Anda di halaman 1dari 6

kebijakan Moneter Islam BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Ilmu ekonomi moneter adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang sifat dan pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi. Banyak topik yang dibahas dalam kajian moneter ini, diantaranya adalah peranan dan fungsi uang , sistem moneter dan pengaruhnya terhadap jumlah uang dan kredit ,struktur dan fungsi bank ,pengaruh uang dan kredit terhadap kegiatan ekonomi dan lain-lain. Apalagi kini istilah ekonomi islam sangat dekat dengan telinga kita. Dalam ekonomi Islam-pun tidak terlepas dari pentingnya menetahui ekonomi moneter yang berdasarkan asas-asas islam. Terdapat beberapa pertimbangan yang mendasari belajar kebijakan moneter, diantaranya adalah dengan mempelajari kebijakan moneter diketahui lebih mendalam bagaimana mekanisme uang,bagi hasil,lembaga keuangan sistem dan kebijaksanaan moneter serta mekanisme ekonomi bagi hasil.Menganalisis fenomena moneter dalam kaitannya dengan efek kebijaksanaan moneter terhadap kegiatan ekonomi islami serta menganilisis mekanisme kebijakan fiskal dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi berdasarkan prinsip bagi hasil. Oleh karna itu dengan mempelajri ekonomi moneter islam, dapat menambah pemahaman kita tentang berbagai hal yang berkaitan dengan uang, lembaga keuangan, kegiatan ekonomi bagi hasil yang dewasa ini sedang marak. Serta dapat juga diketahui efek dari penerapan kebijakan moneter dan terhadap upaya-upaya pencapaian pembangunan ekonomi. A. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari kebijakan moneter islam? 2. Bagaimana dasar pengelolaan kebijakan moneter islam? 3. Bagaimana posisi Bank Sentral dalam kebijakan moneter islam? 4. Apa saja instrumen-instrumen dalam kebijakan moneter islam? 5. Bagaimana aplikasi dari kebijakan moneter islam? BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Kebijakan moneter merupakan peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas moneter untuk mengendalikan jumlah uang beredar . Dalam analisis ekonomi makro memiliki pengaruh penting terhadap tingkat output perekonomian, juga terhadap stabilitas hargaharga. Uang beredar yang selalu tinggi tanpa diserta kegiatan produksi yang seimbang akan ditandai dengan naiknya tingkat harga pada seluruh barang dalam perekonomian atau dikenal dengan inflasi. Kebijakan moneter dalam perekonomian modern dilakukan melalui berbagai instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market operation), penentuan tingkat bunga, ataupun penentuan besarnya cadangan wajib dalam sektor perbankan. Ada instrumen lain yang digunakan oleh pemerintah selaku pengelola moneter, yaitu imbauan moral atau moral persuasion. Sektor yang paling berperan dalam berlangsungnya kebijakan moneter adalah sektor perbankan. Melalui pengaturan sektor perbankan itulah, pemerintah mencoba menerapkan kebijakan-kebijakan moneternya dengan menggunakan instrumen-instrumen moneter Dalam pandangan kebijakan moneter konvensional bunga (interest) ini menjadi hal yang sangat dominan bisa dilihat dari fungsi uang dalam kebijakan ekonomi moneter, yakni salah satunya adalah tujuan spekulasi. Sedangkan dalam pandangan kebijakan moneter syariah, kebijakan moneter sebenarnya bukan hanya mengutamakan suku bunga. Bahkan sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin, kebijakan moneter dilaksanakan tanpa menggunakan instrumen bunga sama sekali . B. Pengelolaan Salah satu sebab terjadinya peredaran uang yang terlalu tinggi adalah terjadinya deficit anggaran yang di tutup dengan pinjaman. Menekan deficit anggaran bukanlah pekerjaan gampang diantara sebabnya adalah: 1) Sulitnya pemerintah meningkatkan pembiyayaan yang memadai melalui perpajakan dan sumber-sumber pemasukan noninflasioner lainnya untuk memenuhi pengeluaran produktif dan penting lainnya. 2) Kurangnya kesediaan pemerintah untuk meredukasi secara substansial pengeluaran Negara yang mubazir dan tidak produktif. Suatu pemerintahan muslim haruslah berani menghapus kedua sumber defisit anggaran itu agar lebihefektif dalam menjalankan kebijakan moneternya. Sesungguhnya, menghapus pengeluaran

