Anda di halaman 1dari 99

BUKU AJAR

DIGITAL
KOMUNIKASI BISNIS
Disusun oleh:

Dr. Indah Listiana, S.P., M.Si.


Dr. Helvi Yanfika, S.P., M.E.P
Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc

PS PENYULUHAN PERTANIAN
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas hidayah
dan karunia-Nya penyusunan Buku Ajar Komunikasi Bisnis ini dapat tersusun
tanpa adanya hambatan yang berarti.

Buku ajar berjudul “Komunikasi Bisnis” ini ditujukan sebagai pegangan kuliah
mahasiswa S1 Program Studi Penyuluhan Pertanian yang mengambil mata kuliah
komunikasi bisnis. Sebagai buku ajar, buku ini disusun sedemikian rupa, sehingga
diharapkan dapat membekali mahasiswa dalam memahami komunikasi bisnis. Isi
buku ini juga diharapkan dapat memenuhi harapan mahasiswa yang mengambil
mata kuliah komunikasi bisnis.

Dengan selesainya revisian buku ajar ini, penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak. Tim Penulis menyadari bahwa buku ajar ini masih
jauh dari kesempurnaan, tak ada gading yang tak retak. Untuk itu, penulis
memohon saran-saran dari pembaca sekalian, semoga buku ajar ini ada
manfaatnya.

Bandar Lampung, 1 Juni 2021

TIM PENULIS

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I. PERENCANAAN PESAN KOMUNIKASI BISNIS ................. 1

A. Pengertian Komunikasi Bisnis ............................................... 1


B. Proses Penyusunan Pesan Bisnis ............................................ 1
C. Pentingnya Perencanaan Pesan Komunikasi Bisnis ............... 2
D. Perencanaan Pesan Komunikasi Bisnis .................................. 2
E. Pemahaman Proses Komposisi ............................................... 4

BAB II. PENGORGANISASIAN DAN REVISI PESAN BISNIS.......... 6

A. Manfaat Pengorganisasian Pesan-Pesan Bisnis yang Baik .... 6


B. Pola Outline Pengorganisasian Pesan Bisnis Yang Baik ....... 8
C. Rencana Organisasional Pesan Bisnis .................................... 10
D. Tahap Revisi Pesan Bisnis...................................................... 16

BAB III. ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL


PERUSAHAAN .......................................................................... 23

A. Definisi Etika Bisnis ............................................................... 23


B. Pandangan Prilaku Etis ........................................................... 26
C. Model Etika Dalam Bisnis ................................................... 27
D. Definisi Tanggung Jawab Sosial ............................................ 29
E. Alasan Perusahaan Menerapkan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan .............................................................................. 32
F. Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ..... 32
G. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan......................... 34
H. Pandangan Terhadap Tanggung Jawab Sosial ....................... 35

3
BAB IV. LAPORAN BISNIS ................................................................... 40

BAB V. PENULISAN RESUME DAN LAMARAN KERJA ................. 49

BAB VI. WAWANCARA KERJA ............................................................ 61

A. Pengertian Wawancara Kerja ................................................. 61


B. Arti Penting Wawancara Kerja ............................................... 63
C. Memahami Proses Wawancara............................................... 64
D. Kenali Jenis - Jenis Pekerjaan ................................................ 65
E. Jenis-janis Wawancara ........................................................... 67
F. Hal yang Dicari Oleh Pemberi Kerja...................................... 68
G. Persiapan untuk Wawancara................................................... 68
H. Tindak Lanjut Dari Wawancara ............................................. 70

BAB VII. DASAR-DASAR KORESPONDENSI BISNIS ......................... 71

A. Pengertian Korespondensi ...................................................... 71


B. Peranan Korespondensi dalam Bisnis .................................... 72
C. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Korespondensi .................. 72
D. Fungsi Surat ........................................................................... 73
E. Penggolongan Surat ................................................................ 74
F. Bagian-bagian Surat ............................................................... 76
G. Surat yang Baik ...................................................................... 77
H. Pentingnya Korespondensi Bisnis .......................................... 78
I. Etika Korespondensi ............................................................... 80
J. Evaluasi Proses Korespondensi .............................................. 82

BAB VIII. DEFINISI, TAHAPAN, PROSES, FAKTOR PENTING


SERTA PENYEBAB TERJADI NEGOSIASI
DAN KONFLIK .......................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 93

4
BAB
PERENCANAAN PESAN KOMUNIKASI
BISNIS
1
Tujuan Instruksional Khusus:

Setelah membaca modul ini mahasiswa mampu:


a. Menjelaskan definisi komunikasi bisnis.
b. Menjelaskan proses penyusunan komunikasi bisnis.
c. Memahami pentingnya perencanaan pesan komunikasi bisnis.
d. Memahami dan menjelaskan proses komposisi pesan-pesan bisnis.

Perencanaan Pesan Komunikasi Bisnis

A. Pengertian Komunikasi Bisnis

Menurut William C. Himstreet dan Wayne Murlin Baty, menyatakan bahwa


komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antarindividu melalui suatu
system yang biasa (lazim) baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun
perilaku atau tindakan.

B. Proses Penyusunan Pesan Bisnis

Proses penyusunan pesan bisnis


1. Perencanaan (Planning phase)
Menentukan apa yang akan dilakukan di masa mendatang. Dalam
perencanaan akan ditentukan hal pokok atau mendasar dari pesan tersebut.

1
Seperti maksud/tujuan komunikasi, audiens yang akan menerima pesan, ide
pokok (main idea) pesan-pesan yang akan disampaikan.
2. Pengorganisasian
Tahap selanjutnya adalah menuangkan pesan tersebut dalam bentuk tertulis.
Penyusunan kata-kata, kalimat, paragraf serta menentukan ilustrasi.
3. Revisi
Pemeriksaan kembali apakah pesan yang disusun sudah mampu
mengekspresikan apa ide pokoknya (BoveedanThill. 2007)

C. Pentingnya Perencanaan Pesan Komunikasi Bisnis

Perencanaan pesan-pesan bisnis merupakan suatu langkah strategis bagi


pencapaian suatu tujuan organisasi secara menyeluruh, dan merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan komunikasi. Pesan-pesan bisnis yang terencana
dengan baik akan mempermudah pencapaian tujuan komunikasi . dalam hal ini
perencanaan pesan-pesan bisnis lebih difokuskan pada perencanaan pesan-pesan
bisnis secara tertulis, sedangkan penyampaian pesan-pesan bisnis yang dilakukan
secara lisan (Purwanto, 2003)

D. Perencanaan Pesan Komunikasi Bisnis

Perencanaan pesan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan


segala sesuatu yang tepat dengan sebaik-baiknya. Perencanaan akan membantu
penyampaian pesan sesuai dengan tujuan. Apabila perencanaan pesan bisnis
dilakukan tidak benar maka akan berdampak pada tujuan penyampaian bisnis
tersebut sehingga tidak optimal.

