Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA

Dosen Pengampu:

MOH. ABDUL ROHMAN WAHID, M.E.

Disusun Oleh:

Lilis suriani {2020001}

Rina zulaika {2020002}

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM (STEI)

DARUL QUR’AN MINAK SELEBAH

LAMPUNG TIMUR

TP. 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih ke hadirat
Allah SWT. Karena dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyusun makalah ini sehinga dapat hadir di hadapan pembaca sekalian. Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamad SAW Beserta keluarga dan para
Sahabatnya sekalian, yang dengan penuh kesetiaan dan telah mengorbankan jiwa
raga maupun hartanya demi tegaknya syiar Islam yang pengaruh dan manfaatnya
masih dapat kita rasakan pada saat sekarang ini. Makalah yang berada di hadapan
kita pembaca ini membahas < Sejarah Perekonomian Indonesia”. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita
semua. Kepada para pembaca yang membahasa makalah ini kami sampaikan
terima kasih. Saran dan keritik dari para pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan demi bertambahnya wawasan kami sebagai
Mahasiswa. Akhinya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
ya Rabbal aalamiin.
DAFTAR ISI

1. COVER…………………………………………………………………………………………………………………………..
2. KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………..
3. DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………
4. BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………………………….
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………………………..
5. BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………….
A. SEJARAH PEREKONOMIAN DIINDONESIA………………………………………………..
B. PERTUMBUHAN EKONOMI…………………………………………………………………………………
C. PEREKONOMIAN KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA ERDE LAMA SAMPAI
REFORMASI………………………………………………………………………………………………………………..
D. DAMPAK REFORMASI BAGI RAKYAT…………………………………………………………….
6. BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………………..
B. SARAN……………………………………………………………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma
pembangunan nasional, dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma
pemerataan pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Pertumbuhan
ekonomi di era reformasi saat ini sering sekali mengalami kegoncangan. Munculnya
reformasi di bidang ekonomi disebabkan oleh adanya sistem monopoli di bidang
perdagangan, jasa, dan usaha. Pada masa orde baru, orang-orang yang dekat
dengan pemerintah akan mudah mendapatkan fasilitas dan kesempatan, bahkan
mampu berbuat apa saja demi keberhasilan usahanya. Selain itu juga disebabkan
oleh krisis moneter. Krisis tersebut membawa dampak yang luas bagi kehidupan
manusia dan bidang usaha. Banyak perusahaan yang ditutup sehingga terjadi PHK
dimana-mana dan menyebabkan angka pengangguran meningkat tajam serta
muncul kemiskinan dimana-mana dan menyebabkan angka pengangguran
meningkat tajam serta muncul kemiskinan dimana-mana dan krisis perbankan.
Pada era reformasi sekarang ini sangat dibutuhkan sistem pemerintahan yang
memungkinkan cepatnya penyaluran aspirasi rakyat, alokasi kewajiban Negara
kepada rakyat secara merata, namun tetap berada di bawah pengawasan
pemerintah pusat. Hal tersebut diperlukan agar tidak terjadi lagi ancaman-
ancaman terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), seperti
pernah munculnya gerakan-gerakan separatism di daerah- daerah yang ingin
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), antara lain GAM
di Aceh dan RMS di Maluku. Sumber daya alam daerah Indonesia yang tidak merata
juga merupakan salah satu penyebab diperlukannya suatu sistem pemerintahan
yang memudahkan pengelolaan sumber daya alam yang merupakan sumber
pendapatan daerah sekaligus menjadi pendapatan nasional. Sebab seperti yang
kita ketahui bahwa terdapat beberapa daerah yang pembangunannya memang
harus lebih cepat daripada daerah lain.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan yang dibahas dalam makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
Sejarah perekonomian Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA


Sejak berdirinya negara Republik Indonesia, sudah banyak tokok-tokoh
negara yang saat itu telah merumuskan bentuk perekonomian yang tepat bagi
bangsa Indonesia, baik secara individu maupun diskusi kelompok. Tetapi pada
pemerintah orde lama masih belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi negara
Republik Indonesia yang memburuk. Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena
beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk
sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di
wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia
Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.

1. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup
pintu perdagangan luar negeri RI.
2. Kas negara kosong.
3. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain: 3
4. Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh Menteri Keuangan Ir. Surachman
dengan persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.
5. Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan kontak
dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera
dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
6. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan
yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu
: masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan
administrasi perkebunan-perkebunan.
7. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
8. Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948 1

1
Subandi, (2016). Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.
2 Ibid
3 Subandi, (2016). Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta
B. PERTUMBUHAN EKONOMI

Setelah krisis ekonomi pada tahun 1997, maka laju pertumbuhan ekonomi di
Indonesia turun drastis hingga mencapai -13,16%. Laju pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada era reformasi sekitar tahun 1999-2005 mencapai rata-rata 4%. Dari
data di atas kelihatannya ekonomi Indonesia pada tahun itu memiliki prospek
membaik yaitu dengan terus meningkatnya laju pertumbuhan di masa depan.
Antara tahun 1999-2005 sektor riil bertumbuh sekitar 3,33% sedangkan sector
non-riil sekitar 5,1%. Pertumbuhan ekonomi yang seperti itu bisa dibilang pincang
karena semestinya sector non-riil bertumbuh untuk melayani sector riil yang
bertumbuh. Pada tahun-tahun sekitar tahun 2002-2005 sektor yang tinggi
pertumbuhannya adalah: pengangkutan, keuangan, bangunan, dan perdagangan.
Namun, pada saat yang sama tingkat pengangguran terbuka pada mulanya turun
tetapi sejak tahun 2002 cenderung naik. Hal ini sangat ironis, karena pertumbuhan
ekonomi pada kurun waktu yang sama berada di atas 5%. Persentase orang miskin
di Indonesia pun pada tahun 2005 bertambah. Hal ini disebabkan oleh sector yang
bertumbuh itu adalah sekto non-riil bukan sector riil. Karena apabila sector riil tidak
berkembang, maka pasar sector non-riil aka cepat jenuh. 6
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sejak tahun 1998 mengarah pada
pertumbuhan yang tidak berkualitas. Pertumbuhan yang tidak berkualitas adalah
apabila sector yang dominan pencipta pertumbuhan itu adalah bukan sector riil
dan bukan sector basis. Misalnya, yang bertumbuh itu adalah sector listrik,
bangunan, perdagangan, pengangkutan, keuangan, dan jasa-jasa (pemerintahan,
social, perorangan), dimana kegiatan itu ditujukan untuk memnuhi kebutuhan
local/dalam negeri.

2
Ibid
6 Yus7ka, Ahmad Erani. 2002. Pembangunan dan krisis, Memetakan Perekonomian
Indonesia. Jakarta: PT.Grasindo.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sejak tahun 1998 mengarah pada
pertumbuhan yang tidak berkualitas. Pertumbuhan yang tidak berkualitas adalah
apabila sector yang dominan pencipta pertumbuhan itu adalah bukan sector riil
dan bukan sector basis. Misalnya, yang bertumbuh itu adalah sector listrik,
bangunan, perdagangan, pengangkutan, keuangan, dan jasa-jasa (pemerintahan,
social, perorangan), dimana kegiatan itu ditujukan untuk memnuhi kebutuhan
local/dalam negeri.
Dari berbagai fakta yang telah disebutkan terdahulu, laju pertumbuhan
ekonomi yang terus menerus rendah sejak era reformasi, pertumbuhan yang tidak
berkualitas, kondisi prasarana yang tidak memadai, rendahnya minat investor
menanamkan modalnya di sector riil, serta factor kondisi global, maka dapat
disimpulka bahwa ekonomi Indonesia telah terperangkap pada pertumbuhan
rendah (Low Growth Trap). Artinya setelah ada peningkatan sekitar hingga 4-5%,
maka peningkatan menjadi tersendat. Hal ini berarti ke depannya laju pertumbuhan
ekonomi akan tetap rendah, tingkat pengangguran terbuka tetap tinggi, jumlah
orang miskin akan tetap besar dan cenderung makin besar, mayoritas lulusan
perguruan tinggi akan menjadi pengangguran atau terpaksa bekerja pada
pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian sarjana, serta akan sulit untuk dapat
keluar dari perangkap tersebut. 7
Sejak era reformasi pertumbuhan ekonomi di indonesa tidak pernah lagi
mencapai 6%. Dalam kondisi normal pertumbuhan itu berkisan 4-5%. Resiko dari
pertumbuhan ekonomi yang rendah adalah terciptanya dikotomi dalam
mendapatkan peluang ekonomi atau pendapatan. Dikotomi sendiri artinya adalah
pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan.

