Anda di halaman 1dari 2

Administrasi Harga Transfer

1. Negosiasi
Hampir semua perusahaan, harga transfer unit usahanya tidak ditentukan oleh
kelompok staf (negosiasi). Hal tersebut dilakukan karena adanya kepercayaan bahwa
dengan menetapkan harga jual dan mencapai kesepakatan atas harga pembelian yang
paling sesuai merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen lini (line
management). Jika kantor pusat mengendalikan penentuan harga, maka kemampuan
manajemen lini untuk memperbaiki profitabilitas akan semakin berkurang. Di sisi
lain, banyak harga transfer yang harus melibatkan penilaian subjektif pada tingkat
tertentu. Oleh karena itu, satu harga transfer yang telah dinegosiasikan seringkali
merupakan hasil kompromi antara pihak pembeli dan penjual. Alasan lain unit usaha
menegosiasikan harga transfernya adalah bahwa unit bisnis biasanya memiliki
informasi yang paling baik mengenai pasar dan biaya-biaya yang ada, sehingga
merupakan pihak yang paling tepat untuk mencapai harga yang pantas.
Di sebagian kecil perusahaan, kantor pusat menginformasikan kepada unit-
unit usaha bahwa unit usaha tersebut bebas bertransaksi satu sama lain atau dengan
perusahaan luar yang ditemui, dengan persyaratan bahwa jika impas maka bisnis
tersebut harus tetap di dalam perusahaan. Jika hal ini dilakukan dan terdapat sumber
luar dan pasar luar, maka tidak ada lagi prosedur administratif yang harus dipenuhi.
Jika unit usaha tidak dapat menyetujui harga yang ditentukan di pasar luar, maka unit
bisnis tersebut dengan mudah membeli atau menjual ke pihak luar. Dalam negosiasi
harga transfer, para manajer lini tidak boleh banyak menghabiskan waktu mereka
hanya untuk melakukan negosiasi barang. Oleh karena itu, aturan tersebut harus
benar-benar dapat mengatur sedemikian rupa supaya penentuan harga transfer tidak
semata-mata ditentukan oleh keahlian individu dalam bernegosiasi.

2. Arbitrase dan Penyelesaian Konflik


Terdapat tingkat formalitas yang luas dan arbitrase harga transfer. Tingkat
formalitas yang digunakan tergantung pada jenis dan luasnya potensi arbitrase harga
transfer. Dalam beberapa kasus, arbitrase harga transfer merupakan tanggung jawab
dari kelompok atau eksekutif tingkat atas kantor pusat, karena keputusan arbitrase
memiliki dampak yang sangat memengaruhi laba unit-unit usaha. Ada beberapa cara
untuk melakukan arbitrase. Dalam sistem yang formal, kedua pihak menyerahkan
kasus secara tertulis kepada pihak penengah/pendamai (arbitrator). Arbitrator akan
meninjau posisi mereka masing-masing dan memutuskan harga yang akan ditetapkan,
kadang kala dengan bantuan staf kantor lain.
Hal yang paling penting adalah sekecil apapun arbitrase yang terjadi tetap
harus diselesaikan. Jika banyak arbitrase yang terjadi, hal ini menunjukkan bahwa
peraturan yang ada masih kurang spesifik atau sulit dilaksanakan, atau pengelolaan
unit usahanya tidak rasional. Arbitrase membuat harga yang diputuskan biasanya
tidak dapat memuaskan kedua belah pihak yang bertikai, baik pihak penjual maupun
pembeli. Jenis proses penyelesaian konflik yang digunakan juga memengaruhi
efektivitas suatu sistem harga transfer. Terdapat empat cara untuk menyelesaikan
konflik, yaitu memaksa, membujuk, menawarkan, dan penyelesaian masalah.

3. Klasifikasi Produk
Beberapa perusahaan membagi produknya ke dalam du akelas:
- Kelas I meliputi seluruh produk untuk mana manajemen senior ingin
mengendalikan perolehan sumber daya.
- Kelas II meliputi seluruh produk lainnya. Produk-produk kelas II ditransfer pada
harga pasar.

Perolehan sumber daya untuk produk kelas I dapat diubah hanya dengan izin dari
manajemen pusat. Perolehan sumber daya untuk produk kelas II ditentukan oleh unit-
unit usaha yang terlibat. Unit-unit pembelian dan penjualan dapat dengan bebas
bertransaksi dengan pihak dalam ataupun luar perusahaan. Dengan perjanjian ini,
pihak manajemen dapat berkonsentrasi pada perolehan sumber daya dan penetapan
harga.

Anda mungkin juga menyukai