Anda di halaman 1dari 6

LIMA PERDEBATAN KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO

1)      Perlukah  Pembuat Kebijakan Moneter dan Fiskal Mencoba Menstabilkan Perekonomian?


         Perubahan permintaan dan penawaran  agregat dapat menimbulkan fluktuasi jangka pendek dalam produksi
dan penyerapan tenaga kerja. Kebijakan moneter dan fiskal dapat meningkatkan permintaaan agregat dan dengan
demikian juga memepengaruhi fluktuasi-fluktuasi tersebut.Namun demikian, walaupun para pembuat kebijakan
mampu memepengaruhi fluktuasi ekonomi jangka pendek, apakah hal tersebut berarti mereka perlu melakukannya?
Perdebatan pertama terfokus pada pertanyaan apakah para pembuat kebijakann moneter dan fiskal perlu
memanfaatkan peralatan mereka dan mencoba meredakan naik-turunnya siklus bisnis.

Pro : Pembuat Kebijakan Moneter dan Fiskal Perlu Mencoba Menstabilkan Perekonomian
                 Apabila dibiarkan, perekonomian cenderung berfluktuasi. Ketika rumah tangga dan perusahaan bersikap
pesismistis, sebagai contoh mereka akan mengurangi pengeluaran, dan hal ini akan mengurangi produksi barang dan
jasa. Perushaan memberhentikan para pekerja dan tingkat pengangguran pun meningkat.PDB riil dan ukuran-ukuran
pendapat lainnya menurun.Meningkatnya pengangguran dan menurunnya pendapatan membantu memperkuat rasa
pesimistis yang awalnya memicu resesi ekonomi.
                 Resesi semacam ini tidak bermanfaat bagi masyarakat.Para pekerja yang diberhentikan karena tidak
cukupnya permintaan agregat seharusnya dapat bekerja.Para pemilik perusahaan yang pabriknya terbengkalai
selama resesi berlangsung seharusnya dapat memproduksi barang dan jasa yang berharga kemudian menjualnya
sehingga memeberikan keuntungan bagi mereka.
         Tidak ada alasan bagi masyarakat untuk menderita akibat fluktuasi siklus bisnis.perkembangan teori ekonomi
makro telah membuat para pembuat kebijakan mampu melihat bagaimana mengurangi dahsyatnya fluktuasi
ekonomi.Dengan bersandar pada perubahan ekonomi, kebijakan moneter dan fiskal dapat menstabilkan permintaan
agregat, demikian juga produksi dan kesempatan kerja.Ketika permintaan agregat tidak cukup untuk memastikan
penyerapan tenaga kerja penuh, para pembuat kebijakan harus meningkatkan anggaran belanja pemerintah,
memotong pajak, dan meningkatkan jumlah uang yang beredar.Ketika permintaan agregat belebihan sehingga
beresiko meningkatkan inflasi, para pembuat kebijakan harus memotong anggaran belanja pemerintah,
meningkatkan pajak, dan mengurangi jumlah barang yang beredar. Tindakan-tindakan kebijakan semacam itu akan
mengoptimalkan penggunaan teori ekonomi makro dengan menciptakan perekonomian yang lebih stabil dan
menguntungkan semua orang.

