Anda di halaman 1dari 18

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA

MAKALAH PENGANTAR EKONOMI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi

Dosen Pengampu :

Herwan, S.E.Par., M.M

Disusun Oleh :

1. Ericha Dwi Pehrianti 1061822

2. Aulia Valenta 1061522

3. Bintang Herlambang 2038922

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PAHLAWAN 12

Sungailiat 2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang sudah melimpahkan rahmat, taufik,

dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas "Pengantar Ekonomi" ini dengan baik

serta tepat waktu. Tugas ini kami buat untuk memberikan pengetahuan atau ringkasan tentang

"Krisis Ekonomi di Indonesia". Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong

menaikkan pengetahuan kita menjadi lebih luas lagi.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-

kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki.

Oleh karena itu, kritik dan serta saran yang sifatnya membangun semangat sangat kami harapkan

guna kesempurnaan makalah ini.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu dalam

mata kuliah Pengantar Ekonomi Indonesia yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami

juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah menolong dan membantu dalam

pembuatan makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

Sungailiat, September 2022

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................................................ii

BAB I............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2

C. Manfaat Penulisan Masalah...........................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN...........................................................................................................................3

A. Pengertian Krisis Ekonomi............................................................................................3

B. Krisis Ekonomi 1997-1998............................................................................................4

C. Dampak Krisis Ekonomi................................................................................................9

D. Usaha Mengatasi Krisis Ekonomi.................................................................................12

BAB III.........................................................................................................................................13

PENUTUP.....................................................................................................................................13

A.Kesimpulan....................................................................................................................13

B. Saran..............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis ekonomi merupakan kasus yang sangat ditakuti oleh setiap negara di dunia. Hal ini
membuat setiap negara berusaha untuk memperkuat ketahanan ekonomi. Oleh karena itu,
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang berupaya untuk menjaga stabilitas
ekonominya demi kesejahteraan rakyatnya. Namun sebuah negara juga akan dinilai sukses
apabila negara tersebut mampu menyediakan lapangan kerja, menurunkan kemiskinan, serta
meningkatkan taraf hidup manusia.

Keadaan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 sudah jauh lebih baik dengan mengalami
pemulihan dan stabilitas dibandingkan dengan tahun 1997-1998. Namun, Indonesia belum
mencapai taraf maksimal karena masih banyaknya pengangguran, kemiskinan, inflasi, laju
pertumbuhan ekonomi yang lambat, kesenjangan penghasilan, hutang negara dan keterbatasan
bahan pangan belum dapat jalan keluarnya.

Maka itu, penting kita ulas mengenai "Krisis Ekonomi" dalam makalah ini, agar kita dapat
mengerti dan menemukan solusi yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Supaya kita sebagai
mahasiswa dapat lebih kritis terhadap situasi kritis ekonomi yang mana sekarang menjadi topik
hangat dan dilema luar biasa bagi seluruh dunia. Diharap pula makalah ini dapat menjadi acuan
belajar dalam mempelajari permasalahan ekonomi di Perguruan Tinggi.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah makalah ini
adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian krisis ekonomi?

2. Bagaimana awal dari krisis ekonomi?

3. Apa yang menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi?

4. Apa dampak akibat dari krisis ekonomi?

5. Bagaimana usaha untuk mengatasi krisis ekonomi?

C. Manfaat Penulisan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah makalah di atas, maka manfaat dari penulisan makalah ini
adalah :

1. Memenuhi nilai tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi.

2. Mengetahui pengertian dari krisis ekonomi

3. Mengetahui awal dari terjadinya krisis ekonomi

4. Mengetahui penyebab krisis ekonomi

5. Mengetahui dampak dari krisis ekonomi

6. Mengetahui usaha atau yang dapat diterapkan untuk mengatasi krisis ekonomi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Krisis Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang atau jasa. Istilah
"Ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan
(nomos), atau "peraturan, aturan, hukum" dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan rumah
tangga" atau "manajemen rumah tangga".

Krisis Ekonomi merupakan peristiwa dimana seluruh sektor ekonomi pasar dunia
mengalami keruntuhan atau penurunan dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia.
Bahkan dalam tahun ini perekonomian sedang merosot. Hal ini disebabkan kebutuhan pokok
yang semakin mahal dan harga minyak dunia yang sempat memaksa berbagai sektor produksi
ekonomi menaikkan ongkos produksinya dan tidak terkoreksi.

