Pemantauan inflasi dari tahun ke tahun harus dilakukan secara cermat dengan melihat indikator-indikator
perubahan harga pada komoditas tertentu. Tujuan dari pemantauan ini akan berkaitan langsung dengan
efisiensi perencanaan paket kebijakan moneter yang akan diambil oleh Bank Sentral untuk kepentingan
masa sekarang dan masa yang akan datang. Indikator yang paling sering digunakan untuk menganalisa
dan mengukur laju inflasi adalah IHK (Indeks Harga Konsumen). IHK merupakan sebuah nilai yang
digunakan untuk menghitung perubahan harga rata-rata terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
rumah tangga.
Dengan melihat pengertian dan perhitungan IHK diatas, maka secara garis besar untuk menyusun dan
menghitung IHK diperlukan 2 jenis data atau parameter yang digunakan untuk menjelaskan dan
menunjukkan dinamika IHK. Kedua jenis data yang diperlukan tersebut adalah.
1. Data Harga. Data ini diperoleh dari pengumpulan sample harga dari barang dan jasa di lokasi
tertentu yang dilakukan secara sampling.
2. Data Pembobotan. Data ini menunjukkan estimasi mengenai perbandingan antara total
keseluruhan jenis belanja komoditas terhadap satu jenis komoditas tertentu.
GDP atau dalam bahasa Indonesia adalah Produk Domestik Bruto (PDB). GDP Deflator adalah sebuah
indikator yang menunjukkan tingkat perubahan harga produk dan jasa yang ada di dalam negeri. Nilai
GDP Deflator diperoleh dari total jumlah produk yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di wilayah dalam
negeri atau domestik yang dihitung dalam kurun waktu satu tahun, produk yang dimaksud meliputi
barang dan jasa. Dengan mengetahui nilai GDP Deflator akan mempermudah perhitungan terhadap laju
inflasi yang terjadi dalam periode tertentu. Bagi Bank Sentral perhitungan ini memberikan informasi
terhadap penentuan cara dalam menjaga kestabilan nilai mata uang, karena jika secara statistik nilai
GDP deflator mengalami kenaikan maka mata uang negara tersebut akan mengalami penguatan, begitu
juga sebaliknya ketika terjadi penurunan GDP deflator maka mata uang negara mengalami pelemahan.
Dalam menghitung GDP Deflator sangat bergantung pada dua nilai atau parameter penting yang akan
menentukan tinggi rendahnya GDP Deflator dalam waktu tertentu, dua nilai penting yang dimaksud
tersebut adalah GDP Nominal dan GDP Riil. GDP Nominal adalah nilai GDP yang muncul tanpa
memperhatikan keterkaitan dengan pengaruh harga yang ada. Sedangkan GDP Riil atau sering disebut
juga dengan istilah PDB Atas Dasar Harga Konstan merupakan nilai yang menunjukkan tingkat koreksi
terhadap angka GDP Nominal, koreksi ini diperoleh dengan memasukkan unsur harga yang kemudian
akan berpengaruh pada nilai GDP Nominal tersebut. Dengan melihat dua parameter tersebut dapat
dikatakan bahwa perhitungan GDP Deflator diperoleh dengan cara membandingkan harga barang dan
jasa yang diproduksi saat ini dengan harga barang dan jasa yang diproduksi pada tahun dasar atau tahun
pembanding, dengan catatan harga jenis barang dan jasa yang dibandingkan memiliki jenis yang sama.
Jika dalam perhitungan IHK terdapat sebuah lembaga khusus yang memiliki peran dalam melakukan
perhitungan harga yaitu BPS, maka sama halnya dalam perhitungan GDP Deflator, BPS juga memiliki
peran yang sama dalam perhitungan data tersebut. Namun diantara kedua data tersebut terdapat
mekanisme penyampaian laporan yang berbeda yaitu jika pada laporan IHK, BPS memberikan laporan
dalam kurun tahun atau bahkan dalam tiap bulan, sehingga data inflasi tidak hanya bisa dilihat dari tiap
tahun saja namun dapat dilihat perbandingannya pada tiap bulan yang sama dengan tahun yang
berbeda. Sedangkan laporan GDP deflator dirilis setiap 3 bulan sekali dalam kurun waktu satu tahun.
Contoh ;
Misal pada tahun 2015 diperoleh data GDP Nominal $ 100.000 dan GDP Riil $ 45.000, maka GDP
deflator adalah.
KASUS-KASUS
2. Diketahui:
Indeks Harga Konsumen bulan Maret 2005 = 150,65
Indeks Harga Konsumen bulan Februari 2005 = 145,15
Besarnya laju inflasi bulan Maret 2005 adalah:
3. Harga jenis barang tertentu pada tahun 2003 Rp. 50.000 dan harga pada tahun dasar Rp. 40.000,
maka IHK tahun 2003 adalah...
50.000
IHK = ---------- x 100% = 125%
40.000
Contoh soal :
IHK bulan Agustus 2009 sebesar 115,34 dan IHK pada bulan september 2009 seesar 125,30, maka laju
inflasi bulan september adalah ....
Jawab :
Laju inflasi = 125,30 - 115,34 = 9.96%