Akan ada dua dikotomi yaitu dikotomi dalam kehidupan masyarakat dan
dikotomi antara daerah yang banyak/masih memiliki potensi ekonomi dan daerah
yang tidak lagi memiliki banyak potensi ekonomi. Dikotomi dalam kehidupan
masyarakat dapat diuraikan sebagai berikut. Dalam kondisi investor asing da
investor besar dalam negeri tidak ingin menanamkan modalnya di sector riil di
Indonesia, sehingga investasi tidak meningkat secara tajam dan lapangan kerja
formal tidak banyak bertambah, maka cepat atau lambat akan terjadi dikotomi
dalam kehidupa atau perekonomian.
Masyarakat yang memiliki sumber daya adalah pemilik modal termaksud
pemilik lahan yang memadai atau yang memiliki keahlian atau keterampilan yang
keahliannya dibutuhkan pasar. Masyarakat seperti itu akan tetap terus dapat
berkembang karena mereka mampu menabung/mengakumulasi modal sehingga
akan terus dapat memperluas kegiatannya/sumber pendapatannya. 8

C. PERSAMAAN KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA ORDE LAMA


SAMPAI REFORMASI
Pada masa orde lama, orde baru, dan reformasi terdapat kesamaan yaitu
sama-sama masih terdapat ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan ketidakadilan.
Setelah Indonesia merdeka, ketimpangan ekonomi tidak separah ketika zaman
penjajah. Namun tetap saja ada terjadi ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan
ketidakadilan. Dalam 26 tahun masa orde baru (1971-1997) rasio pendapatan
3
penduduk daerah terkaya dan penduduk daerah termiskin meningkat dari 5,1 pada
tahun 1971 menjadi 6,8 pada tahun 1983 dan naik lagi menjadi 9, pada tahun 1997.
Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditukukan untuk
member kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salah satunya
adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing
di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah. Dengan
terjadinya krisis ekonomi Indonesia (1997) yang menenggelamkan para
konglomerat, maka kekuasaan negara dalam bidang ekonomi mendadak menjadi
sangat besar, karena pemerintah memiliki seluruh bank dan sektor ekonomi
penting lainnya. Kekuatan ini merupakan momentum yang kuat untuk memacu
ekonomi rakyat secara menyeluruh. Kondisi ini digambarkan sebagai momentum
historis yang sangat tepat untuk membangkitkan ekonomi rakyat. 11
Optimisme Pemerintahan B. Habibie dalam mengembangkan ekonomi
rakyat di tengah-tengah keterpurukan ekonomi nasional dapat dipahami. Oleh
karena itu krisis ekonomi yang terjadi dapat dipandang sebagai momentum untuk
menata paradigma pembangunan yang terlalu liberal dari pengikut yang tidak

