Anda di halaman 1dari 12

“PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN INDONESIA”

Disusun oleh :

Wulan Putri Salsabila (125405210439)

Hajrawati Usman (12540521104)

KOMPUTERISASI AKUNTANSI

POLITEKNIK SAINS DAN TEKNOLOGI WIRATAMA MALUKU UTARA

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipanjatkan keHadirat Allah Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat dan Karunia-Nya, kami (penulis) dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Makalah ini membahas secara singkat tentang “Pertumbuhan Perekonomian
Indonesia”.

Makalah ini dibuat, guna memenuhi tugas untuk mata kuliah “Bahasa Inggris” yang
diberikan oleh Ibu Riska Griyanti Hafel, S.Pd, M.Pd

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
kelancaran penyusunan makalah ini. Makalah yang kami susun ini, memang masih jauh dari
kata sempurna baik dari bentuk penyusunannya maupun materinya. Kritik dari pembaca yang
membangun sangat kami harapkan, demi penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Ternate, 10 Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 2

2.1 Perekonomian Indonesia..................................................................................................... 2

2.2 Pertumbuhan Ekonomi........................................................................................................ 3

2.3 Persamaan Kebijakan Ekonomi Pada Masa Orde Lama sampai Reformasi....................... 4

2.4 Kondisi Indonesia di Era Reformasi................................................................................... 5

2.5 Dampak Reformasi Bagi Rakyat Indonesia........................................................................ 6

2.6 Gambar-gambar yang Berkaitan dengan Perekonomian Indonesia....................................6

BAB III PENUTUP................................................................................................................. 8

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma pembangunan
nasional, dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembangunan secara
lebih adil dan berimbang. Pertumbuhan ekonomi di era reformasi saat ini sering sekali
mengalami kegoncangan.

Munculnya reformasi di bidang ekonomi disebabkan oleh adanya sistem monopoli di


bidang perdagangan, jasa, dan usaha. Pada masa orde baru, orang-orang yang dekat dengan
pemerintah akan mudah mendapatkan fasilitas dan kesempatan, bahkan mampu berbuat apa
saja demi keberhasilan usahanya.

Selain itu juga disebabkan oleh krisis moneter. Krisis tersebut membawa dampak yang
luas bagi kehidupan manusia dan bidang usaha. Banyak perusahaan yang ditutup sehingga
terjadi PHK dimana-mana dan menyebabkan angka pengangguran meningkat tajam serta
muncul kemiskinan dimana-mana dan menyebabkan angka pengangguran meningkat tajam
serta muncul kemiskinan dimana-mana dan krisis perbankan.

Pada era reformasi sekarang ini sangat dibutuhkan sistem pemerintahan yang
memungkinkan cepatnya penyaluran aspirasi rakyat, alokasi kewajiban Negara kepada rakyat
secara merata, namun tetap berada di bawah pengawasan pemerintah pusat. Hal tersebut
diperlukan agar tidak terjadi lagi ancaman-ancaman terhadap keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), seperti pernah munculnya gerakan-gerakan separatis di daerah-
daerah yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), antara
lain GAM di Aceh dan RMS di Maluku.

Sumber daya alam daerah Indonesia yang tidak merata juga merupakan salah satu
penyebab diperlukannya suatu sistem pemerintahan yang memudahkan pengelolaan sumber
daya alam yang merupakan sumber pendapatan daerah sekaligus menjadi pendapatan
nasional. Sebab seperti yang kita ketahui bahwa terdapat beberapa daerah yang
pembangunannya memang harus lebih cepat daripada daerah lain.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan yang dibahas dalam makalah ini adalah untuk mengetahui tentang perekonomian
Indonesia khususnya di era reformasi. Serta perbedaan dan persamaan kebijakan ekonomi di
Indonesia pada era reformasi saat ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PEREKONOMIAN INDONESIA

Mengawali masa reformasi di Indonesia yang dipimpin oleh BJ.Habibie. presiden BJ.
Habibie belum melakukan manuver-manuver yang tajam dalam bidang ekonomi.
Kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik. Pada masa Presiden
Abdurrahman Wahid juga belum ada tindakan untuk menyelamatkan Negara dari
keterpurukan akibat dari krisis yang dialami pada masa Orde Baru. Padahal ada beberapa
persoalan ekonomi yang harus dihadapi seperti KKN, pemulihan ekonomi, kinerja BUMN,
pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah. Keterlibatan presiden dalam skandal
Bruneigate yang menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat menyebabkan
pemerintahannya diambil alih oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.

Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri terdapat masalah-masalah yang


mendesak untuk dipecahkan yaitu adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum.
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara
lain:

a. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 Milyar pada pertemuan Paris
Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp. 116,3 Triliun.
b. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan Negara di dalam
periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan Negara dari intervensi kekuatan-
kekuatan politik dan mengurangi beban Negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1%. Namun kebijakan ini memicu banyak
kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.

Pada masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi),
tetapi belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi itu sendiri. Padahal
keberadaan korupsi membuat banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di
Indonesia, dan mengganggu jalannya pembangunan nasional.

Masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah muncul suatu


kebijakan yang kontroversial yaitu adalah mengurangi subsidi BBM dengan alasan naiknya
harga minyak dunia dan subsidi BBM dialihkan ke sektor pendidikan dan kesehatan. Dengan
adanya kebijakan kontroversial yang pertama timbullah kebijakan kedua yaitu Bantuan
Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat miskin, namun BLT banyak yang tidak sampai ke
tangan yang berhak menerima bantuan tersebut. Dengan begitu malah menimbulkan berbagai
masalah sosial.
2.2 PERTUMBUHAN EKONOMI

Setelah krisis ekonomi pada tahun 1997, maka laju pertumbuhan ekonomi di
Indonesia turun drastis hingga mencapai -13,16%. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
era reformasi sekitar tahun 1999-2005 mencapai rata-rata 4.15%. Dari data di atas
kelihatannya ekonomi Indonesia pada tahun itu memiliki prospek membaik yaitu dengan terus
meningkatnya laju pertumbuhan di masa depan. Antara tahun 1999-2005 sektor riil
bertumbuh sekitar 3,33% sedangkan sektor non-riil sekitar 5,1%. Pertumbuhan ekonomi yang
seperti itu bisa dibilang pincang karena semestinya sektor non-riil bertumbuh untuk melayani
sektor riil yang bertumbuh. Pada tahun-tahun sekitar tahun 2002-2005 sektor yang tinggi
pertumbuhannya adalah: pengangkutan, keuangan, bangunan, dan perdagangan. Namun, pada
saat yang sama tingkat pengangguran terbuka pada mulanya turun tetapi sejak tahun 2002
cenderung naik. Hal ini sangat ironis, karena pertumbuhan ekonomi pada kurun waktu yang
sama berada di atas 5%. Persentase orang miskin di Indonesia pun pada tahun 2005
bertambah. Hal ini disebabkan oleh sektor yang bertumbuh itu adalah sektor non-riil bukan
sektor riil. Karena apabila sektor riil tidak berkembang, maka pasar sektor non-riil aka cepat
jenuh.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sejak tahun 1998 mengarah pada pertumbuhan


yang tidak berkualitas. Pertumbuhan yang tidak berkualitas adalah apabila sektor yang
dominan pencipta pertumbuhan itu adalah bukan sektor riil dan bukan sektor basis. Misalnya,
yang bertumbuh itu adalah sector listrik, bangunan, perdagangan, pengangkutan, keuangan,
dan jasa-jasa (pemerintahan, sosial, perorangan), dimana kegiatan itu ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan lokal/dalam negeri.

Dari berbagai fakta yang telah disebutkan terdahulu, laju pertumbuhan ekonomi yang
terus menerus rendah sejak era reformasi, pertumbuhan yang tidak berkualitas, kondisi
prasarana yang tidak memadai, rendahnya minat investor menanamkan modalnya di sektor
riil, serta faktor kondisi global, maka dapat disimpulkan bahwa ekonomi Indonesia telah
terperangkap pada pertumbuhan rendah (Low Growth Trap). Artinya setelah ada peningkatan
sekitar hingga 4-5%, maka peningkatan menjadi tersendat. Hal ini berarti kedepannya laju
pertumbuhan ekonomi akan tetap rendah, tingkat pengangguran terbuka tetap tinggi, jumlah
orang miskin akan tetap besar dan cenderung makin besar, mayoritas lulusan perguruan tinggi
akan menjadi pengangguran atau terpaksa bekerja pada pekerjaan yang tidak membutuhkan
keahlian sarjana, serta akan sulit untuk dapat keluar dari perangkap tersebut.

