Anda di halaman 1dari 37

PEREKONOMIAN INDONESIA

UTANG LUAR NEGERI

DISUSUN OLEH :

1. Anggie Savitri (01031381621135)


2. Nadila Agustia (01031381621222)

DOSEN PEMBIMBING :

DRS. M. TEGUH, M.SI


MARDALENA, SE, M.SI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KAMPUS BUKIT-PALEMBANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Utang Luar Negeri”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia, Universitas
Sriwijaya.
Dalam penulisan makalah ini kami selaku penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada Bapak DRS. M. TEGUH, M.SI selaku dosen mata kuliah Seminar Akuntasi yang telah
memberi arahan dan ilmu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
terima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari isi maupun
tulisan. Kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat berguna untuk memperbaiki
kekurangan pada makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada para pembaca yang sudah berkenan
membaca makalah ini dengan tulus ikhlas. Semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi kami dan pembaca. Amin.

Palembang, 22 Januari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1

Latar Belakang.......................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Utang Luar Negeri.......................................................................................... 3


2.2 Bentuk-Bentuk Pinjaman Luar Negeri............................................................................. 3
2.3 Sejarah Hutang Luar Negeri Indonesia............................................................................ 8
2.4 Faktor Penyebab Besarnya Utang Luar Negeri................................................................ 16
2.5 Motivasi Timbulnya Hutang Luar Negeri........................................................................ 16
2.6 Kebaikan dan Keburukan Utang Luar Negeri.................................................................. 17
2.7 Dampak Utang Luar Negeri............................................................................................. 19
2.8 Solusi Terhadap Hutang Luar Negeri Indonesia.............................................................. 19
2.9 Daftar Negara Yang Mempunyai Hutang Paling Besar...................................................20
2.10 Daftar Negara Sukses Karena Hutang............................................................................22
2.11 Data dan Analisis Hutang Luar Negeri..........................................................................23

BAB III PENUTUP............................................................................................................................. 34

Kesimpulan............................................................................................................................................ 34

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................... 35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Pembangunan ekonomi merupakan tahapan proses yang mutlak dilakukan oleh suatu
bangsa untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat bangsa
tersebut. Pembangunan ekonomi suatu negara tidak dapat hanya dilakukan dengan berbekal
tekad yang membaja dari seluruh rakyatnya untuk membangun, tetapi lebih dari itu harus
didukung pula oleh ketersediaan sumberdaya ekonomi, baik sumberdaya alam; sumberdaya
manusia; dan sumberdaya modal, yang produktif. Dengan kata lain, tanpa adanya daya
dukung yang cukup kuat dari sumberdaya ekonomi yang produktif. Maka pembangunan
ekonomi mustahil dapat dilaksanakan dengan baik dan memuaskan. Adapun kepemilikan
terhadap sumberdaya ekonomi ini oleh negara-nagara dunia ketiga tidaklah sama. Ada negara
yang memiliki kelimpahan pada jenis sumberdaya ekonomi tertentu, ada pula yang
kekurangan. Pada banyak negara dunia ketiga, yang umumnya memilki tingkat kesejahteraan
rakyat yang relatif masih rendah, mempertinggi tingkat pertumbuhan ekonomi memang
sangat mutlak diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi dari negara-
negara industri maju. Oleh karena masih relatif lemahnya kemanpuan partisipasi swasta
domestik dalam pembangunan ekonomi, mengharuskan pemerintah untuk mengambil peran
sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi nasional.

Seolah-olah segala upaya dan strategi pembangunan difokuskan oleh pemerintah


untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang relatif
tinggi dari tahun ke tahun. Sehingga, seringkali hal tersebut dilakukan melebihi kemampuan
dan daya dukung sumberdaya ekonomi didalam negeri yang tersedia pada waktu itu.
Akibatnya, pemerintah negara-negara tersebut harus mendatangkan sumberdaya ekonomi
dari luar negara-nagara lain untuk dapat memberikan dukungan yang cukup bagi pelaksanaan
program pembangunan ekonomi nasionalnya. Dengan dukungan sumberdaya ekonomi dari
luar negara tersebut, maka bukanlah sesuatu yang mustahil, apabila di beberapa nagara dunia
ketiga atau negara yang sedang berkembang, laju pertumbuhan ekonomi dapat melebihi laju
pertumbuhan ekonomi negara-negara industri maju. Sumber daya modal merupakan
sumberdaya ekonomi yang paling sering didatangkan oleh pemerintah negara-negara sedang
berkembang untuk mendukung pembangunan nasionalnya. Hal ini terjadi karena adanya

4
keterbatasan sumberdaya modal dalam negeri. Sumberdaya modal didatangkan dari luar
negeri, yang umunya dari negara-negara industri maju, ini wujudnya bisa beragam, seperti
penanaman modal asing (direct invesment), berbagai bentuk investasi portofolio (portofolio
invesment) dan pinjaman luar negeri. Dan tidak semuanya diberikan sebagai bantuan yang
sifatnya cuma-cuma (gratis). Tetapi dengan berbagai konsekuensi baik yang bersifat komersil
maupun politis.

Solusi yang dianggap bisa diandalkan untuk mengatasi kendala rendahnya mobilisasi
modal domestik adalah dengan mendatangkan modal dari luar negeri, yang umumnya dalam
bentuk hibah (grant), bantuan pembangunan (official development assistance), kredit ekspor,
dan arus modal swasta, seperti bantuan bilateral dan multilateral; investasi swasta langsung
(PMAP); portofolio invesment; pinjaman bank dan pinjaman komersial lainnya; dan kredit
perdagangan (eksper/impor)/ modal asing ini dapat diberikan baik kepada pemerintah
maupun kepada pihak swasta.

Pada satu sisi, datangnya modal dari luar negeri tersebut dapat digunakan untuk
mendukung program pembangunan nasional pemerintah, sehingga target pertumbuhan
ekonomi nasional dan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat meningkat. Tetapi pada
sisi lain, diterimanya modal asing tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah dalam
jangka panjang, baik ekonomi maupun politik, bahkan pada beberapa negara-negara yang
sedang berkembang menjadi beban yang seolah-olah tak terlepaskan, yang justru
menyebabkan berkurangnya tingkat kesejahteraan rakyatnya.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Utang Luar Negeri

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pinjaman berarti utang yang dipinjam dari
pihak lain dengan kewajiban membayar kembali. Sedangkan Pinjaman Luar Negeri adalah
sejumlah dana yang diperoleh dari negara lain (bilateral) atau (multilateral) yang tercermin
dalam neraca pembayaran untuk kegiatan investasi, menurut saving-investment gap dan
foreign exchange gap yang di lakukan baik oleh pemerintah maupun swasta.

Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri, adalah sebagian dari total utang suatu negara
yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat
berupa pemerintah, perusahaan, atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang
diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional
seperti IMF dan Bank Dunia.

2.2 Bentuk-Bentuk Pinjaman Luar Negeri


Bentuk pijaman luar negeri dapat dilihat dari dua aspek, antara lain :
1. Sumber Dananya
Bila dilihat dari suber dananya, pinjaman luar negeri dapat dibedakan menjadi:
a. Pinjaman Multilateral
Yaitu pinjaman yang berasaal dari badan-badan internasional, misalnya World Bank,
Asian Development Bank (ADB), Islamic Development Bank (IDB).
b. Pinjaman Bilateral
Yaitu pinjaman yang berasal dari negara-negara baik yang tergabung dalam CGI
maupun antar negara secara langsung (intergovernment).
c. Pinjaman Sindikasi
Yaitu pinjaman yang diperoleh dari beberapa bank dan lembaga keuangan bukan bank
(LKBB) internasional. Pemberian pinjaman tersebut dikoordinir oleh satu
bank/LKBB yang bertindak sebagai sindication leader. Pinjaman ini biasanya dalam
jumlah besar dan bersifat komersial (commercial loan), misalnya dengan tingkat suku
bunga yang mengambang (floating rate). Syarat-syarat pinjaman yang dituangkan
dalam loan agreement merupakan konsensus dan kesepakatan diantara para pemberi

6
pinjaman.

