SEWA TANAH
Disusun oleh :
Nama
NIM
: HARIDIN
: 3403150245
Nama
NIM
: DEDEN PRATAMA
: 3403150246
Nama
NIM
: AIF SAEPUDIN
: 3403150255
Nama
NIM
Nama
NIM
: DEVI PERMATASARI
: 3403150223
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2015
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi penelitian ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar yakni Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi penelitian ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat
kekurangan karena penulis masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penulis
tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya. Untuk itu
penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
i
DAFTAR
ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
1
B. Rumusan
Masalah
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sewa
Tanah
4
B. Sejarah Sistem Sewa Tanah dan Pelaksanaan Sewa Tanah di
Indonesia
8
1. Sistem Sewa Tanah Masa Raffles (1811-1816)
..................................................................................................
..................................................................................................
8
2. Pelaksanaan
Sistem
Sewa
Tanah
di
Indonesia
..................................................................................................
..................................................................................................
12
3. Penilaian
..................................................................................................
..................................................................................................
16
4. Kegagalan
Sistem
Sewa
Tanah
..................................................................................................
..................................................................................................
18
C. Teori
Sewa
Tanah
20
1. Teori
David
Ricardo
..................................................................................................
..................................................................................................
20
2. Teori
Von
Thunen
..................................................................................................
..................................................................................................
21
3. Teori
Harga
Derivasi
Tanah
..................................................................................................
..................................................................................................
22
D. Keuntungan
dan
Kerugian
23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
24
B. Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
Sewa
Tanah
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Tanah
merupakan
kebutuhan
dasar
setiap
manusia.
Manusia
masih harus ditambah dengan suatu bangunan yang diletakkan di atas tanah
yang bersangkutan. Nilai tanah yang tidak diusahakan adalah harga tanah
tanpa bangunan diatasnya. Sedangkan nilai tanah yang diusahakan adalah
harga tanah ditambah dengan harga bangunan yang terdapat diatasnya.
Ada beberapa bentuk dan cara mengubah tanah tidak diusahakan
menjadi tanah diusahakan dengan cara :
1. Pembuatan bangunan.
2. Penanaman pohon.
Bangunan-bangunan semacam itu merupakan salah satu bentuk dan
investasi yang secara langsung dapat mempengaruhi nilai pasar dari tanah
yang bersangkutan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apakah pengertian sewa tanah?
2. Bagaimanakah sejarah sistem sewa tanah dan pelaksanaan sewa tanah di
Indonesia?
3. Bagaimanakah teori tentang sewa tanah?
4. Apakah keuntungan dan kerugian sewa tanah?
BAB II
PEMBAHASAN
produktif mereka.Pada saat yang sama sewa untuk kualitas yang pertama akan
naik.
Sementara itu Schumacher (1973) mengemukakan bahwa tanah
merupakan faktor produksi penting namun merupakan faktor kedua, faedah
(utility) dan kemanfaatan tanah yang merupakan sumber daya yang perlu
dijaga (ekologis), tanah adalah tujuan, tanah merupakan meta-ekonomis,
keramat dalam pengertian bahwa tanah tidak bisa dibuat oleh manusia, maka
perlu dijaga kelestariannya, Schumacher juga menawarkan gagasan bahwa
dalam pengelolaan tanah perlu memenuhi tiga tugas utama yakni : (1)
Memelihara hubungan manusia dengan alam kehidupan, dimana manusia
merupakan bagian yang rapuh sekali, (2) untuk memberikan sifat yang lebih
manusiawi dan lebih mulia pada pemukiman manusia yang lebih luas (3)
menghasilkan pangan dan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk hidup yang
layak.
Sewa tanah merupakan konsep penting dalam teori ekonomi
sumberdaya tanah, sewa tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ;
1. Sewa tanah (contract rent) sebagai pembayaran dari penyewa kepada
pemilikmelalukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu.
2. Keuntungan usaha (economic rent atau land rent) yang merupakan
surpluspendapatan diatas biaya produksi atau harga input tanah
yangmemungkinkan faktor produksi tanah dapat dimanfaatkan dalam
prosesproduksi.
10
11
12
13
diterapkan dalam sewa tanah, di mana unsur-unsur kerjasama dengan rajaraja dan para bupati mulai diminimalisir keberadaannya.