Sejak era reformasi pertumbuhan ekonomi di indonesia tidak pernah lagi mencapai
6%. Dalam kondisi normal pertumbuhan itu berkisar 4-5%. Resiko dari pertumbuhan
ekonomi yang rendah adalah terciptanya dikotomi dalam mendapatkan peluang ekonomi atau
pendapatan. Dikotomi sendiri artinya adalah pembagian atas dua kelompok yang saling
bertentangan. Akan ada dua dikotomi yaitu dikotomi dalam kehidupan masyarakat dan
dikotomi antara daerah yang banyak/masih memiliki potensi ekonomi dan daerah yang tidak
lagi memiliki banyak potensi ekonomi. Dikotomi dalam kehidupan masyarakat dapat
diuraikan sebagai berikut. Dalam kondisi investor asing dan investor besar dalam negeri tidak
ingin menanamkan modalnya di sektor riil di Indonesia, sehingga investasi tidak meningkat
secara tajam dan lapangan kerja formal tidak banyak bertambah, maka cepat atau lambat akan
terjadi dikotomi dalam kehidupan atau perekonomian masyarakat. Masyarakat yang memiliki
sumber daya adalah pemilik modal termasuk pemilik lahan yang memadai atau yang memiliki
keahlian atau keterampilan yang keahliannya dibutuhkan pasar. Masyarakat seperti itu akan
tetap terus dapat berkembang karena mereka mampu menabung/mengakumulasi modal
sehingga akan terus dapat memperluas kegiatannya/sumber pendapatannya.

2.3 PERSAMAAN KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA ORDE LAMA SAMPAI


REFORMASI

Pada masa orde lama, orde baru, dan reformasi terdapat kesamaan yaitu sama-sama
masih terdapat ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan ketidakadilan. Setelah Indonesia
merdeka, ketimpangan ekonomi tidak separah ketika zaman penjajah. Namun tetap saja ada
terjadi ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan ketidakadilan. Dalam 26 tahun masa orde baru
(1971-1997) rasio pendapatan penduduk daerah terkaya dan penduduk daerah termiskin
meningkat dari 5,1 pada tahun 1971 menjadi 6,8 pada tahun 1983 dan naik lagi menjadi 9,8
pada tahun 1997.

Pada masa orde lama, orde baru, dan reformasi masalah yang dihadapi oleh Indonesia
masih sama yaitu masih merajalelanya KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme). Penyakit KKN
yang sudah menjadi budaya masyarakat ini sangat sulit untuk dihilangkan. Pada masa orde
lama KKN memang sudah ada namun masih kecil. Namun pada masa orde baru KKN sudah
ada hampir di semua jajaran pemerintahan pada masa itu. Oleh karena itu pada masa
pemerintahan presiden Soeharto banyak sekali pertentangan di masyarakat dengan
pemerintah. Karena masyarakat kecewa dengan pemerintahan pada masa itu yang penuh
dengan KKN. Sedangkan pada masa reformasi sendiri KKN tetap masih ada walaupun sudah
mulai terbuka dengan masyarakat tidak seperti pada jaman orde baru yang ditutup-tutupi dari
masyarakat. Namun masih saja KKN belum hilang dari Indonesia. Khususnya di jajaran
pemerintahan yang dimana seharusnya membela kebutuhan masyarakat bukan mengambilnya.

Sejak pemerintahan orde lama hingga orde reformasi kini, kewenangan menjalankan
anggaran Negara tetap ada pada Presiden. Namun tiap-tiap masa pemerintahan mempunyai
cirinya masing-masing dalam menjalankan arah kebijakan anggaran Negara. Hal ini
dikarenakan untuk disesuaikan dengan kondisi stabilitas politik, tingkat ekonomi masyarakat,
serta keamanan dan ketertiban. Kebijakan anggaran Negara yang diterapkan pemerintah
selama ini sepertinya berorientasi pada ekonomi masyarakat. Padahal kenyataannya kebijakan
yang ada biasanya hanya untuk segelintir orang dan bahkan lebih banyak menyengsarakan
rakyat. Belum lagi kebijakan-kebijakan yang tidak tepat sasaran, yang hanya menambah
beban APBN. Bila diteliti lebih mendalam kebijakan-kebijakan sejak orde baru hingga
sekarang hanya bersifat jangka pendek. Dalam arti kebijakan yang ditempuh bukan untuk
perencanaan ke masa yang akan datang, namun biasanya cenderung untuk mengatur hal-hal
yang sedang dibutuhkan saat ini.
2.4 KONDISI INDONESIA DI ERA REFORMASI

Pada masa krisis ekonomi, ditandai dengan tumbangnya pemerintahan Orde Baru
kemudian disusul dengan era reformasi yang dimulai oleh pemerintahan Presiden B.J.Habibie.
Pada masa ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mengalami perubahan, namun juga
kebijakan ekonomi. Sehingga apa yang telah stabil dijalankan selama 32 tahun, terpaksa
mengalami perubahan guna menyesuaikan dengan keadaan pada saat ini. Pada masa reformasi
ini kondisi ekonomi di Indonesia sering mengalami kenaikan namun juga sering mengalami
penurunan. Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk menentukan
kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk
memberi kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi
undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia,
diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.Dengan terjadinya krisis ekonomi
Indonesia (1997) yang menenggelamkan para konglomerat, maka kekuasaan negara dalam
bidang ekonomi mendadak menjadi sangat besar, karena pemerintah memiliki seluruh bank
dan sektor ekonomi penting lainnya. Kekuatan ini merupakan momentum yang kuat untuk
memacu ekonomi rakyat secara menyeluruh. Kondisi ini digambarkan sebagai momentum
historis yang sangat tepat untuk membangkitkan ekonomi rakyat.