Agar penyampaian pesan efektif ada beberapa tahapan penting yang perlu
diperhatikan yaitu antara lain: mengetahui tujuan pesan-pesan bisnis,
menganalisis audiens, memilih atau menentukan ide, gagasan atau pesan-pesan
bisnis yang akan disampaikan kepada pihak lain, mengumpulkan fakta atau
temuan penting guna mendukung pesan-pesan bisnis yang ingin disampaikan
kepada pihak lain dan membuat outline pengorganisasian pesan bisnis (Purwanto,
2008).

2
Penjabaran dari langkah yang harus diperhatikan dalam perencanaan komunikasi
bisnis adalah :
1. Tujuan penyampaian pesan bisnis
Penyampaian bisnis dilakukan oleh individu dengan tujuan bisnis yang berbeda-
beda. Tahap yang perlu diperhatikan adalah perlu pemahaman yang baik terhadap
tujuan penyampaian pesan bisnis tersebut. Apabila penyampaian pesan jelas maka
hal tersebut dapat mempermudah dan memperlancar penyampaian pesan
komunikasi bisnis. Dalam korespondensi pesan bisnis, pesan-pesan bisnis
dilakukan dengan tujuan untuk menginformasikan pesan-pesan binis kepada pihak
lain untuk mempengaruhi pihak lain untuk setuju dan sepakat dengan apa yang
yang disampaikan melakukan kolaborasi terhadap pihak lain dalam mencapai
tujuan tertentu.

Dalam merencanakan suatu pesan bisnis hal yang pertama dilakukan adalah
memikirkan maksud atau tujuan komunikasi. Untuk dapat melakukan dan
menjaga goodwill di hadapan audience, maka hal pertama-tama ia harus
menentukan tujuan yang jelas dan dapat diukur, sesuai dengan tujuan
organisasi.Dengan tujuan yang jelas maka akan membantu pengambilan beberapa
keputusan diantaranya sebagai berikut :
a) Keputusan untuk meneruskan pesan.
Sebelum menyampaikan suatu pesan, tanyakan pada diri sendiri sendiri,
apakah pesan yang akan disampaikan benar-benar diperlukan atau tidak?
b) Keputusan untuk menenggapi audience
Untuk memutuskan cara terbaik menanggapi audience, komunikator perlu
mempertimbangkan motif-motif mereka. Mengapa mereka memperhatikan inti
pesan yang disampaikan? Apakah mereka mengharapkan keuntungan? Apakah
harapan mereka sesuai dengan harapan komunikator? Tanpa mengetahui tanpa
mengetahui motif audiencenya, komunikator tidak dapat menanggapi mereka
dengan baik.
c) Keputusan untuk memutuskan isi.
Menetapkan tujuan yang jelas akan membantu memusatkan isi pesan.
Komunikator seharusnya hanya memasukkan informasi yang penting, yang

3
relevan dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Informasi yang tidak
relevan harus di singkirkan jauh-jauh.
d) Keputusan untuk menetapkan saluran atau media.
Penentuan saluran atau media yang akan digunakan untuk menyampaikan
suatu pesan, sangat tergantung pada tujuan yang dikehendaki. Saluran
komunikasi yang akan digunakan dapat berupa lisan atau tulisan (Purwanto,
2006).
2. AnalisisAudiensi
Analisis audiensi dilakukan dengan menganalisis audiensi apa, siapa, bagaimana
dan kapan pesan bisnis disampaikan. Pemahaman yang tepat terhadap audiensi
akan sangat meperlancar komunikasi bisnis.

3. Penentuan ide atau gagasan pesan bisnis


Penentuan ide atau gagasan pesan bisnis dilakukan dengan menentukan pesan atau
gagasan pesan bisnis apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain. Dalam hal
ini, yang menjadi focus substansi dari pesan bisnis yang disampaikan kepada
pihak lain. Pesan-pesan yang ingin disampaikan berbeda-beda tergantung maksud
dan tujuan dalam penyampaian pesan bisnis tersebut. Dalam kaitannya dengan
korespondensi bisnis, pesan bisnis dapat berupa surat permintaan informasi
produk, surat penawaran produk baru dan hal lainnya.

4. Kumpulkan semua fakta


Penyampaian pesan hendaknya berdasarkan fakta atau temuan yang diperoleh.
Pengumpulan fakta atau temuan data yang ditemukan saat survey akan sangat
bermanfaat bagi para pengambil kebijakan dalam penyusunan rencana kerja
kedepan menjadi lebih baik. Semakin lengkap fakta atau temuan yang diperoleh
akan sangat membantu mempercepat penyusunan perencanaan pesan bisnis.

5. Membuat online pengorganisasian pesan bisnis


Pembuatan sebuah online pada dasarnya mencakup tentang apa poin penting yang
ingin disampaikan kepada pihak lain dan bagaimana tata urutan yang logis dan
sistematis. Pengorganisasian pesan bisnis yang baik, runtut dan logis akan
mempermudah pemahaman pesan bisnis (Purwanto, 2007).

4
E. Pemahaman Proses Komposisi

Proses komposisi ( composition process ) penyusunan pesan-pesan bisnis dapat


dianalogikan dengan proses penciptaan lagu seperti yang dilakukan oleh seorang
komposer. Begitu halnya dengan proses komposisi untuk pesan-pesan bisnis.
Penyusunan pesan-pesan bisnis meliputi tiga tahap :
1. Perencanaan
Dalam fase perencanaan ( planning phase ), dipikirkan hal-hal yang cukup
mendasar, seperti maksud/tujuan komunikasi, audiens yang akan menerima pesan,
ide pokok (main idea) pesan-pesan yang akan disampiakan, dan slauran atau
media yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan.
2. Pengorganisasian
Organisasi dan komposisi erat kaitannya dengan penyususnan atau pengaturan
kata-kata, kalimat, dan paragraf. Oleh karena itu perlu diperhatikan bagaimana
menggunakan kata-kata, kalimat, dan paragraf yang sederhana, mudah dipahami,
dimengerti dan dilaksanakan oleh si penerima pesan.
3. Revisi
Setelah ide-ide dituangkan dalam kata-kata, kaliamat, maupun paragraf
perhatikan apakah kata-kata, kalimat, dan paragraf tersebut telah diekspresikan
dengan benar. Kalau ternyata belum sesuai, perlu dilakukan pengecekan sekaligus
revisi/perbaikan-perbaikan seperlunya, sehingga apa yang telah direncanakan
sebelumnya dapat dicapai seefektif mungkin (Purwanto,2003).

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Djoko. 2003. Komunikasi Bisnis. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis Edisi 3. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Purwanto, Djoko. 2007. Korespondensi Bisnis Modern. Penerbit Erlangga:


Jakarta.

Bovee, C. L. & Thill, J. V. 2007. Komunikasi Bisnis. Jilid 1 & 2. Edisi Kedelapan.
Penerbit Indeks: Jakarta.