Kontra : Pembuat Kebijakan Moneter dan Fiskal Tidak Perlu Mencoba Menstabilkan Perekonomian
     Walaupun secara teoritis kebijakan moneter dan fiskal dapat digunakan untuk menstabilkan perekonomian,
namun pemakaian kebijakan tersebut pada praktiknya menemui berbagai persoalan.
Salah satu persoalannya adalah kebijakan moneter dan fiskal tidak segera memengaruhi perekonomian, tetapi justru
membutuhkan waktu yang lama.Kebijakan moneter memengaruhi permintaan agregat dengan mengubah suku
bunga, yang kemudian memengaruhi pengeluaran, khususnya untuk investasi perumahan dan bisnis.Namun
demikian, banyak rumah tangga dan perusahaan yang mengatur rencana pengeluaran mereka jauh di muka.
Akibatnya, dibutuhkan waktu yang lama bagi  perubahan suku bunga untuk mengubah permintaan agregat barang
dan jasa. Banyak penelitian menunjukkan bahwa perubahan kebijakan moneter memberikan dampak yang kecil
terhadap permintaan agregat sampai kira-kira enam bulan setelah perubahan tersebut dilakukan.
         Kebijakan fiskal juga baru berdampak setelah waktu yang lama karena adanya proses politik yang panjang
pada saat dilakukan perubahan pengeluaran dan pajak oleh pemerintah. Untuk melakukan perubahan terhadap
kebijakan fiskal, terlebih dahulu rancangan undang-undang harus disetujui oleh komite-komite kongres, kemudian
disahkan oleh DPR dan Senat, dan selanjutnya ditandatangani oleh presiden.Dibutuhkan waktu bertahun-tahun
untuk merancang, mengesahkan dan menetapkan suatu perubahan besar dalam kebijakan fiskal.
         Oleh karena adanya keterlambatan ini, para pembuat kebijakan yang ingin menstabilkan perekonomian perlu
mempertimbangkan kondisi ekonomi yang akan muncul ketika dampak tindakan mereka muncul. Sayangnya,
peramalan ekonomi sangatlah tidak akurat, sebagian karena ilmu ekonomi makro merupakan ilmu yang primitif dan
sebagian lagi karena guncangan-guncangan yang menyebabkan fluktuasi dalam perekonomian pada prinsipnya tidak
dapat diramalkan. Dengan demikian, ketika para pembuat kebijakan mengubah kebijakan fiskal atau moneter,
mereka harus bergantung pada dugaan-dugaan tentang kondisi perekonomian di masa depan.
         Seringkali para pembuat kebijakan mencoba untuk menstabilkan perekonomian dengan cara yang berlawanan.
Kondisi perekonomian dapat dengan mudah berubah pada waktu antara awal kebijakan tersebut dilakukan hingga
dampaknya muncul.Oleh karena itu, para pembuat kebijakan bukannya meredakan, tapi justru secara tidak sengaja
malah memperburuk fluktuasi.

2)      Haruskah Kebijakan Moneter Disusun Berdasarkan Peraturan, Alih-Alih Berdasarkan Kebebasan?


                 Perebatan kedua kita mengenai kebijakan makro berfokus pada apakah Fed harus dikurangi kebebasannya
dan, alih-alih demikian, berkomitmen untuk mengikuti aturan dalam perancangan serta penerapan kebijakan
moneter.