Optimisme Pemerintahan B.J. Habibie dalam mengembangkan ekonomi rakyat


di tengah-tengah keterpurukan ekonomi nasional dapat dipahami. Oleh karena itu krisis
ekonomi yang terjadi dapat dipandang sebagai momentum untuk menata paradigma
pembangunan yang terlalu liberal dari pengikut yang tidak disengaja aliran pembangunan
liberal dan kapitalistik yang menempatkan pertumbuhan ekonomi dengan konglomerat
sebagai pengemudi (driver), menjadi pembangunan ekonomi yang berpihak kepada Ekonomi
Kerakyatan.

Pada pertengahan bulan Oktober 2006, Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada
IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti
agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk
berhutang lagi pada luar negeri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa
kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk
miskin meningkat dari 35,10 juta jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada
bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran
kredit perbankan ke sektor riil masih sangat kurang, sehingga kinerja sektor riil berkurang dan
berimbas pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga
menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan
anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar negeri, tapi di
lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif.

Pada masa Reformasi krisis ekonomi parah sudah terjadi. Utang Luar Negeri tetap
harus dibayar, budaya korupsi yang sudah menggurita sulit dihilangkan, meski pada masa
Presiden SBY (Kabinet Indonesia Bersatu) pemberantasan korupsi mulai kelihatan wujudnya.
Rakyat menikmati kebebasan. Media massa menjadi lebih terbuka dan berani.
Pada periode ini, pemerintah melaksanakan beberapa program baru yang dimaksudkan
untuk membantu ekonomi masyarakat kecil diantaranya Bantuan Langsung Tunai (BLT),
PNPM Mandiri, JAMKESMAS dan JAMSOSTEK (sekarang BPJS). Pada prakteknya,
program-program ini berjalan sesuai dengan yang ditargetkan meskipun masih banyak
kekurangan.

2.5 DAMPAK REFORMASI BAGI RAKYAT INDONESIA

Masalah pembangunan ekonomi yang ala kadarnya sangat memprihatinkan karena


tidak tampak strategi yang bisa membuat perekonomian Indonesia kembali bergairah. Angka
pengangguran dan kemiskinan tetap tinggi. Penanganan bencana alam yang datang bertubi-
tubi berjalan lambat dan sangat tidak profesional. Bisa dipahami bahwa bencana datang tidak
diundang dan terjadi begitu cepat, sehingga korban kematian dan materi tidak terhindarkan.

Pemerintahan Orde Baru jatuh dan muncul Era Reformasi. Namun pada Era
Reformasi ini tidak diikuti dengan suasana tenang, aman, dan tentram dalam kehidupan sosial
ekonomi masyarakat. Rakyat menjadi sulit membedakan apa kang “sang pejabat” bertindak
sebagai eksekutif atau pimpinan partai politik karena adanya perangkapan jabatan yang
membuat pejabat bersangkutan tidak dapat berkonsentrasi penuh pada jabatan public yang
diembannya. Banyak kasus yang muncul ke permukaan yang berkaitan dengan pemberian
batas yang tegas pada teritorial masing-masing wilayah. Pada era ini juga pemerintah menjadi
tidak otoriter.

2.6 GAMBAR-GAMBAR YANG BERKAITAN DENGAN PEREKONOMIAN


INDONESIA
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, beberapa hal yang dapat penulis
simpulkan adalah sebagai berikut:

1. Perekonomian Indonesia di awal era reformasi, dimana pada era tersebut B.J.Habibie
menjadi presiden pertama di era reformasi.

2. Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri kebijakan yang ditempuh untuk


mengatasi persoalan ekonomi antara lain meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$
5,8 Milyar pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar
negeri sebesar Rp. 116,3 Triliun.

3. Pertumbuhan ekonomi di era reformasi pada awalnya turun drastis akibat krisis
ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997.

4. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sejak tahun 1998 mengarah pada pertumbuhan


yang tidak berkualitas.

5. Permasalahan yang dialami oleh rakyat Indonesia sejak era orde lama hingga
reformasi saat ini masih sama yaitu semakin merajalelanya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN).
DAFTAR PUSTAKA

Subandi, (2016). Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.

Pohan,Aulia.2008.Potret Kebijakan Moneter Indonesia.Jakarta:Rajawali pers.

Yustika, Ahmad Erani. 2002. Pembangunan dan Krisis, Memetakan Perekonomian Indonesia.
Jakarta: PT.Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai