PEREKONOMIAN INDONESIA
1
KATA PENGANTAR
Adapun
tujuandaripenulisanmoduliniadalahuntukmemenuhitugasmatakuliahperekonomian Indonesia
dengan Ibu: AlzefinSinolungan SE.M.SI
selakudosenpengampu.Selainitu,modulinibertujuanuntukmenambahwawasantentangperekonomia
n Indonesia bagi para pembaca dan juga bagipenulis.
PEMBUAT MODUL
2
DAFTAR ISI
BAB 34....................................................................................................................................................8
KRISIS HUTANG DUNIA KETIGA LATAR BELAKANG, PERKEMBAGAN DAN PROSPEK
PENYELESAIANYA............................................................................................................................8
a) .KILAS BALIK...........................................................................................................................8
b) TINJAUAN TEORITIS.............................................................................................................12
c) TINJAUAN UMUM..................................................................................................................13
D. KAITAN ANTARA PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INTERNASIONAL DAN
PERMASALAHAN HUTANG NEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG............................14
E. KARAKTERISTIK NEGARA PENGHUTANG..........................................................................16
F. CARA PANDANG TERHADAP PERMASALAHAN HUTANG...............................................18
Bab 35...................................................................................................................................................22
PEREKONOMIAN NEGARA NEGARA DI KAWASAN PASIFIK SELATAN..........................22
A. PASIFIK SELATAN DI TENGAH LINGKUNGAN PEREKONOMIAN DUNIA YANG
TELAH BERUBAH..............................................................................................................................23
B. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN PASIFIK SELATAN...............................................25
C. TANTANGAN DI MASA DEPAN...............................................................................................26
D. KAWASAN TIMUR INDONESIA DAN PASIFIK SELATAN..................................................28
BAB 35..................................................................................................................................................29
POTENSI SERTA PERANAN CENDEKIAWAN DAN PENGUSAHA PALESTINA DALAM
MEWUJUDKAN NEGARA PALESTINA MERDEKA..................................................................29
BAB III.....................................................................................................................................................33
PENUTUP................................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................34
3
DAFTAR TABEL
Tabel 21.1 Pertumbuhan GDP Per Kapita Dan Prospeknya Di Sub- Sahara Afrika ,Asia Dan
Amerika Latin 1965-1995
Tabel 22.2 BeberapaIndikator Utama PerekonomianPasifik (Di luar Australia Dan SelandiaBaru)
Di BandingkanDengan Indonesia
Tabel 23.1 BeberapaIndikator Makro Ekonomi Para TetanggaPalestina Pada Awal 1990-an
4
BAB I
PENDAHULUAN
Krisishutang yang melandakelompok negara berkembang pada dasa 1980-an ini, oleh Dana
MoneterInternasional (IMF), diperkirakan us berlangsung pada dasawarsa 1990-an. Lebihlanjut,
kriristersebutarsampaknyaakandibarengisejumlahpermasalahanekonomi yang me genaikelompok
negara berkembang, antara lain sebagaiberikut:
5
3. Di Indonesia, inflasi juga terusmeningkatsebagaiakibatdari debt servicing, yang dibiayailewat
APBN di sisiBelanjaRutin, yang untukbanyak negara
menuntutpembeliandevisadenganmenggunakanmatauanglokaldari negara yang bersangkutan.
Upayamenghadapikemelutini,
meskisudahberulangkalidilakukanlewatberbagaiperundingainternasional,
namunhasilnyadiperkirakanmasihjauhdarimemadai; ataubahkantidaktepatmengenaisasarannya.
Indonesia, sebagai salah satu negara berkembangdenganjumlahhutangluar negeri US$41 miliar
(1988), meskipunbelummengalamikondisiseparah Mexico dan Brazil,
6
dipandangsudahmulaimenghadapipersoalanhutang yang cukupmemprihatinkan.
Seriusnyapersoalaninidapatdilihatdaribesarnyajumlahcicilan dan bungahutang Indonesia dalam
RAPBN 1989/1990 yang mencapaisebesar Rp 12,088 triliun. Jumlahtersebut me rupakan52
persendarijumlahpengeluaranrutin. Membengkaknyacicilan dan bungahutangluar negeri
tersebutsebagiandisebabkan oleh faktorfaktor yang tidakdapatdiduga dan di
luarjangkauanPemerintah, yaitu for jatuhnyanilaidolar Amerika Serikatterutamaterhadap Yen.
Pada kenyataannya, lebihdari 50 persenhutang Indonesia adalahdalambentuk ma tauangnondolar.
Di sampingsebabtersebut, jatuhnyahargaminyak di pasaran dunia
membuatberkurangnyapendapatandevisanasionalgunamembiayaicicilanhutangtersebut. Dari
uraiananalitisringkas di atasterlihat, bagaimanaprofilkrisishutang yang melandakelompok negara
berkembangdewasaini yang mengancamkesinambunganperkembanganekonomi global, bukan se
mata-matamerupakanpersoalandarikelompok negara berkembangsaja, akantetapi juga
darikelompok negara industri Barat dan Jepang, selain juga dariberbagai badan internasional, dan
bank-bank internasional. Se bagaiakibatdariadanyakesadaranini, masalahhutang dunia kelompok
negara berkembangbisadiselesaikansebagaibagiandarisuatumasalah global,
sedemikiansehinggacukupbanyakalternatifkebijakan yang bisadiupayakanperumusan dan
pelaksanaannya. Berbagaipertemuan inter nasional, termasuk yang diprakarsai IMF dan Bank
Dunia, dan G-5 atau G-7, memperlihatkanbahwapenyelesaianpermasalahanhutang dunia
kelompok negara berkembangmerupakanhal yang mendesak. Selanjutnya, keadaanini juga
memaksadiperhitungkannyamasalahhutang dunia sebagaimasukanbagiperumusanpolitikluar
negeri di berbagai negara yang terlibat. Dari uraian di atas juga
nampakbahwaadabeberapamasalah yang memerlukanpenelitianlebihlanjut
7
BAB II
PEMBAHASAN
BAB 34
KRISIS HUTANG DUNIA KETIGA LATAR BELAKANG, PERKEMBAGAN DAN
PROSPEK PENYELESAIANYA
a) .KILAS BALIK
Semenjakawaldasawarsa 1980-an, salah satumasalahekonomi glo bal yang
mengkhawatirkansemua negara di dunia adalahhutangluar negeri yang meningkatcepat;
melibatkanbukansajakelompok negara berkembangdariberbagaikategori, akantetapi juga negara
yang per ekonomiannyaterbesar di dunia serta yang tingkatpendapatan per kapitanya salah satu
yang tertinggi, yakni Amerika Serikat. Menurut World Debt Tables, dokumen yang berisikan
data-data hutang negara-negara di dunia yang diterbitkan oleh Bank Dunia, hutang dunia
kelompok negara berkembang pada tahun 1988 sajatelahmencapaijumlah US$1.320 miliar.
Sekitar 40 persendarihutangtersebut, atau US$529 miliar, merupakanhutang dunia dari 17 negara
berkembang yang dikategorikansebagai middle income countries. Kelompok negara berkembang
yang merupakanpionirpembangunanekonomi; bahkan yang
memilikitahapanindustrialisasitermaju di Dunia Ketigainiternyatamerupakanpenghutangterberat
(heavily-indebted countries). Selanjutnyapatutdikemukakan: jumlahhutang dunia kelompok
negara berkembangsebesar US$1.320 miliaritusamadengansekitarsatusetengah kali Produk
Nasional Bruto (PNB atau GNP) mereka;
atausekitarseparuhdarinilaikeseluruhanperdaganganbarang dunia (yang pada tahun 1988
diperkirakanmencapai US$2,84 tri liun). Sebagaiakibatdaribebanhutang yang besaritu, pada
periode 1982 1988 sajanilai debt-servicing kelompok negara berkembangtelahmencapai total
US$150 miliar rata-rata setahun.
Krisishutang yang melandakelompok negara berkembang pada dasa 1980-an ini, oleh Dana
MoneterInternasional (IMF), diperkirakan us berlangsung pada dasawarsa 1990-an. Lebihlanjut,
kriristersebutarsampaknyaakandibarengisejumlahpermasalahanekonomi yang me genaikelompok
negara berkembang, antara lain sebagaiberikut:
8
1.Harga-harga komoditaspertanian dan pertambanganterusmengalamifluktuasi,
selainkecenderunganterusmelemahdalamjangkapanjang.
9
Indonesia, sebagai salah satu negara berkembangdenganjumlahhutangluar negeri US$41 miliar
(1988), meskipunbelummengalamikondisiseparah Mexico dan Brazil,
dipandangsudahmulaimenghadapipersoalanhutang yang cukupmemprihatinkan.
Seriusnyapersoalaninidapatdilihatdaribesarnyajumlahcicilan dan bungahutang Indonesia dalam
RAPBN 1989/1990 yang mencapaisebesar Rp 12,088 triliun. Jumlahtersebut me rupakan 52
persendarijumlahpengeluaranrutin. Membengkaknyacicilan dan bungahutangluar negeri
tersebutsebagiandisebabkan oleh faktorfaktor yang tidakdapatdiduga dan di
luarjangkauanPemerintah, yaitu for jatuhnyanilaidolar Amerika Serikatterutamaterhadap Yen.
Pada kenyataannya, lebihdari 50 persenhutang Indonesia adalahdalambentuk ma tauangnondolar.
Di sampingsebabtersebut, jatuhnyahargaminyak di pasaran dunia
membuatberkurangnyapendapatandevisanasionalgunamembiayaicicilanhutangtersebut. Dari
uraiananalitisringkas di atasterlihat, bagaimanaprofilkrisishutang yang melandakelompok negara
berkembangdewasaini yang mengancamkesinambunganperkembanganekonomi global, bukan se
mata-matamerupakanpersoalandarikelompok negara berkembangsaja, akantetapi juga
darikelompok negara industri Barat dan Jepang, selain juga dariberbagai badan internasional, dan
bank-bank internasional. Se bagaiakibatdariadanyakesadaranini, masalahhutang dunia kelompok
negara berkembangbisadiselesaikansebagaibagiandarisuatumasalah global,
sedemikiansehinggacukupbanyakalternatifkebijakan yang bisadiupayakanperumusan dan
pelaksanaannya. Berbagaipertemuan inter nasional, termasuk yang diprakarsai IMF dan Bank
Dunia, dan G-5 atau G-7, memperlihatkanbahwapenyelesaianpermasalahankelompok negara
berkembangmerupakanhal yang mendesak. Selanjutnyakeadaanini
jugamemaksadiperhitungkannyamasalahhutang dunia sebagaimasukanbagiperumusanpolitikluar
negeri di
berbagai negara yang terlibat. Dari uraian di atas juga nampakbahwaadabeberapamasalah yang
memerlukanpenelitianlebihlanjut, yakni:
10
erangkakesatuanpandangan. Oleh karenaitu, perlukiranyadikaji: sampaisejauh mana
pengaruhberbagaikebijakan yang beragamtersebutdalamupayapenyelesaianhutang dunia. Di
sampingituperluditelitibagaimanaprospekpenyelesaianmasalahhutangitusendiri di masa
mendatang.
11
pihakdebitormaupunkreditor; atau (3) semata-matakarena mismanagement da lam
lingkunganekonomidomestik negara pengutang.
b) TINJAUAN TEORITIS
Biladitinjaudariteoriekonomi, persoalanhutangluar negeri darisuatu negara
dapatdidekatidenganbertolakdaripersamaanidentitaspendapatannasional.
Y = C + l + G + CA ...(1)
CA = RB - Tr - rD...(2)
Y = C + S + T...(3)
- CA = - RB + Tr + rD...(4)
- CA = - RB + Tr + rD = DI + D - CF...(5)
- RB = DI + (D - rD) - TI - CF...(6)
12
(D-rD) = -RB-DI + Tr+ CF...(7)
Persamaan (6) dan (7) menunjukkanketerkaitanantara net transfer Jaripinjamanluar negeri (D-
rD), selisihantaraekspor dan imporbarang plus jasa-jasanonfaktor, pemasukan modal swasta,
transfer, dan pelarian modal. Sejaktahun 1984 negara-negara
berkembangtelahlebihbanyakmembayarcicilan dan bungapinjamandibandingkandenganpinjaman
yang diperoleh. Untukmengatasimasalahiniberarti negara-negara
berkembangharusmemacueksporataumengekangimpor, lebihmerangsangpemasukan modal
swastaasing, menekan transfer balasjasaatasfaktorproduksi nonmodal keluar negeri,
ataumenekanpelarian modal keluar negeri, ataubahkankombinasidarikeempatalternatif yang
tersedia. Seti ap pilihansenantiasamenghadapikonsekuensi dan kendala yang berbedabeda, dan
sampaibatas-batastertentu, salingberkaitan.
c) TINJAUAN UMUM
Tidaksepertikrisis-krisishutangsebelumnya, permasalahanhutangluar negeri NSB pada
dekadedelapanpuluhaninimelandasemua ka wasan dan
melibatkanberbagaipelakonekonomimulaidaripernerintah negara kreditor dan debitor, lembaga-
lembagainternasionalsampaikepada dunia usaha dan dunia perbankan. Jika krisishutang pada
periode-periodelampautidaksampaimengguncangkan dunia perbankan,
makakrisishutangdewasainibenar-
benarmenimbulkankekhawatiranmendalamataskelangsunganusahaperbankan, terutama di
Amerika Serikat. Oleh karenaitu pula, pemerintah negara
kreditormerasaamatberkepentinganuntukterlibatsecaramendalamuntukmengatasikrisishutangini
demi untukmelindungikepentinganperekonomiannasionalnya.
Mengingatadakaitaneratantaralembaga-lembagainternasionalseperti Bank Dunia dan IMF dengan
negara-negara kreditorbesar, makalembaga-lembagaitu juga dilibatkansebagai "penengah"
antarakreditor dan debitor, khususnyadalamkaitandenganusahapenyehatanmasalahhutangluar
negeri denganpenyesuaianmakroekonomi di negara penghutang.
Sejalandenganmakinpeliknyapermasalahanhutang NSB,
munculsejumlahinisiatifuntukmengatasinya, seperti Baker Plan dan Brady Plan, Miyazawa Plan,
dan Mitterand Proposal. Berbagai forum internasionallakmelewatkan agenda
pertemuannyatanpamembahaspermasalahanhutang. Hal
13
inimenunjukkanbetapasudahmendunianyapersoalan hutang NSB sehinggadiperlukanusaha-
usahainternasionaluntukmengatasinya.
Secarasekilastelahdikemukakanbahwapermasalahanhutang NSB
bagaimanapuntidakdapatterlepasdaripengaruhlingkunganmakroekonomi dunia.
Perekonomiannasional NSB yang kinisemakinterseret da lam proses globalisasi,
mautakmausemakinsensitifterhadapgejolakperekonomian dunia.
Permasalahanhutanginimemangtidaklahberdirisendirisebagaifenomenatunggaldekade 1980-an.
Secarahistorisakarpermasalahannyatidakterlepasdariperkembangan di awaldekade 1970 an.
Krisishutangdewasainiadalahklimaksdariapa yang terjadi pada tahuntujuhpuluhan.
Melonjaknyahargaminyak pada 1973 telah meng alirkanaruspetrodolarkepusat-
pusatkeuanganinternasional. Dana kreditperbankan yang melimpahinimenyebabkan NSB
memilikiakses yang lebihmudahke pasar modal internasional. Apalagimengingattingkatbungariil
kala itusedemikianrendahnya, bahkansempatnegatif (lebihkecildarisukubungadeposito).
Pinjamankomersialmenjadialternatifutamadisebabkan pula karenatahun 1970-an merupakan era
penolakan yang kuatterhadappraktekperusahaantransnasional di kebanyakan Du niaKetiga.
Perananpenanaman modal asinglangsungterhadaparus fi nancialnettoke negara
14
berkembangmerosotdari 25 persentahun 1960 menjadi masing-masing 20 dan 10 persen
pada 1970 dan 1980.
Langkah barudenganmengutamakankreditdariperbankankomersialinternasional,
bukannyamerangsangpenanaman modal asing, pada gilirannyaberdampakburuk: kala
resesiberkecamuk dan volume kreditmenciut pada awal 1980-an, negara-negara
peminjamdihadapkan pada melonjaknyatingkatbungariil, bahkantertinggisejakDepresi 1929-
1932.. Pada saat yang bersamaan, praktekproteksionismeberkecamuk. Terms of trade NSB
kianmemburuk. Kesemuafaktortersebutmenyebabkanbebanhutang NSB melonjak.
Meksikomerupakan negara pertama yang memproklamirkandirisebagai negara yang tidakmampu
dan tidakakanmembayarkewajibanhutangluarnegerinya. Tetapi, kebanyakan NSB lainnya "takut"
oleh bayang-bayangkemerosotan creditworthiness di masa yang
akandatangsehinggamenggiringmerekalebihmemilihuntuk me ngetatkan "ikat pinggang"-
sampaibatastertentu agar tetapmemenuhikewajibanpembayaranhutangnya.
Defisitneracaanggarannyamenyebabkanpenurunantingkattabungan. Negara-negara
industrimajukecualiJepangmengalamihalserupa. Akibatnya, tingkattabungan dunia
secarakeseluruhanmenurun 2 persen pada periodeini. Penurunantingkattabunganinilah yang
lantasmenggerakkankenaikansukubunga. Penyebab lain
kenaikansukubungaituadalahkekhawatiranterhadapberkecamuknyainflasi. Adalahinflasi,
selainpajak, yang merupakanmomokbagi mas yarakat di negara-negara maju,
sehinggakerapmenjadi "komoditas an dalan" untukmeraihsuaradalampemilihanumum.
15
dikombinasikan Pula denganupaya-upayauntukmenekandefisitperdagangan, pada
akhirnyamenyulutpraktekproteksionisme di negara-negara maju. Se mentaraitu, ekspor negara-
negara sedangberkembangmengalamipu kulan beratsebagaiakibatkemerosotantajamatasharga-
hargakomoditas primer, Kurunwaktu 1984-1986 merupakan masa suram bagi komoditas primer,
dan mencapaipuncaknya di penghujungtahun 1987. Pada waktuitu, harga-hargakomoditas primer
a'iluarmigasberada pada tingkatterendahselamalebihsetengahabad. Oleh karenaitu, yang dihadapi
oleh NSB tidaksajabentengproteksionist ne yang kiankokoh, akantetapi juga penurunan terms of
trade
16
Oleh karenaitu, selainperlunyaupaya-upayainternasionaluntukmendorongperekonomian,
perkembangan Afrika di masa mendatangakan sangat ditentukan oleh stabilitas di dalam negeri
dan kawasansecarakeseluruhan. Amerika Latin, sebagaikelompok negara yang
mengalamikrisishutangterparah, juga menderitakemunduranekonomi. Bahkan, selamaperiode
1980-1988, pendapatan per kapitamengalamipenurunan. Inflasi di se jumlah negara mencapaitiga
digit. Pemerintahseolah-olahlepaskendaliterhadapperekonomian. Keadaanini pada
gilirannyamenciptakantekananpolitikkepadapihak yang tengahberkuasa.
Apalagi mengingat bahwa programpenyesuaian yang
dituntutuntukkeluardarikemeluthutangdalamjangkapendek, cenderungmenghimpit peri
kehidupansehari-haridarimasyarakatkebanyakan. Namun, pada sisi yang lain
adaperkembanganpositif di baliksemuakemeluttersebut. "Hikmah" yang ada di
balikpengalamanpahittersebutadalahmulaibermunculannyarejimemdemokratis di
dalamkancahpercaturanpolitik di Amerika Latin. Sepertitelahdisinggungsebelumnya, Asia
Tenggara dan Asia Timur merupakankawasan yang paling dinamis. Di tengahkemerosotan per
numbuhanekonomi di hampirsemuakawasan, bahkanada yang negatif di beberapa negara, Asia
Tenggara dan Asia Timur menikmatipertumbuhan yang kianmeningkat. Hampirsemua negara
Asia NICS (ANICS) untukbeberapatahunbahkanmencapailajupertumbuhan di atassepuluhpersen.
Kawasan Asia secarakeseluruhan, sepertiterlihat pada Tabel 21.1 umbuhdengan rata-rata 6,2
persenselama 1965-1987 dan 7,3 persen se panjangdekadedelapanpuluhan.
Apakahdisparitaspertumbuhan dan kinerjaekonomi pada umumnyaituberpangkaldaripenerapan
strategi pembangunan yang berbeda? Sebagian besar negara Afrika dan Amerika Latin
tergolongsebagai negara-negara penganut inward-oriented economies, sementara negara-negara
Asia Timur dan Asia Tenggara termasukkategoriutward-oriented economies. Secaraumum,
prestasi dan efisiensikelompok yang "sangat outward oriented" amatkontrasdengan yang "sangat
inward oriented": masing masinglajupertumbuhanGDPnyaselama 1973-1985 rata-rata mencapai
7,7 dan 2,5 persen; pertumbuhannilaitambahmanufaktur 10
17
inimerupakan salah satuindikatorefisiensi. Tampakbahwatingkatefisiensidarikelompok yang
sangat outward oriented mencapaidua kali lipatlebihtinggidibandingkandengankelompok yang
sangat inward oriented.
18
Kesalahanbisabersumberdaripihakpengggunadalammengalokasikannya, baikdisadariatautidak;
tetapibisa juga karena motif di balikpemberianhutang yang
bersifatekonomismaupunnonekonomis.
Salah satuprasyaratterpentinguntukmencapaitahapanlebihtinggiadalahmobilisasitabungandalam
negeri dan luar negeri yang
merupakanpenggerakinvestasiuntukmempercepatpertumbuhanekonomi. Ini pula lahsyarat yang
terkandungdalam model Harrod-Domar. Makatakherankalaubantuan/pinjamanluar negeri
merupakansuatuinstrumen yang dianggappenting, bahkanmungkinterpenting,
untukmenggerakkanpembangunan, mengingatketerbatasantabungandalamnegerilah yang pa ling
dirasakansebagaikendalapemupukan modal untukmemacu per tumbuhan di NSB. Keberhasilan
Marshall Plan dalammembanturekonstruksi negara-negara Eropa yang
kalahperangsemakinmengabsahkanpandangandemikian. Akan tetapisejakakhir 1960-an, model
linear mendapatsorotan dan kritiktajam. Keberhasilandalampertumbuhan, yang diukurdengan
Pro dukDomestikBruto (PDB) atau PDB per kapita, selama 1950-an dan 1960-an (masing-
masing telahdicanangkan oleh PBB sebagaiDasawarsa Pembangunan I dan II)
ternyatatidakmemuaskan negara-negara berkembang. Tarafhidupsebagianbesarpenduduk dunia
19
belum me ningkatsecaraberarti. Jumlahpenduduk miskin absolutkianmembengkak. Takpelaklagi,
pertumbuhanmemangbukanmerupakansyarat cu kup (sufficient condition)
bagikeberhasilanpembangunanekonomi. Terlalubanyakfaktorpendukung yang dijumpai di
negara-negara yang sekarangmaju pada tahapperkembangannya yang takdijumpai di negara-
negara berkembang. Belum lagikarenafaktor-faktoreksternal yang sudahjauhberubah.
Ketidakpuasanterhadappendekatanpembangunan yang
berorientasikepadapertumbuhanekonomisematamenyuburkangagasan dan
konsepkonseppemikiranbarutentangpembangunan, di antaranyaadalahteori Dependensia. Model-
model Dependensiamenganggapketerbelakangan negara negaraberkembangdisebabkan oleh
tekananpolahubunganketergantungannyaterhadap negara-negara maju yang
menjelmadalambentukbentuk neo-kolonialisme.
Keadaaninimenciptakanketimpanganstrukturalantar-bangsa, di mana negara-negara
terkebelakangberada pada posisibatasluar periphery yang dipaksakanuntuktunduk pada kehendak
negara maju yang merupakan metropolis, sebagaipusatpertumbuhan. Bantuan/ pinjamanluar
negeri dan penanaman modal asinglewatperusahaanperusahaanmultinasionalhanyadinikmati oleh
sekelompokkecilkapitalis dan elite birokrasi negara-negara terkebelakang.
20
negara biasanyamemberikanpinjamankepada negara lain tidaksemata-mataberdasarkan pada
pertimbanganekonomi. Bahkan, motivasipemberianpinjaman/ban tuan
kerapkalibukanuntukmemperolehkeuntunganekonomilangsungmelainkanbersifat dan
geopolitikmisalnya: "memperkuat" perekonomian dan
angkatanbersenjatauntukmenangkalmunculnyakekuatan-kekuatan yang tidakdiinginkan; dan
memperkokohstabilitas regional sebagai pe nyeimbangkekuatan negara tetangga yang
berlainanideologi. Sedangkanmotivasiekonomi yang
melatarbelakangipemberianbantuan/pinjamanbiasanyaadalah: memperluas dan
mendorongperdaganganluar negeri; mengatasi surplus produksidalam negeri,
biasanyaakibatpemberiansubsidi (misalnyakasus PL 480). Syarat-
syaratpinjamanjenisinibiasanyarelatifringan (ODA): maturity dan grace period relatifpanjang dan
tingkatbungarelatifrendah. Negara penerimapinjaman/bantuanlazimnyaberhaluanpolitik yang
sejalandengan negara pemberi.
Di pihaklain,
kreditorswastamemberikanpinjamandenganbertolakdarimotivasimencarikeuntungan. Bank-bank
swasta yang beroperasicarainternasionalselalumencarinasabah (baikswastamaupunpemerintah)
yang potensialsecaraekonomidenganrisiko yang serendahrendahnya.
21
mengatasipermasalahanhutang Dunia Ketiga pun tidakterlepasdarikepentingan/sisipandang
negara Barat.
Bab 22
PEREKONOMIAN NEGARA NEGARA DI KAWASAN PASIFIK SELATAN
22
Keseluruhanluas areal daratnya yang kecil dan lokasinya yang terpencar-pencar di
hamparansamudraPasifik yang begituluassertajumlahpenduduknya yang sangat
sedikitmenyebabkankawasaniniseolah-olahberada di
luargravitasidinamikahubunganekonomiantarbangsa. Namun,
ketersisihanmerekatidaksedramatisseperti yang dialami oleh negara-negara terbelakang di
Afrika, khususnya yang berada di Kawasan Sub-Sahara Afrika, yang
memangpraktistelahtersingkirdarimekanisme pasar dan persaingan global.
Ditinjaudarisudutekonomi, keterasingan negara-negara di kawasanPasifik Selatan
dilatarbelakangi oleh kaidaheconomieof
23
ekonomiannyadenganefisienjikamenempuhcaraautarki,
melainkanmerekaharusmembukadiriterhadapperekonomiinternasional. Tabel 22.1 memuat data
perbandingantingkatketerbukaanekonomi (degree of opennes)antara negara-negara kecil dan
negara-negara besar. Tampaknyatabahwamemang negara keciljauhlebihterbukadibandingkan de
ngan negara-negara besar, sepertiterlihatdaripentingnyaperananekspor dan impor di
dalamprodukdomestikbruto (GDP). Bahkanperananekspor dan impor di dua negara kota, yakni
Hong Kong dan Singapura, jauhmelebihiprodukdomestikbrutonya. Sebaliknya, perananatauporsi
per daganganluar negeri di negara-negara besarkebanyakan di bawah 20 persen. Data yang
lebihlengkapmengenaiindikator-indikatorekonomiutamaPasifik Selatan bisadisimaksecararinci
pada Tabel 22.2.