Menurut ahli ekonomi, pengertian krisis ekonomi secara sederhana adalah suatu keadaan
dimana sebuah Negara yang pemerintahannya tidak dipercaya lagi oleh rakyatnya, khususnya
masalah finansial. Rakyatnya tidak mau lagi menyimpan uang di bank-bank yang ada, sehingga
bank-bank mengalami kesulitan uang tunai. Jika itu terjadi maka bank sentral akan mencairkan
asetnya untuk menalangi semua bank-bank itu. Setelah itu maka harga-harga naik seiring dengan
banyaknya uang tunai di masyarakat akibat bank kelebihan uang tunai.

Jika keadaan itu terjadi maka negara memasuki masa krisis. Negara tidak mampu
membayar hutangnya sehingga hutangnya sudah jauh di atas PDB-nya. Maksudnya, ketika suatu
negara mempunyai hutang terhadap negara lain dan bunga dari hutang tersebut semakin
bertambah setiap tahunnya, tetapi pendapatan negara tersebut tidak mengalami pertambahan
akibat krisis ekonomi, sehingga membuat negara tersebut mengalami kesulitan untuk membayar
hutang-hutangnya.

3
B. Krisis Ekonomi 1997-1998

Ekonomi Indonesia sedang berada dalam bentuknya di pengunjung 1996. Hampir semua
indikator kemakmuran terpenuhi : pertumbuhan ekonomi mengesankan, inflasi terkendali,
investasi mengalir deras, ekspor tumbuh pesat, kemiskinan berkurang, dan cadangan devisa terus
meningkat. Memasuki tahun 1997, ekonomi Indonesia masih terlihat baik-baik saja. Tanda-tanda
gelembung ekonomi yang sudah mulai terendus, tapi semua tetapi oleh capaian angka makro
ekonomi yang baik dan juga aliran modal masih mengucur deras ke Indonesia.

Indikator makro ekonomi memang tidak menunjukkan tanda kekurangan, hanya tingkat
inflasi yang menjadi perhatian. Di pasar modal indeks harga saham gabungan (IHSG) justru terus
berada dalam trend meningkat. Jika pada akhir 1995 di level 514, pada Juli 1997 berada di level
720. Tingkat kemiskinan juga turun tajam, di awal pemerintahan Soeharto tingkat kemiskinan
mencapai 60% 30 tahun kemudian pada 1996 tingkat kemiskinan sudah berhasil ditekankan
menjadi 11%. Namun semua itu kemudian terguncang dalam waktu satu malam.

Pada Juli 1997 Thailand dilanda krisis mata uang baht tiba-tiba anjlok. Sebelumnya, selama
25 tahun Thailand mematok mata uangnya sebesar 25 baht per dolar AS. Memasuki 1996, defisit
neraca berjalan Thailand meroket baht dinilai sudah overvalued. Pemerintah Thailand pun
melakukan devaluasi baht pada 2 Juli 1997 dan langsung memicu aksi spekulasi besar-besaran.
Krisis di Thailand merembet ke negara-negara tetangga termasuk Indonesia.

Thee Kian Wie dalam The Emergence Of A National Economy (2002:236) menyebutkan
negara-negara Asia tenggara menjadi sasaran spekulan internasional. Ada dua hal yang memicu
pertama mematokan mata uang yang dianggap sudah tidak sesuai dengan kondisi terkini dan
terjadinya "gelembung ekonomi". Serangan para spekulan membuat mata uang di Asia tenggara
semakin jatuh.

4
Pada 11 Juli Filipina akhirnya mengembangkan peso untuk mengatasi kejatuhan mata
uangnya. Sementara Indonesia baru sebatas memperlebar range pergerakan rupiah dari 8%
menjadi 12%. Setelah kisaran pergerakan rupiah diperlebar mata uang ini malah anjlok hingga
7% ketidakstabilan mata uang di kawasan Asia tenggara membuat para manajer keuangan
internasional menarik dana mereka. Rupiah makin terpuruk pada 14 Agustus 1997 Indonesia
akhirnya memutuskan untuk mengembangkan mata uangnya.

Selama Juli hingga Desember 1997 mengalami depresiasi yang sangat besar, berdasarkan
kajian Bank dunia bertajuk "Indonesia in Crisis, A Macroeconomic Update" yang diterbitkan
pada Juli 1998. Nilai rupiah terhadap dolar AS merosot 10,7% pada Juli, 25,7% pada Agustus,
38,8% pada September, 55,6% pada Oktober dan November, serta 109,6% pada Desember.

Pelemahan rupiah pada awalnya terjadi setelah para investor menarik dananya dari
Indonesia. Kondisi itu diperparah karena banyaknya perusahaan meminjam dalam bentuk valuta
asing, dalam kondisi rupiah yang jatuh terhadap dolar porsi utang mereka langsung
membengkak. Korporasi mulai berburu dollar untuk mengantisipasi utang-utang yang jatuh
tempo, ini lantaran kebanyakan utang korporasi berjangka pendek. Saat rupiah diambangkan atas
dolar, perburuan dolar semakin hebat situasinya pasokan dolar menipis sementara permintaan
melonjak.

Boediono dalam Ekonomi Indonesia dalam Lintasan Sejarah (2016) menuliskan pemerintah
dan Bank Indonesia kemudian memperketat kebijakan moneter dan fiskal untuk mengatasi
kondisi tersebut. Dari sisi moneter, bunga SBI dinaikkan dari 11,625% menjadi 30%. Gebrakan
sumarlin, yang dilakukan untuk mencegah efek devaluasi pada 1987 : BUMN besar diminta
untuk membeli SBI dari sisi fiskal pemerintah mengatur ulang APBN dan menunda proyek
raksasa yang menyerap dana cukup besar.

5
Sayangnya, kondisi tak kunjung membaik aliran modal keluar semakin besar masih
kebijakan moneter dan fiskal tetap sudah diterapkan. Investor asing terus berbondong-bondong
keluar dari Asia tenggara, termasuk Indonesia sehingga menyebabkan rupiah makin melemah
dan likuiditas mengering. Di satu sisi pemerintah semakin kekayaan karena cadangan yang bisa
klaim tergerus untuk mempertahankan rupiah.

Pemerintah Soeharto akhirnya memutuskan untuk meminta pertolongan IMF. Misi MF


datang pada 13 Oktober 1997 "pada waktu itu diagnosisnya adalah bahwa Indonesia mengalami
keguncangan moneter berskala sedang sebagai akibat kegoncangan kepercayaan pelaku pasar
terhadap perekonomian Indonesia yang dipicu krisis di Thailand" tulis Boediono. The Kian Wie,
mengutip Soekarno dan Basri menyebutkan Indonesia akhirnya mendapatkan komitmen standby
loan sebesar 43 miliar dolar AS. Sebesar 12,3 miliar dolar AS berasal dari IMF sisanya dari
Bank dunia, ADB, dan negara-negara tetangga seperti Jepang dan Singapura.

Pada tahap pertama, IMF mencairkan 3 miliar dolar AS untuk pencarian dana tersebut.
Indonesia harus menyepakati letter of intent (LOL) yang isinya "ramuan resep" dari IMF guna
membantu pemulihan ekonomi Indonesia. Pada LOL pertama ini, salah satu poinnya adalah
pemerintah harus menutup 16 bank yang sedang "sakit" sebagai upaya untuk membenahi sektor
perbankan.

Namun resep IMF ini ternyata membuat kondisi ekonomi semakin sakit. Penutupan 16 bank
malah memicu putusnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, penarikan dana nasabah
tidak hanya dalam bentuk uang tunai tetapi juga melalui kliring. Karena itu banyak bank yang
saldo gironya di Bank Indonesia menjadi negatif. Deposan besar menarik dananya dari
perbankan swasta, Bank Indonesia sampai harus menerbitkan fasilitas darurat untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas.

6
Bank dunia dalam kajiannya mencatat akibat hal ini rupiah semakin anjlok dari Rp3.250
menjadi Rp4.000 per dolar AS. Pada 9 Desember 1997 kelemahan rupiah semakin dalam saat
kabar presiden Soeharto membatalkan kunjungan ke Kuala lumpur memunculkan rumah tentang
masalah kesehatannya. Ini semakin menambah ketidakpastian nasional, menurut laporan Bank
dunia kondisi Kian genting saat APBN yang diajukan pemerintah pada 6 Januari 1998 direspon
negatif oleh pasar.

Pada tiga pekan pertama Januari 1998 rupiah terdepresiasi dari Rp4.850 menjadi Rp13.600
per dolar AS, bahkan sempat menyentuh Rp17.000 per dolar AS. Pemerintah kemudian
mengeluarkan pengumuman yang akhirnya bisa meredam laju pelemahan rupiah, yaitu rencana
merestrukturisasi bank bermasalah dan mengatasi utang-utang swasta yang jatuh tempo.
Kepercayaan masyarakat bertambah saat 8 April 1998 disepakati LOL ketiga dengan IMF.

