Anda di halaman 1dari 14

KEBIJAKAN FISKAL

SEBAGAI PRODUK POLITIK


KELOMPOK 6 :

ABEL ADRIAN SIHITE


SOPHIA AZZAHRA
SALSABILA PUTRI
VERA DWIFANY
1.Aspek Politik dan Kebijakan Fiskal
Pemahaman mengenai kebijakan fiskal melalui pendekatan politik yang terkait dengan proses pembuatan kebijakan itu sendiri. Asumsi yang
dipakai adalah bahwa sebagai sebuah keputusan kolektif, kebijakan fiskal tidak terlepas dari kepentingan actor maupun lembaga yang secara
teknis terlibat didalam rangkaian kebijakan sejak identifikasi masalah, analisis peramalan, implementasi kebijakan hingga pengawasan dan
evaluasinya.

Kebijakan fiskal adalah kebijakan atas pemilihan instrumen yang digunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam bidang
penerimaan serta pengeluaran pemerintah. Subjek kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah dengan segala aspek
termasuk aspek hukum, aspek politik maupun aspek lainnya. Perubahan tingkat komposisi pengaturan pengeluaran dan penerimaan dapat
berdampak pada variable- variable perekonomian yaitu agregat permintaan dan tingkat kegiatan ekonomi, pola aplikasi sumber daya, dan
distribusi sumber daya.

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintahan. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli
masyarakat akan meningkat dan industri dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya jika kenaikan pajak akan menurunkan daya beli
masyarakat serta menurunkan output industri secara umum. Politik ekonomi kebijakan fiskal konvensional seperti yang diterapkan di indonesia
menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai asas atau sasaran yang harus dicapai perekonomian nasional
Kebijakan fiskal berhubungan dengan pengaturan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Dalam suatu pengelolaan atau pembentukan
kebijakan, dalam hal ini kebijakan fiskal, mulai dari perumusan suatu kebijakan,formulasi kebijakan, sampai pada implementasi dan evaluasi tak
luput dari aspek-aspek politik yang ada. Disamping karena konsep kebijakan itu sendiri merupakan salah satu konsep dari ilmu politik, yang
paling menonjol dimensi politiknya adalah bagaimana kebijakan fiskal itu bisa dibentuk. Interaksi-interaksi aktor dalam pembentukan kebijakan
inilah sebagai dimensi politik kebijakan fiskal , bagaimana suatu kumpulan angka-angka dan rencana-rencana yang ada diperdebatkan.

Dalam pengelolaan anggaran, menurut kebijakan ini yang terpenting adalah:

1.Terdapat hubungan langsung antara belanja pemerintah dengan penerimaan pajak dengan penyesuaian anggaran untuk memperkecil
ketidak stabilan ekonomi.

2.Dalam masa depresi dimana banyak pengangguran maka belanja pemerintah adalah merupakan satu-satunya jalan terbaik untuk
mengatasinya.

3.Dalam priode kesempatan kerja penuh (full employment) pajak akan di usahakan surplus.

4. Apabila dalam perekonomian terjadi kemunduran ekonomi maka program pajak tidak diubah, akan tetapi konsekuensinya penerimaan pajak
menurun, dan pengeluaran pemerintah semakin besar.

5.Karna pengeluaan pemerintah bertambah besar dalam masa kemunduran ekonomi maka terjadi deficit anggaran, dan ini akan mendorong
sector swasta terpacu untuk maju.

6.Dalam masa inflasi terjadi kenaikan pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak (pendapatan), anggaran belanja surplus sementara
tunjangan bagi penganggur tidak perlu banyak.
2.Lembaga-Lembaga yang Melahirkan Kebijakan Fiskal
Presiden
Presiden Adalah suatu nama jabatan yang digunakan untuk pimpinan suatu organisasi, perusahaan, perguruan tinggi, atau negara. Pada awalnya,
istilah ini dipergunakan untuk seseorang yang memimpin suatu acara atau rapat (ketua); tetapi kemudian secara umum berkembang menjadi istilah
untuk seseorang yang memiliki kekuasaan eksekutif. Lebih spesifiknya, istilah "presiden" terutama dipergunakan untuk kepala negara suatu republik,
baik dipilih secara langsung melalui pemilu, ataupun tak langsung. Presiden adalah pimpinan pelaksana perundang-undangan dalam sebuah negara
Republik.

Menteri
Menteri Adalah jabatan politik yang memegang suatu jabatan publik signifikan dalam pemerintah. Menteri biasanya memimpin suatu kementerian
dan dapat merupakan anggota dari suatu kabinet, yang umumnya dipimpin olch seorang raja/ratu, gubernur jenderal, presiden, atau perdana
menteri.

DPR
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), umumnya disebut Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah salah satu lembaga tinggi negara
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan
umum yang dipilih melalui pemilihan umum.
BI
Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral Republik Indonesia sesuai Pasal 23D Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD) dan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Sebelum dinasionalisasi sesuai Undang-Undang Pokok Bank Indonesia pada 1
Juli 1953, bank ini bernama De Javasche Bank (DJB) yang didirikan berdasarkan Oktroi pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Sebagai bank
sentral, BI mempunyai tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua
dimensi, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa domestik (inflasi), serta kestabilan terhadap mata uang negara lain (kurs).

