Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH INFLASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro


Dosen Pengampu :
Rika S. Zalukhu SE, M Si

Oleh :
NAMA: Rayu Veronika Nababan
NPM: 20110133

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) BINA KARYA TEBING


TINGGI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

      Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Inflasi" ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan di dalamnya. Kami juga berterima kasih pada bapak Rika S. Zalukhu SE,
M Si selaku guru mata pelajaran Ekonomi Makro yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Ekonomi Makro. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Pagurawan, 16 Juni , 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
BAB I.......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang masalah................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................................6
2.1 TEORI............................................................................................................................................6
2.2 Pembahasan.............................................................................................................................6
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI.................................................................................9
BAB III...................................................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................................................10
SIMPULAN........................................................................................................................................10
SARAN..........................................................................................................................................11
BAB IV...................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Inflasi yang terjadi di Indonesia di sepanjang tahun 1968 sampai 2012 mengalami
inflasi yang tinggi dan berlangsung secara terus menerus dan telah berakar di sepanjang
sejarah ekonomi Indonesia sementara pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi dan secara terus menerus/berkesinambungan (high sustainable
economic growth). Pembangunan ekonomi pada dasarnya bertujuan untuk memberikan
kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi rakyat Semenjak perekonomian menerapkan
standar fiat, dalam arti bahwa negara memberikan kewenangan kepada bank sentral untuk
menerbitkan dan mengedarkan uang tersebut tersebut atas dasar kepercayaan, telah disadari
bahwa jumlah uang yang berlebihan yang melebihi jumlah uang yang dibutuhkan masyarakat
maka akan dapat menimbulkan masalah dalam 4 perekonomian berupa kenaikan harga-harga
agregat (menyeluruh) yang biasa dikenal dengan inflasi. Inflasi yang tinggi dapat
menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap mata uang yang digunakan menurun,
investor-investor asing juga berkurang minatnya untuk berinvestasi di negara itu, sehingga
menyebabkan perekonomian negara itu menurun. Inflasi yang tinggi juga berbahaya bagi
pertumbuhan ekonomi. Pengalaman krisis moneter Indonesia 1997/1998 membuktikan hal
ini. Pada saat itu terjadi inflasi sebesar 77%. Hal ini berimbas pada ketidakpercayaan orang
kepada nilai uang yang dipegang. Uang semakin kehilangan fungsinya sebagai alat
penyimpan nilai. Pertumbuhan ekonomi juga turun drastis hingga menyentuh angka minus
13%. Nilai tukar melemah hingga mencapai Rp 17.000/US$, terjadi pelarian modal ke luar
negri, dsb. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan
pembangunan dan merupakan syarat utama bagi pengurangan tingkat kemiskinan.
Meningkatkan kegiatan perekonomian dan menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih
luas serta menurunkan tingkat kemiskinan dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh
rakyat yang pada akhirnya akan mewujudkan kesejahteraan penduduk lndonesia
adalah merupakan tujuan dari pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi pada
hakekatnya adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat,memperluas kesempatan kerja dan mengarahkan pembagian pendapatan
secara merata. Masalah kesempatan kerja atau pengangguran merupakan masalah yang
sangat sulit dihindarioleh suatu negara atau daerah dan dapat menimbulkan masalah
sosial seperti tindakankriminalitas dan masalah ekonomi. Kondisi tersebut dapat
menurunkan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat. Semakin rendah angka
pengangguran maka semakin makmur kehidupan masyarakat suatu negara, begitu pula
sebaliknya. Salah satu indikator ekonomi makro yang digunakan untuk melihat/mengukur
stabilitas perekonomian suatu negara adalah inflasi. Perubahan dalam indikator ini akan
berdampak terhadap dinamika pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif ekonomi, inflasi
merupakan fenomena moneter dalam suatu negara dimana naik turunnya inflasi cenderung
mengakibatkan terjadinya gejolak ekonomi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar (M2) terhadap inflasi di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh tingkat kurs rupiah/US$ terhadap inflasi di Indonesia?
3. Bagaimana Pengaruh Konsumsi, Investasi, dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia?
4. Mengapa sering kali disimpulkan bahwa pengangguran berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi?