5
Purwanto, Djoko. 2008. Korespondensi Bisnis Modern. Jakarta: Penerbit Esensi.

PENGORGANISASIAN DAN REVISI PESAN


BAB
BISNIS
2
Tujuan Instruksional Khusus:

Setelah membaca modul ini mahasiswa mampu:


a. Memahami pengorganisasian pesan bisnis dan mengetahui manfaat
pengorganisasian pesan bisnis.
b. Memahami pembuatan outline pesan bisnis yang baik.
c. Menyebutkan dan menjelaskan rencana organisasional pesan bisnis.
d. Melakukan revisi pesan bisnis yang baik dan benar.
e. Menganalisis pemilihan kata yang tepat dalam revisi pesan bisnis.
f. Membuat kalimat efektif dalam revisi pesan bisnis.

A. Manfaat Pengorganisasian Pesan-Pesan Bisnis yang Baik

Purwanto(2006) mengemukakan bahwa mengorganisasi pesan-pesan secara


baik adalah suatu keharusan dan menjadi tantangan bagi komunikator. Hal
yang perlu diperhatikan dalam mengorganisasi pesan-pesan yang baik sebagai
berikut:

1. Subjek dan tujuan harus jelas.


2. Semua informasi harus berhubungan dengan subjek dan tujuan.
3. Ide-ide harus dikelompokkan dan disajikan dengan cara yang logis.
4. Semua informasi yang penting harus sudah tercakup.

6
Suatu pesan yang disusun dengan baik akan membantu bagi audiens terutama
dalam hal-hal berikut ini:

1. Memahami pesan yang disampaikan


Mengemukakan hal-hal penting secara jelas, menyusun ide-ide secara
logis dan berurutan, dan memasukan semua informasi yang relevan
dalam pesan, maka audiens akan lebih mudah dalam memahami maksud
dan isi pesan.

2. Membantu audiens menerima pesan


Pengorganisasian pesan-pesan yang baik disamping membantu audiens
dalam memahami maksud pesan, juga membantu audiens untuk dapat
menerima isi pesan tersebut.

3. Menghemat waktu audiens


Salah satu tujuan pengorganisasian pesan-pesan yang baik adalah
penyampaian informasi atau ide-ide yang relevan saja. Penyampaian
informasi yang relevan, akan menghemat waktu audiens. Selain itu,
audiens dapat dengan mudah mengikuti alur pemikiran pesan.

4. Mempermudah pekerjaan komunikator


Pengorganisasian pesan-pesan yang baik dapat membantu pekerjaan
komunikator, sehingga dapat selesai lebih cepat dan menghemat waktu.
Hal ini merupakan faktor yang penting dalam dunia bisnis, dimana
penyelesaian pekerjaan berjalan dengan baik, cepat, dan efisien
(Purwanto, 2006).

Adapun Manfaat pengorganisasian yang baik menurut Guffey(2006)ialah


sebagai berikut.

1. Membantu audience memahami suatu pesan


Dengan mengemukakan poin-poin penting secara jelas, menyususn ide-
ide secara logis dan runtut, dan memasukkan semua informasii yang

7
relevan dalam pesan, audienc dengan mudah akan memahami
maksud/tujuan pesan.

2. Membantu audience menerima suatu pesan


Pengorganisasian pesan-pesan yang baik disamping membantu audienc
dalam memahami maksud pesan, juga membantu audiens untuk dapat
menerima isi pesan tersebut.
3. Menghemat waktu
Salah satu tujuan pengorganisasian pesan-pesan yang baik adalah
menyampaikan informasi atau ide-ide yang relevan saja. Dengan hanya
menyampaikan informasi yang relevan, waktu audiens akan dapat
dihemat.

B. Pola Outline Pengorganisasian Pesan Bisnis Yang Baik

Pengorganisasian pesan-pesan yang baik menurut Purwanto(2006) dapat


dicapai dengan menggunakan suatu cara agar pesan tersebut dapat berguna
dan bermanfaat bagi setiap penggunanya. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara:

1. Mendefinisikan dan Mengelompokkan Ide

Apabila penyusunan pesan yang panjang dan kompleks, maka outline


sangat diperlukan dan menjadi penting artinya. Hal ini karena dengan
adanya outline akan sangat membantu memvisualisasikan hubungan
antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Selain itu, outline juga
membantu untuk mengkomunikasikan ide-ide dengan cara yang lebih
sistematik, efisien dan efektif. Melalui perencanaan yang baik outline
akan membantu mengekspresikan transisi antara ide-ide sehingga audiens
akan memahami pola pikir komunikator.

Susunan suatu outline secara garis besar oleh Purwanto (2006) dapat
digolongkan ke dalam tiga golongan, antara lain:

8
a. Memulai dengan Ide Pokok, akan sangat membantu dalam menetapkan
tujuan dan strategi umum dari suatu pesan. Ide pokok dirangkum ke
dalam dua hal yaitu : keinginan terhadap audiens untuk melakukan dan
memikirkannya, sebagai alasan yang mendasar bagi audiens mengapa
harus melakukan dan memikirkannya.
b. Menyatakan hal-hal pendukung yang penting, yang akan sangat
berguna dalam mendukung ide-ide pokok.
c. Membuat ilustrasi dengan bukti-bukti, semakin banyak bukti-bukti
yang dapat disajikan, maka outline yang dibuat akan semakin baik.

2. Menentukan Urutan dengan Rencana Organisasional

Setelah mengelompokkan ide-ide, selanjutnya adalah menentukan urutan-


urutan terhadap ide-ide tersebut agar selaras dengan rencana
organisasional.Penentuan urutan-urutan tersebut menurut Purwanto(2006)
dapat melalui dua pendekatan yaitu:
a. Pendekatan Langsung (direct approach), sering disebut juga dengan
pendekatan deduktif , Pada pendekatan ini ditandai dengan ide pokok
yang muncul paling awal, kemudian diikuti bukti-bukti pendukungnya.
Biasanya reaksi dari audiens akan positif dan menyenangkan jika
menggunakan pendekatan ini.
b. Pendekatan Tidak Langsung (indirect approach), atau sering disebut
dengan pendekatan induktif. Pada pendekatan ini ditandai dengan
adanya bukti-bukti yang diletakan paling awal, kemudian baru diikuti
dengan ide pokok. Biasanya audiens akan merespon negatif.

Setelah menganalisa berbagai kemungkinan respon yang ada dari dalam


diri audiens serta telah menemukan suatu pendekatan yang terbaik, maka
tahap selanjutnya adalah menentukan jenis pesan yang akan dibuat atau
disampaikan. Secara garis besar jenis pesan yang dapat di sampaikan
meliputi permintaan langsung (direct request), pesan-pesan rutin, good
news atau goodwill, pesan-pesan bad news dan pesan-pesan persuasif
(Purwanto, 2006).

9
3. Penyebab Pesan-Pesan Bisnis Yang Tak Terorganisir Dengan Baik

Seorang komunikator dalam perencanaan pesan biasanya mengalami hal-


hal yang dapat menyebabkan pesan-pesan tersebut justru menjadi pesan-
pesan yang tidak terorganisir dengan baik sehingga menyebabkan
komunikan tidak dapat memahami pesan yang disampaikan.