BPK
BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan ne gara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden. Anggota BPK
sebelum memangku jabatannya wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung.
3.Kedudukan serta Mekanisme Pertanggungjawaban
Lembaga
A.Kedudukan Lembaga-Lembaga Pemerintah

Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan tersebut
meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus. Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum,
strategi, dan prioritas dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang antara lain berkaitan dengan penetapan pedoman pelaksanaan
dan pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan rencana kerja kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dan tunjangan, serta pedoman
pengelolaan Penerimaan Negara. Sedangkan kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusan/kebijakan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan APBN
yang antara lain berkaitan dengan keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan APBN, keputusan rincian APBN, keputusan dana perimbangan, dan
penghapusan aset dan piutang negara.

keuangan negara dapat dikelompokkan dalam 2 sub bidang, yaitu:

1. Sub bidang Pengelolaan fiskal, meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan,
administrasi kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan.

2. Sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, meliputi penyertaan modal pemerintah kepada perusahaan negara, perusahaan daerah,
perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat.

Baik Presiden, Menteri Negara, Pimpinan lembaga, maupun Gubernur/Bupati/Walikota, adalah pihak-pihak yang harus mempertanggung-jawabkan pengelolaan
keuangan negara.
B.Mekanisme Pertanggungjawaban Lembaga-Lembaga Pemerintah

Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.
Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat:

•Dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;

•Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna barang kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya;

•Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan;

•Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan
undang-undang.
Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut :

•Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ckonomi makro; Menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan APBN;

•Mengesahkan dokumen nelaksanaan anggaran: Melakukan perjanjian internasional bidang keuangan;

•Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-undang:

•Melaksanakan fungsi bendahara umum negara; Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN;

•Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undang-undang.

Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas
sebagai berikut :

•Menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;

•Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran; Melaksanakan anggaran kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya; Melaksanakan
pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya ke kas negara;
• Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara lembaga yang dipimpinnya; Mengelola barang
milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;
• Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;
• Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan undang-undang.
Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut :
• Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD:
• Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.
Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut :
• Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;
• Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
• Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
• Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
• Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

 
Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah mempunyai tugas sebagai berikut :

•Menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

•Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

•Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

•Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

•Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

•Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

•Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.
Pemerintah Pusat dan bank sentral berkoordinasi dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan fiskal.

•Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada Pemerintah Daerah berdasarkan undang-undang perimbangan keuangan
pusat dan daerah.

•Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya.

•Pemberian pinjaman dan/atau hibah sebagaimana dimaksud dilakukan setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

•Pemerintah Daerah dapat memberikan pinjaman kepada/menerima pinjaman dari daerah lain dengan persetujuan DPRD.

C. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN

Presiden menyampaikan RUU pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh
BPK,selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan keuangan meliputi :

•Kebijakan dalam bidang penerimaan Negara Kebijakan dalam bidang Pengeluaran negara

•Kebijakan Defisit dan Pembiayaannya Presiden menyampaikan pidato pengantar RUU APBN beserta NK-nya dalam Rapat Paripurna DPR
• Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi atas RUU APBN 2007 beserta NK-nya Jawaban Pemerintah atas PU Fraksi-Fraksi atas RUU APBN 2007 beserta NK- nya

• Pembahasan RUU APBN beserta Nota Keuangannya antara Pemerintah dengan Panitia Anggaran DPR-RI

• Pembicaraan Tk.II/ pengambilan keputusan atas RUU APBN beserta NK-nya

• Laporan Panitia Anggaran atas Pembicaraan Tk.I/ Pembahasan RUU APBN

• Pendapat akhir Fraksi-Fraksi atas RUU APBN Pendapat akhir Pemerintah atas RUU APBN

• Pengambilan Keputusan atas RUU APBN Pemerintah menyampaikan laporan realisasi semester I dan Prognosis semester II APBN selambat-lambatnya
akhir juli dalam tahun berjalan Pembahasan antara Panitia Anggaran dengan Pemerintah

• Perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam APBN

• Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi,antarkegiatan,dan antar
jenis belanja

• Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih (SAL) tahun sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran yang berjalan

• Laporan Realisasi APBN Neraca

• Laporan Arus Kas Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan Laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.
KESIMPULAN
Dalam mengembangkan serta mengelola kondisi perekonomian Indonesia, ada dua kebijakan yang biasanya digunakan sebagai stimulus,
yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan moneter merupakan langkah yang diambil oleh bank sentral, di Indonesia berarti Bank
Indonesia, untuk mengubah penawaran uang (money supply) dan juga mengubah tingkat suku bunga yang ada. Scdangkan untuk kebijakan
fiskal, kebijakan fiskal dilakukan oleh pemerintah, khususnya Kementerian Keuangan, dengan tujuan yang kurang lebih sama dengan kebijakan
moneter, yaitu tercapainya kestabilan ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi bertambah, membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas, juga
membuka lapangan pekerjaan dan menjaga stabilitas harga barang dan jasa. Kebijakan fiskal juga bertujuan untuk memacu laju investasi di
Indonesia.

Sebagai produk politik, fiscal tidak akan terlepas dari kedudukan lembaga- lembaga pemerintah, kepentingan actor serta mekanisme
pertanggung jawaban diantara lembaga-lembaga tersebut baik ditingkat pusat maupun di daerah, sehingga pemahaman mengenai interaksi
politik diantara lembaga-lembaga tersebut sangat penting. Subtansial kebijakan fiskal dimaksudkan untuk tujuan-tujuan ekonomis yang berupa
peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat, perumusan kebijakan itu melibatkan keputusan politik. Kebijakan untuk mengurangi
ketergantungan pada modal asing, perlindungan pemerintah terhadap industry-industri strategis dalam negeri, serta kebijakan yang
menyangkut neraca perdagangan internasional merupakan contoh betapa pertimbangan politik seringkali lebih dominan didalam perumusan
kebijakan fiskal.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai