Anda di halaman 1dari 15

i

KRISIS PEMBANGUNAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan

Dosen Pengampu : Gentur Jalunggono, S.E., M.Si

Disusun oleh :
Muh Saiful Bahri (1510101001)
Angger Vito Rahman (1510101002)
Gilang Bondoyudo (1510101037)
Wahyu Prayitno (1510101040)
Arinda Sita Putri (1510101088)
Lody Meita Rehan (1510101099)

Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS TIDAR
2017
ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang mengelola sumber daya manusia dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Gentur Jalunggono, S.E.,M.Si
selaku dosen mata kuliah Ekonomi Pembangunan UNTIDAR yang telah memberikan
tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang krisis pembangunan yang
ada.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Magelang, 4 April 2017

ii
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2

BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................ 3

BAB III. PENUTUP .......................................................................................... 13

A. Kesimpulan ........................................................................................ 11

B. Saran .................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

3
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Krisis ekonomi global diawali pada 15 September 2008 yang menjadi catatan kelam
sejarah perekonomian Amerika Serikat, kebangkrutan Leman Brothers yang merupakan salah
satu perusahaan investasi atau bank keuangan senior dan terbesar ke 4 di Amerika serikat menjadi
awal dari drama krisis keuangan di negara yang mengagung-agungkan sistem kapitalis tanpa
batas. Siapa yang menyangka suatu negara yang merupakan tembok kapitalis dunia akan runtuh .
Celakanya apa yang terjadi di Amerika Serikat dengan cepat menyebar dan menjalar keseluruh
dunia. Hanya beberapa saat setelah informasi runtuhnya pusat keuangan dunia di Amerika,
transaksi bursa saham diberbagai belahan dunia seperti Hongkong, China, Australia, Singapura,
Korea Selatan, dan Negara lainnya mengalami penurunan drastis, bahkan Bursa Saham Indonesia
(BEI) harus disuspend selama beberapa hari, pemerintah Indonesia pun kelihatan panik dalam
menyikapi permasalahan ini, peristiwa ini menandai fase awal dirasakannya dampak krisis
ekonomi global yang pada mulanya terjadinya di Amerika dirasakan oleh negara Indonesia.
Krisis ekonomi global ini adalah salah satu dilema yang sedang dihadapi Indonesia sejak
dahulu hingga sekarang. Dan ini adalah dinamika kehidupan ekonomi yang tidak tetap
perubahannya. Kadang sistem ekonomi dunia naik, kadang sistem ekonomi dunia merosot drastis.
Ini menyebabkan gejolak besar bagi kehidupan ekonomi seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Akibat langsungnya adalah meledaknya harga kebutuhan pokok di Indonesia. Yang mana
sebelumnya saja sudah menjepit dompet masyarakat dan kini semakin menekan sektor-sektor
usaha yang menyediakan kebutuhan tersebut. Misalnya: Petani yang menyediakan sayur mayur
kini kesulitan dalam mencari pupuk yang murah, padi menjadi kurang subur dan pasokan yang
terbatas membuat harga beras melonjak. Ini adalah satu dari ribuan keluhan masyarakat dalam
merasakan dampak buruk dari krisis global ini. Sehingga tema Krisis Ekonomi Global ini
sangat cocok untuk menjadi bahan diskusi bagi mahasiswa karena mahasiswa juga mengalami
dilema ini dalam hidupnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi Negara berdasarkan tingkat GNI per kapita
2. Bagaimana krisis dunia pertama?
3. Bagaimana krisis dunia kedua?
4. Bagaimana krisis dunia ketiga?

1
2

5. Bagaimana krisis keuangan global 2008?


6. Apa sebab krisis keuangan global 2008?
7. Apa dampak dari krisis keuangan global 2008 bagi Indonesia?

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

1. Krisis Pembangunan
Di samping krisis yang terjadi pada dataran teori,tidak dipungkiri bahwa selama
proses pembangunan dapat terjadi krisis dalam proses tersebut.Jika kita sepakat membagi
dunia dalam tiga kategori,yaitu negara Dunia Pertama,Kedua, dan Ketiga,krisis
pembangunan yang terjadi di negara-negara tersebut memiliki corak yang berlainan.
Bank Dunia mengklasifikasikan kinerja perekonomian suatu negara berdasarkan
GNI (Gross National Income atau Produk Nasional Bruto) per kapita. GNI perkapita
adalah pendapatan nasional bruto dibagi jumlah populasi penduduk.Karena berubahnya
GNI per kapita,klasifikasi negara berdasarkan kelompok pendapatannya dapat saja
berubah pada setiap edisi publikasi Bank Dunia,terutama dalam World Deploment Report
yang terbit setiap tahun.Bank Dunia (2008) mengklasifikasikan negara berdasarkan
tingkatan GNI per kapitanya sebagai berikut :
a) Negara berpenghasilan rendah (low-income economies) adalah kelompok negara-
negara dengan GNI per kapita kurang atau sama dengan US$ 975 pada tahun
2008.
b) Negara berpenghasilan menengah (middle-income economies) adalah kelompok
negara-negara dengan GNI per kapita lebih dari US$ 975, namun kurang dari US$
11.905 pada tahun 2008. Dalam kelompok negara berpenghasilan menengah
dapat dibagi menjadi: (a) negara berpenghasilan menengah papan bawah (lower-
middle-income economies) dengan GNI perkapita antara US$ 976 hingga US$
3.855; (b) negara berpennghasilan menengah papan atas (upper-middle-income
economies ) dengan GNI per kapita antara US$ 3.856 hingga US$ 11.905.
c) Negara berpenghasilan tinggi (high-income economies)adalah kelompok negara-
negara dengan GNI perkapita US$ 11.906 atau lebih pada tahun 2008.
d) Dunia (World) meliputi semua negara di dunia,termasuk negara-negara yang
datanya langka dan dengan penduduk lebih dari 30.000 jiwa.

2. Krisis Di Negara Dunia Pertama

3
4

Di negara Dunia Pertama,yaitu negara-negara di Eropa Barat dan Amerika


Utara,krisis yang terjadi disebabkan kegagalan mereka dalam mencapai welfare
state(negara kesejahteraan).Fakta bahwa negara Dunia Pertama telah mencapai tahap
pembangunan paling maju relatif terhadap belahan dunia lain adalah hal tidak dapat di
pungkiri.Namun demikian,dari ratusan tahun pengalaman melaksanakan pembangunan,
negara kesejahteraan yang mereka dambakan tampaknya masih jauh dari
kenyataan.Negara kesejahteraan merupakan tujuan pembangunan,di mana pembangunan
yang berorientasi ke negara ini pada akhirnya diharapkan mampu menyejaterakan
masyarakat secara menyeluruh.Pada tahun 1970-1980 konsep negara kesejahteraan
sebagai tujuan pembangunan mulai dipertanyakan.Kinerja pembangunan yang
diwujudkan dalam pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja,ternyata tidak mampu
menjawab tantangan disparitas distribusi pendapatan di antara mereka.Meski kinerja
pembangunan di negara Dunia Pertama sangat mengagumkan,suatu hal yang ironis di
mana pada saat yang bersamaan angka pengangguran justru semakin meningkat.
Arus migrasi penduduk dari NSB ke negara-negara Dunia Pertama akhirnya
semakin meningkatkan masalah sosial tesebut.Jenis pengangguran di negara Dunia
Pertama adalah pengangguran terbuka,yaitu orang menganggur karena secara sukarela
mereka menganggur.Hal ini disebabkan upah yang akan mereka terima berada di bawah
standar upah yang mereka inginkan,atau jenis pekerjaan yang ditawarkan tidak sesuai
dengan jenis pekerjaan yang diinginkan.Para imigran mampu memenuhi pasar yang
sebagai perantauan inilah banyak di antara mereka meraih sukses di kemudian hari.Di sisi
lain,kelompok imigran yang tidak sukses tetap terpuruk dalam kemiskinan,dan semakin
memperburuk masalah sosial yang ada.
Kemunculan gerakan neo-fasisme,rasisme,dan peningkatan kriminalitas di
negara-negara Dunia Pertama umumnya dilakukan oleh para generasi muda yang frustasi
dengan kondisi tersebut.Kemunculan gerakan ini justru semakin memperparah kondisi
sosial di negara-negara tersebut. Kerusuhan rasial di Los Angeles merupakan hasil akhir
akumulasi krisis sosial di Amerika Serikat.Kasus tersebut tidak terlepas dari krisis
pembangunan kapitalistis di negara Dunia Pertama.

4
5

3. Krisis Di Negara Dunia Kedua


Di negara Dunia Kedua,yaitu negara-negara Amerika Latin dan negara-negara
Eropa Timur,krisis yang terjadi relatif berbeda. Di negara-negara Eropa Timur,krisis
pembangunan terjadi pada daratan ideologis.Krisis ideologis inilah yang membawa
peralihan sistem politik dari komunisme/sosialisme menuju ke perekonomian
liberal.Ambruknya negara Uni Somviet menunjukkan bahwa masyarakat dinegara
komunis.Perubahan/revolusi sistem politik dan ekonomi di negara-negara komunis di
Eropa lainnya pada dasarnya didasarkan pada ketidakpercayaan mereka terhadap
mekanisme pemerataan kesejahteraan yang mereka anut.
Kelemahan mendasar sistem komunisme terletak pada cara pendang terhadap
keadilan.Di sisi lain,orientasi pembangunan yang menganggap bahwa kesejahteraan
individu merupakan derivasi dari kesejahteraan negara,ternyata tidak mampu berjalan
dengan baik.Sistem keadilan absolut yang selalu digembor-gemborkan oleh para
pemimpin komunis,ternyata justru menciptakan kelas-kelas masyarakat kepitalis ternyata
hanya menghilangkan kelas-kelas tersebut sementara,namun dalam jangka panjang
muncul kelas-kelas baru yang tidak kalah eksploitatif dibanding kelas borjuis dalam
kapitalisme.
Dalam proses pembangunan negara komunis,aspek politik jauh mendapat
prioritas dibanding aspek ekonomi.Tujuan-tujuan ekonomis pada akhirnya selalu tunduk
terhadap kepentingan politik mendapat peran tertinggi dibandingkan aspek-aspek
pembangunan yang lain.Dampaknya adalah sumber daya pembangunan terkuras oleh
upaya penyebaran ideologis.Di sisi lain,pembangunan ekonomi dikorbankan hanya untuk
meraih kepentingan politik.Problem ketidakseimbangan pembangunan ini harus didukung
oleh sumber daya pembangunan yang ada.Pertanyaan yang muncul kemudian adalah
sejauh mana kemampuan sumber daya yang ada terhadap efisiensi alokasi tersebut.Batas
ketidakmampuan dukungan ini akhirnya membawa keresahahn masyarakat bersama yang
secara sadar ingin melakukan perubahan sistem politik dan ekonomi.
Berbeda dengan di Eropa Timur,krisis pembangunan di Amerika Selatan
disebabkan salah arus utang luar negerinya.Beban uang yang demikian tinggi dari
sebagian besar negara di kawasan tersebut disebabkan alokasi utang tersebut sebagian
besar untuk pembelian barang mewah,impor persenjataan,merebaknya praktik korupsi.

5
6

4. Krisis Di Dunia Ketiga


Krisis yang terjadi di negara Dunia Ketiga memiliki perbedaan mendasar
dibandingkan krisis pembangunan di dua belahan dunia yang lain.Terdapat dua pola
krisis pembangunan di Dunia Ketiga,yaitu yang terjadi di Afrika dan Asia.Di Afrika dan
Asia,krisis pembangunan tetap bermuara pada masalah kelaparan.Konsentrasi terbesar
penduduk miskin dan lapar ini berada di Afrika bagian selatan dan Asia bagian
selatan(India,Bangladesh,Pakistan).Sekitar 25.000 orang meninggal karena kelaparan
atau disebabkan oleh lapar tiap hari,atau satu orang tiap 3,5 detik.Yang meninggal karena
kelaparan kebanyakan anak-anak.Masalah mendasarnya karena orang yang lapar terjebak
dalam kemiskinan yang akut dan parah.Mereka tidak memiliki cukup makanan untuk
memenuhi kebutuhan pangan miniminal,kurang gizi sehingga tubuhnya lemah,mudah
sakit,dan tidak mampu bekerja.
Kondisi kelaparan dan kemiskinan ini diperparah dengan masalang etnis yang
sering menyulut peperangan antarsuku dan negara di Afrika.Kasus Somalia adalah salah
satu contoh betapa rentannya ilkim politik di Afrika.Kelaparan yang terjadi secara
simultan dengan krisis etnis ini menambah permasalahan pembangunan menjadi semakin
sulit dipecahkan.
Di Asia,praktis krisis etnis merupakan problem potensial yang sewaktu-waktu
dapat terjadi.Pada beberapa kawasan di Asia,pertentangan etnis sangat mewarnai
perkembangan benua tersebut.Sementara itu,pertentengan etnis dikawasan lain Asia
tampaknya kurang menunjukkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan.Namun demikian
,dominasi ras kuningdalam perekonomian Asia tampaknya akan menjadi masalah
potensial di masa datang.

5. Krisis Keuangan Global 2008


Krisis keuangan global 2008 ternyata memberi pelajaran bahwa kapitalisme
global terbukti rentan terhadap krisis.Ambruknya perusahaan-perusahaan besar dan
global di Amerika Serikat(AS) dan Eropa menjadi headline semua media massa di
dunia.Indeks harga saham gabungan dan nilai kurs ikut merosot drastis yang
membuktikan contagion effect,dampak penularan krisis sangat cepat menjalar ke seluruh
penjuru dunia,tak terkecuali Indonesia.

6
7

Dimensi krisis Indonesia tgahun 1998 tenyata paling parah dibandingkan enam
negara Asia lainnya.Demikian catatan Bhanoji Rao dalam buku East Asian
Economies:The Miracle,a Crisis and the Future(2001).Dalam menghadapi krisis mata
uang dan naiknya tingkat suku bunga,kebangkrutan perusahaan dan bank dapat
menyebabkan krisis keuangan.Liquidity crunch di satu sisi,pesimisme konsumen dan
investor di sisi yang lain,dapat menyebabkan kontraksi investasi,yang diikuti dengan
krisis ekonomi dan penganngguran.Hal tesebut menyebabkan krisis sosial dan bahkan
krisis politik. Singkatnya, sepuluh tahun lalu, Indonesia mengalami krisis total (krital)
tidak hanya krisis moneter.

6. Krisis Ekonomi Global 2008 Serta Dampaknya Bagi Perekonomian Indonesia


Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 sebenarnya bermula pada
krisis ekonomi Amerika Serikat yang lalu menyebar ke negara-negara lain di seluruh
dunia, termasuk Indonesia. Krisis ekonomi Amerika diawali karena adanya dorongan
untuk konsumsi (propincity to Consume). Rakyat Amerika hidup dalam konsumerisme di
luar batas kemampuan pendapatan yang diterimanya. Mereka hidup dalam hutang,
belanja dengan kartu kredit, dan kredit perumahan. Akibatnya lembaga keuangan yang
memberikan kredit tersebut bangkrut karena kehilangan likuiditasnya, karena piutang
perusahaan kepada para kreditor perumahan telah digadaikan kepada lembaga pemberi
pinjaman. Pada akhirnya perusahaan perusahaan tersebut harus bangkrut karena tidak
dapat membayar seluruh hutang-hutangnya yang mengalami jatuh tempo pada saat yang
bersamaan. Runtuhnya perusahaan-perusahaan finansial tersebut mengakibatkan bursa
saham Wall Street menjadi tak berdaya, perusahaan-perusahaan besar tak sanggup
bertahan seperti Lehman Brothers dan Goldman Sachs. Krisis tersebut terus merambat ke
sektor riil dan non-keuangan di seluruh dunia. Krisis keuangan di Amerika Serikat pada
awal dan pertengahan tahun 2008 telah menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat
Amerika Serikat yang selama ini dikenal sebagai konsumen terbesar atas produk-produk
dari berbagai negara di seluruh dunia. Penurunan daya serap pasar itu menyebabkan
volume impor menurun drastis yang berarti menurunnya ekspor dari negara-negara
produsen berbagai produk yang selama ini dikonsumsi ataupun yang dibutuhkan oleh
industri Amerika Serikat. Oleh karena volume ekonomi Amerika Serikat itu sangat besar,

