Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMERINTAH SEBAGAI PENABUNG BESAR

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro Islam

Disusun Oleh:
Kelompok 9
DEKA MUTIARA NIM. 2020.161.212
VERA ANGGRAINI NIM. 2020.161.234
ARYA KUSUMA NIM. 2020.161.210

Dosen Pengampu:
Mashudi Haryanto, SHI.,ME

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA BATANG HARI
FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua
sehingga dapat menyelesaikan makalah kami. Tidak lupa kami
sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dalam makalah ini, baik dari segi penyusunan
maupun kelengkapan dan ketepatan isi makalah. Untuk itu kami
mengaharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar selanjutnya
dapat ditingkatkan dan disempurnakan.
Demikian makalah ini disusun agar dapat bermanfaat, diterima
dan digunakan sebagai acuan untuk makalah-makalah selanjutnya.

Muara Bulian, 22 Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Apa Saja Yang Menjadi Anggaran Pendapatan Pemerintah ..... 2
B. Apa Saja Yang Menjadi Anggaran Pendapatan Pemerintah
Islam ............................................................................................. 2
C. Bagaimana Kebijakan Makro Ekonomi ....................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 9
B. Saran ............................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah adalah suatu pemimpin negara yang menjalankan
semua amanat dari masyaraktnya guna memajukan negaranya agar
lebih baik lagi. Dengan adanya pemerintahan yang berdaulat adil dan
makmur, diharapkan negara tersebut menjadi lebih baik dan bisa
berbenah menjadi negara yang terbaik di dunia. Pemerintah adalah
salah satunya sebagai penabung besar, karena pemerintahlah yang
menjalankan semua kebijakan baik dari kebijakan fiskal maupun
kebijakan moneter. Semua itu dijalankan guna mendapatkan ekonomi
negara agar lebih baik lagi. Maka daripada itu, disini penulis membuat
makalah yang berjudul tentang Pemerintah Sebagai Penabung Besar
yangmana sudah penulis rangkum sedemikain mungkin agar mudah
untuk dipahami dan mudah untuk dimegerti.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Yang Menjadi Anggaran Pendapatan Pemerintah ?
2. Apa Saja Yang Menjadi Anggaran Pendapatan Pemerintah Islam ?
3. Bagaimana Kebijakan Makro Ekonomi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami anggaran pendapatan pemerintah
2. Mengetahui dan memahami anggaran pendapatan pemerintah
islam
3. Mengetahui dan memahami bagaimana kebijakan makro ekonomi

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anggaran Pendapatan Pemerintah
Ada beberapa cara yang digunakan pemerintah untuk
menghimpun dana untuk menjalankan roda pemerintahan yaitu:
Melakukan bisnis, menarik pajak dan meminjam uang.1
1. Melakukan Bisnis
Dalam melakukan bisnis pemerintah mendirikan BUMN yang
diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang dapat digunakan
untuk sumber pendapatan Negara.
2. Pajak
Sedangkan penarikan pajak dikenakan pada masyarakat dalam
berbagai bentuk seperti PBB, PPN dan sebagainya. Pengambilan pajak
tersebut tidak membedakan bentuk usahanya sehinggga menimbulkan
ketidakstabilan. Dalam teori konvensional pajak mengurangi
penawaran.
3. Meminjam Uang
Pemerintah dapat meminjam uang dari masyarakat atau kepada
sumber lain dan harus dikembalikan dikemudian hari, serta pinjaman
tersebut hanya bersifat sementara tidak boleh dilakukan terus
menerus.2

B. Anggaran Pendapatan Pemerintah Islam


Sumber penerimaan APBN di zaman Rasulullah berbentuk
Kharraj, Zakat, Khums, jizyah dan penerimaan lainnya.3

1 Adiwarman A. Karim. 2010. Ekonomi Makro Islam. Jakarta : Rajawali Pers. Hlm. 255-
257
2 https://eenkurniati.wordpress.com/2008/06/19/pemerintah-sebagai-penabung-besar /

(Diakses pada tanggal 9 Juni 2015)


