Anda di halaman 1dari 21

EKONOMI

PEMBANGUNAN

Kelas III B3

Kelompok I

- Mustaman Harahap
- Rafika Rezeki
- Angelita ST. Situmorang
- Dermanson Girsang
BAB 6
TABUNGAN DALAM NEGERI
Penganta
r
Capital Fundamentalism; pendekatan pembangunan ekonomi yang
menekankan pada proses pembentukan modal, makin banyak persediaan
modal di satu negara – pembangunan ekonomi akan makin bagus.

Sebagai aliran ilmu ekonomi yg paling banyak dianut, karena :


- Memiliki landasan kuat dari teori modernisasi ekonomi (Teori Harrod-­‐Domar).
- Sejalan dengan kondisi ekonomi dunia, negara berkembang
membutuhkan suntikan modal asing untuk merangsang timbulnya arus
tabungan domestik.
- Kerangka kerjanya cukup fleksibel untuk memasukkan gagasan baru dalam
ilmu ekonomi yg lahir pada tahun 1960‐an (mis: gagasan modal
insani/human capital).
 Tingginya tingkat pembentukan modal
tidak menjamin pertumbuhan ekonomi
yang adil (sedikit lapangan kerja baru dan
lemah distribusi pendapatan);

 Proyek investasi raksasa dari asing


berdampak kecil bagi pertumbuhan ekonomi
bila kebijakan-­‐kebijakan negara tuan rumah
sangat lemah dalam menetapkan sistem
bagi hasil;
Perlu Gagasan  Negara-­negara tuan rumah (biasanya
Baru negara dgn sumberdaya alam melimpah),
akhirnya hanya mendapat bagian sangat
dalam sedikit dari proyek-­‐proyek investasi asing.
Capital

Fundamentalism
Pokok
Bahasan
1. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi
a. Efisiensi Penggunaan Modal
b. Rasio investasi di Negara Sedang Berkembang
(NSB)

2. Sumber Tabungan Dalam Negeri


a. Tabungan Domestik
b. Tabungan Pemerintah
c. Tabungan Swasta

3. Faktor Penentu Tabungan Swasta


a. Perilaku Tabungan Rumah Tangga
b. Perilaku Tabungan Perusahaan
1
Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Setengah dari pertumbuhan pendapatan
agregat pada 9 negara maju disebabkan
oleh ekspansi
input modal fisik riil;

Banyak studi mengungkapkan rendahnya


tingkat investasi di AS menjadi penyebab
pokok menurunnya pertumbuhan
pendapatan per-­‐
kapita negara tersebut;

Pada negara berkembang,


pengaruh pembentukan modal terhadap
pertumbuhan ekonomi cukup teramati
khususnya pada tahap-tahap awal
pembangunan ekonomi;

Namun pada tahap selanjutnya,


pertumbuhan produktivitas (modal insani)
jauh lebih penting
dari pembentukan modal.

Akumulasi modal tidak lagi dilihat sebagai “obat


mujarab” bagi NSB, tingkat pertumbuhan ekonomi
yg mantap dalam jangka panjang hanya bisa terjadi
jika masyarakat mampu mempertahankan
proporsi investasi yg cukup besar dari GDP-nya
a. Efisiensi Penggunaan Modal

- Jika menginginkan pertumbuhan pendapatan agregat riil 6


%, maka kebutuhan investasi tidak hanya ditentukan oleh
tabungan yg tersedia, juga oleh LINGKUNGAN tempat
pembentukan modal tersebut.

- Di NSB penggunaan modal yang langka akan efektif


bila diKOMBINASIkan dengan tenaga kerja yang
melimpah.

- Penggunaan modal secara efisien membutuhkan keadaan


dimana modal tersebut dikombinasikan dengan faktor-faktor
produksi lainnya dalam proporsi yang selaras dengan
tersedianya SUMBERDAYA EKONOMI yang dimiliki.

Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi


b. Rasio Investasi di NSB

Rasio Investasi Ideal untuk Negara Sedang


Berkembang :

Dalam kondisi surplus tenaga kerja, pertumbuhan


pendapatan per kapita riil sebesar 4 % per tahun tidak bisa
terjadi sepanjang waktu tanpa adanya rasio investasi
sekurang‐kurangnya 15 % di dalam perekonomian yang
menekankan pendekatan padat tenaga kerja dan 25 % pada
strategi-strategi padat modal.

Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi


Negara-negara berpendapatan menengah telah mencapai
rasio investasi yg lebih tinggi daripada negara-negara industri
maju pada tahun 1988. Dicerminkan oleh tingkat
Pendapatan perkapita yg relatif tinggi: tingkatpertumbuhan
pertumbuhan pendapatan
perkapita riil untuk negara berpendapatan menengah adalah 2,3% selama
periode 1965 - 1988 dan 3,1% pada negara termiskin, dan sekitar 2,3% pada
kelompok negara - negara industri.

Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi


2
Sumber Tabungan Dalam Negeri
- NSB membiayai rasio investasi - GDP mereka yang tinggi
dengan cara mengintensifkan usaha-usaha mobilisasi
tabungan dari berbagai sumber, baik
tabungan domestik maupun tabungan asing/luar negeri,
tabungan pemerintah ataupun tabungan swasta.

- Sumber tabungan yg diandalkan masing-masing NSB


tergantung pada faktor-faktor : kekayaan sumberdaya
alam, komposisi sektoral GDP, sifat kebijakan
mobilisasi tabungan dari pemerintah.

