DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
NAMA ANGGOTA :
PRODI AKUNTANI
FAKULTAS EKONOMI
1
UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA KUPANG
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas penyertaanya ,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugasmakalah Perekonomian Indonesia ini.
Kami menyusun makalah ini dengan hasil diskusi bersama dan dari beberapa referensi
buku serta jurnal yang kami dapatkan. oleh karena itu, kami sangat menghormati dan
menghargai pikiran-pikiran penulis lain yang menjadi sumber acuan dalam menulis makalah
ini. namun, bagaimana pun hal ini membuat kami berbuat hati-hati dan tanggung jawab serta
upaya yang maksimal demi terselesainya makalah inidengan sebaik-baiknya. Dalam
memenuhi unsur kemudahan dalam memahami isi makalah ini, kami mengupayakan
menggunakan bahasa yang relatif sederhana danmudah di pahami. selain itu, kami juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses kontribusi
untuk menyelesaikan tugas makalah ini,khususnya kepada dosen mata kuliah Perekonomian
Indonesia.
Bagaimanapun, tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih butuh banyak
pembelajaran. namun, kami berharap bahwasanya tugas makalah yang kami buat ini dapat
memberikan manfaat bagi semua orang yang membaca.
Penyusun
Kelompok VI
2
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I ...........................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.3 TUJUAN.....................................................................................................5
BAB II..........................................................................................................................6
3
PEMBAHASAN .........................................................................................................6
BAB III.........................................................................................................................9
PENUTUP ..............................................................................................................9
3.2 SARAN......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................10
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.1 LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan
suatu negara. Tingkat produktivitas suatu negara bisa juga dilihat dari pertumbuhan
ekonominya. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan menentukan seberapa besar
peran pemerintah dalam proses pertumbuhan, dan disertai dengan kebijakan yang dilakukan.
Dalam konsep ekonomi, terdapat kebijakan fiskal yang merupakan pengelolaan anggaran
pemerintah (budget) yang terdapat dalam anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dalam
rangka mencapai tujuan pertumbuhan. Keberhasilan pertumbuhan suatu negara juga
ditentukan oleh berbagai faktor yang dimiliki masing-masing negara, salah satunya
ketersediaan sumber daya baik modal dan sumber daya manusia. Dengan kata lain tanpa
adanya dukungan yang cukup kuat dari sumber daya ekonomi yang produktif, maka
pembangunan ekonomi mustahil dapat dilaksanakan dengan baik.
Kepemilikan sumber daya yang tidak merata diberbagai negara mendorong negara-
negara di dunia melakukan hubungan bilateral untuk memenuhi segala kebutuhannya untuk
meningkatkan pertumbuhan eknominya. Pada banyak negara dunia ketiga, yang umumnya
memiliki tingkat kesejahteraan rakyat yang relatif masih rendah, mempertinggi pertumbuhan
ekonomi memang sangat mutlak diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang
ekonomi dari negara-negara industri maju. Oleh karena masih relatif lemahnya kemampuan
partisipasi swasta domestik dalam pembangunan ekonomi, mengharuskan pemerintah untuk
mengambil peran sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi nasional.
5
semua tidak diberikan sebagai bantuan cuma-cuma (gratis), tetapi dengan berbagai
konsekuensi baik yang bersifat komersial maupun politis.
Pinjaman luar negeri memang pada satu sisi dapat mendukung program pembangunan
nasional pemerintah, sehingga target pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan
pendapatan per kapita masyarakat meningkat. Tetapi pada sisi lain, diterimanya pinjaman luar
negeri dapat menimbulkan masalah dalam jangka panjang, yang akan menjadi beban yang
seolah-olah tak terlepaskan sehingga justru menyebabkan berkurangnya tingkat kesejahteraan
masyarakat.
Pada masa krisis ekonomi, pinjaman luar negeri atau utang luar negeri Indonesia
termasuk utang luar negeri pemerintah, telah meningkat drastis dalam hitungan rupiah.
Sehingga menyebabkan pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negeri yang baru
untuk membayar utang luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo. Akumulasi utang luar
negeri dan bunganya tersebut akan dibayar melalui APBN RI dengan cara mencicilnya pada
tiap tahun anggaran. Hal ini menyebabkan berkurangnya kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat pada masa mendatang, sehingga jelas akan membebani masyarakat, khususnya para
wajib pajak di Indonesia.
1.3 TUJUAN
6
BAB II
PEMBAHASAN
Utang luar negeri merupakan salah satu alternatif komponen pembiayaan anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN) selain pembiayaan melalui hibah maupun penjualan
surat berharga negara (SDN) atau surat utang negara (SUN).
Bank indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri (ULN) berada di US$ 4o9,5 miliar
pada april 2022. Dengan asumsi US$ 1 setara rp.14.792, nilai ULN itu adalah Rp.6.o31.52
7
triliun. Secara tahunan, pertumbuhan ULN pemerintah mengalami kontraksi sebesar 7,3%
(yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi bulan sebelumnya yang sebesar 3,4%
(yoy). Penurunan ULN pemerintah terjadi akibat beberapa seri surat berharga negara (SBN)
yang jatuh tempo di bulan april 2022 dan adanya pergeseran penampatan dana oleh investor
non residen sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian dipasar keuangan global.
Utang luar negeri merupakan salah satu alternatif komponen pembiayaan anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN) selain pembiayaan melalui hibah maupun penjualan
surat berharga negara (SBN) atau surat utang negara (SUN). Selain pendapatan dari pajak dan
hasil pengelolaan sumber daya, utang merupakan jalan pintas Negara untuk mendapat dana
guna membiayai pembangunan. Pembiayaan melalui pinjaman merupakan bagian dari
kebijakan APBN yang menjadi bagian dari kebijakan pengelolaan ekonomi secara
keseluruhan.
8
Pemerintah Republik Indonesia telah memiliki instrumen hukum terkait dengan
pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari pinjaman dan hibah luar negeri melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan
Penerimaan Hibah (PP 10/2011). PP 10/2011 menyebutkan bahwa penggunaan utang luar
negeri salah satunya digunakan untuk membiayai defisit APBN dan membiayai kegiatan
prioritas kementerian/lembaga.
PBJP yang dibiayai dari utang luar negeri memiliki dampak yang signifikan terhadap
Pemerintah Republik Indonesia, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Dalam periode jangka pendek, utang luar negeri harus diakui telah memberikan kontribusi
yang cukup berarti bagi pembiayaan pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang,
akumulasi dari utang luar negeri pemerintah ini tetap saja harus dibayar melalui APBN,
artinya menjadi tanggung jawab para wajib pajak dan mengurangi tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat Indonesia masa mendatang.
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Januari 2023 tetap terkendali. Posisi
ULN Indonesia pada Januari 2023 tercatat sebesar 404,9 miliar dolar AS. Dengan
perkembangan tersebut, pertumbuhan ULN Indonesia pada Januari 2023 secara tahunan
mengalami kontraksi sebesar 1,9% (yoy), melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya
sebesar 4,1% (yoy). Kontraksi pertumbuhan ini bersumber dari ULN pemerintah dan sektor
swasta. Perkembangan posisi ULN pada Januari 2023 juga dipengaruhi oleh faktor perubahan
akibat pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk
Rupiah.
ULN pemerintah masih berada dalam fase kontraksi. Pada bulan Januari 2023, posisi
ULN pemerintah tercatat sebesar 194,3 miliar dolar AS, atau secara tahunan mengalami
kontraksi sebesar 2,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kontraksi pada bulan
9
sebelumnya sebesar 6,8% (yoy). Perkembangan ULN tersebut terutama didorong oleh
peningkatan penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik
dan internasional seiring sentimen positif kepercayaan pelaku pasar global yang makin
meningkat. Pemerintah terus berkomitmen untuk mengelola ULN secara hati-hati, kredibel,
dan akuntabel, termasuk menjaga kredibilitas dalam pemenuhan kewajiban pembayaran
pokok dan bunga utang secara tepat waktu. Sebagai salah satu komponen dalam instrumen
pembiayaan APBN, ULN berperan penting untuk mendukung upaya Pemerintah dalam
pembiayaan sektor produktif serta belanja prioritas, khususnya dalam rangka menopang dan
menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap solid di tengah ketidakpastian kondisi
perekonomian global. Dukungan tersebut antara lain mencakup sektor jasa kesehatan dan
kegiatan sosial (24,0% dari total ULN pemerintah), administrasi pemerintah, pertahanan, dan
jaminan sosial wajib (17,8%), jasa pendidikan (16,7%), konstruksi (14,3 %), dan jasa
keuangan dan asuransi (10,4%). Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali
mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai
99,7% dari total ULN pemerintah.
ULN swasta juga melanjutkan tren kontraksi pertumbuhan. Posisi ULN swasta pada
Januari 2023 tercatat sebesar 201,2 miliar dolar AS, atau secara tahunan mengalami kontraksi
sebesar 1,5% (yoy), melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 1,8% (yoy).
Pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial
corporations) mengalami kontraksi sebesar 1,1% (yoy), lebih rendah dibandingkan
kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 1,5% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan ULN
lembaga keuangan (financial corporations) mengalami kontraksi 3,1% (yoy), lebih dalam
dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 2,7% (yoy). Berdasarkan
sektor ekonomi, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi;
industri pengolahan; pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin; serta
pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 77,6% dari total ULN swasta. ULN
swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,2%
terhadap total ULN swasta.
Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian
dalam pengelolaannya. ULN Indonesia pada Januari 2023 tetap terkendali, tecermin dari
rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran
30,3%, sedikit meningkat dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 30,1%.
Selain itu, struktur ULN Indonesia yang sehat juga ditunjukkan oleh ULN yang tetap
10
didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 87,4% dari total ULN.
Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus
memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan
prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam
menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan
meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia telah menjadi salah satu negara diantara
negara negara di dunia yang tenggelam dalam perkara utang luar negeri. Semenjak krisis
ekonomi yang di alami Indonesia pada tahun 1998, hal tersebut yang menjadi puncak dimana
kondisi pemerintahan kacau balau dari berbagai bidang dan sektor yang ada terutama kondisi
APBN, sehingga mengharuskan pemerintah untuk mencari dana untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan pembiayaan. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah
membuka pinjaman kepada lembaga maupun pemerintahan asing, karena dampak dari pada
krisis tersebut berpengaruh terhadap pendapatan negara. Namun, seiring berjalannya waktu
utang luar negeri tersebut terus meningkat sedangkan efek dari pada penggunaan utang luar
negeri terhadap peningkatan pendapatan dalam negeri tidak terlihat bahkan hingga saat ini.
Selain itu, dengan menumpuknya utang-utang luar negeri yang notabene berbasis bunga
menjadi penambah berat dalam pelunasan utang utang tersebut. Sehingga, hal inilah yang
menyebabkan mengapa utang luar negeri Indonesia terus bertambah dan bertambah sebab
peminjamannya berbasis pada bunga (riba) yang telah dijelaskan kerkait keharamannya serta
memberikan dampak negatif yang besar.
3.2 SARAN
Untuk menangani terkait pelunasan dengan maksud memperkecil jumlah utang luar
negeri Indonesia akan tidak mudah serta memakan waktu lama, hal hal yang harus dilakukan
diantaranya ialah meminimalisir terkait pengeluaran yang sifatnya tidak perlu ataupun
berlebihan dengan demikian dapat menghemat anggaran serta dapat memperkecil jumlah
pinjaman yang dibutuhkan dan tentunya pinjaman tanpa bunga. Selain itu, diutamakan
penggunaan anggaran adalah untuk mengoptimalkan sektor sektor yang berpotensi untuk
meningkatkan pendapatan negara sehingga dengan begitu pendapatan negara sedikit demi
12
sedikit akan mampu memenuhi kebutuhan pengeluaran belanja negara dan mempu melunasi
utang utang yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Tri Basuki dan Nano Prawoto. (2016). Analisis Regresi dalam Ekonomi dan Bisnis.
Rajawali, and Jakarta Pers, 1–25.
Anitasari, Merri, and Ahmad Soleh. (2015). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Bengkulu. Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan
Bisnis, 3(2), 117–27.
Anwar, Khoirul. (2017). Analisis Dampak Defisit Anggaran Terhadap Ekonomi Makro
Indonesia. Jurnal Jejaring Administrasi Publik, VI(2), 588–603.
Atmadja, Adwin Surya (2000). Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Perkembangan dan
Dampaknya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1(2), 83-94.
13
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2020). Data Produk Domestik Bruto Harga Berlaku 2005-
2019
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2020). Data Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1990-
2019
Bank Indonesia. (2020). Data Defisit APBN 1990-2019. Nota Keuangan Kementerian
Keuangan RI
Bank Indonesia. (2020). Data Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1990-2019 Bank
Indonesia.
Data Belanja pemerintah Pusat 2005-2019 Bank Indonesia. (2020). Data Pembayaran Cicilan
Bunga Utang 2005-2019
Batubara, Rivai Geraldin. (2020). Pengaruh Defisit Anggaran Pemerintah dan Akumulasi
Utang Luar Negeri Swasta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi.
Universitas Brawijaya.
Bonokeling, Daniel Eka. (2016). Pengaruh Utang Luar Negeri, Tenaga Kerja, dan Ekspor
Terhadap Produk Domestik Bruto di Indonesia Tahun 1986-201: Yogyakarta.
Chalk, Nigel Andrew, and Richard Hemming. (2000). Assessing Fiscal Sustainability in
Theory and Practice. IMF Working Papers, 00(81):, 1.
14