Adapun hal-hal yang menyebabkan pesan-pesan tak terorganisir dengan


baik adalah sebagai berikut:

a. Bertele-tele
b. Memasukkan bahan-bahan yang tidak relevan
c. Menyajikan ide-ide yang tidak logis
d. Informasi penting kadangkala tidak tercakup dalam pembahasan
(Bovee, 2007).

C. Rencana Organisasional Pesan Bisnis

Rencana organisasional menurut Guffey(2006) terdiri dari beberapa tipe


pesan yaitu sebagai berikut.

1. Permintaan Langsung (Direct Request)

Permintaan langsung (Direct Request) merupakantipe pesan bisnis yang


paling sering digunakan. Pesan ini dapat berbentuk surat dan memo.
Contoh dari pesan permintaan langsung ini dat terlihat pada pembuatan
surat pesanan, permintaan rutin, aduan atau klaim, permintaan kredit rutin.

Guffey (2006) melanjutkan isi dari sebuah surat Direct Request harus
terdiri dari 3 bagian antara lain:

a. Bagian Awal

10
Bagian ini merupakan bagian pendahuluan atau pembukaan, yang berisi
tentang alasan kita dalam mengajukan atau meminta sesuatu. Kalimat
yang digunakan hendaknya haruslah jelas, singkat dan tidak bertele-
tele, tujuannya adalah agar pihak atau orang yang membaca pemintaan
kita menjadi lebih paham akan maksud yang tergan dung dalam surat
permintaan tersebut.

b. Bagian Pertengahan
Bagian ini merupakan penjelasan rinci dari apa yang kita tulikan pada
bagian pendahuluan, berisi hal-hal yang bersifat rincian dari maksud
permintaan. Teknis penyusunan kalimat dan kata-kata dapat
menggunakan serangkaian pertanyaan terutama jika permintaan
menyangkut perlengkapan yang sangat kompleks.Dapat berisi tentang
pertanyaan mengenai teknis, dimensi serta kegunaan sesuatu yang kita
minta.Jika permintaan lebih dari satu jenis, sebaiknya kita membuat
daftar dan memberi nomor secara berurutan.

c. Bagian Akhir
Bagian ini merupakan bagian penutup yang sebaiknya diisi dengan
suatu permintaan beberapa tanggapan khusus, lengkap dengan batas
waktu, dan ekspresi terhadap apresiasi maupun pemberian goodwill.
Untuk mempermudah pembaca, sebaiknya perlu mencantumkan
beberapa informasi penting seperi nomor telepon, jam kerja, dan
petugas yang dapat dihubungi.

2. Permintaan Informasi Rutin

Guffey (2006) menjelaskan permintaan informasi rutin biasanya berisikan


berita buruk (bad news) dan berita baik (good news).Dimana perbedaan
mendasar dari berita ini terletak pada isi berita yang baik maupun buruk.

a. Pesan-pesan badnews

11
Pesan bad news berisikan berita buruk. Contohnya: penolakan suatu
lamaran, penolakan kredit, perampingan karyawan, dan penurunan
pangkat. Pada umumnya berita ini menyebabkan audience kecewa.
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan, berkaitan dengan
pesan yang tak menyenangkan ini :

 Menciptakan Audience – Centerred Tone

Menyangkut nada atau intinasi dalam penyampaian bad news


mampu memberikan kontribusi yang cukup penting bagi efektivitas
penyampaian pesan-pesan bisnis yang didukung dengan tiga tujuan
yang khusus, yaitu:

a) Membantu audiens mengerti akan bad news yang merupakan


suatu keputusan yang tegas.
b) Membantu audiens mengerti keputusan yang diambil adalah adil.
c) Membantu audiens agar tetap memberikan goodwill bagi
perusahaan.

 Memilih Pendekatan Organisasional

Dalam menyampaikan suatu pesan yang sifatnya bad news, dapat


dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu perencanaan tak langsung
(indirect plan) dan perencanaan langsung (direct plan).

1) Pendekatan tidak langsung (indirect plan), merupakan


pendekatan yang digunakan untuk penulisan pesan-pesan yang
mempunyai dampak kurang menyenangkan kepada audiens.
Dalam pendekatan ini terdapat empat bagian penting yaitu:

 Pembuka, yang menempatkan audiens pada situasi yang


netral serta penyataan yang tanpa beban bagi audiens.
 Alasan, dengan mengemukakan alasan mengapa suatu
keputusan harus diambil, sebelum menyampaikan yang
sebenarnya, penyampaian alasan yang efektif akan sangat

12
membantu audiens menyadari bahwa keputusan yang diambil
adalah fair atau logis.
 Penutup, setelah pesan yang kurang menyenangkan
disampaikan, maka tahap selanjutnya adalah memberikan
kata-kata penutup yang bersifat positif, hangat, bersahabat,
dan lebih menyenangkan. Dapat juga diusulkan suatu cara
pemecahan dari masalah yang dihadapi oleh audiens (Guffey,
2006).

2) Pendekatan Langsung

Suatu pesan yang kurang menyenangkan yang diorganisir melalui


perencanaan langsung akan diawali dengan suatu pernyataan bad
news, selanjutnya diikuti dengan berbagai alasan yang
mendukungnya, dan diakhiri dengan penutup yang bersahabat.
Pendekatan ini memiliki kelebihan bahwa audiens hanya
memerlukan waktu yang relatif singkat untuk sampai pada ide
pokok yaitu bad news.Pendekatan ini dapat diterapakan apabila:

 Penerima pesan lebih menyukai pesan langsung ke inti yang


dituju.
 Pesan tersebut mempunyai pengaruh yang kecil terhadap si
penerima pesan
 Pesan disampaikan secara empati (Guffey, 2006).

b. Pesan-pesangoodnews

 Good News tentang pekerjaan


Umumnya surat yang menginformasikan kabar baik atau berita yang
menyenangkan (good news) menggunakan pendekatan langsung.
Contoh good news berkaitan dengan masalah pekerjaan, antara lain
penerimaan kerja, kenaikan pangkat/ jabatan/ posisi, memperoleh
bonus kerja, tunjangan hari raya, kenaikan gaji dan pengakuan/
penghargaan prestasi kerja.

13
 Good News Tentang Produk
Good News yang berkaitan dengan produk antara lain, pembicaraan
diskon harga produk, sistem beli 3 produk dapat tambahan 1 produk
gratis (buy 3 get 1 free), pemberian kupon diskon harga produk,
membeli produk dalam jumlah tertentu akan memperoleh hadiah
tertentu (seperti kalender tahun baru, produk aksesoris atau produk
pelengkap) (Guffey, 2006).

Sunarto (2004) mengatakan bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan


dalam mengorganisasikan laporan bisnis dan usulan bisnis ialah sebagai
berikut.

1. Memenuhi kebutuhan pihak penerima


Memenuhi kebutuhan pihak penerima, pemberi pesan harus menetapkan
pertanyaan utama, menggambarkan jawaban umum, berdasarkan pada riset
anda.Pada saat mengorganisasikan laporan bisnis dan usulan bisnis
hendaknya selalu ingat kebutuhan pembaca terutama ketika memilih
pendekatan organisasi.

2. Memilih pendekatan langsung dan tidak langsung


Pendekatan langsung digunakan apabila pembaca dianggap bersedia
menerima atau bersikap terbuka. Pendekatan langsung akan menghasilkan
laporan yang kuat. Akan tetapi terkadang pendekatan langsung dapat
membuat individu lain salah menafsirkan pesan.
Pendekatan tidak langsung digunakan untuk menarik pihak penerima .pada
pendekatan ini member peluang untuk membuktikan pandangan.

3. Memutuskan format dan panjang


Dalam mengorganisasikan pesan bisnis biasanya terdapat pedoman-
pedoman yang menyertainya. Semakin rutin suatu laporan bisnis maka
kerangka kerja akan semakin fleksibel, tergantung informasi yang
bersangkutan.
Ada 4 bentuk format laporan yaitu:

14
a. Bentuk folmulir
b. Surat
c. Memo
d. Manuskrip
4. Membuat struktur laporan informative
Membuat struktur laporan informative, informasi harus disajikan secara
logis dan akurat sehingga pembaca memahami dengan tepat apa yang
dimaksudkan dan mampu menggunakan informasi secara praktis.
Cara membuat struktur laporan informative ialah sebagai berikut.
a. Menurut tingkat kepentingan
b. Menurut urutan
c. Menurut orientasi ruang
d. Menurut kronologis
e. Menurut geografis
f. Menurut kategoris

5. Membuat struktur laporan analitis


Tiga pendekatan struktur yang paling umum untuk laporan analitis ialah
sebagai berikut.
a. Memfokuskan pada kesimpulan
b. Memfokuskan pada rekomendasi
c. Memfokuskan pada alasan logis (Sunarto, 2004).

Machfoeds (2002) menyatakan bahwa pengorganisasian atau menyusun pesan


bisnis mencakup beberapa hal ialah sebagai berikut.

1. Gaya dan nada


Gaya dalam penyajian informasi adalah cara dalam memilih dan
penggunaan kata-kata untuk menciptakan nada tertentu. Gaya informasi
tergantung pada tingkat sifat hubungan kedua belah pihak yang saling
berkomunikasi.

2. Pertimbangan berdasarkan tingkat hubungan dalam komunikasi

15
Apabila tingkat hubungan sudah dikenal dengan baik maka pesan dapat
disampaikan dengan nada informal.Sedangkan apabila tingkat hubungan
belum dikenal dengan baik maka pesan dapat disampaikan dengan nada
formal.
3. Sikap mementingkan lawan komunikasi
Agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik diperlukan sikap
mementingkan lawan komunikasi. Banyak pesan bisnis menggunakan kata
ganti “ saya” atau “kami”sehingga terkesan pihak pengirim pesan
berposisi lebih penting daripada kedudukan pihak lawan komunikasi.
Pesan yang disampaikan mengungkapkan keinginan-keinginan dan
harapan-harapan pihak pengirim, pihak penerima diminta untuk
menurutinya.

4. Menunjukkan sikap positif dan diplomatis


Pesan bisnis harus menunjukkan sikap positif dan diplomatis yakni tidak
menunjukkan nada memaksa, ringkas, efisiensi, bahasa yang digunakan
baku, bernada sopan, dan efektivitas ( Machfoedz, 2002).

D. Tahap Revisi Pesan Bisnis

Purwanto (2007) mengatakan bahwa setelah tahapan perencanaan,


pengorganisasian dan pembuatan pesan-pesan bisnis dilakukan langkah
selanjutnya adalah melakukan perbaikan (revisi) terhadap pesan-pesan
bisnis.Revisi (perbaikan) pesan merupakan tahap terakhir dalam proses
penyusunan pesan bisnis. Pada tahap ini, dilakukan kegiatan menyunting
(editng), menulis ulang pesan dan mencetak pesan.Tahap revisi itu perlu
dilakukan untuk memastikan bahwa pesan yang direncanakan dan disusun
sudah bebas dari kesalahan.

Beberapa hal yang harus ditelaah ulang adalah isi maupun pengorgani-
sasiannya, gaya bahasa yang dipakai, susunan bahasanya serta format
penulisannya. Untuk penggunaan kata hendaknya memilih kata yang sudah
dikenal, singkat dan menghindari kata-kata yang bermakna ganda.Revisi

16
sangat diperlukan agar pesan bisnis yang telah direncanakan dan dibuat dapat
sesuai dengan yang dikehendaki. Revisi ini berlaku terhadap seluruh
komunikasi „menulis‟, maupun untuk komunikasi „berbicara‟ terutama yang
memerlukan persiapan tertulis seperti presentasi(Purwanto, 2007).
1. Ketrampilan Merevisi

Curtis (2002) mengemukakan bahwa menulis pesan – pesan bisnis


sangatlah berbeda dan tidak semudah menulis pesan-pesan yang bersifat
pribadi (personal), seperti penulisan surat kepada orang tua, saudara, atau
teman akrab. Maka dari itu dalam menulis surat-surat bisnis yang baik
diperlukan proses pemikiran dan tenaga dan waktu yang cukup. Akan
berbahaya apabila penyampaian pesan – pesan bisnis cenderung dilakukan
secara ceroboh, baik dalam sisi substansi isi pesan maupun format
penulisan.
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya oleh Curtis (2002), pesan-
pesan bisnis mencakup pesan-pesan bisnis tertulis dan pesan-pesan bisnis
yang disampaikan secara lisan.

1) Pesan-pesan Bisnis Tertulis

a. Mengedit isi dan cara pengorganisasiannya


Pada fase awal pengeditan, perlu perhatian secara seksama terutama
pada pesan-pesan awal dan akhir, karena pesan-pesan tersebut
mempunyai pengaruh besar terhadap audiens. Perhatikan bahwa
pembuka surat atau memo haruslah relevan, menarik, dan memberikan
reaksi pada pembacanya. Untuk pesan-pesan yang lebih panjang,
beberapa paragraf pertama mencakup subjek, maksud, dan organisasi
bahan.

b. mengedit mekanik atau teknis penulisan


Setelah melakukan pengeditan isi, pengorganisasian, dan gaya
penulisannya, langkah berikutnya adalah melakukan pengeditan dari
sudut mekanik atau teknis penulisan suatu pesan – pesan bisnis yang
mencakup antara lain:

17
 Susunan kalimat yang digunakan, apakah sudah sesuai dengan
kaidah kebahasaan yang ada, sehingga mudah dipahami dengan
baik.
 Penggunaan kapitalisasi secara tepat (perhatikan kata-kata yang
harus ditulis dengan huruf kapital).
 Penulisan tanda baca secara benar (perhatikan penggunaan tanda
baca koma, titik, titik koma, tanda tanya, dan tanda seru).
 Perhatikan makna keutuhan suatu kalimat, sehingga makna suatu
kalimat dapat dipahami dengan mudah.
 Perhatikan pengulangan kata yang tidak tepat dalam suatu kalimat.
Hal ini dapat menghilangkan makna suatu pesa-pesan bisnis yang
telah disampaikan.

c. mengedit format dan layout


Langkah terakhir dalam mengedit suatu pesan bisnis adalah mengedit
format atau layout secara keseluruhan. Di samping melakukan
penelaahan terhadap tata bahasa, ejaan, kesalahan-kesalahan tulis, dan
tanda baca, format penulisannya juga tidak boleh diabaikan begitu
saja. Jika format penulisannya menarik, di tata rapi, bersih, tidak penuh
coretan, dan kertas yang digunakan berkualitas baik, audiens anda
akan senang membacanya.