Gue jangan siang-siang yang datang bertubi-tubi itu dibarengi dengan kondisi politik yang
semakin buruk pada Mei 1998 pecah kerusuhan di berbagai wilayah yang akhirnya berujung
pada turunnya Soeharto. Pada masa-masa ini rupiah kolaps hingga 50% dari Rp8.000 per dolar
as pada awal Mei menjadi Rp16.000 per dollar as pada medio Juni.

Selama periode 1992 hingga Juli 1957 sekitar 85% dari kenaikan utang luar negeri
berkaitan dengan pendidikan sektor swasta. Per Desember 1997 utang yang akan ditetapkan
selama kurang dari satu tahun mencapai 20,8 miliar dolar AS. Kondisi yang memperburuk
keadaan adalah lemahnya tata kelola perbankan, sistem perbankan tidak memiliki mekanisme
"early warning" atas kondisi kesehatan finansial perbankan. Banyak pelanggaran terjadi tanpa
penegakan aturan yang tegas banyak juga Bank yang tidak memiliki kecukupan modal beberapa
dalam kondisi insolvent menjelang krisis.

7
Krisis finansial membuka borok lemahnya sistem perbankan di Indonesia, saat krisis
keuangan terjadi sistem perbankan yang lemah akhirnya tumbang dan efeknya merambat ke
berbagai lini perekonomian Indonesia. Dalam kondisi perbankan yang ambruk sistem
pembayaran Indonesia juga macet setelah Desember 1997 sistem pembayaran dengan luar negeri
macet.

Seakan-akan melengkapi pukulan terhadap ekonomi Indonesia, datang El Nino dua kali
selama periode 1997-1998 yakni Juli-Agustus 1997 dan Maret 1998. El Nino menyebabkan
Indonesia mengalami kekeringan terburuk dalam 50 tahun terakhir, terjadinya gagal panen yang
menyebabkan harga-harga pangan melonjak pada 1997 produksi beras nasional turun hingga 4%.

Kondisi Indonesia pada saat itu memang betul-betul di ujung tanduk. Pada 1998
berdasarkan lambang dunia ekonomi Indonesia mengalami kontraksi hingga 14%, tingkat
kemiskinan melonjak dua kali dapat menjadi 28%, dan inflasi meroket 80%.

Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak awal Juli 1997 sementara ini berlangsung
hampir 2 tahun dan telah berubah menjadi krisis ekonomi, yakni lumpuhnya kegiatan ekonomi
karena semakin banyak perusahaan yang tutup dan meningkatnya jumlah pekerja yang
menganggur memang krisis ini tidak seluruhnya disebabkan karena terjadinya krisis moneter
saja.

Sebagian diperberat oleh berbagai musibah nasional yang datang secara bertubi-tubi di
tengah kesulitan ekonomi seperti kegagalan panen padi di banyak tempat karena musim kering
yang panjang dan terparah selama 50 tahun terakhir, hama, kebakaran hutan secara besar-besaran
di Kalimantan dan peristiwa kerusuhan yang melanda banyak kota pada pertengahan Mei 1998
lalu.

8
C. Dampak Krisis Ekonomi

1. Bagi Masyarakat

Terjadinya kesenjangan antara penghasilan masyarakat di mana kebutuhan masyarakat yang


lagi marak-maraknya harga barang yang naik cukup tinggi. Yang mengakibatkan masyarakat
kesulitan mendapat barang-barang kebutuhan pokoknya, kemudian harga BBM naik yang sangat
meresahkan bagi masyarakat dorongan tersebut berasal dari lonjakan harga minyak dunia yang
mendorong dikeluarkannya kebijakan subsidi harga BBM. Tekanan inflasi makin tinggi akibat
harga komoditi global yang tinggi.

2. Bagi Dunia Usaha

Kebangkrutan massal dunia usaha, memburuknya indikator-indikator makro ekonomi telah


merambah ke sendi-sendi dunia usaha sehingga membuat denyut nadi sektor usaha kini
melemah. Pengusaha juga kesulitan membuat kalkulasi biaya produksi dan menentukan harga
jual produk karena pergerakan kurs yang sangat berfluktuasi, muncul juga masalah-masalah
keterbatasan saran transportasi dan kelangkaan peti kemas. Kalaupun mereka telah berhasil
menjual produknya mereka bingung dalam menempatkan dananya di tengah ke mulutterbangan
yang justru semakin memburuk, suku bunga nominal yang sudah sangat tinggi sekitar 70% yang
tidak mungkin dapat dipikul pelaku bisnis manapun. Masalah yang benarkah dunia usaha begitu
bertubi-tubi ditambah pula dengan persoalan-persoalan politik yang seketika berimbas sangat
nyata, semua persoalan di atas pada akhirnya bermuara pada kerapuhan eksistensi sejumlah
perusahaan. Ratusan usaha besar terancam bangkrut, kebanyakan mereka tidak lagi mampu
membayar kewajiban utangnya baik dalam bentuk rupiah maupun dolar. Pada gilirannya hal ini
membuat sektor perbankan terpuruk dan kepercayaan masyarakat internasional terkikis.

9
3. Bagi Perekonomian Negara

Kemiskinan merajalela, pada rezim Soeharto keberhasilan mengurangi jumlah penduduk


miskin selama 30 tahun kini bagai tak berbekas. Krisis ekonomi selama 10 bulan sudah memaksa
puluhan juta penduduk Indonesia kembali terpuruk hidup di bawah garis kemiskinan, pemicu
utamanya adalah meroketnya harga-harga kebutuhan pokok terutama bahan pangan. Kenaikan
harga pangan menjadi sangat peka terhadap jumlah orang miskin, hal ini diperparah dengan
membengkaknya tingkat pengangguran yang mencapai lebih dari 10 juta jiwa hanya pada tahun
1998 akibat krisis ekonomi yang terus berlanjut. Nasib para buruh pun Kian terpuruk karena
tidak adanya kenaikan upah minimum.

4. Dampak Lainnya

Berbagai dampak krisis ekonomi timbul di Indonesia, krisis ekonomi yang membawa
dampak yang kurang baik bagi Indonesia ini disebabkan karena kurs nilai tukar fals khususnya
dolar AS yang melambung tinggi jika dihadapkan dengan pendapatan masyarakat dalam rupiah
tetap. Dampak yang terlihat seperti :

a. Banyak perusahaan yang terpaksa mem-phk pekerjaannya dengan alasan tidak dapat
membayar upah para pekerjanya. Sehingga menambah angka pengangguran di Indonesia.

b. Pemerintah kesulitan menutup APBN harga barang yang naik cukup tinggi yang
mengakibatkan masyarakat kesulitan mendapat barang-barang kebutuhan pokoknya.

c. Hutang luar negeri jangka pendek dan menengah sehingga nilai tukar rupiah menjadi tekanan
yang berat karena tidak tersedia cukup devisa untuk membayar utang yang jatuh tempo beserta
bunganya.

d. Harga BBM naik.

e. Kemiskinan juga termasuk dampak krisis moneter.

f. Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sangat tajam.

g. Banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia.


10
Pada Oktober 1998 jumlah keluarga miskin diperkirakan sekitar 7,5 juta meningkat jumlah
penduduk yang miskin tidak terlepas dari jatuhnya nilai mata uang rupiah yang tajam. Yang
menyebabkan terjadinya kesenjangan antara penghasilan yang berkurang akibat PHK atau naik
sedikit dengan pengeluaran yang meningkat tajam karena tingkat inflasi yang tinggi.

Di saat krisis itu terjadi banyak pejabat yang melakukan korupsi sehingga mengurangi
pendapatan para pekerja yang lain, banyak perusahaan yang meminjam uang pada perusahaan
negara asing dengan tingkat bunga yang lumayan tinggi hal ini menambah beban utang negara.

Pada sisi lain merosotnya nilai tukar rupiah juga membawa hikmah secara umum. Impor
barang menurun tajam sebaliknya arus masuk turis asing akan lebih besar, daya saing produk
dalam negeri dengan tingkat kandang impor rendah meningkat sehingga bisa menahan impor dan
merangsang ekspor khususnya yang berbasis pertanian.

11
D. Usaha Mengatasi Krisis Ekonomi

Setiap bangsa mempunyai cita-cita luhur yang ingin dicapai dan cita-cita tersebut
mempunyai fungsi sebagai penentu dari tujuan nasional, oleh karena itu suatu bangsa harus
mempunyai kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan dalam menghadapi tantangan,
ancaman, hambatan serta gangguan yang senantiasa perlu dihadapi. Semua hal itu dilakukan tak
lain semata-mata untuk dapat mempertahankan kelangsungan kehidupan suatu bangsa.