Pro : Perancangan dan Penerapan Kebijakan Moneter Harus Diatur


                 Adanya kebebasan dalam menyusun dan menjalankan kebijakan moneter menimbulkan dua
persoalan.Persoalan pertama adalah, kebebasan tersebut tidak membatasi inkompetensi dan penyalahgunaan
kekuasaan. Ketika pemerintah memberi otoritas pada Fed untuk menjaga ketertiban ekonomi, pemerintah tidak
memberikan pedoman apapun. Para pembuat kebijakan moneter diberikan kebebasan sebesar-besaranya. Persoalam
kedua adalah bahwa kebijakan moneter yang ditentukan dengan bebas akan dapat menyebabkan laju inflasi yang
lebih tinggi daripada yang diinginkan. Para pejabat Fed yang mengetahui tidak ada tredeoff jangka panjang antar
inflasi dan pengangguran seringkali mengumumkan bahwa tujuan mereka adalah menekan laju inflasi hingga nol.
Namun, mereka jarang mencapai stabilitas harga. Mengapa? Mungkin hal tersebut disebabkan karena, segera setelah
publik membentuk dugaan mengenai inflasi, para pembuat kebijakan akan menghadapi tradeoff jangka pendek
antara inflasi dan pengangguran. Mereka akan tergoda untuk mengingkari janji mereka mengenai akan mencapai
stabilitas harga demi menekan tingkat pengangguran. Ketidakcocokan antara pengumuman (apa yang dikatakan oleh
para pembuat kebijakan tentang apa yang telah mereka lakukan) dengan tindakan (apa yang keamudian mereka
lakukan) ini disebut sebagi inkonsistensi waktu dari kebijakan. Karena para pembuat kebijakan sering kali tidak
konsisten, maka masyarakat ragu ketika Fed mengumumkan maksud mereka untuk mengurangi laju
inflasi.Akibatnya , masyarakat selalu menduga inflasi yang terjadi akan lebih tinggi daripada target yang telah
dicoba dicapai oleh para pembuat kebijakan moneter.
         Salah satu cara menghindari kedua persoalan terkait kebebasan dalam menjalankan kebijakan adalah dengan
memastikan Fed berkomitmen pada suatu aturan kebijakan. Sebagai contoh, anggaplah bahwa Kongres
mengeluarkan undang-undang yang mengharuskan Fed meningkatkan jumlah uang yang beredar sebanyak 3 persen
per tahun.(Mengapa 3 persen? Karena dalam pertumbuhan PDB riil rata-rata 3 persen per tahun dan karena
permintaan uang tumbuh sesuai PDB riil, maka pertumbuhan jumlah uang yang beredar sebesar 3 persen per tahun
merupakan jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan stabilitas harga dalam jangka panjang). Undang-undang
semacam itu akan menghapuskan inkonsistensi dan penyalahgunaan kekuasaan Fed, dan undang-undang tersebut
juga dapat menutup kemungkinan terjadinya siklus bisnis politis. Selain itu, inkonsistensi waktu dari kebijakan
tersebut juga akan lenyap.
Kontra : Kebijakan Moneter Seharusnya Tidak Dibuat Berdasarkan Aturan
         Walaupun kebebasan dalam menjalankan kebijakan moneter memiliki beberapa kekurangan, kebijakan ini juga
memiliki kelebihan penting yaitu fleksibilitas.Fed selalu menghadapi berbagai situasi, yang tidak semuanya dapat
diramalkan.Pada tahun 1930-an, jumlah bank yang pailit mencapai rekor.Pada tahun 1970-an, harga minyak bumi di
seluruh dunia melambung tinggi.Pada bulan Oktober 1987, pasar saham mengalami penurunan sebesar 22 persen
dalam sehari.Fed harus menentukan bagaimana menanggapi guncangan-guncangan perekonomian ini.Seorang
perancang aturan kebijakan tidak mungkin mampu memperhitugkan segala kemungkinan dan dengan cepat
menetukan respon kebijakan yang tepat.Lebih baik menunjuk orang-orang yang tepat untuk menjalankan kebijakan
moneter kemudian memberikan kebebasan kepada mereka untuk melakukan yang terbaik.
         Selain itu, berbagai masalah yang biasanya dikaitkan dengan kebebasan dalam menjalankan kebijakan moneter
umumnya hanya bersifat dugaan.Kepentingan praktis dari siklus bisnis politis ini sangat tidak jelas.Kepentinagn
praktis dari inkonsistensi waktu juga sangat tidak jelas. Walaupun banyak orang meragukan kebenaran dari
pengumuman Fed, para pejabat Fed dapat menerima kredibilitas seiring berjalannya waktu dengan cara mewujudkan
perkataan mereka menjadi tindakan. Pada tahun 1990-an, Fed berhasil mencapai dan mempertahankan tingkat inflasi
yang rendah, meskipun godaan untuk mengambil keuntungan dari tradeoff jangka pendek antara inflasi dan
pengangguran tetap ada. Pengalaman ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi yang rendah tidak mengharuskan Fed
berkomitmen terhadap suatu aturan.
         Segala upaya untuk membatasi kebebasan Fed dengan suatu aturan harus terlebih dulu menghadapi satu
persoalan besar yaitu : Bagaimana membuat peraturan yang tepat. Meskipun telah dilakukan berbagai penelitian
yang mempelajari kerugian dan keuntunagn dari berbagai penelitian yang mempelajari kerugian dan keuntungan
dari berbagai aturan alternatif, para ekonom belum juga mencapai kesepakatan mengenai seperti apa aturan yang
baik itu. Sampai sebuah kesepakatan muncul, untuk sementara mau tidak mau publik harus memberikan kebebasan
kepad para pejabat Fed untuk menjalankan kebijakan moneter yang mereka anggap baik.