3 Ibid.,

2
1. Kharraj
Kharraj adalah pajak yang dikenakan terhadap tanah
berdasarkan produktifitasnya bukan zonanya. Sehingga antara pemilik
lahan yang satu dan yang lainnya membayar Kharraj yang berbeda.
Yang menentukan jumlah Kharraj adalah pemerintah, besarnya kharraj
ditentukan berdasarkan kriteria berikut ini:
a) Tingkat kesuburan tanah
b) Jenis tanaman ( market ability dan Quantiti)
c) Jenis Irigasi
Kewajiban membayar kharraj dikenakan kepada seluruh
masyarakat baik yang Muslim maupun non Muslim.
2. Zakat
Pada awal masa pemerintahan Islam, Zakat dikumpulkan dalam
bentuk uang tunai, hasil peternakan dan hasil pertanian. Dibawah ini
adalah system zakat untuk masing – masing bentuk usaha.
a) Zakat Pendapatan
Zakat pendapatan dihitung berdasarkan nishab (pendapatan
minimum). Nishab zakat untuk dinar adalah 20 dinar, dan untuk dirham
adaah 200 dirham dan jumlah zakat yang dikeluarkan adalah 2,5 % dari
jumlah pendapatan yang sudah mencapai atau melebihi nisab.
b) Zakat Perternakan
Dalam zakat peternakan dimana semakin banyak jumlah hewan
peliharaanya makin kecil rate-nya atau presentasi zakatnya dan
pembedaan ukurannya untuk tiap jenis hewan.4

4 Adiwarman A. Karim. Op.Cit., Hlm. 258

3
Contoh : Zakat peternakan kambing atau domba
Jumlah
Jumlah kambing Zakat Presentase Zakat
minimum maksimum
1-39 0 0 0
40-120 1 0.99 2.5
121-200 2 1,0 1.45
201-299 3 1,0 1,50
301-399 4 1,0 1.33
400-499 4 0.8 1,00
500-599 5 0.83 1,00
600-699 6 0.85 1,00
700-799 7 0.87 1,00
800-899 8 0.88 1,00
900-999 9 0.9 1,00
1000-1099 10 0.99 1,00
Presentase zakat maksimum adalah 2,5% dan presentase zakat
minimumnya 0,8 %, sedangkan rata-rata maksimumnya adalah 1,15 %
dan rata-rata minimumnya adalah 0,84 %.
Zakat untuk sapi
jumlah jumlah jumlah jumlah
sapi zakat Zakat Zakat
perunit perunit
sapi kambing presentase zakat
minimum maksimum
29-Jan 0 0 0 0 0
30-39 a 0.45 2,25 1,5 1,5
40-59 b 0,60 3,00 1,02 1,5
60-69 2a 0,90 4,50 1,30 1,5
70-79 a+b 1,05 5,25 1,32 1,5
80-89 2b 1,20 6,00 1,35 1,5
90-99 a+2b 1,35 6,75 1,36 1,5
100-109 3a 1,50 7,50 1,75 1,5
110-119 a+2b 1,65 8,25 1,38 1,5
120-129 3b=4a 1,80 9,00 1,40 1,5
130-139 3a+b 1,95 9,75 1,40 1,5
140-149 2a+2b 2,10 10,50 1,41 1,5
150-159 5a 2,25 11,25 1,42 1,5
160-169 4b 2,40 12,00 1,42 1,5

4
170-179 3a+2b 2,55 12,75 1,43 1,5
180-189 4b+a 2,70 13,50 1,43 1,5
190-199 4a+2b 2,85 14,25 1,43 1,5
200-209 5b 3,00 15,00 1,43 1,5

Disini juga dijumpai bahwa semakin banyak ternak sapi maka


semakin kecil jumlah presentase zakat yang harus dikeluarkam. Jumlah
presentase maksimum 1,5 % dan minimum 1,02 %, sedangkan rata-rata
maksimum 1,42 % dan rata-rata minimumnya 1,32%. Begitu pula
dengan zakat onta semakin banyak ternak onta maka semakin kecil
presentasenya.
Dapat dijelaskan pula bahwa zakat tidak mengubah maximizing
behaviour produsen dan memacu terjadinya economies of sale, karena
dengan pengenan zakat maka jumlah barang berkurang sehingga
dalam jangka panjang harga akan naik.
c) Zakat Pertanian
Berbeda dengan zakat peternakan, zakat pertanian
menggunakan flat rate di bedakan antara jenis pengairannya. Hal ini
karena bila hasil pertanian merupakan barang yang tidak tahan lama
(non durable) sehingga bila hasil pertaniannya melimpah, dikhawatirkan
barang tersebut akan menjadi busuk.
Secara mikro ekonomi, zakat itu sendiri tidak mempunyai
pengaruh terhadap Penawaran Agrgatif (AS) karena zakat diterapkan
dalam bentuk quasi rent, bukan seperti Value added tax (pajak
pertambahan nilai). Dengan memaksimalkan zakat, maka akan terjadi
maksimum quasi rent dan maksimum keuntungan. Zakat itu sendiri
merupakan bagian yang kecil dari profit. Dengan demikian jelas bahwa