1.3 TUJUAN
1. Menganalisis pengaruh jumlah uang beredar (M2) terhadap inflasi di Indonesia.
2. Menganalisis pengaruh tingkat kurs rupiah/US$ terhadap inflasi di Indonesia
3. Menganalisis Pengaruh Konsumsi, Investasi, dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia
4. Menganalisis data pengangguran yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TEORI
Teori digunakan untuk menjelaskan observasi yang sudah ada. Teori menjelaskan
keterkaitan antara suatu fenomena yang akan diteliti. Eksistensi suatu teori ekonomi sangat
ditentukan oleh kemampuannya dalam menjelaskan fenomena perekonomian yang aktual.
Karena itu, analisis teoritis dan pembuktian empiris menjadi dua hal yang akan selalu
dilakukan secara bersama-sama dalam setiap bidang ilmu, termasuk ilmu ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu tolak ukur untuk keberhasilan
pembangunan di suatu Negara khususnya dibidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat
diukur dari tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sedangkan untuk ruang
lingkup nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk lingkup wilayah.
Selain dipengaruhi faktor internal, pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat juga
dipengaruhi oleh faktor eksternal, terutama setelah era ekonomi yangsemakin
mengglobal. Secara internal ada tiga komponen utama yang menentukan pertumbuhan
ekonomi tersebut adalah pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
2.2 Pembahasan
Mekanisme saluran uang yang mengasumsikan bahwa semua dana yang disalurkan
perbankan dari masyarakat dalam bentuk uang beredar (M1, M2) dipergunakan untuk
pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit perbankan tidak sepenuhnya benar.
Selain dipengaruhi dana yang tersedia, perilaku penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi
oleh persepsi bank 72 terhadap usaha debitor dan kondisi perbankan itu sendiri seperti
permodalan (CAR), dan lain-lain. Selain itu, tidak semua permintaan kredit debitur dapat
dipenuhi semua oleh bank, misalnya karena kredit macet, moral hazard, dan sebagainya. Jadi
kredit tidak selalu ada dalam keseimbangan. Berdasarkan pertimbangan di atas, mekanisme
transmisi kebijakan moneter melalui saluran kredit didasarkan asumsi bahwa tidak semua
simpanan masyarakat (M1, M2) disalurkan sebagai kredit kepada dunia usaha. Karena fungsi
intermediasi tidak berjalan normal, dalam arti tidak semua kenaikan simpanan diikuti
kenaikan secara proporsional pada kredit yang disalurkan perbankan. Oleh karena itu, yang
lebih berpengaruh terhadap ekonomi riil adalah kredit perbankan (dan bukan simpanan
masyarakat yang tercermin dalam jumlah uang beredar). Perkembangan kredit perbankan
selanjutnya dapat berpengaruh pada inflasi dan sektor riil (output) melalui dua hal: 1) melalui
perkembangan investasi 2)melalui perkembangan konsumsi. Pengaruh melalui investasi dan
konsumsi tersebut akan berdampak pada permintaan aggregat dan pada akhirnya akan
menentukan tingkat inflasi dan output riil.
Definisi kurs valas menurut Sadono Sukirno (2000:397), adalah : “Harga atau nilai
dari satu mata uang yang dinyatakan dalam ukuran mata uang negara lain”. Dapat juga
didefinisikan sebagai “jumlah uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit
mata uang asing”. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan nilai kurs
rupiah adalah harga mata uang rupiah terhadap satu mata uang lainnya. Apabila kita
membahas tentang kurs, maka paling sedikit ada dua jenis mata uang yang diperbandingkan.
Ekonom membedakan kurs menjadi 2: kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal adalah harga
relatif dari mata uang dua negara. Contoh: jika kurs antara dolar AS dan rupiah Indonesia
adalah 10.000 rupiah per dolar, maka 1 dolar dapat ditukarkan dengan 10.000 rupiah di pasar
uang. Sedangkan kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang antara dua negara. Kurs riil