Sehingga hal tersebut berpengaruh pada perangkat pelaksana dalam
sewa tanah, di mana Gubernur Jenderal Stamford Raffles banyak
memanfaatkan colonial (Inggris) sebagai perangkat (struktur pelaksana)
sewa tanah, dari pemungutan sampai pada pengadministrasian sewa tanah.
Meskipun keberadaan dari para bupati sebagai pemungut pajak telah
dihapuskan, namun sebagai penggantinya mereka dijadikan bagian integral
(struktur) dari pemerintahan colonial, dengan melaksanakan proyekproyek pekerjaan umum untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Tiga aspek pelaksanaan sistem sewa tanah:
1. Penyelenggaraan sistem pemerintahan atas dasar modern
Pergantian dari sistem pemerintahan yang tidak langsung yaitu
pemerintahan yang dilaksanakan oleh para raja-raja dan kepala desa.
Penggantian
pemerintahan
tersebut
berarti
bahwa
kekuasaan
14
Pada masa sewa tanah ini terjadi penurunan dari sisi ekspor, misalnya
tanaman kopi yang merupakan komoditas ekspor pada awal abad ke19 pada masa sistem sewa tanah mengalami kegagalan, hal ini karena
kurangnya pengalaman para petani dalam menjual tanaman-tanaman
mereka di pasar bebas, karena para petani dibebaskan menjual sendiri
tanaman yang mereka tanam.
Dua hal yang ingin dicapai oleh raffles melalui sistem sewa tanah
ini adalah:
1. Memberikan kebebasan berusaha kepada para petani Jawa melalui
pajak tanah.
2. Mengefektifkan sistem administrasi Eropa yang berarti penduduk
pribumi akan mengenal ide-ide Eropa mengenai kejujuran, ekonomi,
dan keadilan.
Pada sistem sewa tanah rakyat tetap saja harus membayar pajak
kepada pemerintah. Rakyat diposisikan sebagai penyewa tanah, karena
tanah adalah milik pemerintah sehingga untuk memanfaatkan tanah
tersebut untuk menghasilkan tanaman yang nantinya akan dijual dan uang
yang didapatkan sebagian kemudian digunakan untuk membayar pajak dan
sewa tanah tersebut. Pada masa ini sistem feodalisme dikurangi, sehingga
para kepala adat yang dahulunya memdapatkan hak-hak atau pendapatan
yang bisa dikatakan irasional, kemudian dikurangi.
Setiap orang dibebaskan menanam apa saja untuk tanaman ekspor,
dan bebas menjualnya kepada siapa saja di pasar yang telah disediakan
oleh pemerintah. Tetapi karena kecenderungan rakyat yang telah terbiasa
15
dengan tanam paksa dimana mereka hanya menanam saja, untuk mernjual
tanaman yang mereka tanam tentu saja mengalami kesulitan, sehingga
mereka kemudian menyerahkan urusan menjual hasil pertanian kepada
para kepala-kepala desa untuk menjualnya di pasar bebas. Tentu saja hal
ini berakibat pada banyaknya korupsi dan penyelewengan yang dilakukan
oleh para kepala desa tersebut.
3. Penilaian
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama masa sistem sewa
tanah berlaku, baik selama pemerintah sementara Inggris di bawah Raffles
maupun selama pemerintahan Belanda di bawah para Komisaris Jenderal
dan Gubernur Jenderal Van Der Capellen, menunjukkan bahwa usaha
untuk mengesampingkan para Bupati dan kepala-kepala Desa tidak
berhasil. Ternyata mau tidak mau struktur feodal yang berlaku di
masyarakat tradisional Jawa khususnya gengsi sosial yang dimilikipara
Bupati dan Kepala Desa, perlu di mobilisasi lagi oleh pemerintah kolonial
jika mereka mau mencapai tujuan mereka untuk mendorong penduduk
menanam tanaman perdagangan yang diinginkannya. Oleh karena itu
pelaksanaan sistem tanah ini tidak merata (uneven). Kadang-kadang di
beberapa tempat terdapat penanaman secara bebas, tetapi penanaman
bebas ini hanya formalitas belaka.
Sistem sewa tanah ini mengakibatkan lebih meresapnya pengaruh
politik maupun pengaruh sosial samapi batas tertentu ke dalam masyarakat
Jawa, oleh karena usaha mengesampingkan para bupati untuk langsung
16
17
gambaran
ekonomi
yang
menyeluruh.
Bahkan
18
19
5. Pajak tanah yang terlalu tinggi, sehingga banyak tanah yang terlantar
tidak di garap, dan dapat menurunkan produksifitas hasil pertanian.
6. Adanya pegawai yang bertindak sewenang-wenang dan korup.
7. Singkatnya masa jabatan Raffles yang hanya bertahan lima tahun,
sehingga ia belum sempat memperbaiki kelemahan dan penyimpangan
dalam sistem sewa tanah.
Secara garis besar kegagalan Raffles dalam sistem sewa tanah di
Jawa terkendala akan susunan kebiasaan masyarakat Indonesia sendiri.
Dimana Raffles memberlakukan sistem yang sama antara India yang lebih
maju dalam perekonomiannya pada Indonesia yang masa itu masi cukup
sederhana dimana sifat ekonomi desa di Jawa yang bersifat self suffcient.
C. Teori Sewa Tanah
1. Teori David Ricardo
Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo dan merupakan
pengembangan dari pendapat Adam Smith. Menurut David Ricardo,
perbedaan sewa tanah terjadi karena adanya perbedaan kesuburan tanah.
Tanah yang subur akan menerima sewa tanah yang lebih tinggi disbanding
tanah yang tidak subur. Mengapa demikian? Karena tanah yang subur
mampu memberikan hasil yang lebih banyak dibanding tanah yang tidak
subur. Dengan demikian, tinggi rendahnya sewa tanah bergantung pada
tingkat kesuburan tanahnya. Sewa tanah yang berbeda disebut dengan
istilah di fferential rent (yang berasal dari kata rent = sewa dan di
fferential = berbeda). Sehingga, teori David Ricardo disebut juga dengan
istilah Teori Sewa Tanah Diferensial.
20
tanah
berdasarkan
tingkat
kesuburan
tanah
dan
belum
21
22
tidak termasuk pajak atau royalti, danpungutan lainnya serta laba yang
layak yang harus diterima oleh pengusaha.
Faktor-Faktor Yang Menentukan Harga Tanah
Unsur-Unsur yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya harga tanah
yaitu;
a.
b.
c.
d.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam ekonomi yang paling penting adalah bagaimana caranya
mengalokasikan tanah pada berbagai alternatif pemakaian. Teori sewa tanah
dan alokasi tanah dapat dipergunakan untuk menganalisis pemanfaatan tanah.
Pada dasarnya teori tentang sewa tanah dan alokasi tanah merupakan bagian
dari teori mikro ekonomi tentang alokasi dan penentuan harga faktor-faktor
produksi. Seperti halnya upah yang merupakan harga bagi jasa tenaga kerja,
maka sewa tanah adalah harga atas jasa tanah, sehingga sesuai dengan itu
harga menunjukkan faktor penentu bagi penyesuaian penggunaan input (faktor
produksi) dan output (hasil) di pasar.
Pengertian nilai tanah dan sewa tanah dikaitkan seperti halnya nilai
suatu aktiva dengan nilai (harga) hasil jasa yang diakibatkan oleh penggunaan
aktiva tersebut. Suatu aktiva fisik itu bernilai karena aktiva itu memberikan
hasil (manfaat) selama suatu periode tertentu. Demikian juga, sewa tanah
adalah harga/nilai jasa yang dihasilkan oleh tanah selama suatu periode
tertentu, misalnya tahun. Oleh karena itu suatu sewa tanah memiliki dua
dimensi pengukuran yaitu waktu dan unit. Sebagai contoh, sewa tanah
biasanya dinyatakan dalam rupiah per meter persegi per tahun. Sementara itu
harga suatu aktiva adalah present value (nilai sekarang) atau nilai sewa yang
24
25
DAFTAR PUSAKA
Sukirno, Sadono. Teori Pengantar Edisi Ketiga Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 1994.
Deliarnov. (2010). Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Al Ansari M.J. 2010. Masa Presejarah Sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan.
Jakarta: Mitta Aksara Panaitan
Rickleft, M.C. 1998. Sejarah Indonesia Modern (terjemahan). Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Sujatmoko, Ivan. 2012. Sistem Sewa Tanah Masa Raffles.http://Sistem Sewa
Tanah Masa Raffles.htm diunduh pada 16 September 2013
__________.2011. Pemerintahan Hindia Belanda di Bawah Daendels. http://
Pemerintahan Hindia Belanda di Bawah Daendels (1808- 1811).htm
diunduh pada 16 September 2013
Sibuea,
26