7 Ibid
8 Yus7ka, Ahmad Erani. 2002. Pembangunan dan krisis, Memas kan Perekonomian
Indonesia Jakarta: PT.Grasindo
9 Subandi, (2016). Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.
disengaja aliran pembangunan liberal dan kapitalistik yang menempatkan
pertumbuhan ekonomi dengan konglomerat sebagai pengemudi (driver), menjadi
pembangunan ekonomi yang berpihak kepada Ekonomi Kerakyatan.
Pada pertengahan bulan Oktober 2006, Indonesia melunasi seluruh sisa
hutang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini maka diharapkan Indonesia
tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri.
Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negeri kembali mencuat, setelah
keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin
menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 juta jiwa dibulan
Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan
karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sector riil
masih sangat kurang, sehingga kinerja sector riil berkurang dan berimbas pada
turunnya investasi. Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga
menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan daya serap, karena in-efisiensi
pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor
dari luar negeri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif.
Pada masa Reformasi krisis ekonomi parah sudah terjadi. Utang Luar Negeri
tetap harus dibayar, budaya korupsi yang sudah menggurita sulit dihilangkan,
meski pada masa Presiden SBY (Kabinet Indonesia Bersatu) pemberantasan
korupsi mulai kelihatan wujudnya.
Rakyat menikmati kebebasan. Media masa menjadi lebih terbuka dan
berani. Pada periode ini, pemerintah melaksanakan beberapa program baru yang
dimaksudkan untuk membantu ekonomi masyarakat kecil diantaranya Bantuan
Langsung Tunai (BLT), PNPM Mandiri, JAMKESMAS dan JAMSOSTEK (sekarang
BPJS). Pada prakteknya, program-program ini berjalan sesuai dengan yang
ditargetkan meskipun masih banyak kekurangan. 12

D. DAMPAK REFORMASI BAGI RAKYAT INDONESIA


Masalah pembangunan ekonomi yang ala kadarnya sangat memprihatinkan
karena tidak tampak strategi yang bisa membuat perekonomian Indonesia kembali
bergairah. Angka pengangguran dan kemiskinan tetap tinggi. Penanganan bencana
alam yang datang bertubi- tubi berjalan lambat dan sangat tidak professional. Bisa
dipahami bahwa bencana datang tidak diundang dan terjadi begitu cepat, sehingga
korban kematian dan materi tidak terhindarkan.
Pemerintahan Orde Baru jatuh dan muncul Era Reformasi. Namun pada Era
Reformasi ini tidak diikuti dengan suasana tenang, aman, dan tentram dalam
kehidupan social ekonomi masyarakat. Rakyat menjadi sulit membedakan apakang
<sang pejabat= bertindak sebagai eksekutif atau pimpinan partai politik karena
adanya perangkapan jabatan yang membuat pejabat bersangkutan tidak dapat
berkonsentrasi penuh pada jabatan public yang diembannya. Banyak kasus yang
muncul ke permukaan yang berkaitan dengan pemberian batas yang tegas pada
teritorial masing-masing wilayah. Pada era ini juga pemerintah menjadi tidak
otoriter. 13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, beberapa hal yang dapat


penulis simpulkan adalah sebagai berikut:

1. Perekonomian Indonesia di awal era reformasi, dimana pada era tersebut B.J
menjadi presiden pertama di era reformasi.
2. Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri kebijakan yang ditempuh untuk
mengatasi persoalan ekonomi antara lain meminta penundaaan pembayaran utang
sebesar US$ 5, Milyar pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan
pembayaran utang luar negeri sebesar Rp. 116,3 Triliun.
3. Pertumbuhan ekonomi di era reformasi pada awalnya turun drastis akibat krisis
ekonomi yang melanda Indonesia padatahun 1997.
4. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sejak tahun 1998 mengarah pada pertumbuhan
yang tidak berkualitas.
5. Permasalahan yang dialami oleh rakyat Indonesia sejak era orde lama hingga
reformasi saat ini masih sama yaitu makin merajalelanya Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN).

B. SARAN

Demikian makalah yang dapat kami sajikan, mudah-mudahan dapat


bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk
penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Jika ada kesalahan atau
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon ma’af sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Subandi, (2016). Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.


Pohan,Aulia. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Jakarta:Rajawali pers.
Yustika, Ahmad Erani. 2002. Pembangunan dan Krisis, Memetakan Perekonomian
Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo

Anda mungkin juga menyukai