2. Segi Persyaratannya,
Bila dilihat dari segi persyaratannya, pinjaman luar negeri dapat dibedakan menjadi :
a. Pinjaman Lunak (Concessional Loan)
Yaitu pinjaman luar negeri Pemerintah dalam rangka pembiayaan proyek-proyek
pembangunan. Pinjaman lunak biasanya diperoleh dari negara-negara yang tergabung
dalam kerangka CGI maupun non CGI. Pengertian dengan dana sendiri atau dana
pendampingan oleh Pemerintah RI. Fasilitas Kredit Ekspor dapat dalam bentuk
Suppliers Credit atau Buyers Credit.
Buyers Credit adalah pinjaman FKE yang diterima dari bank komersial atau lembaga
keuangan bukan bank luar negeri, dimana tujuan pinjaman tersebut adalah untuk
pembelian barang dari negara pemberi pinjaman.
Suppliers Credit adalah adalah pinjaman FKE yang diterima Pemerintah langsung dari
pemasok barang (supplier) di luar negeri kepada Pemerintah RI yang akan diberikan
dalam bentuk barang untuk keperluan proyek. Dapat diartikan bahwa dalam suppliers
credit ini, pihak yang menerima pinjaman adalah pihak pemasok barang.
b. Purchase Installment Sale Agreement (PISA)
Yaitu pinjaman yang diberikan oleh perusahaan leasing untuk pembiayaan proyek
pembangunan tertentu yang dituangkan dalam bentuk persetujuan jual beli dengan
pembayaran angsuran. Besarnya pinjaman PISA adalah 100% dari nilai proyek.
c. Pinjaman Komersial (Commercial Loan)
Yaitu pinjaman yang diterima dengan syarat-syarat yang ditetapkan berdasarkan
kondisi pasar uang dan pasar modal internasional. Pinjaman ini lazim pula disebut
cash loan karena pinjaman diterima dalam bentuk uang tunai dan penggunaannya
lebih fleksibel atau tidak mengikat. Jumlah pinjaman komersial umumnya berjumlah
besar karena pemberi pinjaman berupa sindikasi yang anggotanya terdiri atas
perbankan dan lembaga-lembaga keuangan internasional.
Beberapa pertimbangan bagi Pemerintah dalam menerima pinjaman komersial adalah:
- Mendukung penganekaregaman (diversifikasi) pinjaman atau memperluas.
- Sumber pinjaman yaitu memperoleh pinjaman dari perbankan dan lembaga
keuangan bukan bank.
- Jumlah pinjaman relatif lebih besar dan tatacara penarikannya lebih mudah.
- Penggunaan dana tidak terikat pada satu proyek tertentu namun lebih flesibel, baik

7
untuk diinvestasikan kembali, untuk membiayai proyek atau untuk memperkuat
cadangan devisa.

Ada 3 negara dan 3 lembaga yang paling sering memberi utang kepada pemerintah Indonesia,
antara lain :

1. Negara yang sering memberi utang kepada Indonesia :


a. Perancis, Jumlah utang meski turun tipis dari Rp 21,3 triliun di akhir 2012, namun
secara keseluruhan total utang Indonesia ke Perancis hingga Maret 2013 sebesar Rp
21,03 triliun.
b. Jerman, Jumlah utang meski turun dari akhir 2012 yang jumlahnya Rp 20 triliun
namun secara keseluruhan total utang Indonesia ke Jerman hingga Maret 2013 sebesar
Rp 19,43 triliun.
c. Jepang, Jumlah utang meski turun dari akhir 2012 yang jumlahnya Rp 254,64 triliun
namun secara keseluruhan total utang Indonesia ke Jepang hingga Maret 2013 sebesar
Rp 235,16 triliun atau yang terbesar.
2. Lembaga yang sering memberi utang kepada Indonesia :
a. Bank Dunia, Jumlah utang Indonesia naik tipis dari akhir 2012 sebesar Rp 122,14
triliun. Secara keseluruhan total utang Indonesia ke Bank Dunia hingga Maret 2013
sebesar Rp 122,38 triliun.
b. Asian Development Bank (ADB), Jumlah utang Indonesia turun dibandingkan akhir
2012 sebesar Rp 100,34 triliun. Secara keseluruhan total utang Indonesia ke ADB
hingga Maret 2013 sebesar Rp 98,24 triliun.
c. Islamic Development Bank (IDB),Jumlah utang Indonesia turun dibandingkan akhir
2012 sebesar Rp 5,05 triliun. Secara keseluruhan total utang Indonesia ke Islamic
Development Bank (IDB) sebesar Rp 4,93 triliun.

2.3 Sejarah Hutang Luar Negeri Indonesia


2.3.1 Utang Pemerintah Kolonial Hindia Belanda

Pemerintah kolonial Hindia Belanda sudah memulai kebiasaan berutang bagi


pemerintahan di Indonesia. Seluruh utang yang belum dilunasinya pun turut diwariskan,
sesuai dengan salah satu hasil Konferensi Meja Bundar (KMB). Penyerahan kedaulatan
kepada Republik Indonesia pada waktu itu disertai dengan pengalihan tanggung jawab segala
utang pemerintah kolonial. Dilihat dari perspektif utang piutang, maka Republik Indonesia

8
bukanlah negara baru, melainkan pelanjut dari pemerintahan sebelumnya.

Tradisi pengalihan utang kepada pemerintahan berikutnya bertahan sampai saat ini,
terlepas dari perpindahan kekuasaan itu berlangsung dengan cara apa pun. Pemerintahan era
Soekarno mewariskan utang luar negeri (ULN) sekitar USD 2,1 miliar kepada pemerintahan
Soeharto. Secara spektakuler, pemerintahan Soeharto membebani Habibie dengan warisan
utang sebesar USD 60 miliar. Bahkan, pemerintahan Habibie mewariskan utang yang lebih
besar, hanya dalam kurun waktu dua tahun. ULN memang “hanya” bertambah menjadi
sebesar USD 75 miliar dolar. Namun, utang dalam negeri yang semula nihil menjadi USD 60
miliar (jika dikonversikan), sehingga utang pemerintah secara keseluruhan menjadi sekitar
USD 135 miliar.

Tentu tidak adil jika hanya melihat angka utang yang fantastis di era Habibie secara
begitu saja. Sebagian masalahnya adalah karena akumulasi utang beserta akibat lanjutan dari
kebijakan pemerintahan Soeharto. Bisa dikatakan bahwa Pemerintahan Habibie harus
menghadapi krisis moneter dan ekonomi, yang berasal dari era Soeharto.

2.3.2 Utang Pemerintah Orde Lama

Sesuai dengan perjanjian ketika penyerahan kedaulatan kepada pemerintah Republik


Indonesia, pemerintahan Soekarno menerima pula warisan utang pemerintah kolonial Hindia
Belanda sebesar 4 miliar dolar Amerika. Utang tersebut memang tidak pernah dibayar oleh
Pemerintahan Soekarno, namun juga tidak dinyatakan di hapuskan. Utang ini nantinya
diwariskan kepada era-era pe merintahan berikutnya, dan akhirnya dilunasi juga.

Pada awal kemerdekaan, sikap pemerintah Soekarno-Hatta ter hadap utang luar negeri
bisa dikatakan mendua. Di satu sisi, mereka menyadari bahwa utang luar negeri sebagai
sumber pembiayaan sangat dibutuhkan. Negara baru yang baru merdeka ini memerlukan dana
untuk memperbaiki taraf kesejahteraan rakyat, yang sudah sedemikian terpuruk karena
kolonialisme. Ketiadaan infrastruktur, dan rusaknya sebagian besar kapasitas produksi seperti
ladang minyak, membuat penerimaan negara dari sumber domestik belum bisa diandalkan.
Hibah dari negara-negara yang bersimpatik ketika awal kemerdekaan tentu saja tidak
memadai dan lambat laun di hentikan. Pilihan yang tersedia adalah mempersilakan modal
asing masuk ke Indonesia untuk berinvestasi, serta melakukan pinjaman luar negeri.

Di sisi lain, pemerintah Soekarno-Hatta bersikap waspada ter hadap kemungkinan


penggunaan utang luar negeri sebagai sarana kembalinya kolonialisme. Semangat

9
kemerdekaan masih amat kental, sehingga mereka peka dalam masalah yang berkaitan
dengan kedaulatan Indonesia. Suasana ini juga mewarnai dinamika parlemen, sekalipun
terdiri dari banyak partai dengan latar idelogis berbeda. Akibatnya, persyaratan yang ketat
ditetapkan dalam setiap perundingan berutang kepada pihak luar negeri. Ini berlaku juga ter
hadap masalah penanaman modal asing, termasuk perundingan mengenai tambang dan kilang
minyak di wilayah Indonesia.

Sebagai contoh, pada tahun 1962, delegasi IMF berkunjung ke Indonesia untuk
menawarkan proposal bantuan finansial dan kerjasama, dan pada tahun 1963 utang sebesar
USD17 juta diberikan oleh Amerika Serikat. Pemerintah Indonesia pun kemudian bersedia
melaksanakan beberapa kebijakan ekonomi baru yang bersesuaian dengan proposal IMF.
Namun, keadaan berbalik pada akhir tahun itu juga, ketika Malaysia pemerintah Inggris
menyatakan Malaysia di nyatakan sebagai bagian federasi Inggris tanpa pembicaraan dengan
Soekarno. Hal ini sebetulnya juga berkaitan dengan nasionalisasi beberapa perusahaan
Inggris di Indonesia. Yang jelas, hubungan Indonesia dengan IMF dan Amerika, turut
memburuk. Berbagai kesepakatan sebelumnya dibatalkan oleh Soekarno, dan Indonesia
keluar dari keanggotaan IMF dan PBB.

Secara teknis ekonomi, telah ada pelunasan utang dari sebagian hasil ekspor komoditi
primer Indonesia. Ada pula penghapusan se bagian utang oleh kreditur, terutama dari negara-
negara yang ber sahabat, setidaknya dalam tahun-tahun tertentu. Akhirnya, ketika terjadi
perpindahan kekuasaan kepada Soeharto, tercatat utang luar negeri pemerintah adalah sebesar
USD 2,1 miliar. Jumlah ini belum termasuk utang warisan pemerintah kolonial Belanda yang
sekalipun resmi diakui, tidak pernah dibayar oleh pemerintahan Soekarno.

2.3.3 Utang Pemerintah Era Soeharto

Sejak awal, sikap pemerintahan Soeharto terhadap modal asing berbeda dengan sikap
Soekarno-Hatta. Sebagai contoh, undang undang pertama yang ditandatangani Soeharto
adalah UU no.1/1967 tentang Penanaman Modal Asing, yang isinya bersifat terbuka dan
bersahabat bagi masuknya modal dari negara manapun. Beberapa bulan sebelumnya, IMF
membuat studi tentang program stabilitas ekonomi, yang rekomendasinya segera diikuti oleh
pemerintah. Indonesia juga telah secara resmi kembali menjadi anggota IMF.

Seiring dengan itu, perundingan serius mengenai utang luar negeri Indonesia
berlangsung lancar. Kembalinya Indonesia menjadi anggota IMF dan Bank Dunia, seketika

10
diimbali oleh negara-negara barat berupa: pemberian hibah, restrukturisasi utang lama,
komitmen utang baru dan pencairan utang baru yang cepat. Hibah sebesar USD 174 juta
dikatakan bertujuan untuk mengangkat Indonesia dari keterpurukan ekonomi. Restrukturisasi
utang yang disetuji bernilai sekitar USD 534 juta. Lewat berbagai perundingan, terutama
pertemuan Paris Club, disepakati moratorium utang sampai dengan tahun 1971 untuk
pembayaran cicilan pokok sebagian besar utang. Akhirnya, sejak tahun 1967 Indonesia
mendapat persetujuan utang baru dari banyak kreditur, dan sebagiannya langsung dicairkan
pada tahun itu juga.

2.3.4 Hutang Luar Negeri dengan Persyaratan Lunak

Pada mulanya, semua utang baru itu bisa dikatakan sebagai pinjaman dengan syarat
lunak. Ada jenis pinjaman yang biasa disebut bantuan program, yang terdiri dari bantuan
devisa kredit dan bantu an pangan. Bantuan program ini berbentuk devisa tunai atau hak
untuk memperoleh sejumlah komoditi yang ditentukan. Ada bantu an proyek, yang pada
dasarnya adalah utang bagi pembagunan proyek tertentu dengan syarat-syarat pelunasan yang
lunak. Bahkan, ada dana berbentuk sumbangan (grant) atau hibah yang berfungsi sebagai
”dana pendamping” dari utangnya.

Para kreditur yang memberi utang kepada Indonesia awalnya hanya terdiri dari
negara-negara dan lembaga-lembaga keuangan iternasional. Para kreditur tersebut
mengkoordinasikan diri ke dalam Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI). Beberapa
tahun kemudian, kreditur swasta turut terlibat. Sebagian kreditur swasta yang besar kadang
diundang dalam forum-forum IGGI.

IGGI didirikan pada tahun 1967 di Den Haag, yang anggotanya terdiri dari: Australia,
Amerika Serikat, Belgia, Belanda, Italia, Jerman, Jepang, Inggris, Perancis, dan Kanada. Ada
negara-negara yang hadir sebagai peninjau, seperti: Austria, Denmark, Norwegia, Selandia
Baru, dan Swiss. Sedangkan lembaga-lembaga keuangan multilateral yang menjadi anggota
forum adalah: IMF, IBRD, ADB, UNDP, dengan OECD sebagai peninjau. Pada tanggal 25
Maret 1992, dipicu oleh suatu insiden politik, IGGI dibubarkan dan kepemimpinan Belanda
tidak diakui lagi oleh Indonesia. Namun, fungsi IGGI tetap berlangsung melalui wadah baru
bernama Consultative Group for Indonesia (CGI), dengan pimpinan Bank Dunia. Selama
perkembangannya, ada beberapa lembaga internasional, termasuk bentukan Bank Dunia,
yang kemudian bergabung, seperti IDA, IFAD (International Fund for Agricultural
Development) dan IFC (International Finance Corporation). Terjadi pula beberapa

11
pergeseran besaran kontribusi masing-masing negara.

Pada saat pemerintahan Soeharto mulai menerima utang luar negeri dan satu dekade
setelahnya, perkembangan wacana keuangan internasional memang sedang kondusif. Selain
yang dinyatakan sebagai dimensi kemanusiaan ataucharity, serta keterkaitan dengan masalah
pe rebutan pengaruh politik Blok Barat dan Blok Komunis, konsep dan praktik keuangan
internasional memang tengah marak me ngembangkan berbagai bentuk utang luar negeri.
Ada dua pemicu utama dari sisi wacana keuangan dan perekonomian. Pertama, upaya banyak
negara maju untuk merestukturisasi sekaligus mengembangkan industri pengolahannya, yang
berlangsung mulai era 1960-an. Ada pertimbangan suplai sumber energi, bahan baku,
pemindahan se bagian tahap produksi, sampai kepada penetrasi pasar.