3)      Haruskah Bank Sentral Berusaha Untuk Mencapai Tingkat Inflasi Nol ?


         Masyarakat menghadapi tradeoff  jangka pendek antara inflasi dan pengangguran. Perdebatan ketiga kita
mempersoalkan apakah laju inflasi harus ditargetkan untuk mencapai nol.

Pro : Bank Sentarl Harus Mencapai Tingkat Inflasi Nol


                 Inflasi tidak memberikan keuntungan apa-apa bagi masyarakat, namun membebankan beberapa biaya
yang nyata. Para ekonom mengidentifikasikan enam macam biaya akibat inflasi :
        Biaya sol sepatu terkait dengan semaikin rendahnya jumlah uang yang dipegang.
        Biaya nebu terkait dengan frekuensi penyesuaian harga.
         Semakin beragamnya harga-harga relatif.
        Perubahan nilai wajib pajak yang tidak disengaja karena peraturan perpajakan tidak diindekskan.
        Kebingungan dan ketidaknyaman akibat unit perhitungan yang berubah
        Distribusi ulang kekayaan secara acak yang tekait dengan surat-surat utang bersatuan dolar.
                 Beberapa ekonom mengatakan bahwa biaya-biaya tersebut kecil, setidaknya untuk laju inflasi menengah,
seperti inflasi sebesar 3 persen yang pernah terjadi di AS selama tahun 1990-an. Tetapi, para ekonom lain
menyatakan bahwa biaya-biaya ini dapat menjadi besar, sekalipun laju inflasinya tidak terlalu tinggi. Selain itu,
tidak diragukan lagi bahwa masyarakat tidak menyukai inflasi.Ketika inflasi meningkat, ini meninjukkan bahwa
inflasi merupakan salah satu masalah utama negara.
                 Tentu saja keuntungan tingkat inflasi yang bernilai nol harus dibandingkan dengan besarnya pengorbanan
yang dilakukan untuk mewujudkannya.Pengurangan inflasi biasanya membutuhkan suatu masa dengan tingkat
pengangguran tinggi dan produksi rendah.Namun, resesi yang muncul karena adanya upaya mengurangi inflasi yang
bersifat sementara ini. Sekali masyarakat mulai mengerti bahwa para pembuat kebijakan sedang berupaya
mengurangi tingkat inflasi hingga nilainya nol, harapan mereka terhadap inflasi akan menurun, dan tradeoff jangka
pendek akan lebih baik. Karena harapan masyarakat mengalami penyesuaian, maka tidak ada tradeoff jangka
panjang antara inflasi dan pengangguran.Dengan demikian, disinflasi merupakan sebuah kebijakan dengan biaya
sementara tetapi memiliki manfaat yang permanen. Artinya, setelah resesi akibat upaya pengurangan inflasi selesai,
manfaat dari tingkat inflasi nol akan mulai terasa. Jika para pembuat kebijakan berpikir panajng, mereka akan rela
menanggung biaya sementara tersebut demi memperoleh manfaat permanen.
                             Selain itu, biaya yang dibutuhkan dalam rangka mengurangi inflasi tidaklah sebesar yang
dinyatakan oleh para ekonom. Jika Fed mengumumkan bahwa mereka berkomitmen dan dapat dipercaya untuk
menciptakan tingkat inflasi nol, maka harapan masyarakat mengenai inflasi akan langsung terpengaruh. Perubahan
harapan semacam ini dapat memperbaiki tradeoff  jangka pendek antara inflasi dan pengangguran, sehingga
perekonomian dapat mencapai tingkat inflasi dengan biaya yang juga rendah. Salah satu keunggulan dari target
tingkat inflasi nol adalah bahwa nilai nol menunjukkan titik fokus yang lebih alamiah bagi para pembuat kebijakan.