menyatakan tingkat dimana barang-barang dari suatu negara bisa diperdagangkan untuk
barang-barang dari negara lain. Kurs riil kadang disebut terms of trade. Kurs riil antara dua
negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika kurs riil tinggi,
barang-barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang domestik relatif lebih murah
(Mankiw, 2003:125). 80 Besar kecilnya kurs tergantung dari kuatnya permintaan dan
penawaran. Semakin tinggi permintaan terhadap mata uang asing (dalam hal ini permintaan
terhadap dollar Amerika), maka kurs rupiah akan semakin meningkat yang berarti nilai rupiah
semakin menurun. Sebaliknya semakin berkurang permintaan terhadap dollar Amerika, maka
kurs rupiah semakin turun (menguat), yang berarti nilai rupiah mengalami kenaikan. Misal:
impor dari luar negri menyebabkan permintaan valuta asing meningkat dan dapat
melemahkan nilai tukar negara yang bersangkutan, dan sebaliknya ekspor dapat menyebabkan
penawaran valuta asing meningkat dan dapat memperkuat nilai tukar negara yang
bersangkutan. Jadi nilai tukar dapat berubah-ubah, dapat terjadi depresiasi atau apresiasi.
Depresiasi mata uang rupiah terhadap dolar AS artinya suatu penurunan harga rupiah terhadap
dollar. Depresiasi membuat harga barang-barang domestik menjadi lebih murah bagi pihak
luar negri. Sedangkan apresiasi rupiah terhadap dollar AS adalah kenaikan harga rupiah
terhadap dollar AS. Apresiasi mata uang suatu negara membuat harga barang-barang
domestik menjadi lebih mahal bagi pihak luar negri.
Hipotesis alternatif pada persamaan pertama dalam penelitian ini tidak semuanya
terbukti diterima. Konsumsi, investasi, dan net ekspor berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sedangkan pengeluaran pemerintah dan inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Secara parsial,
konsumsi memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Terdapatnya pengaruh yang dan positif antara konsumsi terhadap pertumbuhan
ekonomi mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia ditentukan oleh
konsumsi. Apabila konsumsi mengalami peningkatan maka pertumbuhan ekonomi juga akan
mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan konsumsi berarti telah
terjadi peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa. Terjadinya peningkatan permintaan
terhadap barang dan jasa akan memaksa perekonomian untuk meningkatkan produksi barang
dan jasa. Peningkatan produksi barang dan jasa akan menyebabkan peningkatan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila konsumsi mengalami penurunan maka
pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
penurunan konsumsi berarti telah terjadinya penurunan permintaan terhadap barang dan jasa.
Penurunan ini akan mengakibatkan perekonomian menurunkan produksi barang dan jasa.
Penurunan produksi barang dan jasa akan menyebabkan penurunan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Kemudian, investasi secara parsial juga memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kenaikan investasi akan memicu
kenaikan pertumbuhan ekonomi karena kenaikan investasi mengindikasikan telah terjadinya
kenaikan penanaman modal atau pembentukan modal. Kenaikan penanaman modal atau
pembentukan modal akan berakibat terhadap peningkatan produksi barang dan jasa di dalam
perekonomian. Peningkatan produksi barang dan jasa ini akan menyebabkan peningkatan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan investasi maka PDB
juga akan mengalami penurunan karena penurunan investasi mengindikasikan telah terjadinya
penurunan penanaman modal atau pembentukan modal. Penurunan penanaman modal atau
pembentukan modal ini akan mengakibatkan perekonomian menurunkan produksi barang dan
jasa. Penurunan produksi barang dan jasa akan menyebabkan penurunan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, secara parsial pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh
signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terjadinya peningkatan
pengeluaran pemerintah misalnya untuk penyediaan atau infrastruktur maka proses produksi
barang dan jasa akan semakin lancar. Hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan
produksi barang dan jasa. Peningkatan produksi barang dan jasa ini akan menyebabkan
peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Begitu sebaliknya, apabila pengeluaran
pemerintah tidak ditingkatkan atau terjadi penurunan sehingga masalah infrastruktur tidak
dapat diatasi maka akan mengakibatkan proses produksi barang dan jasa menjadi terhalang.
Hal ini akan berdampak terhadap penurunan produksi barang dan jasa. Penurunan produksi
barang dan jasa akan menyebabkan penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi. Begitu juga
dengan net ekspor, net ekspor pun memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Apabila ekspor mengalami peningkatan maka produksi
barang dan jasa juga akan mengalami peningkatan karena net ekspor yang meningkat
mengindikasikan permintaan terhadap barang dan jasa di luar negeri lebih besar dari pada
permintaan barang luar negeri di dalam negeri. Oleh karena itu, perekonomian akan
meningkatkan jumlah produksi barang jasa. Peningkatan produksi barang dan jasa ini akan
menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila net ekspor
mengalami penurunan dikarenakan terjadinya penurunan permintaan terhadap barang dan jasa
di luar negeri sehingga impor lebih besar dari pada ekspor dan hal ini akan mengakibatkan
penurunan produksi barang dan jasa. Penurunan produksi barang dan jasa ini menyebabkan
penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
terdahulu (Gulo, 2008:66). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwasanya secara parsial
pengeluaran pemerintah (baik rutin maupun pembangunan) berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Terjadinya kenaikan pada konsumsi,
investasi, pengeluaran pemerintah, net ekspor akan menyebabkan kenaikan produksi barang
dan jasa. PDB yang meningkat akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Begitu sebaliknya,
terjadinya penurunan pada konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, serta net ekspor akan
menyebabkan penurunan produksi barang dan jasa. Penurunan produksi barang dan jasa akan
menyebabkan penurunan terhadap PDB. PDB yang menurun akan menyebabkan penurunan
pertumbuhan ekonomi. Disamping itu, inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh harga produksi yang
meningkat dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi. Karena masyarakat akan mengurangi
permintaan terhadap barang dan jasa. Sehingga, walaupun terjadi penurunan inflasi pada
suatu periode (kuartal) pertumbuhan ekonomi tidak langsung berdampak negatif. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Nanga (2005) yang menyatakan bahwa inflasi yang tinggi akan
mengakibatkan menurunnya pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.
Variabel pengangguran memiliki nilai signifikan sebesar0.010 lebih kecil
dari0.05 maka dapat disimpulkan bahwa pengangguran berpengaruh signifikan
terhadappertumbuhan ekonomi. Hasil t-hitung pada tabel diatas menunjukkan-2,593 dengan
t-tabel sebesar 2,89. Artinya t-hitung lebih kecil dari t-tabel, sehingga dapat
disimpulkanbahwa pengangguran berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.Penjelasan diatasmembuktikan bahwa pengangguran menunjukkan penurunan
terhadappertumbuhan ekonomi setiap tahunnya.Variabel inflasi memiliki nilai signifikan
sebesar 0,632 lebih besar dari 0,05maka dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadappertumbuhan ekonomiu. Hasil t-hitung menunjukkan
nilainya sebesar-0,480 dan t-tabelsebesar 2,89. Artinya t-hitung lebih kecil dari t-tabel yang
menunjukkan bahwa variabelinflasi tidak mempunyai pengaruhsignifikan dengan
pertumbuhan ekonomi. Penjelasandiatas membuktikan bahwa inflasi menunjukkan
penurunan terhadap pertumbuhanekonomi setiap tahunnya.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