Kedua, mulai ada kelebihan likuiditas pada lembaga keuangan internasional, yang
kemudian mendapat momentum lanjutan dari petro dollarakibat kenaikan harga minyak sejak
awal 70-an. Selain disimpan pada bank dan lembaga keuangan komersial, dana petro
dollar dari negara-negara produsen minyak ini juga bisa diakses oleh IMF.

Kredit ekspor adalah pinjaman setengah resmi dengan per syaratan setengah lunak
yang dananya berasal dari negara donor (disebut official financial support) atau yang
bersumber dari pihak perbankan dan lembaga keuangan swasta yang dijamin dan disubsidi
oleh pemerintah negara donor. Penggunaan kredit ekspor itu kadang-kadang terbatas hanya
untuk pengadaan barang dan jasa di negara donor (tied), dan kadang tidak mengikat, atau
kombinasi antara keduanya. Kredit ekspor disebut “suppliers credit” kalau pinjaman itu
disalurkan melalui pemasok di negara donor. Pinjaman ini dinamakan “buyers credit” jika
diberikan langsung oleh lembaga kredit ekspor kepada peminjam di negara penerima.

Secara teknis, dikenal pembedaan jenis utang luar negeri dengan sebutan Pinjaman
program dan Pinjaman proyek dalam pencatatan APBN saat ini. Pada masa sebelumnya,
utang luar negeri dicatat dalam APBN setiap tahunnya sebagai bantuan program dan bantuan
proyek. Pada tahun tahun tertentu, ada yang dicatat sebagai pinjaman setengah
lunak/komersial dan pinjaman tunai. Jenis yang masuk kategori dalam pinjaman swasta ini
hanya pada periode tertentu memiliki arus masuk yang besar.

Pinjaman program pada awal Orde baru terdiri dari bantuan devisa kredit dan bantuan
pangan. Pinjaman program diorientasikan untuk menyelesaikan masalah jangka pendek dan
mendesak, serta bersifat sangat lunak. Pada masa berikutnya, tingkat kelunakan men jadi

12
kurang jelas. Sifat pinjaman program yang membantu mengatasi masalah ekonomi dan
keuangan pemerintah yang mendesak tetap dipertahankan. Sifat utamanya adalah
memberikan aliran devisa atau kas masuk secara langsung bagi pemerintah.

Sejak tahun 1967 Indonesia telah menerima pinjaman dengan syarat lunak atau dalam
bentuk sumbangan (grant) dari negara-negara dan lembaga-lembaga ke uangan iternasional
yang tergabung dalam IGGI. Dalam beberapa tahun sejak itu, Indonesia mendapat pinjaman
berbentuk bantuan program yang terdiri dari bantuan devisa kredit dan bantuan pangan, serta
bantuan proyek dengan syarat-syarat pelunasan yang lunak.

2.3.5 Utang Pemerintahan Transisi (Habibie)

1. Tanggal 14 dan 15 Mei 1997, kurs bath terhadap US$ mengalami penurunan (depresiasi)
sebagai akibat dari keputusan jual dari para investor yang tidak percaya lagi terhadap
prospek ekonomi Thailand dalam jangka pendek. Pemerintah Thailand mengintervensi
dan didukung oleh bank sentral singapura, tapi tidak mampu menstabilkan kurs Bath,
sehingga bank sentral Thailand mengumumkan kurs bath diserahkan pada mekanisme
pasar 2 Juli 1997, penurunan nilai kurs bath terhadap US$ antara 15% - 20%.

2. Bulan Juli 1997, krisis melanda Indonesia (kurs dari Rp 2.500 menjadi Rp 2.650.) BI
mengintervensi, namun tidak mampu sampai bulan maret 1998 kurs melemah sampai Rp
10.550 dan bahkan menembus angka Rp 11.000/US$.

Langkah konkrit untuk mengatasi krisis:

1. Penundaan proyek Rp 39 trilyun untuk mengimbangi keterbatasan anggaran Negara.

2. BI melakukan intervensi ke bursa valas.

3. Meminta bantuan IMF dengan memperoleh paket bantuan keuangan US$ 23 Milyar pada
bulan Nopember 1997.

4. Mencabut izin usaha 16 bank swasta yang tidak sehat

2.3.6 Utang Pemerintahan Reformasi (Abdurrahman Wahid)

Mulai pertengahan tahun 1999, targetnya yaitu:

13
1. Memulihkan perekonomian nasional sesuai dengan harapan masyarakat dan investor.

2. Menuntaskan masalah KKN.

3. Menegakkan supremasi hukum.

4. Penegakkan hak asasi manusia.

5. Pengurangan peranan ABRI dalam politik.

6. Memperkuat NKRI (Penyelesaian disintegrasi bangsa)

Kondisinya :

1. Pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi positif (mendekati 0).

2. Tahun 2000 pertumbuhan ekonomi 5%.

3. Kondisi moneter stabil ( inflasi dan suku bunga rendah).

4. Tahun 2001, pelaku bisnis dan masyarakat kurang percaya kepada pemerintahan sebagai
akibat dari pernyataan presiden yang controversial, KKN, dictator, dan perseteruan
dengan DPR.

5. Bulan maret 2000, cadangan devisa menurun dari US$ 29 milyar menjadi US$ 28,875
milyar.

6. Hubungan dengan IMF menjadi tidak baik sebagai akibat dari: penundaan pelaksanaan
amandemen UU No. 23 tahun 1999 mengenai Bank Indonesia; penerapan otonomi
daerah (terutama kebebasan untuk hutang pemerintah daerah dari LN); dan revisi APBN
2001.

7. Tahun 2001, pertumbuhan ekonomi cenderung negative, IHSG merosot lebih dari 300
poin, dan nilai tukar rupiah melemah dari Rp 7000 menjadi Rp 10.000 per US$.

2.3.7 Utang Pada Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri

Masalah-masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan

14
penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan
ekonomi antara lain :

1. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris
Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.

2. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam


periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-
kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak
kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.

2.3.8 Utang Pada Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono

Kebijakan kontroversial pertama presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi


BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh
naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan
dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni


Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke
tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.

Pada pertengahan bulan Oktober 2006, Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF
sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti
agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk
berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa
kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk
miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan
Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit
perbankan ke sector riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI),
sehingga kinerja sector riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi
pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan
daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya
mengundang investor dari luar negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang
kondusif.

15
2.4 Faktor Penyebab Besarnya Utang Luar Negeri

1. Strategi defisit anggaran : strategi defisit anggaran tanpa diimbangi dengan kontrol akan
sangat berbahaya. Selama ini Indonesia selalu menerapkan strategi ini, dengan harapan,
jika utang kepada luar negeri, maka hasil dari utang tersebut digunakan untuk
pembiayaan pembangunan, sehingga sektor riil berkembang dan harapannya pendapatan
nasional dapat meningkat signifikan. Namun hasil dari pendapatan nasional ini tidak
sepenuhnya digunakan untuk membayar utang luar negeri.
2. Tidak menyadari secara penuh biaya yang harus ditanggung di masa depan Pemikiran
irasional banyak mendominasi penentu kebijakan di negara sedang berkembang dalam
melakukan utang.
3. Adanya faktor sosial politik dari penentu kebijakan Faktor sosial dan politik lebih
dominan dibanding faktor ekonomi dalam melakukan utang.