Sumber Tabungan Dalam Negeri


Taksonomi Tabungan Dalam
Negeri

Tabungan negara (S) = tabungan domestik (Sd) + tabungan asing (Sf)

Tabungan domestik (Sd) = tabungan pemerintah (Sg) + tabungan swasta (Sp)

Tabungan pemerintah (Sg) = tabungan anggaran (Sgb) + tabungan bumn (Sge)

Tabungan swasta (Sp) = tabungan perusahaan (Spe) + tabungan rumah tangga (Sph)

Tabungan asing (Sf) = tabungan pemerintah asing (Sfo) + tabungan swasta asing (Sfp)

Tabungan swasta asing (Sfp) = investasi asing (Sfpe) + pinjaman komersial eksternal (Sfpd)

S = [(Sgb + Sge) + (Spe + Sgh)] + (Sfo + Sfpd + Sfpe)

Sumber Tabungan Dalam Negeri


Tabungan Domestik

Tabungan Asing
Tabunga
Tabungan n
pemerinta swasta Pemerinta
h h asing
Ruma Swasta asing
bumn h
tangga
anggara Perusahaan
n
Komersia
investas l
i eksternal

Tabungan Negara
a. Tabungan Domestik

- Meski banyak mengandalkan


tabungan luar negeri sebagai
sumber pembiayaan investasi,
kenaikan investasi diikuti oleh
kenaikan hampir sepadan
pada porsi tabungan
domestik.

- Ini menunjukkan keberhasilan


dalam memobilisir tambahan
tabungan domestik,
khususnya di negara-negara
dengan pendapatan rendah.

 Makin kaya NSB, porsi


tabungan domestik
dalam pembiayaan
investasinya cenderung
makin besar

Sumbe Tabungan Dalam Negeri


b. Tabungan
Pemerintah
- Ekspansi investasi yg dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi tidak
akan berhasil tanpa adanya usaha keras untuk meningkatkan pangsa
tabungan pemerintah dalam GDP
- Pertumbuhan tabungan swasta dikendalai oleh hasrat konsumsi kelompok
kaya yang besar yang harusnya punya kapasitas menabung besar
- Terbatasnya persedian tabungan luar negeri mengharuskan pendonor dan
perencana ekonomi berfokus pada pentingnya mobilisasi tabungan
pemerintah, yang paling sering melalui peningkatan rasio pengumpulan
pajak terhadap GDP, reformasi struktur pajak, dan – jika mungkin - peningkatan
tingkat pajak

- Rasio pajak menjadi indikator bagi negara pendonor untuk


melihat komitmen negara yang layak untuk diberi suntikan bantuan
dana.
- Cara peningkatan rasio pajak hanya berhasil jika konsumsi pemerintah ditekan,
khusus untuk negara iran venezuela dan indonesia karena sumberdaya alam
Sumber Tabungan Dalam Negeri
minyak harga meningkat
c. Tabungan Swasta Domestik

- Sebagai sumber dana kedua setelah tabungan pemerintah


dan bantuan asing dalam pembiayaan investasi, namun di
banyak NSB tabungan swasta memainkan peran
utama dalam pembentukan modal dalam negeri

- Tetapi sulit menentukan komponen yg berperan lebih


penting
Antara tabungan rumah tangga atau tabungan swasta.

Sumber Tabungan Dalam Negeri


3
Faktor Penentu Tabungan Swasta
a. Perilaku Tabungan Rumah Tangga

Semua teori perilaku tabungan rumah tangga menjelaskan 3


pola berikut :
1. Dalam suatu negara pada suatu waktu tertentu, fraksi
pendapatan yg ditabung oleh rumah tangga berpendapatan
lebih tinggi cenderung lebih besar ketimbang rumah tangga
yang berpendapatan rendah
2. Dalam suatu negara, rasio tabungan rumah tangga
cenderung konstan sepanjang waktu
3. Rasio tabungan rumah tangga bervariasi antar negara tanpa
menunjukkan adanya hubungan yang jelas dengan
pendapatan.
b. Perilaku Tabungan Rumah Tangga

- Hipotesa pendapatan absolut (Keynes): hasrat


meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan.
menabung

- Hipotesia pendapatan relatif (Duesenberry): jika pendapatn


tumbuh dalam jangka waktu yg panjang, konsumen akan menyesuikan prilaku
belanja ke tingkat konsumsi yang lebih tinggi, tapi dalam jangka pendek enggan
menurunkan/menaikkan konsumsi meski pendapatan naik/turun

- Hipotesa pendapatan permanen (Friedman): tabungan


berasal dari pendapatan tidak tetap

- Hipotesa tabungan-kelas (Kaldor) : prilaku menabung dipengaruhi


tingkat kelas ekonomi, buruh cenderung memiliki hasrat menabung rendah
dari kaum highclass

 Menujukkan lemahnya korelasi antara pendapatan – rasio tabungan swasta atas


GNP di NSB (umur, desa-kota, gaya hidup, dll)
c. Perilaku Tabungan Perusahaan

- Tidak banyak variabel yang mempengaruhi pola hasrat


menabung perusahaan, hanya variabel kebijakan
insentif disinsetif perpajakan
- Di banyak negara dunia, rasio tabungan perusahaan
dalam GDP
< 20% di negara maju; < 5% di NSB

- Hanya ada sedikit perusahaan di NSB, lebih banyak berupa


korporasi yang lebih banyak memberikan tabungan dalam
negeri degan rasio mencapai 50% dalam GDP
 Namun efektivitas besar rasio dari korporasi tsb
dipertanyakan ( ? )

Anda mungkin juga menyukai