. Apakah prosedur rutin menjamin bahwa selalu segera dilaporkan
kepada Bagian Akuntansi dibukukan atas:

a. Proyek yang sudah selesai? √

b. Aset tetap yang disingkarkan karena tidak berguna lagi √


(retirement)?

c. Penjualan aset tetap? √

20. Bila dibuat laporan keuangan interim, apakah biaya penyusutan


diperhitungkan?

A. Kelemahan-kelemahan lain yang tidak tercantum pada pernyataan di


atas:
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
B. Catatan lain:
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
C. Kesimpulan penilain (Baik, Sedang, Buruk)?
D. Revisi kesimpulan penilaian (lmapirkan alasannya)

Diisi oleh:

Direview oleh:

BAB III
KESIMPULAN

24
Properti, pabrik, dan peralatan merupakan aset tetap yang memiliki umur
atau mampu memberikan manfaat yang diharapkan lebih dari satu periode atau
satu tahun. Terdapat 3 karateristik yang membedakan aset tetap yang berupa
properti, pabrik, dan peralatan dengan persediaan, beban dibayar dimuka, dan
investasi yaitu tujuan dari pembelian aset tetap tersebut bukan untuk
diperjualbelikan sebagai barang dagangan, tetapi bertujuan untuk digunakan
dalam kegiatan operasi perusahaan, aset tetap tersebut diharapkan mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 periode atau 1 tahun, dan jumlah dari aset tetap ini
cukup material. Selain itu, Waktu yang dibutuhkan dalam mengaudit aset tetap
biasanya lebih cepat dibandingkan waktu yang digunakan untuk melakukan audit
pada piutang dan persediaan.
Tujuan dari dilakukannya audit atas properti, pabrik, dan peralatan salah
satunya adalah untuk memeriksa pengakuan, pengukuran, kelengkapan, hak dan
kewajiban, penilaian/alokasi, serta pengungkapan atas aset tetap yang dimiliki
oleh perusahaan. Dalam aset tetap terdapat resiko bawaan dan pengendalian
sehingga auditor harus menetapkan resiko deteksi pada tingkat yang tinggi. Selain
itu, dalam aset tetap ini juga dapat kemungkinan terjadinya kecurangan. Dalam
melakukan audit terkait dengan aset tetap ini memerlukan beberapa dokumen
yaitu faktur, pengeluaran kas, kartu aktiva, bukti memorial, kartu daftar
inventaris, dan dokumen pendukung lainnya. Terdapat 14 prosedur audit yang
dilakukan atas aset tetap mulai dari pemeriksaan awal dengan kuesioner hingga
pemeriksaan pada pengungkapan di laporan keuangan atas aset tetap.

Verifikasi merupakan salah satu bentuk pengawasan dengan cara


melakukan pengujian terhadap dokumen keuangan secara administratif
berpedoman pada kriteria yang berlaku. Ada beberapa tujuan dilakukannya
verifikasi, salah satunya untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang akan
merugikan. Terdapat beberapa verifikasi pada audit properti, pabrik, dan peralatan
yaitu: memverifikasi pelepasan tahun berjalan, saldo akhir dalam akun aset, beban
penyusutan, dan saldo akhir dalam akumulasi penyusutan.

DAFTAR PUSTAKA

25
Agoes, Soekrisno. 2019. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Akuntan Publik. Buku 1. Edisi Lima. Jakarta: Salemba Empat.

Arens. Alvin, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2015. Auditing dan Jasa
Assurance Pendekatan Terintegrasi. Jilid 2. Edisi Lima Belas. Jakarta:
Erlangga.

Eduardus Tendelilin, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi I, cet. I


(Yogyakarta, BPFE, 2001), hlm 1.

Mulyadi. 2004. Auditing. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Nugroho, L., Nurrohmah, S., & Anasta, L. (2018). Faktor-faktor yang


mempengaruhi opini audit going concern. Jurnal Sikap, 2(2), 96-111.

26

Anda mungkin juga menyukai