Kontra : Bank Sentarl Tidak Perlu Mencapai Tingkat Inflasi Nol


                 Walaupun stabilitas harga mungkin diinginkan, manfaat dari tingkat inflasi nol dibandingkan
dibandingkan tingkat inflasi yang menengah tergolong kecil, sedangkan biaya  untuk mencapai tingkat inflasi nol
tergolong besar. Perkiraan rasio pengorbanan menunjukkan bahwa pengurangan tingkat inflasi sebesar 5 persen per
tahun.Pengurangan tinkat inflasi dari 4 persen menjadi nol, misalnya, membutuhkan pengorbanan tingkat produksi
sebesar 20 persen per tahun. Walaupun orang-orang tidak menyukai inflasi sebesar 4 persen, tidaklah jelas apakah
mereka akan rela (atau harus) membayar 20 persen pendapatan per tahunnya untuk menghilangkan inflasi.

                 Biaya-biaya sosial untuk meniadakan inflasi bahkan lebih besar dari perkiraan sebesar 20 persen tersebut,
karena hilangnya pendapatan ini tidaklah merata di seluruh populasi.Ketika perekonomian mengalami resesi, tidak
seluruh pendapatan menurun secara sebanding.Sebaliknya, penurunan jumlah pendapatan terkonsentrasi pada para
pekerja yang kehilangan pekerjaan mereka.Para pekerja yang paling rentan adalah mereka yang hanya memeiliki
pengalaman dan keahlian yang sedikit.Dengan demikian, sebagian besar biaya disinflasi dibebankan kepada mereka
yang tidak mampu meananggungnya.
                 Walaupun para ekonom dapat mendaftarkan beberapa biaya akibat inflasi, tidak ada kesepakatan yang
pasti bahwa biaya-biaya tersebut cukup penting.Memang benar bahwa masyarakat tidak menyukai inflasi, namun
pandangan mereka mengenai inflasi mungkin keliru.Para ekonom memahami bahwa standar hidup bergantung pada
produktivitas, bukan pada kebijakan moneter. Karena inflasi pendapatan nominal berjalan beriringan dengan inflasi
harga, maka pengurangan laju inflasi tidak akan membuat pendapatan riil meningkat lebih cepat.
                 Upaya mengurangi inflasi mungkin diharapkan apabila dapat dilakukan tanpa biaya sama sekali, dan
seperti yang dikatakan oleh para ekonom, hal tesebut mungkin terrjadi. Namun, pada praktiknya hal ini sulit
dilakukan.Ketika perekonomian mengurangi tingkat inflasinya, perekonomian hampir selalu mengalami periode
dengan tingkat penganggurn yang tinggi dan produksi yang rendah.Sangatlah beresiko untuk memercayai bahwa
bank sentral mampu meraih kredibiltas dengan cepat dalam prosesnya menghilangkan inflasi sehingga tidak
menambah kesulitan masyarakat.
                 Memang, resesi akibat disinflasi sangat berpotensi meninggalkan luka permanen pada
perekonomian.Perusahaan-perusahaan dalam berbagi industri mengurangi pengeluaran untuk peralatan dan
perlengkapan barumereka selama resesi, sehingga investai dalam komponen PDB yang paling fluktuaktif. Bahkan,
setelah resesi berakhir, persediaan modal yang lebih kecil akan mengurangi produktivitas, pendapatan, dan standar
hidup di bawah tingkat yang seharusnya dapat mereka capai. Beberapa ekonom berpendapat bahwa tingginya angka
pengangguran pada perekonomian di banyak negara Eropa sepanjang dekade terakhir merupakan akibat dari upaya
disinflasi tahun 1980-an.