5
zakat berpengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya
pengaruh pajak mempunyai pengaruh yang berlawanan.5
3. Khums
Pertentangan antara proportional tax dengan lump-sum tax. Di
dalam sistem ekonomi Islam yang dikenal adalah sistem proportional
tax. Di dalam Q.S. Al-Anfal: 41, dijelaskan yang berbunyi:
☺ ❑☺◼◆ 
 ⬧   ☺
◆ ❑▪◆ ➔
☺⧫◆◆ ◼→
◆ ✓☺◆
  
⧫◆  ⧫◆
⧫⧫ ◼⧫ ◆⧫
⧫❑⧫ ⬧→ ⧫❑⧫
 ➔☺ ⬧⧫
 → ◼⧫ ◆
 ⬧
Artinya: “Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu
peroleh sebagai rampasan perang, Maka Sesungguhnya seperlima
untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan ibnus sabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang
kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu

5 Ibid., Hlm. 262

6
di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (Q.S. Al-Anfal: 41).6
Dari ayat diatas, dijelaskan bahwa khums itu ada tidak
terbantahkan. Para ulama’ syi’i mengatakan bahwa sumber
pendapatannya apa pun harus dikenakan khums sebesar 20%,
sedangkan ulama’ sunni beranggapan bahwa ayat ini hanya berlaku
untuk harta rampasan perang saja.
4. Jizyah
Jizyah adalah pajak yang dibayarkan oleh orang-orang non
Muslim sebagai pengganti sosial ekonomi dan layanan kesejahteraan
lainnya, serta untuk mendapatkan perlindungan keamanan dari Negara
Islam. Jizyah sama dengan Poll Tax, karena orang-orang non Muslim
tidak mengenal zakat fitrah. Jumlah yang harus dibayar sama dengan
jumlah minimum yang dibayar oleh orang Islam.7
5. Penerimaan Lain
Ada yang disebut dengan kaffarah yaitu denda, misalnya denda
yang dikenakan kepada suami istri yang berhubungan badan disiang
hari pda bulan puasa. Mereka harus membayar denda dan denda
tersebut masuk dalam pendapatan negara. contoh lain adalah orang
yang meninggal dan tidak mempunyai anak dan cucu sehingga
warisannya dimasukan sebagai pendapatan negara. Contoh lainnya lagi
yaitu pada zaman Umar ibn Khattab r.a ada zakat untuk melewati
jembatan.8

C. Kebijakan Makro Ekonomi

6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Al-Waah, 1989),


hal. 267.
7 Adiwarman A. Karim. Op.Cit., Hlm. 266
8 Ibid., Hlm. 266

7
Bentuk-bentuk kebijakan ekonomi yang akan dilakukan sesuatu
negara sangat tergantung kepada tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.
Oleh sebab itu, dalam membicarakan mengenai masalah bentuk-bentuk
kebijakan makro ekonomi, ada baiknya apabila terlebih dahulu
diterangkan tujuan-tujuan dari menjalankan kebijakan-kebijakan
tersebut. Adapun tujuan-tujuan dari kebijakan makro ekonomi
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menstabilkan kegiatan ekonomi
2. Mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja
3. Menghindari masalah inflasi
4. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh
5. Mewujudkan kekukuhan neraca pembayaran dan kurs valuta asing.9

9 Sadono Sukirno, 2011. Makro Ekonomi: Teori Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Hlm. 23

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan
bahwa Dalam struktur Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
terdapat beberapa cara yang digunakan untuk menghimpun dana guna
menjalankan pemerintahan. Pemerintah dapat melakukan bisnis seperti
perusahaan lainnya, misalnya dengan mendirikan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Seperti halnya perusahaan lain, dari perusahaan
negara ini diharapkan memberikan keuntungan yang dapat digunakan
sebagai salah satu sumber pendapatan Negara.
Penghimpunan dana yang umum dilakukan adalah dengan cara
menarik pajak dari masyarakat. Pajak dikenakan dalam berbagai bentuk
seperti pendapatan, pajak penjualan, pajak bumi dan bangunan dan
lain-lain. Pajak yang dikenakan kepada masyarakat tidak dibebankan
terhadap bentuk usahanya sehingga dapat menimbulkan ketidak
stabilan. Dalam teori konvensional, pajak mendorong kurva penawaran
ke kiri (mengurangi penawaran) jika dikenakan dalam bentuk Value
Added Tax.

9
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan tentang
semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberi
pengetahuan yang lebih kepada pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya. Tentu dalam pemaparan makalah ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu pemakalah mohon kritik dan
sarannya untuk perbaikan tugas-tugas kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim. Ekonomi Makro Islam. Jakarta : Rajawali
Pers. 2010
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar, Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 2011
https://eenkurniati.wordpress.com/2008/06/19/pemerintah-
sebagai-penabung-besar / (Diakses pada tanggal 9 Juni 2015)

10

Anda mungkin juga menyukai