1. Perputaran Uang
Penyebab inflasi yang pertama adalah jumlah perputaran uang yang ada di sebuah negara
akan mempengaruhi harga. Hal tersebut juga selaras dengan teori yang dibuat oleh David
Ricardo. Maksudnya, semakin banyak uang yang diproduksi dalam sebuah negara, semakin
mahal juga produk yang akan dijual kepada masyarakat.
Selain itu, perputaran uang yang terlalu banyak di sebuah negara juga membuat
ketidakseimbangan terjadi di masyarakat. Nantinya, tingkat konsumsi akan meningkat
sehingga produk yang dijual akan semakin berkurang. Hal itu bisa membuat harga-harga
cenderung naik (inflasi).

2. Hutang Negara
Selain perputaran uang yang terlalu banyak, inflasi sebuah negara bisa terjadi karena
meningkatnya hutang terhadap negara lain. Sebab, hutang tersebut akan semakin banyak atau
meningkat lantaran pajak yang harus diberikan belum lagi dengan bunga tambahan yang perlu
dilunasi.

3. Tingginya Permintaan
Selanjutnya, inflasi juga bisa akan terjadi apabila meningkatnya sebuah permintaan namun
tidak dibarengi dengan kuantitas dari produk. Misalnya, Indonesia membeli minyak mentah
dari negara “A”. Namun, beberapa negara lainnya juga mengandalkan negara “A” sebagai
penyalur utama minyak mentah. Peningkatan permintaan bisa membuat “A” menambahkan
harga jual minyak mentahnya.

4. Biaya Produksi
Biaya Produksi juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi inflasi terjadi di sebuah negara.
Misalnya, bahan baku sebuah produk mengalami kenaikan, pemilik usaha harus ikut
menaikkan harga jual dari produknya. Jika tidak, mereka akan merugi atau yang paling buruk
adalah bangkrut.

5. Nilai Tukar
Faktor yang menyebabkan inflasi yang terakhir adalah nilai tukar. Hal ini yang terjadi pada
Indonesia pada tahun 1998. Kala itu, harga seluruh bahan pokok naik setelah rupiah anjlok
dan terjun bebas ke angka Rp. 14 ribu setelah sebelumnya berada di bawah angka Rp. 2 ribu
per dollar.

BAB III

PENUTUP

SIMPULAN
Korelasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam tahun 1968-2012
adalah berkorelasi negatif sebesar 4,3%. Pendidikan berpengaruh langsung terhadap
Pengangguran dan meningkatnya penduduk yang tamat SMA dari tahun ke tahun namun
lapangan pekerjaan semakin sulit di peroleh sehingga penduduk yang mempunyai
tingkat pendidikan SMA sederajat semakin bersaing ketat dalam memperoleh pekerjaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengangguran berpengaruh signifikanterhadap
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Artinya ketika pengangguanmeningkat maka
pertumbuhan ekonomi meningkat, hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa variabel
inflasi tidak berpengaruhsignifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.
Artinya ketika inflasi meningkat bahwa akan berdampak pada pertumbuihan ekonomi
yang meningkat juga.

SARAN
Pemerintah sebaiknya harus menghindari tingkat inflasi yang terlalu tinggi agar harga
barang dan jasa atau inflasi yang bisa dikendalikan dapat memberikan pengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemerintah sebaiknya membuat atau mendorong para
pengusaha untuk meningkatkan hasil produksinya. Memperbaiki sistem penggajian dan
tingkat upah, melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga maksimal.
Pemerintah harap menciptakan lapangan pekerjaan baru, dengan memperhatikan usaha kecil,
dan menengah karena pada sektor itulah orang yang banyak menganggur.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA
 https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/qe/article/view/17443
 http://eprints.undip.ac.id/41939/1/SAPUTRA.pdf
 http://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/INOVASI/article/view/2435
 https://www.neliti.com/publications/163065/pengaruh-pengangguran-dan-inflasi-terhadap-
pertumbuhan-ekonomi-di-sumatera-utara
 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/ekonomi/article/viewFile/749/618

Anda mungkin juga menyukai