2) Pesan-pesan bisnis lisan

Sebagaimana pesan-pesan bisnis yang disampaikan secara tertulis,


pesan-pesan bisnis yang disampaikan secara lisanpun memerlukan
pengecekan ulang, perbaikan atau pengeditan (editing) seperlunya,
sehingga suatu pesan bisnis dapat dipahami audiens dengan baik. Perlu
dilakukan kegiatan pengeditan yang mencakup antara lain:
a. Substansi pesan
mengedit substansi pesan yang akan disampaikan kepada audiens.

b. Pengorganisasian pesan

18
mencakup 3 poin penting, yaitu:
 Pembuka (misalnya, salam pembuka, perkenalan diri)
 Penyampaian substansi pesan (misalnya, pengntar pesan
dilanjutkan dengan substansi pesan.
 Penutup (misalnya: kesimpulan, saran, rekomendasi,
implikasi).

c. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam penyajian pesan-pesan bisnis
secara lisan lebih menarik dan dinamis daripada yang berbentuk
tertulis karena cara penyampaiannya yang lebih santai, luwes, dan
tidak monoton (Curtis, 2002).

2. Pemilihan kata yang tepat

Nawangsari (1997) menjelaskan bahwa pemilihan kata dalam


penyampaian pesan-pesan bisnis kepada audiens sangat
penting.Penggunaan kata asing yang sukar dimengerti adalah pemborosan.
Agar suatu komunikasi dapat tercapai maksudnya, perlu diperhatikan hal-
hal berikut:
a. Pilihlah kata yang sudah familiar
Diperlukan suatu analisis audiens, terutama untuk mengetahui latar
belakang pendidikan dan pengalaman audiens. Pemahaman yang baik
terhadap audiens akan memberikan pengaruh yang baik bagi proses
penyampaian pesan-pesan bisnis.
b. Pilihlah kata-kata yang singkat
Kata-kata yang singkat selain efisien, juga mudah dipahami oleh
audiens.Tetapi kita juga harus memperhatian kaidah penulisan bahasa
yang baik dan benar.
c. Hindari kata-kata yang bermakna ganda
Penggunaan kata-kata tersebut akan mengakibatkan penafsiran yang
bermacam-macam. Hal ini dapat mengakibatkan tidak tercapainya
maksud dari pesan-pesan bisnis.

19
3. Membuat kalimat yang efektif

Dewi (2007) mengemukakan bahwa penyusunan suatu kalimat perlu


memperhatikan tiga hal, yaitu kesatuan pikiran, kesatuan susunan, dan
kelogisan.Diketahui bahwa dalam setiap kalimat paling tidak terdiri atas
subjek dan predikat. Subjek dalam predikat akan menjawab “siapa” atau
“apa” yang dilakukan oleh kata kerja dan merupakan topik suatu bahasan
atau sesuatu yang sedang dikatakan dan biasanya berupa kata benda.

a. Tiga jenis kalimat


 Kalimat Sederhana
Suatu kalimat sederhana hanya memiliki sebuah subjek dan
predikat.Namun tidak menutup kemungkinan suatu kalimat
dilengkapi dengan objek baik langsung maupun tidak langsung.
 Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk berisi dua atau lebih klausa independen dan
tidak mempunyai klausa dependen.Klausa independen merupakan
lausa yang dapat berdiri sendiri atau mempunyai pengertian yang
utuh, sedangkan klausa dependen adalah klausa yang tidak dapat
berdiri sendiri sehingga tidak memiliki klausa yang utuh.
 Kalimat kompleks
Kalimat kompleks berisi sebuah klausa independen dan satu atau
lebih klausa dependen sebagai anak kalimat.

b. Cara mengembangkan paragraph


Ada dua pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan suatu
paragraf.Yaitu pendekatan induktif dan deduktif.Pendekatan induktif
dimulai dengan mengemukakan berbagai alasan terlebih dahulu,
kemudian membuat kesimpulan.Sedangkan pendekatan deduktif
dimulai dari kesimpulan kemudian baru alasan-alasannya. Suatu
paragraf dapat dikembangkan dengan memberikan:

20
1) Ilustrasi
Ilustrasi dapat memberikan gambaran terhadap idea tau gagasan
umum.Pemberian contoh terhadap suatu topik bahasan yang
relevan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan mudah
dipahami oleh audiens.

2) Perbandingan (persamaan dan perbedaan)


Anda dapat mengmbangkan suatu paragraf dengan cara
membandingkan persamaan maupun perbedaan terhadap suatu
pemikiran dengan pemikiran yang lain.

3) Pembahasan sebab-akibat
Pola pengembangan paragraf dengan sebab-akibat akan membantu
memberikan arah yang jelas terhadap suatu pokok bahasan
tertentu.

4) Klasifikasi
Paragraf dapat dikembangkan dengan cara melakukan klasifikasi
atau pengelompokan ide-ide umum ke dalam ide-ide yang lebih
khusus. Pola pengmbangan dengan pengelompokan ini akan
mempermudah pemahaman bagi pengirim pesan maupun penerima
pesan.

5) Pembahasan pemecahan masalah


Cara lain dalam pengembangan paragraf adalah dengan cara
menyajikan masalah, kemudian menjelaskan cara pemecahan
masalah tersebut. Cara pengembangan paragraf ini akan mampu
memberikan latihan analitis yang sangat perlu bagi seseorang
dalam pengambilan keputusan-keputusan penting bagi suatu
organisasi (Dewi, 2007).

21
DAFTAR PUSTAKA

Bovee, C. L. & Thill, J. V. 2007. Komunikasi Bisnis. Indeks. Jakarta.

Curtis, dan James J. Floyd, Jerry L. Winsor. 2002. Komunikasi Bisnis dan
Profesional, disunting oleh Prof. Dr. Yuyun Wirasasmita, M. Sc. Rosda.
Jakarta

Dewi, Sutrisna. 2007. Komunikasi Bisnis. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Guffey, Mary Ellen. 2006. Komunikasi Bisnis Proses dan Produk. Salemba
Empat. Jakarta.