4)      Pemerintah Perlu Menyeimbangkan Anggaran Belanjanya


         Perdebatan ekonomi makro yang paling sering terjadi adalah mengenai keuangan pemerintah. Setiap kali
pengeluaran pemerintah melebihi pendapatannya dari pajak, pemerintah maenutupi defisit anggarannya ini dengan
menerbitkan surat utang pemerintah. Namun, seberapa besarkah masalah defisit anggaran tersebut?Perdebatan
keempat kita terpusat pada pertannyaan apakah para pembuat kebijakan fiskal perlu mendapatkan penyeimbangan
anggaran belanja pemerintah sebagai prioritas utama.

Pro : Pemerintah Perlu Menyeimbangkan Anggaran Belanjanya


                 Saat ini jumlah utang pemerintah federal AS jauh lebih banyak daripada dua dekade sebelumnya. Pada
tahun 1980, utang pemerintah federal besarnya $710 miliar, sedangkan di tahun 2002, utangnya mencapai $3,5
triliun. Apabila kita membagi utang pemerintah saat ini dengan jumlah penduduknya, maka setiap orang harus
menanggung sebesar $13.000.
                 Dampak langsung dari utang pemerintah tersebut adalah beban yang harus ditanggung oleh para
pembayar pajak generasi berikutnya. Akibat seluruh utang berikut bunganya yang terakumulasi jatuh tempo, para
pembayar pajak di masa depan akan menghadapi pilihan yang sulit. Mereka dapat memulih untuk membayar pajak
lebih tinggi, mendapati bahwa pengeluaran pemerintah lebih sedikit, atau keduanya, supaya dapat melunasi utang
beserta bunganya.Atau, mereka juga dapat menunda pembayaran dan memeperbesar utang pemerintah dengan
pinjaman baru untuk membayar utang lama beserta bunganya. Intinya, ketika terjadi defisit anggaran dan
menerbitkan surat utang, pemerintah mengalihkan sebagian beban para pembayar pajak di generasi ini kepada para
pembayar pajak di masa depan. Warisan utang sebesar itu mau tidak mau akan menurunkan standar hidup generasi
mendatang.
                 Selain dampak langsung tersebut, defisit anggaran juga memberikan dampak ekonomi makro yang
beragam.Karena defisit anggaran mencerminkan tabungan publik yang bersifat negatif, defisit ini menyebabkan
penurunan tabungan nasional.Berkurangnya tabungan nasional menyebabkan suku bunga riil meningkat dan
investasi menurun.Berkurangnya investasi menyebabkan persediaan barang modal semakin sedikit. Semakin
sedikitnya persediaan  modal akan mengurangi produktivitas pekerja, upah riil dan produksi barang dan jasa dalam
perekonomian. Dengan demikian, jika utang pemerintah bertambah, maka generasi mendatang akan mengalami
masa perekonomian dengan pendapatan yang lebih rendah dan pajak yang lebih tinggi.
         Meskipun demikian, ada beberapa situasi di mana defisit anggaran dapat dibenarkan.Sepanjang sejarah,
penyebab paling umum dari menigkatnya utang pemerintah adalah perang.Selain itu, defisit anggaran juga terjadi
jika perekonomian sedang mengalami resesi.

Kontra : Pemerintah Tidak Perlu Menyeimbangkan Anggaran Belanjanya


                 Masalah utang pemerintah seringkali terlalu dibesar-besarkan.Walaupun utang pemerintah memang
mencerminkan beban pajak bagi generasi muda, beban ini tidak terlalu besar bila dibandingkan pendapatan rata-rata
seumur hidup seseorang.Selain itu, adalah sebuah kekeliruan jika dampak defisit anggaran dipandang secara
tersendiri.Defisit anggaran hanyalah sebagian kecil dari sebuah gambaran besar mengenai bagaimana pemerintah
memilih untuk meningkatkan dan membelanjakan uangnya. Dalam membuat keputusan-keputusan kebijakan fiskal,
para pembuat kebijakan akan memengaruhi berbagi generasi pembayar pajak melalui berbagai cara. Defisit atau
surplus anggaran pemerintah harus diperhitungkan bersama-sama dengan kebijakan-kebijakan lainnya.
         Defisit anggaran juga berbahaya jika dipandang secara sempit karena hal tersebut mengalihkan perhatian yang
seharusnya ditujukan pada berbagai kebijakan lainnya yang bertujuan mendistribusikan ulang pendapatan
antargenerasi. Sebagai contoh, pada tahin 1960-an dan 1970-an, pemerintah federal AS meningkatkan tunjangan
jaminan sosial bagi golongan manula. Pemerintah membiayai kenaikan pengeluaran ini dengan meningkatkan pajak
pendapatan yang dikenakan pada masyarakat dalam usia kerja.  Kebijakan ini mendistribusikan pendapatan dari
generasi muda ke generasi tua, walaupun  redistribusi pendapatan ini tidak memengaruhi utang pemerintah. Dengan
demikian, defisit anggaran hanyalah bagian kecil dari persoalan besar tentang bagaimana kebijakan pemerintah
memengaruhi kesejahteraan berbagai generasi.
         Kritik  terhadap defisit anggaran terkadang menyatakan bahwa utang pemerintah tidak akan meningkat
selamnaya, meskipun pada kenyataanya bisa. Sama seperti sebuah bank ketika mengevaluasi permohonan pinjaman
akan membandingkan utang seseorang dengan pendapatannya, kita juga seharusnya membandingkan beban utang
pemerintah relatif terhadap besar pendapatannya. Pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi menyebabkan
pendapatan total perekonomian AS meningkat dari waktu ke waktu.Hasilnya, kemampuannya untuk menbayar
bunga atau utang pemerintah juga menigkat dari waktu ke waktu.Selama laju peningkatan utang pemerintah lebih
lambat daripada laju peningkatan pendapatan, peningkatan jumlah utamg pemerintah tidak bisa dicegah.

5)      Haruskah Undang - Undang Perpajakan Perlu Diperbaharui Untuk Meningkatkan Tabungan ?

Pro: Undang-undang Perpajakan Perlu Diperbarui untuk Meningkatkan Tabungan


                 Tingkat tabungan suatu negara merupakan penentu utama dari kemakmuran ekonomi jangka panjang nya.
Kemampuan produktif suatu negara ditentukan terutama oleh berapa banyak menabung dan berinvestasi untuk masa
depan. Ketika tingkat tabungan yang lebih tinggi, lebih banyak sumber daya yang tersedia untuk investasi di pabrik
baru dan peralatan.
                 Sayangnya, sistem perpajakan mematahkan semangat menabung, yang lebih lanjut akan mengurangi
minat masyarakat untuk menabung akibat adanya pemungutan pajak dua kali pada beberapa bentuk pendapatan
modal. Sebuah alternatif untuk kebijakan pajak saat ini yang dianjurkan oleh banyak ekonom adalah pajak
konsumsi. Dengan pajak konsumsi, rumah tangga membayar pajak berdasarkan apa yang mereka habiskan bukan
pada apa yang mereka hasilkan.

Kontra: Undang-undang Perpajakan Tidak Perlu Diperbarui untuk Meningkatkan Tabungan


                 Banyak perubahan dalam undang-undang pajak untuk merangsang tabungan terutama akan
menguntungkan orang kaya. Rumah tangga berpendapatan tinggi menyimpan sebagian dari pendapatan mereka
lebih tinggi daripada rumah tangga berpendapatan rendah. Setiap perubahan pajak yang nikmat orang yang
menabung juga akan cenderung mendukung orang dengan pendapatan tinggi. Mengurangi beban pajak pada orang
kaya akan mengarah pada masyarakat yang kurang egaliter. Hal ini juga akan memaksa pemerintah untuk
menaikkan beban pajak pada masyarakat miskin. Meningkatkan tabungan masyarakat dengan menghilangkan defisit
anggaran pemerintah akan memberikan cara yang lebih langsung dan merata untuk meningkatkan tabungan
nasional.

Anda mungkin juga menyukai