yang tidak produktif dan mubazir, merupakan kewajiban muslim bagi pemerintah itu menjadi suatu keniscahyaan karena mereka menggunakan sumberdaya yang di sediakan oleh rakyat sebagai suatu amanah. Sumber-sumber daya itu harus di manfaatkan secara efesien dan efektif, di barengi dengan perasaan tanggung jawab kepada Allah. Rasulallah SAW, bersabda siapa saja yang sudah di beri amanah oleh rakyat tetapi tidak melaksanakannya dengan jujur tidak akan mencium bau surga . Setelah semua pengeluaran yang tidak perlu bisa dihilangkan, Neraca pengeluaran pemerintah dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu: 1. Pengeluaran rutin Semua pengeluaran rutin didanai dari penerimaan pajak 2. Pengeluaran proyek Proyek-proyek yang tidak bisa didanai dengan sistem bagi hasil, harus didanai dengan dana pajak, sedangkan proyek yang berorontasi komersial, dapat didanai dengan skema bagi hasil atau melalui penjualan saham kepada lembaga-lembaga finansial dan publik. 3. Pengeluaran darurat Pengeluaran darurat, misalnya bencana besar atau perang, yang tidak dapat dibiayai dengan pajak, bagi hasil, dan penjualan saham maka harus dibiayai dengan pinjaman wajib Sumber ekspansi lain adalah deposito derivatif dari bank komersial, yang dalam sebuah sistem cadangan proporsional mewakili uang yang diciptakan oleh bank komersial dalam proses perluasan kredit dan merupakan sumber utama ekspansi moneter. Deposito ini akan menimbulkan peningkatan penawaran uang, seperti halnya mata uang yang dikeluarkan pemerintah atau bank sentral. Sehingga ekspansi dalam deposito derivatif ini harus diatur sedemikian rupa jika ingin pertumbuhan moneter yang diharapkan tercapai. Caranya dengan mengatur ketersediaan uang basis bagi bank-bank komersial. Dalam konteks inilah ketiadaan bunga menjadi sangat berguna. Sumbar ekspansi moneter selanjutnya adalah surplus neraca pembayaran. Pada negara yang mengalami surplus, ekspansi moneter akan terjadi bila pemerintah menguangkan surplus dengan membelanjakan secara domestik. Seharusnya, jika dalam suatu negara mengalami surplus, pengeluaran pemerintah harus diatur menurut kapasitas ekonomi untuk menghasilkan penawaran rill, sehingga tidak ada inflasi yang dihasilkan secara internal sebagai akibat terjadinya surplus neraca pembayaran. Sedangkan pada negara defisit, sumber utama defisit berasal dari ekspansi moneter yang tidak sehat dibarengi dengan konsumsi mencolok dari sektor swasta dan pemerintah melalui defisit transksi berjalan dan kebocoran modal bawah tanah. Hal ini tidak dapat dihapuskan tanpa refomasi sosiologi ekonomi pada tingkatan yang lebih dalam dan kebijakan fiskal maupun moneter sesuai dengan ajaran-ajaran islam . C. Posisi Bank Sentral Dalam ekonomi konvensional, bank sentarl berfungsi sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam mengatur kelacran proses intermediasi, penyaluran mata uang dan yang tidak pentingnya, bank sntral merupakan lender of the last resort. Bank sentral mulai berfungsi sebagai pengelola kebijakan moneter di mulai ketika uang kertas mulai menggantikan uang emas dan uang yang di keluarkan oleh bank sentral tidak lagi di dukung dengan cadangan emas. Konsep bank sentral dengan segala tanggung jawab dan fungsinya ini, sesungguhnya tidak di kenal dalam sejarah perekonomian islam. Bahkan Muhamad Anwar (dalam tamanni,2002) melihat keberadaan bank sentral sebagai sesuatu yang tidak islami, alasannya pengeluaran fiat money telah secara langsung menciptakan seignorage kepada pemerintah dan prosesini sekaligus mentransfer property rill dari masyarakat kepada pihak berkuasa jelas ini sangat bertentangan dengan apa yang di perintahkan oleh syariah, sebagaimana firman Allah SWT: dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui. (Qa, Al-Baqoroh ayat 188) Tidak islaminya bank sentral ini terkait dengan kegiatan pengedaran uang yang di lakukannya di mana bank sentral sebagai tangan pemerinta, memperoleh pendapatan yang tidak adil dari uang yang beredar, atau seignorage. Seignorage adalah pendapatan yang di terima dari mencetak uang di mana nilai nominal uang yang di cetak jauh lebih besar dari pada nilai kertas dan biaya pencetakannya. Fungsi bank sentral dan meninjaunya dengan perspektif sejarah perekonomian islam. Pertama fungsi mencetak uang atau currency . kedua, sebagai pengawas lembaga-lembaga keuangan yang ada dan juga mengelola sistem keuangan Negara agar senantiasa setabil dan terarah. Dilihat dari kacamata, maka aspek

pengawasan dan resulasi sector keuangan perbankan ini akan jatuh ke dalam kewenangan para muhtasib, atau pengawas pasar keuangan. Muhtasib dan lembaganya, hisbah mempunyai tugas yang relative sempit dan terbatas. Di antaranya menurut Essid (1995, halaman 188) dalam tamanni (2002) adalah mengawasi pasar, mengontrol timbangan dan sukatan, menjaga dari tindakan penipuan, mengaturharga, arbitrasi konflik antara penjual dan pembeli dan bahkan termasuk juga mengawasi jalan-jalan di perkotaan (urban roods) . D. Intrumen-instrumen kebijakan Moneter Islam Walaupun pencapaian tujuan akhirnya tidak berbeda, namun dalam pelaksanaannya secara prinsip, moneter syariah berbeda dengan yang konvensional terutama dalam pemilihan target dan instrumennya. Perbedaan yang mendasar antara kedua jenis instrumen tersebut adalah prinsip syariah tidak membolehkan adanya jaminan terhadap nilai nominal maupun rate return (suku bunga). Oleh karena itu, apabila dikaitkan dengan target pelaksanaan kebijakan moneter maka secara otomatis pelaksanaan kebijakan moneter berbasis syariah tidak memungkinkan menetapkan suku bunga sebagai target/sasaran operasionalnya Dalam ekonomi Islam, tidak ada sistem bunga sehingga bank sentral tidak dapat menerapkan kebijakan discount rate tersebut. Bank Sentral Islam memerlukan instrumen yang bebas bunga untuk mengontrol kebijakan ekonomi moneter dalam ekonomi Islam. Dalam hal ini, terdapat beberapa instrumen bebas bunga yang dapat digunakan oleh bank sentral untuk meningkatkan atau menurunkan uang beredar. Penghapusan sistem bunga, tidak menghambat untuk mengontrol jumlah uang beredar dalam ekonomi. Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter dalam ekonomi Islam, antara lain : a. Reserve Ratio Adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang harus dipegang oleh bank sentral, misalnya 5 %. Jika bank sentral ingin mengontrol jumlah uang beredar, dapat menaikkan RR misalnya dari 5 persen menjadi 20 %, yang dampaknya sisa uang yang ada pada komersial bank menjadi lebih sedikit, begitu sebaliknya. b. Moral Suassion Bank sentral dapat membujuk bank-bank untuk meningkatkan permintaan kredit sebagai tanggung jawab mereka ketika ekonomi berada dalam keadaan depresi. Dampaknya, kredit dikucurkan maka uang dapat dipompa ke dalam ekonomi. c. Lending Ratio Dalam ekonomi Islam, tidak ada istilah Lending ( meminjamkan ), lending ratio dalam hal ini berarti Qardhul Hasan (pinjaman kebaikan). d. Refinance Ratio Adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga. Ketika refinance ratio meningkat, pembiayaan yang diberikan meningkat, dan ketika refinance ratio turun, bank komersial harus hati-hati karena mereka tidak di dorong untuk memberikan pinjaman. e. Profit Sharing Ratio Ratio bagi keuntungan (profit sharing ratio) harus ditentukan sebelum memulai suatu bisnis. Bank sentral dapat menggunakan profit sharing ratio sebagai instrumen moneter, dimana ketika bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang beredar, maka ratio keuntungan untuk nasabah akan ditingkatkan. f. Islamic Sukuk Adalah obligasi pemerintah, di mana ketika terjadi inflasi, pemerintah akan mengeluarkan sukuk lebih banyak sehingga uang akan mengalir ke bank sentral dan jumlah uang beredar akan tereduksi. Jadi sukuk memiliki kapasitas untuk menaikkan atau menurunkan jumlah uang beredar. g. Government Investment Certificate Penjualan atau pembelian sertipikat bank sentral dalam kerangka komersial, disebut sebagai Treasury Bills. Instrumen ini dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan dijual oleh bank sentral kepada broker dalam jumlah besar, dalam jangka pendek dan berbunga meskipun kecil. Treasury Bills ini tidak bisa di terima dalam Islam, maka sebagai penggantinya diterbitkan pemerintah dengan system bebas bunga, yang disebut GIC: Government Instrument Certificate. Kapan pun bank sentral ingin menurunkan jumlah uang beredar, sertifikat tersebut akan dijual kepada bank komersial, begitu sebaliknya, ketika bank sentral membeli sertifikat tersebut berarti bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang beredar . Menurut Chapra mekanisme kebijakan moneter yang sesuai dengan syariah Islam harus mencakup enam elemen yaitu: 1) Target pertumbuhan dalam M dan MO Setiap tahun bank sentral harus menentukan pertubhan peredaran uang yang didinginkan (M) sesuai dengan sasaran ekonomi nasional. Target pertumbuhan M berkaitan erat dengan pertumbuhan dalam MO (uang yang berdaya tinggi yang

didefinisikan sebagi mata uang daam sirkulasi ditambah deposito dalam bank sentral). Maka bank sentral harus mengatur ketersediaan dan pertumbuahn MO. Bank sentral harus membagi MO secara proporsional kepada bank pemerintah, bank komersial, dan lembaga keuangan khusus. 2) Saham public terhadap deposito unjuk (uang giral) Sebagian uang giral bank komersial, sampai ukuran tertentu, harus dialihkan kepada pemerintah untuk membiayai proyek-proyek yang bermafaat secara sosial, di mana prinsip bagi hasil tidak layak diterapkan dalam kondisi itu. 3) Cadangan wajib resmi Bank-bank komersial diwajibkan menahan suatu proporsi tertentu dari unjuk mereka dan disimpan di bank senral sebagai cadangan wajib. 4) Pembatas kredit Batasan kredit bank komersial untuk menjamin bahwa penciptaan kredit total adalah konsisten dengan target-target moneter. 5) Alokasi kredit (pembiyayaan ) yang berorientasi kepada nilai Mengingat kredit bank terjadi karna dana yang dimiliki oleh publik, kredit harus dialokasikan dengn bijak agar bisa membantu mewujudka kemaslahatan umat. Hal ini dapat dicapai dengan menjamin bahwa: Alokasi kredit akan menimbulkan suatu produksi dan distribusi optimal bagi barang dan jasa yang dierlukan oleh sebagian besar anggota masyarakat. Manfaat kredit dapat diraskan oleh sejumlh besar kalanganbisnis di masyarakat. 6) Teknik lain Bank sentral melalui kotak-kontak personalnya, konsultasi dan rapat dengan bankbank komersial, dapat saling bahu membahu menjaga kekuatan dan memecahkan persoalan perbankan serta memberikan sran kepada mereka dengan tindakan-tindakan yang diperlikan untuk mengatasi kesulitan da mencapai tujuan yang didinginkan . Saat ini terdapat beberapa bank sentral, baik yang menggunakan single banking (bank Islam saja) maupun dual banking system yang telah menciptakan dan menggunakan instrumen pengendalian moneter ataupun menggunakan surat berharga dengan underlying pada transaksi-transaksi syariah. Prinsip transaksi syariah yang digunakan antara lain adalah Wadiah, Musyarakah, Mudharabah, ArRahn, maupun Al-Ijarah. E. Aplikasi Kebijakan Moneter Islam Peraturan perbankan syariah ayng dikeluarkan pada 1998, yang menggantikan peraturan perbankan syariah tahun 1992, memungkinkan perkembangan syariah dengan cepat. Apalagi pada tahun 2008 telah disahkan undang-undang baru bank syariah (UUPS) yang menggantikan UUPS tahun-tahun sebelumnya. Terjadi peningkatan jumlah cabang bank syariah , baik dari bank umum yang berdasarkan syariah maupun divisi syariah bank umum konvensional. Meningkatnya kemampuan menyerap dana masyarakat terlihat dari dana simpanan yang tercantum di neraca bank-bank syariah tersebut. Hal tersebut mengharuskan Bank Indonesia, sebagi bank sentral dan bank yang memiliki otoritas moneter, lebih menaruh perhatian dan lebih berhati-hati dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap bank-bank umum, tanpa mengganggu momentum pertumbuhan bank-bank syariah tersebut. Terhadap bank-bank yang berdasarkan syariah Islam, BI menjalankan fungsinya bank sentral dengan instrumen-instrumen sebagai berikut. a) Giro Wajib Minimum (GWM): biasa dinamakan juga statutory reserve requirement, adalah simpanan minimum bank-bank umum dalam bentuk giro pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI berdasarkan Persentase tertentu dari dana pihak ketiga. GWM adalah kewajiban bank dalam rangka mendukung pelaksanaan prinsip kehati-hatian perbankan (Prudential Banking) serta berperan sebagai instrumen moneter yang berfungsi mengendalikan jumlah peredaran uang. besaran GWM adalah 5% dari dana pihak ketiga yang berbentuk IDR (rupiah) dan 3% dari dana pihak ketiga yang berbentuk mata uang asing. Jumlah tersebut dihitung dari rata-rata harian dalam satu masa laporan untuk periode masa laporan sebelumnya. Sedangkan dana pihak ketiga yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Giro Wadiah; 2. Tabungan Mudharabah; 3. Deposito Investasi Mudharabah; dan 4. Kewajiban lainnya. Dana Pihak Ketiga dalam IDR tidak termasuk dana yang diterima oleh bank dari Bank Indonesia dan BPR. Sedangkan Dana Pihak Ketiga dalam mata uang asing meliputi kewajiban kepada pihak ketiga, termasuk bank dan Bank Indonesia yang terdiri atas : 1. Giro Wadiah; 2. Deposito Investasi Mudharabah; dan 3. Kewajiban lainnya. BI mengenakan denda terhadap kesalahan dan

keterlambatan penyampaian laporan mingguan yang digunakan untuk menentukan GWM. Bank yang melakukan pelanggaran juga terkena sanksi. b) Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank Syariah (Sertifikat IMA): yaitu instrumen yang digunakan oleh bank-bank syariah yang mengalami kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan. Di lain pihak digunakan sebagai sarana penyedia dana jangka pendek bagi bankbank syariah yang mengalami kekurangan dana. Sertifikat ini berjangka waktu 90 hari, diterbitkan oleh kantor pusat bank syariah dengan format dan ketentuan standar yang ditetapkan oleh BI. Pemindahtanganan Sertifikat IMA hanya dapat dilakukan oleh bank penanam dana pertama, sedangkan bank penanam dana kedua tidak diperkenankan memindahtangankannya kepada pihak lain sampai berakhirnya jangka waktu. Pembayaran dilakukan oleh bank syariah penerbit sebesar nilai nominal ditambah imbalan bagi hasil (yang dibayarkan awal bulan berikutnya dengan nota kredit melalui kliring, bilyet giro Bank Indonesia, atau transfer elektronik). c) Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI): yaitu instrumen Bank Indonesia sesuai dengan syariah Islam. SWBI juga dapat digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan liquiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek. Dalam operasionalnya, SWBI mempunyai nilai nominal minimum Rp 500 juta dengan jangka waktu dinyatakan dalam hari (misalnya: 7 hari, 14 hari, 30 hari).pembayaran atau pelunasan SWBI dilakukan melalui debet/kredit rekening giro di Bank Indonesia. Jika jatuh tempo, dana akan dikembalikan bersama bonus yang ditentukan berdasarkan parameter Sertifikat IMA . BAB III PENUTUP Simpulan A. Definisi Kebijakan moneter merupakan peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas moneter untuk mengendalikan jumlah uang beredar. B. Pengelolaan Salah satu sebab terjadinya peredaran uang yang terlalu tinggi adalah terjadinya defisit anggaran yang ditutup dengan pinjaman, sehingga perlu kerjasama antara kebijakan moneter dan fiskal untuk menghapus pengeluaran yang tidak produktif dan mubadzir. Sumber ekspansi moneter yang kedua adalah deposito devariatif, yang akan menimbulkan peningkatan penawaran uang. Ekspansi ini harus diatue sedemikian rupa dengan cara mengatur ketersediaan uang basis bagi bank-bank komersial. Sehingga ketiadaan bunga menjadi sangat berguna. Ekspansi lain adalah surplus pembayaran. Penanggulanganya adalah dengan mengatur pengeluaran pemerintah menurut kapasitas ekonomi untuk menghasilakn penawaran rill, sehingga tidak ada inflasi yang dihasilkan secara internal sebgi akibat terjadinya surus neraca pembayaran. C. Posisi Bank Sentral Fungsi bank sentral dan meninjaunya dengan perspektif sejarah perekonomian islam. Pertama fungsi mencetak uang atau currency . kedua, sebagai pengawas lembaga-lembaga keuangan yang ada dan juga mengelola sistem keuangan Negara agar senantiasa setabil dan terarah. D. Instrumen-instrumen Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter dalam ekonomi Islam, antara lain : a) Reserve Ratio b) Moral Suassion c) Lending Ratio d) Refinance Ratio e) Profit Sharing Ratio f) Islamic Sukuk. Menurut Chapra mekanisme kebijakan moneter yang sesuai dengan syariah Islam harus mencakup enam elemen yaitu: 1. Target pertumbuhan dalam M dan MO 2. Saham public terhadap deposito unjuk (uang giral) 3. Cadangan wajib resmi 4. Pembatas kredit 5. Alokasi kredit (pembiyayaan ) yang berorientasi kepada nilai 6. Teknik lain E. Aplikasi Terhadap bank-bank yang berdasarkan syariah Islam, BI menjalankan fungsinya bank sentral dengan instrumen-instrumen sebagai berikut.

a. Giro Wajib Minimum (GWM): biasa dinamakan juga statutory reserve requirement, adalah simpanan minimum bank-bank umum dalam bentuk giro pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI berdasarkan Persentase tertentu dari dana pihak ketiga. b. Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank Syariah (Sertifikat IMA): yaitu instrumen yang digunakan oleh bank-bank syariah yang mengalami kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan. c. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI): yaitu instrumen Bank Indonesia sesuai dengan syariah Islam. SWBI juga dapat digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan liquiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek. Kebijakan fiskal atau yang sering disebut sebagai politik fiskal ( fiscal policy) bisa diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran belanja negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian .[1] Anggaran belanja negara terdiri dari penerimaan dan pengeluaran. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil pemerintah untuk membelanjakan pendapatannya dalam merealisasikan tujuan-tujuan ekonomi. Adapun dalam Islam kebijakan fiskal dan anggaran ini bertujuan untuk mengembangkan suatu masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan berimbang dengan nilai-nilai material dan spiritual pada tingkat yang sama [2] Tujuan kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam berbeda dari ekonomi konvensional, namun ada kesamaan yaitu dari segi sama-sama menganalisis dan membuat kebijakan ekonomi. Tujuan dari semua aktivitas ekonomi bagi semua manusia adalah untuk memaksimumkan kesejahteraan hidup manusia, dan kebijakan publik adalah suatu alat untuk mencapai tujuan tersebut. [3] Pada sistem konvensional, konsep kesejahteraan hidup adalah untuk mendapatkan keuntungan maksimum bagi individu di dunia ini. Namun dalam Islam, konsep kesejahteraannya sangat luas, meliputi kehidupan di dunia dan di akhirat serta peningkatan spiritual lebih ditekankan daripada pemilikan material. Kebijakan fiskal dalam ekonomi kapitalis bertujuan untuk (1) pengalokasian sumber daya secara efisien; (2) pencapaian stabilitas ekonomi; (3) mendorong pertumbuhan ekonomi; dan (4) pencapaian distribusi pendapatan yang sesuai. [4] Sebagaimana ditunjukkan oleh Faridi dan Salama (dua ekonom muslim) bahwa tujuan ini tetap sah diterapkan dalam sistem ekonomi Islam walaupun penafsiran mereka akan menjadi berbeda. Jadi Kebijakan fiskal merupakan salah satu dari piranti kebijakan ekonomi makro. [5] Munculnya pemikiran tentang kebijakan fiskal dilatarbelakangi oleh adanya kesadaran terhadap pengaruh pengeluaran dan penerimaan pemerintah sehingga menimbulkan gagasan untuk dengan sengaja mengubah-ubah pengeluaran dan penerimaan pemerintah guna memperbaiki kestabilan ekonomi. {6}Teknik mengubah pengeluaran dan penerimaan pemerintah inilah yang dikenal dengan kebijakan fiscal.

Anda mungkin juga menyukai