KRISIS PEMBANGUNAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan
Disusun oleh :
Muh Saiful Bahri (1510101001)
Angger Vito Rahman (1510101002)
Gilang Bondoyudo (1510101037)
Wahyu Prayitno (1510101040)
Arinda Sita Putri (1510101088)
Lody Meita Rehan (1510101099)
Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS TIDAR
2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang mengelola sumber daya manusia dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Gentur Jalunggono, S.E.,M.Si
selaku dosen mata kuliah Ekonomi Pembangunan UNTIDAR yang telah memberikan
tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang krisis pembangunan yang
ada.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
ii
3
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................ 11
B. Saran .................................................................................................. 11
3
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis ekonomi global diawali pada 15 September 2008 yang menjadi catatan kelam
sejarah perekonomian Amerika Serikat, kebangkrutan Leman Brothers yang merupakan salah
satu perusahaan investasi atau bank keuangan senior dan terbesar ke 4 di Amerika serikat menjadi
awal dari drama krisis keuangan di negara yang mengagung-agungkan sistem kapitalis tanpa
batas. Siapa yang menyangka suatu negara yang merupakan tembok kapitalis dunia akan runtuh .
Celakanya apa yang terjadi di Amerika Serikat dengan cepat menyebar dan menjalar keseluruh
dunia. Hanya beberapa saat setelah informasi runtuhnya pusat keuangan dunia di Amerika,
transaksi bursa saham diberbagai belahan dunia seperti Hongkong, China, Australia, Singapura,
Korea Selatan, dan Negara lainnya mengalami penurunan drastis, bahkan Bursa Saham Indonesia
(BEI) harus disuspend selama beberapa hari, pemerintah Indonesia pun kelihatan panik dalam
menyikapi permasalahan ini, peristiwa ini menandai fase awal dirasakannya dampak krisis
ekonomi global yang pada mulanya terjadinya di Amerika dirasakan oleh negara Indonesia.
Krisis ekonomi global ini adalah salah satu dilema yang sedang dihadapi Indonesia sejak
dahulu hingga sekarang. Dan ini adalah dinamika kehidupan ekonomi yang tidak tetap
perubahannya. Kadang sistem ekonomi dunia naik, kadang sistem ekonomi dunia merosot drastis.
Ini menyebabkan gejolak besar bagi kehidupan ekonomi seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Akibat langsungnya adalah meledaknya harga kebutuhan pokok di Indonesia. Yang mana
sebelumnya saja sudah menjepit dompet masyarakat dan kini semakin menekan sektor-sektor
usaha yang menyediakan kebutuhan tersebut. Misalnya: Petani yang menyediakan sayur mayur
kini kesulitan dalam mencari pupuk yang murah, padi menjadi kurang subur dan pasokan yang
terbatas membuat harga beras melonjak. Ini adalah satu dari ribuan keluhan masyarakat dalam
merasakan dampak buruk dari krisis global ini. Sehingga tema Krisis Ekonomi Global ini
sangat cocok untuk menjadi bahan diskusi bagi mahasiswa karena mahasiswa juga mengalami
dilema ini dalam hidupnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi Negara berdasarkan tingkat GNI per kapita
2. Bagaimana krisis dunia pertama?
3. Bagaimana krisis dunia kedua?
4. Bagaimana krisis dunia ketiga?
1
2
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Krisis Pembangunan
Di samping krisis yang terjadi pada dataran teori,tidak dipungkiri bahwa selama
proses pembangunan dapat terjadi krisis dalam proses tersebut.Jika kita sepakat membagi
dunia dalam tiga kategori,yaitu negara Dunia Pertama,Kedua, dan Ketiga,krisis
pembangunan yang terjadi di negara-negara tersebut memiliki corak yang berlainan.