7
8

maka sudah tentu dampaknya kepada semua negara pengekspor di seluruh dunia menjadi
serius pula, terutama negara-negara yang mengandalkan ekspornya ke Amerika Serikat.
Dari sumber yang penulis dapatkan, terdapat enam penyebab terjadinya krisis
ekonomi Amerika Serikat, yaitu penumpukkan hutang yang sangat besar, adanya
program pengurangan pajak korporasi yang mengakibatkan berkurangnya pendapatan
Negara, besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membiayai perang Irak dan Afghanistan,
lembaga pengawas keuangan CFTC (Commodity Futures Trading Commision) tidak
mengawasi mengawasi ICE (Inter Continental Exchange) sebuah badan yang melakukan
aktifitas perdagangan berjangka, kerugian surat berharga property, dan yang terakhir
adalah keputusan suku bunga murah yang mengakibatkan timbulnya spekulasi yang
berlebihan. Penurunan suku bunga yang dilakukan oleh The Federal Reserve of The
United States atau bank sentral Amerika yang kala itu dipimpin oleh master ekonom
dunia Alan Greenspan membuat gejolak baru di pasar amerika.
Krisis ekonomi Amerika tersebut yang semakin lama semakin merambat menjadi
krisis ekonomi global karena sebenarnya perekonomian di dunia ini saling terhubung satu
sama lainnya, peristiwa yang terjadi di suatu tempat akan berpengaruh di tempat lainnya.
Dan tidak jarang dampak yang terjadi jauh lebih besar daripada yang terjadi di tempat
asalnya. Oleh karena itu Indonesia juga turut merasakan krisis ekonomi global ini.
Indonesia merupakan Negara yang masih sangat bergantung dengan aliran dana dari
investor asing, dengan adanya krisis global ini secara otomatis para investor asing
tersebut menarik dananya dari Indonesia. Hal ini yang berakibat jatuhnya nilai mata uang
kita. Aliran dana asing yang tadinya akan digunakan untuk pembangunan ekonomi dan
untuk menjalankan perusahaan-perusahaan hilang, banyak perusahaan menjadi tidak
berdaya, yang pada ujungnya Negara kembalilah yang harus menanggung hutang
perbankan dan perusahaan swasta.
Nilai ekspor Indonesia juga berperan dalam sebagai penyelamat dalam krisis
global tahun 2008 lalu. Kecilnya proporsi ekspor terhadap PDB (Product Domestic
Bruto) cukup menjadi penyelamat dalam menghadapi krisis finansial di akhir tahun 2008
lalu. Di regional Asia sendiri, Indonesia merupakan negara yang mengalami dampak
negatif paling ringan dari krisis tersebut dibandingkan negara lainnya. Beberapa pihak
mengatakan bahwa selamatnya Indonesia dari gempuran krisis finansial yang berasal

8
9

dari Amerika itu adalah berkat minimnya proporsi ekspor terhadap PDB. Negara-negara
yang memiliki rasio ekspor dengan PDB yang tinggi mengalami pertumbuhan ekonomi
yang negatif, seperti Singapura yang rasio ekspornya mencapai 200% dan Malaysia
mencapai 100%, sedangkan Indonesia sendiri terselamatkan dengan hanya memiliki
rasio ekspor sebesar 29%.
Dampak lainnya adalah karena krisis global, kini semakin banyak perusahaan
yang mengurangi jumlah tenaga kerjanya. Diperkirakan 200 ribu jiwa akan menjadi
pengangguran pada tahun 2009. Dengan bertambahnya angka pengangguran maka
pendapatan per kapita juga akan berkurang dan angka kemiskinan juga akan ikut
bertambah pula. Karena krisis yang terjadi adalah krisis global, maka tenaga kerja kita
yang ada di luar negeri juga merasakan imbasnya. Malaysia merencanakan untuk
memulangkan sekitar 1,2 juta tki yang mayoritas berasal dari Indonesia karena akan
memprioritaskan pekerja lokal. Itu baru dari satu Negara, belum lagi dari Negara-negara
lainnya. Hal tersebut tentu saja sangat mempengaruhi roda perekonomian Negara kita.
Jika pemerintah tidak dapat menyediakan lapangan kerja yang cukup, maka krisis ini
akan menjadi krisis yang sangat besar.
Langkah antisipasi untuk mengatasi dampak krisis ini nampaknya sudah
dipikirkan oleh pakar ekonomi negera ini. Pakar-pakar ekonomi dari Fakultas Ekonomi
yang tergabung dalam organisasi KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada)
merekomendasikan beberapa langkah untuk mengatasi krisisi gobal yang kini melanda
bangsa Indonesia. Meskipun mereka mengakui pemerintah sudah mengeluarkan beberapa
kebijakan yang berkaitan dengan antisipasi krisis keuangan global tersebut, tetapi
kebijakan tersebut menurut mereka perlu dikaji kembali secara menyeluruh tentang
segala aspek kehidupan dan bersifat antisipatif jauh ke depan. Dua puluh enam pakar
ekonomi yang diketuai oleh ekonom terkemuka Prof. Dr. Sjafrie Sairin, MA ini
menghasilkan beberapa langkah rumusan untuk mengatasi dampak krisis global, antara
lain:

1. Melakukan penyesuaian APBN 2009 dengan prioritas untuk pembangunan


infrastruktur dalam bentuk program padat karya disamping melakukan penataan bagi
sektor informal di kota-kota dengan kebijakan anti penggusuran.

9
10

2. Di bidang pertanian, diambil langkah untuk mengarahkan petani miskin dan


penganggur untuk mendapatkan lahan produktif sebagai modal untuk meningkatkan
taraf hidup serta membatalkan rencana pemberlakuan pajak terhadap produk-produk
pertanian.
3. Untuk bidang ekonomi makro, mendesak diturunkan suku bunga dan melonggarkan
likuiditas untuk menggerakkan sektor riil serta memberikan insentif pajak bagi industri
yang mempunyai basis penyerapan tenaga kerja yang besar.
4. Pemerintah disarankan secara serius mengelola resiko ekonomi dan fiskal disamping
melakukan penguatan pada sektor UMKM dan kewirausahaan.
5. Pemerintah harus lebih fokus pada pembangunan ekonomi domestik untuk lebih
mandiri dan melakukan revitalisasi industri dengan prioritas pada sumberdaya industri
dan pembanganun infrastruktur.
6. Indonesia perlu membangun perekonomian yang memiliki daya tahan dan kelenturan
yang tinggi agar dapat tetap berkembang dan bertahan dalam kondisi yang semakin
dinamis dan kompetitif
7. Diperlukan kebijakan untuk meningkatkan pemanfaatan tenaga-tenaga sarjana yang
terkena imbas PHK sebagai tenaga pendampingan di sektor pertanian, kesehatan dan
kependudukan dan terakhir, melakukan reorientasi kebijakan-kebijakan pembangunan
yang mendorong ke arah kemandirian bangsa.

Inti dari solusi tersebut adalah penguatan sektor mikro yang relatif tidak terpengaruh
oleh faktor-faktor eksternal seperti nilai tukar, kebutuhan negara lain, keadaan ekonomi
politik negara lain, dan perjanjian dalam forum perdagangan seperti WTO. Sudah saatnya
ekonomi Indonesia berbasis SDM serta SDA asli Indonesia diberi peluang lebih untuk
membangun fondasi perekonomian Indonesia berbasis usaha mikro yang terbukti lebih
tahan terhadap goncangan serta dapat lebih memberdayakan tenaga kerja negara ini agar
tingkat pengangguran semakin berkurang.

Dengan adanya kasus tersebut, para ekonom Indonesia sudah seharusnya mengambil
hikmah dari krisis 1998 dan 2008 agar jika krisis-krisis yang sama terulang di tahun-
tahun ke depan, Indonesia sudah memiliki fondasi yang kuat serta antisipasi yang matang
untuk menghadapinya.

10
11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam perkembangan proses pembangunan dan teori pembangunan, terdapat tiga


bentuk krisis yang perlu diperhatikan, yaitu krisis teori pembangunan, krisis pembangunan
di dunia nyata, dan krisis institusi kenegaraan yang banyak terjadi di negara-negara di dunia.
Setiap terjadinya krisis tentu akan berpengaruh terhadap negara-negara lain. Sebab pada saat
ini setiap negara tentu melakuan kerjasama dengan negara lain, baik kerjasama bilateral
ataupun multilateral yang tentunya sudah melibatkan banyak negara didalamnya. Jadi
apabila suatu ketika salah satu negara tersebut mengalami krisis akan berdampak langsung
terhadap negara lain. Krisis pembangunan ini dapat terjadi karena kesalahan strategi
pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang seharusnya dapat diselesaikan akan tetapi
malah menimbulkan dampak yang lebih parah atau krisis tersebut. Pada saat krisis yang
terjadi tahun 2008 menunjukkan bahwa kapitalisme global terbukti rentan terhadap gejolak
krisis yang ada. Ambruknya perusahaan-perusahaan besar menjadi faktor yang mendorong
terjadinya krisis di AS yang berdampak ke seluruh dunia. Pada saat terjadi krisis tersebut
yang sangat bertanggung jawab yakni pemerintah dalam bentuk kebijakan yang di ambilnya,
baik berupa kebijakan fiskal, moneter, ataupun non moneter.
B. Saran
Untuk mendukung keberhasilan suatu pembangunan ekonomi di negara serta tidak
terlalu terpengaruh terhadap gejolak perekonomian dunia, sebaiknya mengantisipasi hal
tersebut dengan cara mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi seperti
tidak terlalu bergantung terhadap hasil impor yang dilakukan oleh negara maju terhadap
negara kita Indonesia. Serta dengan melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia agar
mampu berdikari tanpa tidak selalu menggantungkan kepada orang lain.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dari makalah ini baik dari segi materi
maupun penulisannya jadi kami sangat berterimakasih kepada pembaca yang memberikan
kritik, saran dan solusi yang membangun.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro,Mudrajad. 2010. Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan.


Jakarta:Erlangga.

12

Anda mungkin juga menyukai