2.5 Motivasi Timbulnya Hutang Luar Negeri

1. Motivasi Negara Pemberi Bantuan

Negara-negara donor memberikan bantuannya pertama-tama karena hal tersebut memang


utuk kepentingan politik, strategis dan/atau ekonomi mereka. Secara garis besar terdapat dua
motivasi yaitu:

a. Motivasi Politik

Motivasi politik merupakan motivasi yang paling penting bagi Negara-negara


pemberi hutang.Kebanyakan pemberian hutang bagi Negara-negara berkembang lebih
diarahkan untuk mempertahankan rezim-rezim pemerintahan yang kadang goyah,
daripada untuk mendorong kemajuan ekonomi dan social dalam jangka panjang.

b. Motivasi Ekonomi

Dalam konteks Negara maju, program bantuan luar negeri memiliki rasional
ekonomis yang kuat.Dalam kenyataannya, walaupun ada motivasi politik namun landasan
bersifat ekonomi merupakan “Lip-service” untuk memberikan bantuan. Argumentasi
ekonomi yang mengatasnamakan hutang sebagai obat yang sifatnya penting untuk
pembangunan Negara-negara berkembang harus tidak menutupi kenyataan bahwa
keuntungan akan mengalir pada Negara-negara pemberi bantuan. Negara-negara

16
penerima bantuan akan kesulitan mengembalikan hutang-hutangnya yang besar. Di
samping itu, juga akan menaikkan ongkos impor, seringkali sebesar 20-40% .Biaya impor
ekstra meningkat karena adanya pinjaman yang dikaitkan dengan ekspor.

2. Motivasi Negara Penenerima Bantuan

Ada tiga alasan, mengapa Negara berkembang mencari bantuan luar negeri yaitu:

a. Alasan ekonomis yang bersifat praktis. Karena Negara berkembang cenderung


mempercayai pendapat ahli ekonomi Negara maju. Yaitu bahwa bantuan luar negeri
merupakan obat pendorong dan stimulant bagi proses pembangunan, serta mampu
memicu pertumbuhan ekonomi yang mandiri.

b. Alasan kedua menyangkut masalah politik. Di beberapa Negara, pinjaman luar negeri
dianggap memberikan kekuatan politik yang lebih besar kepada pemimpin yang
sedang berkuasa untuk menekan oposisi dan mempertahankan kekuasaannya. Dalam
hal ini, bantuan tidak hanya meliputi transfer sumber keuangan, akan tetapi juga
dalam bentuk bantuan militer dan pertahanan dalam negeri.

c. Motivasi yang dilandasi oleh moral, yaitu berlatar belakang pada rasa tanggung jawab
kemanusiaan Negara maju terhadap Negara berkembang. Dan bantuan luar negeri
dianggap sebagai kewajiban social bagi Negara-negara maju untuk pembangunan
Negara-negara berkembang.

2.6 Kebaikan dan Keburukan Utang Luar Negeri


2.6.1 Kebaikan dari Utang Luar Negeri

1 Pembiayaan pembangunan (pengeluaran pemerintah) melalui utang luar lebih baik


daripada melalui penarikan pajak atau pencetakan uang. Pembiayaan pengeluaran
pemeritah yang dibiayai utang luar negeri akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan jika pengeluaran pemerintah dibiayai dari pajak, maka pendapatan masyarakat
yang siap dibelanjakan akan berkuarang dan konsumsi juga menurun selanjutnya akan
memeperkecil permintaan agregat/ masyarakat dan mengekang laju pertumbuhan
pendapatan.

2 Negara-negara kreditur sering mempergunakan hasil pembayaran bunga dan utang itu
untuk membeli (impor) barang-barang dan jasa-jasa dari negara debitur, sehingga ekspor

17
negara debitur meningkat.

3 Meskipun beban utang langsung itu tetap besarnya, beban riil langsung akan berbeda-
beda sesuai dengan proporsi sumbangan angggota masyarakat terhadap pembayaran
utang luar negeri tersebut. Jika pembayaran itu dibebankan terutama kepada golongan
kaya, beban riil langsung itu akan lebih ringan daripada kalau pembayaran itu dibebankan
pada golongan miskin.

4 Dengan berakhirnya program IMF pemerintah Indonesia telah menyusun program


stabilisasi makro ekonomi secara komprehensif yang dituangkan dalam white paper
sebagai salah satu bentuk penerapan unsur transparansi atas komitmen dan akuntabilitas
dalam melaksanakan program pembangunan pasca IMF.

2.6.2 Keburukan dari Utang Luar Negeri

1 Apabila utang luar negeri harus ditempuh dengan menekan konsumsi dan investasi, maka
permintaan agregat/masyarakat akan menurun selanjutnya akan menghambat dan
mengurangi tingkat pendapatan nasional.

2 Pemerintah akan terkena beban langsung dari utang luar negeri. Selama jangka waktu
tertentu, beban utang langsung dapat diukur dengan jumlah pembayaran bunga dan
cicilan utang terhadap kreditur.

3 Adanya beban riil langsung yang di derita pemerintah berupa kerugian dalam bentuk
kesejahteraan ekonomi (guna/utility) yang hilang karena adanya pembiayaan cicilan
utang dan bunga.

4 Dari aspek utang luar negeri, keluarnya pemerintah Indonesia dari program IMF
membawa konsekuensi berupa tertutupnya peluang pemerintah terhadap akses
penjadwalan kembali utang luar negeri bilateral yang jatuh tempo melaui forum Paris
Club.

2.7 Dampak Utang Luar Negeri

18
1. Pada sisi efektifitasnya, secara internal, utang luar negeri tidak hanya dipandang menjadi
penghambat tumbuhnya kemandirian ekonomi negara-negara Dunia Ketiga. Utang
diyakini menjadi pemicu terjadinya kontraksi belanja sosial, merosotnya kesejahteraan
rakyat, dan melebarnya kesenjangan.
2. Sedangkan secara eksternal, utang luar negeri diyakini menjadi pemicu meningkatnya
ketergantungan negara-negara Dunia Ketiga pada pasar luar negeri, modal asing, dan
pada pembuatan utang luar negeri secara berkesinambungan .
3. Pada sisi kelembagaannya, lembaga-lembaga keuangan multilateral seperti IMF, Bank
Dunia, dan Asian Development Bank (ADB). Keduanya diyakini telah bekerja sebagai
kepanjangan tangan negara-negara Dunia Pertama pemegang saham utama mereka,
untuk mengintervensi negara-negara penerima pinjaman.
4. Pada sisi ideologinya, utang luar negeri diyakini telah dipakai oleh negara-negara
pemberi pinjaman, terutama Amerika, sebagai sarana untuk menyebarluaskan
kapitalisme neoliberal ke seluruh penjuru dunia.
5. Sedangkan pada sisi implikasi sosial dan politiknya, utang luar negeri tidak hanya
dipandang sebagai sarana yang sengaja dikembangkan oleh negara-negara pemberi
pinjaman untuk mengintervensi negara-negara penerima pinjaman. Secara tidak langsung
negara-negara kreditur diyakini turut bertanggungjawab terhadap munculnya rezim
diktator, kerusakan lingkungan, meningkatkan tekanan migrasi dan perdagangan obat-
obat terlarang, serta terhadap terjadinya konflik dan peperangan.

2.8 Solusi Terhadap Hutang Luar Negeri Indonesia

Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi hutang luar negeri yaitu:

1. Meningkatkan daya beli masyarakat, yakni melalui pemberdayaan ekonomi pedesaan


dan pemberian modal usaha kecil seluasnya.

2. Meningkatkan pajak secara progresif terhadap barang mewah dan impor.

3. Konsep pembangunan yang berkesinambungan, berlanjut dan mengarah pada satu titik
maksimalisasi kekuatan ekonomi nasional, melepaskan secara bertahap ketergantungan
utang luar negeri.

4. Menggalakkan kebanggaan akan produksi dalam negeri, meningkatkan kemauan dan


kemampuan ekspor produk unggulan dan membina jiwa kewirausahaan masyarakat.

19
Negeri Indonesia ini sebenarnya kaya akan Sumber daya alam unggulan sehingga bila
kita manfaatkan secara maksimal maka akan memberikan devisa negara.

5. Mengembangkan sumber daya manusia berkualitas dan menempatkan kesejateraan yang


berkeadilan dan merata

2.9 Daftar Negara yang mempunyai hutang paling besar

Dari data yang dimiliki Bank Indonesia (BI), terhitung akhir Januari 2018, utang luar
negeri Indonesia sebesar US$ 357,5 miliar. Dan ini bukan merupakan hutang dari pemerintah
semua. Dari angka tersebut, sebesar US$ 183,4 miliar merupakan utang pemerintah dan bank
sentral. Sementara selebihnya US$ 174,2 miliar merupakan utang milik swasta. BI juga
menyebut utang pemerintah digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan kegiatan
produktif lainnya.

Hal ini berarti utang Indonesia jika dirupiahkan sekitar Rp 5.000 triliun. Besaran tersebut
dinilai masih aman karena di bawah batas maksimal rasio utang terhadap PDB sebesar 60
persen. Terlepas dari bahasan hutang yang dimiliki Indonesia, Indonesia ternyata bukanlah
negara dengan utang terbesar. Inilah daftar negara yang mempunyai hutang paling besar,
yaitu:

1. Amerika Serikat: Rp 300 ribu triliun

Dikenal sebagai negara adidaya alias negara besar, Amerika Serikat nyatanya juga gak mau
kalah besar dalam urusan utang. Secara global, utang Amerika Serikat paling tinggi
dibanding negara-negara lainnya, yaitu US$ 21 triliun atau hampir Rp 300 ribu triliun.

Itu berarti utang Amerika Serikat sekitar 31 persen dari seluruh utang negara-negara di dunia
yang sebesar US$ 63 triliun. Sementara terhadap PDB, rasio utang yang dimilikinya sudah
lebih 107,1 persen.

Namun, kenapa Amerika Serikat tidak bangkrut? Dikarenakan kepercayaan kepada pasar
keuangan yang tinggi menjadi faktor mengapa Amerika Serikat tidak bisa bangkrut. Dan
ditambah lagi ekonominya yang dinamis membuat banyak orang yakin Amerika Serikat tidak
mungkin bangkrut.

2. Jepang: Rp 169 ribu triliun

20
Negara Jepang dikenal dengan orang-orangnya yang super hemat. Namun Jepang
mempunya nilai utang paling besar nomor dua di dunia. Utang Jepang dalam persentase
utang dunia sebesar 18,8 persen. Sementara terhadap PDB, rasio utangnya sebesar 239,3
persen.

Dengan rasio utang yang jauh di atas Amerika Serikat, hingga saat ini ekonomi Jepang
masih berjalan dikarenakan Jepang sanggup kelola utangnya. Ini ditunjang oleh asetnya. Dan
juga Jepang banyak berutang kepada rakyatnya sendiri.

3. Cina: Rp 71 ribu triliun

Menyusul di nomor tiga, ada negara Asia terbesar, yaitu Cina. Selain besar populasi
penduduknya, Cina juga mempunyai utang yang besar, yakni sekitar 7,9 persen dari utang
dunia. Terhadap PDB-nya, rasio utangnya sekitar 44,3 persen.

Sebagian besar utang ini adalah utang korporat atau swasta yang ada di Cina. Dikarenakan
utangnya yang banyak ini, Moody’s menurunkan peringkat kredit Cina. Tentu saja hal ini
menurunkan minat investor ke Cina.

4. Italia: Rp 35 ribu triliun

Di Eropa, ada Italia yang masuk daftar negara dengan utang terbesar. Negara yang terkenal
dengan pizza dan cappuccino ini memiliki persentase utang 3,9 persen dari utang dunia.
Rasio utang terhadap PDB-nya lebih besar dari Amerika Serikat, yaitu 132,6 persen.

Pengelolaan utang yang salah jadi penyebab utang Italia bisa sedemikian besar. Defisit Italia
makin parah sejak negara ini masuk Uni Eropa, karena pemerintah tidak menaikkan pajak
untuk bayar utang. Tentu aja situasi ini bikin Italia terpuruk. Jika situasi ini terus berlanjut,
diprediksi Italia bisa menyusul Yunani yang sudah bangkrut atau gagal bayar utang.

5. Prancis: Rp 34 ribu triliun

Negara Uni Eropa selanjutnya yang punya utang besar adalah Prancis. Selisih sedikit dengan
Italia, persentase utang Prancis 3,8 persen dari utang dunia. Dan rasio utangnya mencapai
96,3 persen terhadap PDB-nya. Defisit yang sudah berlangsung lama membuat utang Prancis
makin besar. Karena utangnya yang besar itu, Prancis harus terima keputusan penurunan

21
peringkat kredit dari Moody’s, Standard & Poor’s, dan Fitch.

6. Jerman

Masih di Eropa, Jerman merupakan eksportir terbesar ketiga di dunia. Jerman merupakan
pencetus ekonomi dan integrasi politik Eropa. Dalam hal ekonomi, Jerman memang sangat
kuat, apalagi mereka memiliki produk dan jasa kompetitif untuk diekspor. Dalam
membangun negaranya, Jerman telah mempunyai utang sebesar 2.491 miliar dollar Amerika.

7. Inggris

Inggris termasuk negara yang terkena dampak krisis ekonomi pada 2008. Padahal pada 2007,
rasio utang inggris terhadap PDB hanya 44 persen saja. Hingga akhirnya, nilai utang tersebut
terus mengalami peningkatan. Pada awal 2018 ini, tercatat utang Inggris sekitar 2.343 miliar
dollar Amerika.

2.10 Daftar Negara yang Sukses dan Bangkrut Karena Utang

Negara yang sukses karena utang :

Pemerintah Indonesia nampaknya harus belajar mengelola utang dari Korea Selatan
(Korsel), China, dan Jepang. Ketiga negara tersebut berhasil membangun negaranya seperti
sekarang berkat dari utang.Ketiga negara tersebut mengalokasi untuk infrastruktur sektor
yang bisa mendorong nilai tambah dan produktif. Pemerintah harus belajar mengelola utang
dari negara tersebut yang sama-sama gencar membangun infrastruktur dan berujung pada
kesuksesan.

1. Jepang berhasil menjadikan industri manufaktur sebagai kekuatan ekonominya salah


satunya sektor otomotif. Yang akrab di telinga adalah Negeri Matahari Terbit ini menjadi
produsen kendaraan roda empat.

2. Begitu juga Korea Selatan yang sama-sama merdeka pada 1945 dan pada 1960-an
memiliki produk domestik bruto (PDB) per kapita hampir sama dengan Indonesia,
menggunakan utang secara produktif untuk membangun SDM dan industrinya.

3. Korsel menjadi salah satu negara eksportir barang manufaktur berteknologi tinggi utama,
mulai dari elektronik, monil/bus, kapal, mesing-mesing, petrokimia, hingga robot.

22
Negara yang bangkrut karena utang :

1. Yunani dengan utang USD138 miliar


Pada Maret 2012 lalu, Yunani juga tidak bisa membayar utang-utangnya senilai USD
138 miliar, atau sekitar Rp1.794 triliun. Namun, Yunani mendapat bantuan dari
partnernya di Eropa berupa suntikan dana (bailout). Ini yang menjadi pemicu terjadinya
krisis lanjutan di Yunani saat ini.

2. Argentina dengan utang USD95 miliar


Pada November 2001, mata uang Argentina dipatok sama dengan dolar AS dalam
bertahun-tahun. Namun ternyata, nilai tukar mata uang Argentina dengan mata uang
asing menjadi tidak akurat. Akhirnya muncul kepanikan, dan warga Argentina mulai
menarik uang dari perbankan, namun ditahan oleh pemerintahnya. Pada Juli 2014,
Argentina dinyatakan gagal bayar (default), tidak bisa membayar utangnya kepada
kreditur.

3. Puerto Rico dengan utang USD73 miliar


Negara persemakmuran Amerika Serikat (AS) ini juga tidak mampu membayar utang
obligasinya karena kehabisan uang tunai. Puerto Rico tidak mampu memenuhi syarat
untuk restrukturisasi utangnya yang mencapai USD73 miliar atau sekitar Rp949 triliun.
Gubernur Puerto Rico, Alejandro Garcia Padilla mengatakan, negaranya tidak bisa
membayar utang.

4. Jamaika dengan utang USD7,9 miliar


Kejadiannya pada Februari 2010. Pemerintah negara ini melakukan belanja anggaran
besar bertahun-tahun, dan tingginya inflasi membuat Jamaika tidak bisa membayar
utang-utangnya. Saat itu, 40% dari anggaran pemerintah dialokasikan untuk membayar
utang. Ekonomi Jamaika yang bergantung pada pariwisata, menderita karena resesi
ekonomi di AS pada akhir 2008.

5. Ekuador dengan utang USD3,2 miliar


Pada Desember 2008, Ekuador menyatakan tak mau membayar utangnya. Presiden
Ekuador saat itu, Rafael Correa mengatakan tidak kepada krediturnya. Alasannya, utang-
utang dari hedge fund asal Amerika Serikat (AS) dinilai tidak bermoral.

23
Negara dengan utang publik terbesar pada 2017 terkait dengan produk domestik bruto
(PDB):

1. Jepang = 240, 3% PDB

2. Yunani = 180,18% PDB

3. Lebanon = 152,29% PDB

4. Italia = 133,02% PDB

5. Cabo Verde = 128,75% PDB

2.11 Data dan Analisis Utang Luar Negeri

POSISI UTANG LUAR NEGERI MENURUT KELOMPOK PEMINJAM

Juta USD / Million of USD

24
Berdasarkan posisi utang luar negeri menurut kelompok peminjam, dapat diketahui bahwa:

1. Pada tahun 2010, posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling tinggi adalah pada Pemerintah dan Bank Sentral
yaitu sebesar 118.624 (juta USD).
Sedangkan posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling rendah adalah pada Swasta sebesar 83.789 (juta
USD).

Jadi total utang luar negeri Indonesia pada tahun 2010 yaitu sebesar 202.413 (juta USD).

2. Pada tahun 2011, posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling tinggi adalah juga pada Pemerintah dan Bank Sentral
yaitu sebesar 118.642 (juta USD).
Sedangkan posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling rendah adalah pada Swasta sebesar 106.732 (juta
USD).

Jadi total utang luar negeri Indonesia pada tahun 2011 yaitu sebesar 225.375 (juta USD).

3. Pada tahun 2012, posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling tinggi adalah pada Swasta yaitu sebesar 126.245
(juta USD).
Sedangkan posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling rendah adalah pada Pemerintah dan Bank Sentral

25
sebesar 126.119 (juta USD).

Jadi total utang luar negeri Indonesia pada tahun 2012 yaitu sebesar 252.364 (juta USD).

4. Pada tahun 2013, posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling tinggi adalah pada Swasta yaitu sebesar 142.561
(juta USD).
Sedangkan posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling rendah adalah pada Pemerintah dan Bank Sentral
sebesar 123.548 (juta USD).

Jadi total utang luar negeri Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebesar 266.109 (juta USD).

5. Pada tahun 2014, posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling tinggi adalah pada Swasta yaitu sebesar 163.592
(juta USD).
Sedangkan posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling rendah adalah pada Pemerintah dan Bank Sentral
sebesar 129.736 (juta USD).

Jadi total utang luar negeri Indonesia pada tahun 2014 yaitu sebesar 293.328 (juta USD).

6. Pada tahun 2015, posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling tinggi adalah pada Swasta yaitu sebesar 168.123
(juta USD).
Sedangkan posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling rendah adalah pada Pemerintah dan Bank Sentral
sebesar 142.608 (juta USD).

Jadi total utang luar negeri Indonesia pada tahun 2015 yaitu sebesar 310.730 (juta USD).

7. Pada tahun 2016, posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling tinggi adalah pada Swasta yaitu sebesar 161.722
(juta USD).
Sedangkan posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling rendah adalah pada Pemerintah dan Bank Sentral
sebesar 158.283 (juta USD).

26
Jadi total utang luar negeri Indonesia pada tahun 2016 yaitu sebesar 320.006 (juta USD).

8. Pada tahun 2017, posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling tinggi adalah pada Pemerintah dan Bank Sentral
yaitu sebesar 180.622 (juta USD) pada bulan Desember
Sedangkan posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling rendah adalah pada Swasta sebesar 171.781 (juta
USD) pada bulan Desember

Jadi total utang luar negeri Indonesia pada tahun 2016 yaitu sebesar 352.403 (juta USD).

9. Pada tahun 2018, posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling tinggi adalah pada Pemerintah dan Bank Sentral
yaitu sebesar 183.828 (juta USD) pada bulan April.
Sedangkan posisi utang luar negeri Indonesia antara Pemerintah dan Bank Sentral
dengan Swasta yang tumbuh paling rendah adalah pada Swasta sebesar 174.898 (juta
USD).

POSISI UTANG LUAR NEGERI MENURUT SEKTOR EKONOMI

Juta USD / Million of USD

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pertanian, Peternakan,
Kehutanan & Perikanan /
Agriculture, Husbandry,
1 Forestry & Fishing 6.860 7.069 7.533 8.862 9.279 9.607 8.219

Pertambangan & Penggalian /


2 Mining & Drilling 11.679 17.703 21.074 27.544 27.234 25.837 23.690

Industri Pengolahan /
3 Manufacturing 21.479 24.533 27.180 30.135 33.346 34.422 34.818

Pengadaan Listrik, Gas, Uap /


Air Panas dan Udara /
Electricity,Gas, Steam and Air
4 Conditioning Supply 17.716 21.144 23.555 20.430 23.240 22.717 23.289

Pengelolaan Air, Pengelolaan


Air Limbah, Pengelolaan
danDaur Ulang Sampah, dan
Aktivitas Remediasi / Water
Management, Waste Water
Management, Waste
5. Processingand Recycling, and 352 304 244 215 190 192 225
Remediation Activities

27
6. Konstruksi / Construction 11.667 11.724 10.779 9.632 9.184 8.872 8.934

Perdagangan Besar dan Eceran,


Reparasi Mobil dan
SepedaMotor / Wholesale and
Retail Trade; Repair of Motor
7. Vehiclesand Motorcycle 6.262 7.684 8.926 7.754 9.197 9.609 8.742

Transportasi dan
Pergudangan / Transportation
8 and Storage 4.055 5.142 5.911 5.338 6.162 6.461 6.551

Penyediaan akomodasi dan


penyediaan makan minum /
Provision of accommodation
9 and the provision of drinking 260 331 397 348 421 408 416

Informasi dan Komunikasi /


Information and
10 Communication 5.888 7.019 7.967 6.953 7.988 7.659 8.236

Jasa Keuangan dan Asuransi /


Financial and Insurance
11 Activities 40.604 39.609 47.523 54.348 58.585 64.171 61.221

Real Estate / Real Estate


12 Activities 3.564 4.539 5.432 4.770 5.768 6.285 5.343

Jasa Perusahaan / Business


13 Activities 1.177 1.493 1.783 1.567 1.890 1.870 1.950

Administrasi Pemerintah,
Pertahanan, dan Jaminan Sosial
Wajib/ Public Administration
and Defence; Compulsory
14 Social Security 41.594 47.650 55.814 60.046 74.947 88.524 106.129

15 Jasa Pendidikan / Education 4.153 4.285 4.250 4.428 4.151 4.078 3.958

Jasa Kesehatan dan Kegiatan


16 Sosial / Human Health and Social 10.010 10.542 10.286 9.262 8.400 7.782 7.332

Jasa Lainnya / Other Services


17 Activities 15.094 14.602 13.709 14.477 13.346 12.237 10.953

TOTAL 202.413 225.375 252.364 266.109 293.328 310.730 320.006

28
Berdasarkan posisi utang luar negeri menurut sektor ekonomi, dapat diketahui bahwa
posisi utang luar negeri Indonesia yang tumbuh paling tinggi terjadi pada bidang administrasi
pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib yang dimana setiap tahunnya mengalami
peningkatan yang signifikan

Berdasarkan posisi utang luar negeri menurut sektor ekonomi, dapat diketahui bahwa
posisi utang luar negeri Indonesia yang tumbuh paling rendah terjadi pada bidang
pengelolaan air, pengelolaan air limbah, pengelolaan dan daur ulang sampah, dan aktivitas
remediasi. Namun bidang pengelolaan air, pengelolaan air limbah, pengelolaan dan daur
ulang sampah, dan aktivitas remediasi tidak mengalami penurunan yang signifikan setiap
tahunnya tetapi bidang ini selalu menduduki posisi yang terendah di semua sektor ekonomi.

29
POSISI UTANG LUAR NEGERI MENURUT JENIS MATA UANG

Juta USD / Million of USD

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 USD 114.782 138.517 167.142 190.710 212.513 222.771 221.307

2 JPY 40.602 42.337 37.758 29.962 24.758 23.730 23.582

3 SDR 6.330 6.360 6.380 6.217 5.668 5.246 4.830

4 GBP 778 705 668 589 463 348 234

5 EUR 7.809 6.809 6.953 6.669 7.118 7.623 10.470

6 CHF 397 372 344 338 256 207 146

7 IDR 29.276 27.875 30.688 28.727 39.734 47.767 56.336

8 SGD 220 227 323 623 688 848 802

9 CNY 78 327 362 476 498 439 444

10 MYR 68 70 100 192 212 201 222

11 KRW 234 239 290 395 407 438 446

12 HKD 10 11 15 30 33 25 37

13 THB 9 9 13 25 28 17 41

14 AUD 306 347 417 427 413 390 392

15 SEK 2 2 2 5 5 1 17

TOTAL 202.413 225.375 252.364 266.109 293.328 310.730 320.006

30
Berdasarkan posisi utang luar negeri menurut jenis mata uang, dapat diketahui bahwa
posisi utang luar negeri Indonesia yang tumbuh paling tinggi pertama terjadi pada mata uang
USD yang meningkat terus pada tiap tahunnya. Yang tumbuh tinggi kedua terjadi pada mata
uang JPY. Kemudian posisi tinggi ketiga diduduki oleh IDR yang berhutang terhadap
rakyatnya sendiri.

Berdasarkan posisi utang luar negeri menurut sektor ekonomi, dapat diketahui bahwa
posisi utang luar negeri Indonesia yang tumbuh paling rendah terjadi pada mata uang SEK
(terendah pada tahun 2010-2016), tetapi dari tahun 2017-2018 mata uang yang terendah
adalah AUD.

31
POSISI UTANG LUAR NEGERI MENURUT JANGKA WAKTU ASAL DAN KELOMPOK PEMINJAM

Juta USD / Million of USD

Berdasarkan posisi utang luar negeri menurut jangka waktu asal dan kelompok
peminjam, dapat diketahui bahwa posisi utang luar negeri Indonesia yang paling berbahaya

32
adalah utang jangka pendek karena kalau Indonesia tidak memiliki dana (uang) maka aset
Indonesia dengan mudahnya akan diambil oleh negara asing.

POSISI UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH MENURUT SEKTOR EKONOMI

Juta USD / Million of USD

33
Berdasarkan posisi utang luar negeri pemerintah menurut sektor ekonomi, dapat
diketahui bahwa posisi utang luar negeri pemerintah yang tumbuh paling tinggi adalah pada
bidang administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib yang dimana setiap
tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan

Berdasarkan posisi utang luar negeri pemerintah menurut sektor ekonomi, dapat
diketahui bahwa posisi utang luar negeri pemerintah yang tumbuh paling rendah terjadi pada
bidang Real Estate yang setiap tahunnya mengalami penurunan.

34
POSISI UTANG LUAR NEGERI SWASTA MENURUT TUJUAN PENGGUNAAN

Juta USD / Million of USD

Posisi utang luar negeri swasta menurut tujuan penggunaan, Indonesia berhutang
yang paling besar dikarenakan untuk biaya modal kerja. Sedangkan hutang Indonesia yang
terkecil digunakan untuk kebutuhan Reflancing.

35
BAB III

KESIMPULAN

Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri, adalah sebagian dari total utang suatu
negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Perkembangan jumlah utang
luar negeri Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Hal ini tentu
saja menimbulkan berbagai konsekuensi bagi bangsa Indonesia, baik dalam periode jangka
pendek maupun jangka panjang. Dalam periode jangka pendek, utang luar negeri harus diakui
telah memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi pembiayaan pembangunan ekonomi
nasional sehingga dengan terlaksananya pembangunan ekonomi tersebut, tingkat pendapatan
per kapita masyarakat bertumbuh selama taga dasawarsa sebelum terjadi krisis ekonomi.

Semakin bertambahnya utang luar negeri pemerintah, berarti juga semakin


memberatkan posisi APBN RI, karena utang luar negeri tersebut harus dibayarkan beserta
dengan bunganya. Ironisnya, semasa krisis ekonomi, utang luar negeri itu harus dibayar
dengan menggunakan bantuan dana dari luar negeri, yang artinya sama saja dengan utang
baru, karena pada saat krisis ekonomi penerimaan rutin pemerintah, terutama dari sector
pajak, tidak dapat ditingkatkan sebanding dengan kebutuhan anggaran belanjanya. Dalam
jangka panjang akumulasi dari utang luar negeri pemerintah ini tetap saja harus dibayar
melalui APBN, artinya menjadi tanggung jawab para wajib pajak. Dengan demikian, maka
dalam jangka panjang pembayaran utang luar negeri oleh pemerintah Indonesia sama artinya
dengan mengurangi tingkat kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia masa
mendatang.

Suatu hal yang tepat, bila utang luar negeri dapat membantu pembiayaan
pembangunan ekonomi di negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia, untuk
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Tetapi, penggunaan utang luar
negeri yang tidak dilakukan dengan bijaksana dan tanpa prinsip kehati-hatian, dalam jangka
panjang utang luar negeri justru akan menjerumuskan negara debitur kedalam krisis utang
luar negeri yang berkepanjangan, yang sangat membebani masyarakat karena adanya
akumulasi utang luar negeri yang sangat besar.

36
DAFTAR PUSTAKA

http://tholibpoenya.blogspot.com/2015/01/hutang-luar-negeri-indonesia.html?m=1

http://ratnaindangayu.blogspot.com/2016/04/makalah-utang-luar-negeri.html?m=1

http://makalahutang.blogspot.com/2013/05/bab-i-pendahuluan-a.html?m=1

http://pudttha.blogspot.com/2015/02/analisis-pengaruh-utang-luar-negeri.html

http://dunia-ips-ku.blogspot.com/2013/03/sejarah-ekonomi-di-indonesia.html

http://http://andhikaphantomhive.blogspot.com

37

Anda mungkin juga menyukai