Pemerintah sudah berusaha untuk segera mengatasi dampak krisis namun pemerintah tidak
bisa bekerja sendiri dan membutuhkan dukungan semua pihak terutama rakyat Indonesia demi
nasib bangsa. Langkah-langkah diantaranya :

1. Presiden mengajak semua pihak dalam menghadapi krisis global harus terus memupuk
rasa optimisme dan saling bekerja sama sehingga bisa tetap menjaga kepercayaan
masyarakat.

2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mencari peluang ekspor dan investasi serta
mengembangkan perekonomian domestik.

3. Mengoptimalkan APBN secara efisien untuk terus memacu pertumbuhan dengan tetap
memperhatikan social safety net dengan sejumlah hal yang harus diperhatikan yaitu
infrastruktur, alokasi penanganan kemiskinan, ketersediaan listrik serta pangan dan BBM.

4. Ajakan pada kalangan dunia usaha untuk tetap mendorong sektor riil dapat bergerak.

5. Mengembangkan pasar di negara-negara tetangga di kawasan Asia yang secara tidak


langsung terkena pengaruh krisis keuangan AS.

6. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri dan menggalakkan kembali


penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik akan bertambah kuat.

7. Memanfaatkan peluang perdagangan internasional.

8. Menyatukan langkah strategis pemerintah dengan Bank Indonesia (BI).

9. Menghindari politik non partisan untuk menghadapi krisis.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tidak sepenuhnya karena sistem ekonomi
Indonesia melainkan juga karena kiriman dari negara lain. Inflasi juga merupakan salah satu
faktor terjadinya krisis tersebut dampak yang ditimbulkan berbagai macam dan dampak tersebut
kebanyakan membawa pengaruh negatif terhadap perekonomian Indonesia bahkan berpengaruh
langsung pada rakyat Indonesia.

Krisis ekonomi di Indonesia yang diawali dengan stok hutang luar negeri swasta yang
sangat besar dan umumnya berjangka pendek telah menciptakan kondisi ketidakstabilan ekonomi
dan kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia. Dan yang menjadi tugas pemerintah saat
ini dan kedepan adalah bagaimana penegakan peraturan-peraturan tersebut, perekonomian
Indonesia yang terlalu lebih baik masih harus mengurangi beban ekonomi rakyat dan
pengangguran demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat khususnya ekonomi pada
pemberdayaan ekonomi rakyat dan daerah.

13
B. Saran

Untuk mewujudkan pemulihan ekonomi Indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah. Kita
harus bertekad, dan bekerja sama. Setiap orang Indonesia terpanjang untuk berpartisipasi
menyumbangkan pikiran, tenaga, dan mau bekerja keras untuk keluar dari krisis yang dialami.
Jika ekonomi Indonesia mengalami satu kerapuhan struktur jangan hanya difokuskan pada satu
sisi permasalahan tersebut saja, pemerintah lebih baik menunjuk permasalahannya lebih dalam
lagi. Pemerintah harus lebih mengawasi sistem perekonomian agar sehat dan jauh dari krisis juga
memperhatikan laju tingkat pertumbuhan ekonomi. Sehingga, dengan lebih teraturnya sistem
ekonomi Indonesia, kondisi ekonomi yang sehat dapat lebih mensejahterakan dan memakmurkan
masyarakat Indonesia terutama kaum miskin.

Dalam pembuatan makalah ini, menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, ke
depannya kami akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk bagian
terakhir dari makalah adalah rasa pusaka pada kesempatan ini akan kami jelaskan tentang daftar
pustaka makalah kami.

14
DAFTAR PUSTAKA

Yuliana Clara. (2014). Krisis Ekonomi. Jakarta : Academia. Edu

Tulus T.H. Tambunan, (2015). Perekonomian Indonesia Era Orde Lama. Bogor : Penerbit
Thalia Indonesia.

Musni Umar, Dkk. (2002). Terobosan Pemulihan Ekonomi Indonesia. Jakarta : Forum Kampus
Kuning.

Faisal H. Basri. (2002). Perekonomian Indonesia, Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan
Ekonomi Indonesia. Jakarta : Erlangga

Rizky Awalil. Dkk. (2008). Neoliberalisme Mencengkeram Indonesia. Jakarta : Z-lib. org.

Baswir R. (2006). Krisis Ekonomi Indonesia. Yogyakarta : Z-lib. org.

15

Anda mungkin juga menyukai