Tujuan Entitas
Membuat laporan keuangan bebas salah saji yang material
Pada baris risiko bawaan berisi semua faktor risiko bisnis dan kecurangan
yang dapat menyebabkan laporan keuangan disalahsajikan secara material (tanpa
mempertimbangkan mitigasi oleh pengendalian internal). Baris yang
menunjukkan risiko pengendalian mencerminkan prosedur pengendalian yang
spesifik yang dibuat manajemen untuk memitigasi risiko laporan keuangan
disalahsajikan. Wilayah dimana baris risiko pengendalian tidak sepenuhnya
memitigasi risiko bawaan disebut manajemen’s residual risk. Manajemen’s
residual risk adalah risiko yang tersisa setelah manajemen mengupayakan segala
pengendalian. Istilah lain untuk manajemen’s residual risk adalah risk appetite
atau risk tolerance.
Sisi kedua menyajikan peran auditor. Auditor berupaya menentukan
apakah laporan keuangan entitas bebas salah saji yang material. Untuk itu perlu
adanya penilaian risiko.
Tujuan Auditor
Menentukan apakah laporan keuangan entitas bebas dari salah saji yang material
Dalam menilai risiko bawaan, auditor ingin mengetahui dimana salah saji
material mungkin terjadi dalam laporan keuangan? Dalam menilai risiko
pengendalian, auditor ingin mengetahui apakah pengendalian internal yang
dibangun mencegah risiko bawaan yang diidentifikasi? Hasilnya auditor menilai
risiko salah saji matrial dalam laporan keuangan. Ia kemudian melaksanakan
prosedur audit yang bersifat responsif atau menanggapi hasil penilaian risiko
tersebut. Prosedur audit dirancang untuk menekan risiko tersebut. Prosedur audit
yang bersifat responsif atau menanggapi hasil penilaian risiko tersebut. Prosedur
audit itu dirancang untuk menekan risiko audit ke tingkat yang tepat atau ke
tingkat rendah yang dapat diterima auditor.
Makna audit berbasis risiko tersirat dalam Bagan Proses Audit. Suatu audit
berbasis risiko mengandung tiga langkah kunci, antara lain:
Tahap/Langkah Penjelasan
Risk assessment (menilai Melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk
risiko) mengidentifikasi risiko salah saji yang material
dalam laporan keuangan.
Risk response (menanggapi Merancang dan melaksanakan prosedur audit
risiko) selanjutnya yang menanggapi risiko salah saji
yang material yang telah diidentifikasi dan nilai
pada tingkat laporan keuangan dan arsersi.
Reporting (pelaporan) Tahap melaporkan meliputi:
a. Merumuskan bukti audit yang diperoleh.
b. Membuat dan menerbitkan laporan yang
tepat dan sesuai dengan kesimpulan.
2.8 Pelaporan/Reporting
Kutipan dari ISA 700.6 mengenai tujuan auditor dalam proses audit tahap
tiga, tujuan auditor adalah:
1. Merumuskan opini mengenai laporan keuangan berdasarkan evaluasi atas
kesimpulan yang ditarik atas bukti yang diperoleh dan;
2. Memberikan opini dengan jelas, melalui laporan tertulis, yang juga
menjelaskan dasar (untuk memberikan) pendapat tersebut.
Tahap terakhir dalam audit adalah menilai bukti audit yang diperlukan dan
menentukan apakah bukti audit itu cukup dan tepat untuk menekan risiko audit ke
tingkat rendah yang dapat diterima. Dalam tahap ini sangatlah penting untuk
menentukan:
1. Setiap perubahan dalam tingkat risiko yang dinilai
2. Apakah kesimpulan yang ditarik dari pekerjaan audit sudah tepat
3. Apakah ada situasi mencurigakan yang dialami
4. Risiko tambahan (yang sebelumnya tidak teridentifikasi) sudah dinilai
dengan tepat dan prosedur audit selanjutnya, sudah dilaksanakan
sebagaimana diwajibkan (ISAs).
Pertemuan team debriefing (pertemuan menjelang berakhirnya penugasan)
tidak merupakan kewajiban yang secara spesifik ditetapkan ISAs, tetapi bisa
berguna untuk staf membahas temuan audit mereka, mengidentifikasi setiap
indikasi kecurangan dan menentukan perlunya prosedur audit selanjutnya. Jika
semua prosedur sudah dilaksanakan dan kesimpulan dicapai, maka temuan audit
dilaporkan kepada manajemen dan TCWG, serta opini audit dirumuskan dan
keputusan mengenai redaksi yang tepat untuk laporan keuangan auditor harus
dibuat.
2.9 Dokumentasi
Dokumentasi audit yang cukup, diharuskan agar auditor yang
berpengalaman, yang tidak berhubungan dengan audit dapat memahami beberapa
aspek berikut:
1. Sifat, jadwal, waktu dan luasnya prosedur audit yang dilaksanakan.
2. Hasil pelaksanaan prosedur tersebut dan bukti audit yang diperoleh.
3. Hal-hal penting yang timbul selama audit berlangsung, kesimpulan yang
ditarik dan kearifan profesional yang diterapkan untuk sampai pada
kesimpulan itu.
Dokumentasi audit untuk entitas yang lebih kecil umumnya tidak
seekstensif dokumentasi audit entitas yang lebih besar. Contoh berbagai aspek
dari audit itu dapat dicatat dalam satu dokumen, dengan acuan silang (cross
references) ke kertas kerja pendukung. Auditor tidak perlu mendokumentasikan
beberapa hal berikut:
1. Hal kecil yang dipertimbangkan atau semua kearifan profesional yang
diterapkan dalam audit.
2. Kepatuhan terhadap hal-hal yang ditunjukkan dengan jelas dalam
dokumentasi lain dalam audit file. Contoh rencana audit dalam file
menunjukkan bahwa audit memang direncanakan, dan surat penugasan
(engagement letter) yang ditandatangani, menunjukkan bahwa auditor
menyetujui syarat-syarat dalam surat tersebut.
Risiko audit adalah memberikan opini yang tidak tepat atas laporan
keuangan tyang disalah sajikan secara material. Tujuan Audit ialah menekan
risiko audit ini ke tingkat rendah yang dapat diterima auditor.
Pelaksanakan Audit memiliki tiga tahapan. Yang pertama adalah Risk
Assesment, yaitu melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan.
Tahap kedua adalah Risk Response, yaitu merancang dan melaksanakan prosedur
audit selanjutnya yang menanggapi risiko (salah saji yang material) yang telah
diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat laporan keuangan dan asersi. Kemudian
tahap terakhir adalah Reporting, yaitu tahap melaporkan yang meliputi perumusan
pelaporan berdasarkan bukti audit yang diperoleh, serta membuat dan
menerbitkan laporan yang tepat sesuai kesimpulan yang ditarik
DAFTAR PUSTAKA