Anda di halaman 1dari 13

PEREKONOMIAN INDONESIA PADA MASA ORDE BARU

Dosen Pengampu : Sufandi Iswanto, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 10

Novia Rizki Ananda (1806101020023)

Yolanda Agnessia (1806101020020)

Irwandi (1806101020055)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya


sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu tugas penyusunan makalah yang
berjudul “Perekonomian Indonesia pada Masa Orde Baru”. Shalawat dan salam
juga kami sanjung sajikan kepada baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan
para sahabat.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Sejarah Ekonomi Indonesia. Bahan-bahan yang digunakan didalam
makalah ini kami kutip dari beberapa sumber, yang kemudian kami rangkai
kembali dengan kata-kata yang sesuai kemampuan kami. Dalam penulisan
makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah
ini.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu pada mata


kuliah ini yaitu Bapak Sufandi Iswanto, S.Pd., M.Pd, yang telah banyak
membimbing kami dalam penulisan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Banda Aceh, 20 Mei 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................... 3

2.1 Keadaan Perekonomian Indonesia Pada Masa Awal Orde Baru ...... 3
2.2 Kebijakan Pemerintah Terhadap Perekonomian Masa Orde Baru .. 4
2.3 Dampak Perekonomian Orde Baru Terhadap Pembangunan Indonesia 5

BAB 3 PENUTUP......................................................................................... 6

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 7

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perekonomian dalam masa Orde Baru terdiri atas beberapa kejadian penting.
Dimulai ketika Soeharto dilantik menjadi Presiden menggantikan Soekarno pada
1967. Masa itu disebut-sebut sebagai masa pemulihan ekonomi. Sebelum peralihan
tongkat kepemimpinan memang tengah terjadi gejolak perekonomian. Pada zaman
Pemerintah Orde Lama tak bisa mengatasi krisis ekonomi yang terjadi di penghujung
1950-an. Imbasnya sempat terjadi meroketnya inflasi (hiperinflasi) yang mencapai
635% pada 1966. Dengan berbegai kebijakan ekonomi, pemerintah Orde Baru
mampu meredam hiper inflasi itu. Franciscus Xaverius Seda (Menteri Keuangan
1966-1968) menjadi aktor utama dari upaya menekan inflasi menjadi 112%. Frans
mengatasi permasalahan ekonomi saat itu dengan cara menerapkan model anggaran
penerimaan dan belanja yang berimbang. Hal itu untuk meredam imbas dari kebijakan
pemerintahan sebelumnya yang rajin mencetak uang. Upaya yang dilakukan
pemerintah Orde Baru terbilang berhasil saat itu. Ekonomi RI mulai stabil. Hingga
pada saat itu Indonesia pernah mendapat julukan sebagai macan Asia. Julukan macan
asia pernah diberikan kepada Indonesia karena keberhasilan repelita dalam
swasambada beras pada tahun 1980. Selain itu sembuhnya perekonomian ketika RI
dibawah pimpinan Soeharto kembali bergabung dengan lembaga pemberi utang dunia
alias International Monetary Fund (IMF) pada 1967. Sejak Indonesia menjadi anggota
IMF indonesia mengalami peristiwa penting lainnya yaitu saat terjadi booming
minyak pada periode 1974 - 1982. Tingginya harga minyak di pasar internasional
membuat pemerintah orde baru mendapatkan pemasukan yang cukup besar. Ini yang
menyebabkan Indonesia masuk dalam organiasasi OPEC (Organization of the
Petroleum Exporting Countries). Besarnya pemasukan negara dari sektor minyak,
membuat pemerintah orde baru memiliki amunisi untuk melakukan pembangunan.
Menurut data sejarah yang dicatat Bank Indonesia (BI), kondisi itu memungkinkan
pemerintah memacu kegiatan pembangunan ekonomi dan melaksanakan program
pemerataan pembangunan lewat penyediaan kredit likuiditas, termasuk pemberian
kredit untuk mendorong kegiatan ekonomi lemah. Namun, pengucuran deras kredit
perbankan tersebut mengakibatkan uang beredar meningkat dalam jumlah yang cukup
3
besar. Akibatnya, tingkat inflasi 1973/1974 melonjak tajam menembus angka 47%.
Pemerintah Orde Baru kembali berbenah diri dengan melakukan program stabilisasi.
Pada 1974/1975 inflasi pun turun menjadi 21%. Hal ini memberi peluang Pemerintah
untuk menurunkan suku bunga deposito dan kredit jangka pendek terutama ekspor
dan perdagangan dalam negeri pada Desember 1974 guna mendorong pertumbuhan
ekonomi. Akan tetapi pelonggaran itu justru menimbulkan tekanan inflatoir sehingga
mengakibatkan lemahnya daya saing produk Indonesia di luar negeri karena nilai
rupiah menjadi over valued.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana keadaan perekonomian Indonesia pada masa awal orde baru ?
2. Apa saja kebijakan pemerintah terhadap perekonomian Indonesia pada masa orde
baru ?
3. Bagaimana dampak dari perekonomian pada masa orde baru terhadap
pembangunan Indonesia ?

1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui bagaimana keadaan Indonesia pada masa awal orde baru.
2. Agar mengetahui apa saja kebijakan pemerintah terhadap perekonomian Indonesia
pada masa orde baru.
3. Agar mengetahui bagaimana dampak dari perekonomian pada masa orde baru
terhadap pembangunan Indonesia.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Keadaan Perekonomian Indonesia Pada Masa Awal Orde Baru

Pada periode awal orde baru timbul situasi ketidakpastian, keamanan juga tidak
terjamin dan kehidupan ekonomi terganggu. Seperti yang digambarkan oleh Booth
dan McCawley (1990) menunjukkan bahwa pada masa itu tingkat produksi dan
investasi di berbagai sector menunjukkan kemunduran semenjak tahun 1950.
Pendapatan riil perkapita dalam tahun 1966 lebih rendah daripada tahun 1938. Sector
industry menyumbangkan hanya sekitar 10% dan dihadapkan pada masalah
pengangguran kapasitas yang serius. Di awal dasawarsa ini deficit anggaran belanja
negar mencapai 50% dari pengeluaran total Negara, lalu penerimaan ekspor juga
sangat menurun, dan selama tahun 1964-1966 terjadinya hiperinflasi yang melanda
Negara ini dengan berakibat kepada lumpuhnya perekonomian.

Dari beberapa analisis yang telah dilakukan, setidaknya terdapat empat faktor
penting yang menyebabkan terjadinya kemunduran ekonomi pada masa awal orde
baru. Pertama, tidak adanya stabilitas politik Negara. Kedua, orientasi dan prioritas
dalam kebijaksanaan pemerintah terlalu mengejar sasaran-sasaran politik. Ketiga,
hubungan atau relasi dengan luar negeri khususnya dengan Negara-negara Barat tidak
terlalu baik, karena mereka ini dianggap tidak masuk dalam ideologis yang sama.
Hasilnya bantuan ekonomi luar negeri lebih banyak dari Blok Timur, yang oleh
berbagai kelemahan dalam perencanaan dan pelaksanaannya jarang menghasilkan
proyek-proyek yang layak dan produktif. Keempat, kecenderungan ideologis
pemerintah pada masa itu untuk mengatur ekonomi dengan campur tangan langsung
yang luas sekali (ekonomi terpimpin), misalnya untuk menentukan harga, mengatur
produksi, dan impor dengan system lisensi dan sebagainya (Sadli, 1987).

Selama periode awal orde baru tersebut, pemerintah sangat memperhatikan


pengendalian tingkat inflasi, rehabilitasi infrastruktur fisik, dan membangun
hubungan baik dengan kelompok donor internasional. Komitmen pemerintah
Indonesia dengan konsorsium kelompok donor internasional menghasilkan respon
yang kuat dari investor domestic dan pelaku bisnis asing. Perekonomian tumbuh rata-
rata tiap tahun 6,6% tahun 1968 menandai permulaan tahap pemulihan dengan tingkat
5
pertumbuhan yang mencapai 10,9% (Hill, 1996). Pencapaian yang berhasil dilalui ini
dalam satu sisi tentunya cukup mengejutkan, mengingat begitu rumitnya persoalan
ekonomi Indonesia warisan orde lama. Dengan begitu, sejak awal boleh dikatakan
pembangunan ekonomi Indonesia telah menyandarkan kepada pihak asing sebagai
mitra kerjanya. Pola hubungan tersebut dianggap sebagai jalan pintas untuk
memecahkan persoalan ekonomi yang begitu kompleks.

2.2 Kebijakan Pemerintah Terhadap Perekonomian Indonesia Pada Masa Orde


Baru

Pada pertengahan tahun 1960an, kondisi ekonomi Indonesia telah mencapai keadaan yang
sangat buruk. Perekonomian Indonesia menderita karena kekacauan politik yang dipicu oleh
Presiden Soekarno, presiden pertama Indonesia. Masalah-masalah ekonomi tidak menjadi
perhatian utama bagi Soekarno yang menghabiskan masa hidupnya untuk berjuang di arena
politik. Beberapa contoh dari kebijakan-kebijakannya yang memberikan dampak negatif pada
perekonomian adalah pemutusan hubungan dengan negara-negara Barat (dan karenanya
mengisolir Indonesia dari ekonomi dunia dan mencegah negara ini dari menerima bantuan-
bantuan asing yang sangat dibutuhkan) dan deficit spending melalui pencetakan uang, yang
menyebabkan hiperinflasi yang berada di luar kendali. Namun, setelah Suharto mengambil
alih kekuasaan dari Soekarno di pertengahan 1960an, kebijakan-kebijakan ekonomi
mengalami perubahan arah yang radikal.

Salah satu tindakan pertama Soeharto setelah mengambil alih pimpinan negara adalah
menugaskan tim penasihat ekonominya, yang terdiri atas kelima dosen FEUI, yaitu
Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Mohammad Sadli, Soebroto, dan Emil Salim untuk
menyusun suatu program stabilisasi dan rehabilitasi. Tujuan utama dari program ini
adalah memulihkan stabilitas makro ekonmi dengan menghentikan hiperinflasi
setinggi 600% yang telah berkecamuk pada akhir masa pemerintahan Soekarno. Alat
kebijakan utama untuk menurunkan laju inflasi adalah anggaran berimbang (balance
budget), artinya pengeluaran pemerintah dibatasi oleh penerimaan pemerintah.
Pemerintahan orde baru memiliki slogan yang menunjukkan fokus utama mereka
dalam memberlakukan kebijakan ekonomi, yaitu Trilogi Pembangunan sebagai
berikut :

6
1. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
2. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasil yang menuju kepada terciptanya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Bukan tanpa dasar, Trilogi Pembangunan dibuat karena Indonesia mengalami


inflasi yang sangat tinggi pada awal tahun 1966, kurang lebih sebesar 650% setahun.
Berikut beberapa kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pada masa orde baru adalah:

a) Repelita I (1 April 1969-31 Maret 1974) Sasaran utama yang hendak dicapai adalah
pangan, sandang, papan, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Pertumbuhan ekonomi berhasil naik 3 sampai 5,7% sedangkan tingkat inflasi menurun
menjadi 47,8%. Namun, kebijakan pada masa Repelita I dianggap menguntungkan
investor Jepang dan golongan orang-orang kaya saja. Hal ini memicu timbulnya peristiwa
Malapetaka Lima Belas Januari (Malari).
b) Repelita II (1 April 1974 - 31 Maret 1979) menitikberatkan pada sektor pertanian dan
industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
c) Repelita III (1 April 1979-31 Maret 1984) Pelita III menekankan pada Trilogi
Pembangunan dengan menekankan pada azas pemerataan, yaitu: Pemerataan pemenuhan
kebutuhan pokok rakyat, pemerataan kesempatan memperoleh Pendidikan dan pelayanan,
Pemerataan bagi pendapatan, pemerataan kesempatan kerja, pemerataan kesempatan
berusaha, pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, pemerataan
penyebaran pembangunan, pemerataan memperoleh keadilan.
d) Repelita IV (1 April 1984 - 31 Maret 1989) menitikberatkan pada sektor pertanian
menuju swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan
mesin-mesin sendiri.
e) Repelita V (1 April 1989-31 Maret 1994) menitikberatkan pada sektor pertanian untuk
memantapkan swasembada pangan, meningkatkan produksi pertanian, menyerap tenaga
kerja, dan mampu menghasilkan mesin-mesin sendiri.
f) Repelita VI dimulai pada tahun 1994, pembangunan berfokus pada pada sektor ekonomi,
industri, pertanian dan peningkatan sumber daya manusia.

2.3 Dampak Perekonomian Orde Baru Terhadap Pembangunan Indonesia

Sejak awal, pemerintah Orde Baru menyadari bahwa kebijakan anti Barat yang
merupakan suatu ciri mencolok dari pemerintah Soekarno juga telah menimbulkan
kesulitan bagi Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah Orde Baru memutuskan untuk
7
meninggalkan kebijakan “memandang ke dalam” (inward-looking policies) yang
hanya membawa kebangkrutan bagi Indonesia dan menggantikannya dengan
kebijakan “memandang ke luar” (out-ward policies). Kebijakan ini dicirikan oleh
kebijakan perdagangan luar negeri dan kebijakan investasi asing yang bersifat lebih
liberal itu artinya, pemerintah Indonesia mulai menerapkan kebijakan yang dapat
menghapus atau mengurangi berbagai rintangan atas perdagangan luar negeri dan
investasi asing.

A. Pemerataan Pelayanan Publik di Indonesia

Sejak permulaan pemerintahan Orde Baru di Indonesia, peranan birokrasi


Pemerintah dalam pelayanan publik telah berkembang dengan sangat pesat.
Pengeluaran pemerintah untuk sektor-sektor pendidikan, kesehatan, kesejahteraan
sosial, perumahan dan perhubungan telah meningkat dari Rp. 414,3 milyar pada
Pelita I menjadi Rp. 12.244,6 milyar dalam harga konstan tahun 1969 pada Pelita IV,
suatu peningkatan sebesar hampir 30 kali.

B. Hasil-Hasil Pembangunan Dalam Pembangunan Jangka Panjang I


1. Swasembada Beras
Sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992, produksi padi sangat
meningkat. Prestasi yang besar khususnya di sektor pertanian ini telah
mengubah posisi Indonesia dari negara pengimpor beras terbesar di dunia
dalam tahun 1970-an menjadi negara yang mencapai swasembada pangan
sejak tahun 1984 dan kenyataan bahwa swasembada pangan yang tercapai
pada tahun itu selanjutnya juga selama lima tahun terakhir sampai dengan
tahun terakhir Repelita V tetap dapat dipertahankan. Di samping itu
meningkatnya penyediaan pangan selama ini mempunyai pengaruh sangat
besar terhadap usaha mengurangi jumlah penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan.
2. Kesejahteraan Penduduk
Strategi yang mendahulukan pembangunan pertanian disertai dengan pemerataan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat, yang antara lain meliputi
penyediaan kebutuhan pangan, peningkatan gizi, pemerataan pelayanan
kesehatan, keluarga berencana, pendidikan dasar, air bersih, perumahan
sederhana dan sebagainya. Strategi ini dilaksanakan secara konsekuen setiap
8
Repelita. Dengan strategi inilah pemerintah telah berhasil mengurangi
kemiskinan di Tanah Air. Hasilnya adalah sangat menurunnya jumlah
penduduk miskin di Indonesia. Pada tahun 1970-an ada 60 orang di antaranya
yang hidup miskin dari setiap 100 orang penduduk. Jumlah penduduk yang
miskin ini sangat besar, yaitu sekitar 55 juta orang. Penduduk Indonesia yang
miskin ini terus bertambah kecil jumlahnya dari tahun ke tahun.
3. Masyarakat Tinggal Landas
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa negara tinggal landas adalah
negara industri. Negara industri dapat berkembang karena dia menguasai dan
mampu memanfaatkan teknologi modern. Selanjutnya, penguasaan dan
pemanfaatan teknologi modern dimungkinkan melalui pendidikan dan latihan
yang tepat serta mampu menyediakan sumberdaya manusia dalam jumlah
serta kualitas yang sesuai dengan keperluan pembangunan nasional.

9
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perekonomian dalam masa Orde Baru terdiri atas beberapa kejadian


penting. Dimulai ketika Soeharto dilantik menjadi Presiden menggantikan
Soekarno pada 1967. Masa itu disebut-sebut sebagai masa pemulihan
ekonomi. Sebelum peralihan tongkat kepemimpinan memang tengah terjadi
gejolak perekonomian. Selama periode awal orde baru tersebut, pemerintah
sangat memperhatikan pengendalian tingkat inflasi, rehabilitasi infrastruktur
fisik, dan membangun hubungan baik dengan kelompok donor internasional.
Pola hubungan tersebut dianggap sebagai jalan pintas untuk memecahkan
persoalan ekonomi yang begitu kompleks. Pemerintahan orde baru memiliki
slogan yang menunjukkan fokus utama mereka dalam memberlakukan
kebijakan ekonomi, yaitu Trilogi Pembangunan diantaranya yaitu
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, Pemerataan pembangunan dan
hasil-hasil yang menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh
rakyat, dan Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Sejak permulaan
pemerintahan Orde Baru di Indonesia, peranan birokrasi Pemerintah
dalam pelayanan publik telah berkembang dengan sangat pesat. Pengeluaran
pemerintah untuk sektor-sektor pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial,
perumahan dan perhubungan telah meningkat dari Rp. 414,3 milyar pada
Pelita I menjadi Rp. 12.244,6 milyar dalam harga konstan tahun 1969 pada
Pelita IV, suatu peningkatan sebesar hampir 30 kali. Prestasi yang besar
khususnya di sektor pertanian ini telah mengubah posisi Indonesia dari
negara pengimpor beras terbesar di dunia dalam tahun 1970-an menjadi
negara yang mencapai swasembada pangan sejak tahun 1984 dan kenyataan
bahwa swasembada pangan yang tercapai pada tahun itu selanjutnya juga
selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun terakhir Repelita V tetap

1
dapat dipertahankan. Di samping itu meningkatnya penyediaan pangan selama
ini mempunyai pengaruh sangat besar terhadap usaha mengurangi jumlah
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Strategi yang mendahulukan
pembangunan pertanian disertai dengan pemerataan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan dasar rakyat, yang antara lain meliputi penyediaan kebutuhan
pangan, peningkatan gizi, pemerataan pelayanan kesehatan, keluarga
berencana, pendidikan dasar, air bersih, perumahan sederhana dan
sebagainya.

2
DAFTAR PUSTAKA

Fareza, Mufid. Dampak Kebijakan Perekonomian Era Orde Baru Terhadap


Pembangunan di Indonesia. Artikel. Universitas PGRI Yogyakarta.

Sadli, Mohammad. 1987. Pembentukan Kebijaksanaan Ekonomi di Masa Orde


Baru. Kumpulan Esei untuk Menghormati Sumitro Djojo Hadikusumo.
PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Udiyana, dkk. 2008. Struktur dan Sistem Pembangunan Ekonomi Indonesia Masa
Orde Baru. Forum Manajemen. Vol. 6. No. 1.

Anda mungkin juga menyukai