24
agaknyamenggerakkanmerekauntukmemilihjalandengancaramemerdekakandiri,
bukannyaterusbergantung pada perlindungan dan "belaskasihan" dari negara-negara
bekas penjajahnya.
25
inibisamengembangkansektorpertaniannyadenganlebihberagamuntuklebihmajudarisekedar pada
tingkatsubsisten. Sekalipunsektorindustritelahmulaitumbuh, namunmasih sangat
jauhbagimerekauntukmemenuhikebutuhandalam negeri, apalagiuntukmengekspor. Oleh
karenaitu negara-negara inibergantungkepadaimpor, yang jumlahnyajauhmelebihiekspor.
26
basis ekspor yang sangat rendah. Ekspordidominasi oleh beberapa (satuatauduajenis)
komoditassaja. Oleh karenaitu, upaya-upaya yang
lebihmendasarperludiprioritaskanuntukmeningkatkanproduksipangan dan
lebihmenganekaragamkansumberpenerimaandevisa. Hal inipentinguntukmemperkuat basis per
ekonomian dan dayabelimasyarakat.
27
Secarabersamamereka pun bisadiharapkanuntukmerumuskankerjasama di
bidangpengembangansumberdayamanusia.
CATATAN BELAKANG:
3. Bangladesh, Pakistan, Cina dan juga Indonesia merupakankekeculian. Salah satufaktor yang
melatarbelakanginyaadalahkarena proses industrialisasi yang "sangat cepat" di negara-negara
terse but tidakdiiringidenganpeningkatandayabelikonsumen do mestiksecaramemadai,
28
sehinggaeksporharussenantiasadipacu, yang hampirselaludisertaidenganpenerapan strategi
industrialisasisubstitusiimpor yang sangat rakusdevisaitu. Dari Tabel 22.1 juga
terlihatsecarajelasbetapaternyata Indonesia merupakan salah satu yang
memilikitingkatketerbukaanekonomi yang paling tinggi di antara negara-negara berukuranbesar.
BAB 23
POTENSI SERTA PERANAN CENDEKIAWAN DAN PENGUSAHA PALESTINA
DALAM MEWUJUDKAN NEGARA PALESTINA MERDEKA
29
yang berkelimpahanpetrodolar. Agaknya, ego dan intrikpolitiktelahmemudarkan "solidaritas
Arab", yang sempatmerekah kala menghadapitantangandarimusuh, telahmembatu.
Adakahkejayaan material dan belenggukekuasaantelahmembutakannurani?
30
carakeseluruhankedalamperioderesesi. Fenomena-fenomenabaru pun muncul. Masyarakat dunia
terbelalakkagetmenyaksikanmunculnyakekuatanminyak yang sebelumnyaterselubung.
31
Sebelumnyakucuranpetrodolar sangat dominan. Dan tidaksedikit yang berasaldari negara-negara
garis kerasseperti Libya dan Syria. Arab Saudi pun
masihsepenuhnyamembantuperjuangangerilya. Yang
terakhirinibolehdikatakanmenjadipenyumbangutama. Namunmenyusul Re volusi Iran, perilaku
Arab Saudi mulaiberubah dan sedikit demi sedikitmengurangipasokandananya.
ApalagipascaPerangTeluk.
BAB III
PENUTUP
33
Potensisertaperanancendekiawan dan pengusahapalestinadalammewujudkan negara
palestinamerdekaadabangsa yang begitutragisnasibnyasepertibangsapalestina. negeri dambaan
yang dideraderitaberkepanjangan ,namunkianlemah petrodollar
DAFTAR PUSTAKA
Hamida, Essma Ben. Behind the Palestinian Uprising. Penang dan Nyon : Third Word Network
dan International Faundation for Development Alternatives, 1988.
34
"How to Follow the Talks", Time EdisiTanggal 11 November 1991, h. 12-3. Media Dakwah,
November 1991.
35