Machfoedz, Mahmud. 2002. Komunikasi Bisnis. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Purwanto, Djoko. 2007. Korespondensi Bisnis Modern. Jakarta: Erlangga.

Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Sunarto SE.,MM. 2004. Komunikasi Bisnis Edisi Revisi 2. AMUS.Yogyakarta.

22
ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB BAB
SOSIAL
3
Tujuan Instruksional Khusus:

Setelah membaca modul ini mahasiswa mampu:


a. Menjelaskan definisi etika bisnis.
b. Menjelaskan pandangan prilaku etis.
c. Mamahami beberapa model etika dalam bisnis.
d. Menjelaskan definisi tanggung jawab sosial dan tanggung jawab sosial
perusahaan.
e. Menjelaskan alasan dan strategi pengelolaan tanggung jawab sosial
perusahaan.
f. Menganalisis manfaat dan pandangan terhadap tanggung jawab sosial
perusahaan.

A. Definisi Etika Bisnis

Menurut Franz Magniz dalam Suseno (1987), secara historis etika sebagai usaha
filsafat lahir dari ambruknya tatanan moral di lingkungan kebudayaan Yunani
2500 tahun lalu. Karena pandangan-pandangan lama tentang baik dan buruk tidak
lagi dipercayai, para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi
kelakukan manusia. Situasi itu juga berlaku pada zaman sekarang. Etika bukan
suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan filsafat atau
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
moral.

Menurut Bertens (2007), etika berasal dari bahasa Yunani kuno mempunyai
banyak arti yakni tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan,

23
adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta
etha) artinya adalah adat kebiasaan.

Yosephus (2010) mengatakan bahwa Etika Bisnis secara hakiki merupakan


Applied Ethics (etika terapan). Di sini, etika bisnis merupakan wilayah penerapan
prinsip-prinsip moral umum pada wilayah tindak manusia di bidang ekonomi,
khususnya bisnis. Jadi, secara hakiki sasaran etika bisnis adalah perilaku moral
pebisnis yang berkegiatan ekonomi. Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana
para pelaku bisnis bertindak secara moral dalam melakukan bisnisnya. Atau etika
bisnis mengacu pada tindakan bisnis yang benar sesuai dengan norma-norma yang
ada.

Nilai-nilai dasar yang menjadi tolak ukur etika bisnis adalah tingkah laku para
pengusaha dalam menjalankan usahanya. Apakah dalam usahanya mengambil
keuntungan dari masyarakat konsumen dilakukan melalui persaingan usaha yang
fair (jujur), transparent (terbuka), dan ethic (etis). Perbuatan yang termasuk dalam
kategori unethical conduct misalnya memberikan informasi yang tidak benar
mengenai bahan mentah, karakteristik/ciri dan mutu suatu produk,
menyembunyikan harta kekayaan perusahaan yang sebenarnya untuk menghindari
atau mengurangi pajak, membayar upah karyawan di bawah UMR, melakukan
persekongkolan tender, dan melakukan persaingan tidak sehat (Khairandy, 2008).

Beberapa prinsip etika bisnis menurut Keraf (2007), yaitu:

1) Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan
kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
Orang yang otonom adalah orang yang sadar sepenuhnya akan apa yang
menjadi kewajibannya dalam dunia bisnis. Orang yang otonom adalah orang
yang tahu aturan dan tuntutan sosial, tetapi bukan orang yang sekedar
mengikuti begitu saja apa yang berlaku dalam masyarakat atau mengikuti
begitu saja apa yang dilakukan orang lain. Untuk bertindak secara otonom,
diandaikan ada kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak

24
berdasarkan keputusan itu.

Dalam kerangka etika, kebebasan adalah syarat yang harus ada agar manusia
bisa bertindak secara etis. Hanya karena ia mempunyai kebebasan maka ia
dituntut untuk bertindak secara etis. Namun kebebasan saja belum menjamin
bahwa orang bisa bertindak secara otonom dan etis. Otonomi mengandaikan
juga adanya tanggung jawab. Jadi orang yang otonom adalah orang tidak
hanya sadar akan kewajibannya dan bebas, mengambil keputusan dan
tindakan berdasarkan kewajibannya, melainkan juga orang yang bersedia
mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya serta mampu
bertanggung jawab atas keputusan dan tindakannya, serta dampak dari
keputusan dan tindakan itu.

2) Prinsip Kejujuran
Dalam dunia bisnis kejujuran menemukan wujudnya dalam tiga aspek, yaitu:
Pertama, kejujuran terwujud dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan
kontrak. Kedua, kejujuran menemukan wujudnya dalam penawaran barang
dan jasa dengan mutu yang baik. Ketiga, kejujuran menyangkut pula
hubungan kerja dalam perusahaan. Dalam ketiga aspek wujud kejujuran tadi
terkait dengan erat dengan kepercayaan, karena kepercayaan yang dibangun di
atas prinsip kejujuran merupakan modal dasar usaha yang akan mengalirkan
keuntungan yang berlimpah. Keuntungan merupakan simbol kepercayaan dan
tanda terima kasih masyarakat dan mitra bisnis atas kejujuran kegiatan bisnis.

3) Prinsip Tidak Berbuat Jahat (non-maleficence) dan Prinsip Berbuat Baik


(beneficence)
Perwujudan kedua prinsip ini mengambil dua bentuk. Pertama, prinsip berbuat
baik menuntut agar secara aktif dan maksimal kita semua berbuat hal yang
baik bagi orang lain. Kedua, dalam wujudnya yang minimal dan pasif, sikap
ini menuntut agar kita tidak berbuat jahat kepada orang lain. Maksud dari
kedua prinsip di atas adalah bahwa secara maksimal orang bisnis dituntut
untuk melakukan kegiatan yang menguntungkan bagi orang lain (atau lebih
tepat, saling menguntungkan), tapi kalau situasinya tidak memungkinkan,
maka titik batas yang masih ditoleransi adalah tindakan yang tidak merugikan

25
pihak lain.
4) Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar kita memperlakukan orang lain sesuai dengan
haknya. Hak orang lain perlu dihargai dan jangan sampai dilanggar, persis
seperti kita pun mengharapkan agar hak kita dihargai dan tidak dilanggar.
Prinsip ini mengatur agar kita bertindak sedemikian rupa sehingga hak semua
orang terlaksana secara kurang lebih sama sesuai dengan apa yang menjadi
haknya tanpa saling merugikan.

5) Prinsip Hormat Kepada Diri Sendiri


Prinsip ini bukan bersifat egoistis, melainkan ingin menunjukkan bahwa tidak
etis jika kita membiarkan diri kita diperlakukan secara tidak adil, tidak jujur,
ditindas, diperas dan sebagainya. Jadi, sebagaimana kita sepantasnya tidak
boleh memperlakukan orang lain secara tidak adil, tidak jujur dan sebagainya,
kita pun berhak untuk memperlakukan diri kita dan diperlakukan secara baik.
Kita wajib membela dan mempertahankan kehormatan diri kita, jika martabat
kita sebagai manusia dilanggar.