Bank Dunia mengklasifikasikan kinerja perekonomian suatu negara berdasarkan
GNI (Gross National Income atau Produk Nasional Bruto) per kapita. GNI perkapita
adalah pendapatan nasional bruto dibagi jumlah populasi penduduk.Karena berubahnya
GNI per kapita,klasifikasi negara berdasarkan kelompok pendapatannya dapat saja
berubah pada setiap edisi publikasi Bank Dunia,terutama dalam World Deploment Report
yang terbit setiap tahun.Bank Dunia (2008) mengklasifikasikan negara berdasarkan
tingkatan GNI per kapitanya sebagai berikut :
a) Negara berpenghasilan rendah (low-income economies) adalah kelompok negara-
negara dengan GNI per kapita kurang atau sama dengan US$ 975 pada tahun
2008.
b) Negara berpenghasilan menengah (middle-income economies) adalah kelompok
negara-negara dengan GNI per kapita lebih dari US$ 975, namun kurang dari US$
11.905 pada tahun 2008. Dalam kelompok negara berpenghasilan menengah
dapat dibagi menjadi: (a) negara berpenghasilan menengah papan bawah (lower-
middle-income economies) dengan GNI perkapita antara US$ 976 hingga US$
3.855; (b) negara berpennghasilan menengah papan atas (upper-middle-income
economies ) dengan GNI per kapita antara US$ 3.856 hingga US$ 11.905.
c) Negara berpenghasilan tinggi (high-income economies)adalah kelompok negara-
negara dengan GNI perkapita US$ 11.906 atau lebih pada tahun 2008.
d) Dunia (World) meliputi semua negara di dunia,termasuk negara-negara yang
datanya langka dan dengan penduduk lebih dari 30.000 jiwa.
3
4
4
5
5
6
6
7
Dimensi krisis Indonesia tgahun 1998 tenyata paling parah dibandingkan enam
negara Asia lainnya.Demikian catatan Bhanoji Rao dalam buku East Asian
Economies:The Miracle,a Crisis and the Future(2001).Dalam menghadapi krisis mata
uang dan naiknya tingkat suku bunga,kebangkrutan perusahaan dan bank dapat
menyebabkan krisis keuangan.Liquidity crunch di satu sisi,pesimisme konsumen dan
investor di sisi yang lain,dapat menyebabkan kontraksi investasi,yang diikuti dengan
krisis ekonomi dan penganngguran.Hal tesebut menyebabkan krisis sosial dan bahkan
krisis politik. Singkatnya, sepuluh tahun lalu, Indonesia mengalami krisis total (krital)
tidak hanya krisis moneter.
7
8
maka sudah tentu dampaknya kepada semua negara pengekspor di seluruh dunia menjadi
serius pula, terutama negara-negara yang mengandalkan ekspornya ke Amerika Serikat.
Dari sumber yang penulis dapatkan, terdapat enam penyebab terjadinya krisis
ekonomi Amerika Serikat, yaitu penumpukkan hutang yang sangat besar, adanya
program pengurangan pajak korporasi yang mengakibatkan berkurangnya pendapatan
Negara, besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membiayai perang Irak dan Afghanistan,
lembaga pengawas keuangan CFTC (Commodity Futures Trading Commision) tidak
mengawasi mengawasi ICE (Inter Continental Exchange) sebuah badan yang melakukan
aktifitas perdagangan berjangka, kerugian surat berharga property, dan yang terakhir
adalah keputusan suku bunga murah yang mengakibatkan timbulnya spekulasi yang
berlebihan. Penurunan suku bunga yang dilakukan oleh The Federal Reserve of The
United States atau bank sentral Amerika yang kala itu dipimpin oleh master ekonom
dunia Alan Greenspan membuat gejolak baru di pasar amerika.
Krisis ekonomi Amerika tersebut yang semakin lama semakin merambat menjadi
krisis ekonomi global karena sebenarnya perekonomian di dunia ini saling terhubung satu
sama lainnya, peristiwa yang terjadi di suatu tempat akan berpengaruh di tempat lainnya.
Dan tidak jarang dampak yang terjadi jauh lebih besar daripada yang terjadi di tempat
asalnya. Oleh karena itu Indonesia juga turut merasakan krisis ekonomi global ini.
Indonesia merupakan Negara yang masih sangat bergantung dengan aliran dana dari
investor asing, dengan adanya krisis global ini secara otomatis para investor asing
tersebut menarik dananya dari Indonesia. Hal ini yang berakibat jatuhnya nilai mata uang
kita. Aliran dana asing yang tadinya akan digunakan untuk pembangunan ekonomi dan
untuk menjalankan perusahaan-perusahaan hilang, banyak perusahaan menjadi tidak
berdaya, yang pada ujungnya Negara kembalilah yang harus menanggung hutang
perbankan dan perusahaan swasta.
Nilai ekspor Indonesia juga berperan dalam sebagai penyelamat dalam krisis
global tahun 2008 lalu. Kecilnya proporsi ekspor terhadap PDB (Product Domestic
Bruto) cukup menjadi penyelamat dalam menghadapi krisis finansial di akhir tahun 2008
lalu. Di regional Asia sendiri, Indonesia merupakan negara yang mengalami dampak
negatif paling ringan dari krisis tersebut dibandingkan negara lainnya. Beberapa pihak
mengatakan bahwa selamatnya Indonesia dari gempuran krisis finansial yang berasal
8
9
dari Amerika itu adalah berkat minimnya proporsi ekspor terhadap PDB. Negara-negara
yang memiliki rasio ekspor dengan PDB yang tinggi mengalami pertumbuhan ekonomi
yang negatif, seperti Singapura yang rasio ekspornya mencapai 200% dan Malaysia
mencapai 100%, sedangkan Indonesia sendiri terselamatkan dengan hanya memiliki
rasio ekspor sebesar 29%.
Dampak lainnya adalah karena krisis global, kini semakin banyak perusahaan
yang mengurangi jumlah tenaga kerjanya. Diperkirakan 200 ribu jiwa akan menjadi
pengangguran pada tahun 2009. Dengan bertambahnya angka pengangguran maka
pendapatan per kapita juga akan berkurang dan angka kemiskinan juga akan ikut
bertambah pula. Karena krisis yang terjadi adalah krisis global, maka tenaga kerja kita
yang ada di luar negeri juga merasakan imbasnya. Malaysia merencanakan untuk
memulangkan sekitar 1,2 juta tki yang mayoritas berasal dari Indonesia karena akan
memprioritaskan pekerja lokal. Itu baru dari satu Negara, belum lagi dari Negara-negara
lainnya. Hal tersebut tentu saja sangat mempengaruhi roda perekonomian Negara kita.
Jika pemerintah tidak dapat menyediakan lapangan kerja yang cukup, maka krisis ini
akan menjadi krisis yang sangat besar.
Langkah antisipasi untuk mengatasi dampak krisis ini nampaknya sudah
dipikirkan oleh pakar ekonomi negera ini. Pakar-pakar ekonomi dari Fakultas Ekonomi
yang tergabung dalam organisasi KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada)
merekomendasikan beberapa langkah untuk mengatasi krisisi gobal yang kini melanda
bangsa Indonesia. Meskipun mereka mengakui pemerintah sudah mengeluarkan beberapa
kebijakan yang berkaitan dengan antisipasi krisis keuangan global tersebut, tetapi
kebijakan tersebut menurut mereka perlu dikaji kembali secara menyeluruh tentang
segala aspek kehidupan dan bersifat antisipatif jauh ke depan. Dua puluh enam pakar
ekonomi yang diketuai oleh ekonom terkemuka Prof. Dr. Sjafrie Sairin, MA ini
menghasilkan beberapa langkah rumusan untuk mengatasi dampak krisis global, antara
lain:
9
10
Inti dari solusi tersebut adalah penguatan sektor mikro yang relatif tidak terpengaruh
oleh faktor-faktor eksternal seperti nilai tukar, kebutuhan negara lain, keadaan ekonomi
politik negara lain, dan perjanjian dalam forum perdagangan seperti WTO. Sudah saatnya
ekonomi Indonesia berbasis SDM serta SDA asli Indonesia diberi peluang lebih untuk
membangun fondasi perekonomian Indonesia berbasis usaha mikro yang terbukti lebih
tahan terhadap goncangan serta dapat lebih memberdayakan tenaga kerja negara ini agar
tingkat pengangguran semakin berkurang.
Dengan adanya kasus tersebut, para ekonom Indonesia sudah seharusnya mengambil
hikmah dari krisis 1998 dan 2008 agar jika krisis-krisis yang sama terulang di tahun-
tahun ke depan, Indonesia sudah memiliki fondasi yang kuat serta antisipasi yang matang
untuk menghadapinya.
10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
12
DAFTAR PUSTAKA
12