B. Pandangan Prilaku Etis

Etika dibutuhkan dalam bisnis ketika manusia mulai menyadari bahwa


kemajuan dalam bidang bisnis justru telah menyebabkan manusia semakin tersisih
nilai-nilai kemanusiaannya (humanistic). Sehingga, di kalangan pelaku bisnis
muncul mitos bahwa bisnis adalah bisnis. Bisnis hanyalah mengabdi pada
keuntungan sebanyak-banyaknya (profit oriented).

Dalam kaitan ini Richard T De George dalam Panuju (1995) menyebutnya


sebagai mitos bisnis amoral. Telah bergulir suatu kesan, bahwa bisnis tidak boleh
(jangan) dicampuradukkan dengan moral. Publik dan hukum menuntut agar bisnis
memberlakukan “being ethical and social responsibility”. Dengan berlaku etis dan
mempunyai tanggung jawab sosial, bisnis akan langgeng dan akan terjadi
hubungan jangka panjang dengan pelanggan, pemasok, dan pihak lainnya.
Pelanggan akan membeli produk sebuah perusahaan yang mempunyai reputasi

26
terbaik dalam tanggung jawab sosial bilamana kualitas, pelayanan, dan harga
sama di antara para pesaing (Panuju, 1995).

Etika bisnis mempunyai pengaruh lebih luas daripada peraturan formal.


Melanggar atau melupakan masalah etika akan menghancurkan kepercayaan.
Kegiatan untuk mencari etika bisnis tersebut menyangkut empat macam kegiatan
(Keraf, 2007) yaitu:

1. Menerapkan prinsip-prinsip etika umum pada khususnya atau praktek-


praktek khusus dalam bisnis menyangkut apa yang dinamakan metaetika.
2. Menyoroti moralitas sistem ekonomi pada umumnya serta sistem ekonomi
suatu negara pada khususnya.
3. Meluas melampaui bidang etika
4. Menelaah teori ekonomi dan organisasi.

C. Model Etika Dalam Bisnis

Carroll dan Buchollz (2005) dalam Rudito (2007) membagi tiga tingkatan
manajemen dilihat dari cara para pelaku bisnis dalam menerapkan etika dalam
bisnisnya, antara lain:

1) Immoral Manajemen
Immoral manajemen merupakan tingkatan terendah dari model manajemen
dalam menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis. Manajer yang memiliki
manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali tidak mengindahkan apa yang
dimaksud dengan moralitas, baik dalam internal organisasinya maupun
bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya. Para pelaku bisnis yang
tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan
kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan
diri sendiri, baik secara individu atau kelompok mereka. Kelompok
manajemen ini selalu menghindari diri dari yang disebut etika. Bahkan hukum
dianggap sebagai batu sandungan dalam menjalankan bisnisnya.

27
2) Amoral Manajemen
Tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam manajemen adalah
amoral manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan
tipe manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika atau
moralitas. Ada dua jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu Pertama,
manajer yang tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral manager).
Tipe ini adalah para manajer yang dianggap kurang peka, bahwa dalam segala
keputusan bisnis yang diperbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung
akan memberikan efek pada pihak lain. Oleh karena itu, mereka akan
menjalankan bisnisnya tanpa memikirkan apakah aktivitas bisnisnya sudah
memiliki dimensi etika atau belum. Manajer tipe ini mungkin saja punya niat
baik, namun mereka tidak bisa melihat bahwa keputusan dan aktivitas bisnis
mereka apakah merugikan pihak lain atau tidak. Tipikal manajer seperti ini
biasanya lebih berorientasi hanya pada hukum yang berlaku, dan menjadikan
hukum sebagai pedoman dalam beraktivitas.

Kedua, tipe manajer yang sengaja berbuat amoral. Manajemen dengan pola ini
sebenarnya memahami ada aturan dan etika yang harus dijalankan, namun
terkadang secara sengaja melanggar etika tersebut berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan bisnis mereka, misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain.
Namun manajer tipe ini terkadang berpandangan bahwa etika hanya berlaku
bagi kehidupan pribadi kita, tidak untuk bisnis. Mereka percaya bahwa
aktivitas bisnis berada di luar dari pertimbangan-pertimbangan etika dan
moralitas.

3) Moral Manajemen
Tingkatan tertinggi dari penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis
adalah moral manajemen. Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan
moralitas diletakkan pada level standar tertinggi dari segala bentuk prilaku dan
aktivitas bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tipe ini hanya menerima
dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku namun juga terbiasa meletakkan
prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya.

28
Seorang manajer yang termasuk dalam tipe ini menginginkan keuntungan
dalam bisnisnya, tapi hanya jika bisnis yang dijalankannya secara legal dan
juga tidak melanggar etika yang ada dalam komunitas, seperti keadilan,
kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang berlaku. Hukum bagi
mereka dilihat sebagai minimum etika yang harus mereka patuhi, sehingga
aktifitas dan tujuan bisnisnya akan diarahkan untuk melebihi dari apa yang
disebut sebagai tuntutan hukum.

Manajer yang bermoral selalu melihat dan menggunakan prinsip-prinsip etika


seperti, keadilan, kebenaran, dan aturan-aturan emas (golden rule) sebagai
pedoman dalam segala keputusan bisnis yang diambilnya.

D. Definisi Tanggung Jawab Sosial

Menurut Soeharto Prawirokusumo (2003), tanggung jawab sosial adalah sebuah


konsep yang luas yang berhubungan dengan kewajiban perusahaan atau organisasi
dalam memaksimumkan impact positif terhadap masyarakatnya. Tanggung jawab
sosial para pelaku usaha dalam suatu perusahaan terdiri atas empat dimensi
tanggung jawab yaitu; ekonomi, hukum, etika dan philanthropies. Dari perspektif
ekonomi, semua perusahaan harus bertanggung jawab kepada para shareholder,
karyawan, dan masyarakat sekelilingnya dalam hal pendapatan karyawan dan
tersedianya pekerjaan. Kedua tanggung jawab tersebut di atas merupakan
tanggung jawab pokok perusahaan yang memperkokoh terjadinya tanggung jawab
etika dan kegiatan philanthropies.

Menaati aturan permainan dan kesopanan umum serta tidak melakukan suatu
kecurangan dan tipu muslihat sebenarnya sudah mengandung arti bahwa
perusahaan sampai batas tertentu mempunyai tanggung jawab moral. Pemerintah
yang bertugas mengawasi perilaku moral perusahaan, dan tidak mempersyaratkan
tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih besar (Ketut, 2004).

Sony Keraf (2007) membagi isi tanggung jawab sosial perusahaan ke dalam dua
kategori, yakni:

29
1. Terhadap relasi primer, misalnya memenuhi kontrak yang sudah dilakukan
dengan perusahaan lain, memenuhi janji, membayar utang, memberi
pelayanan kepada konsumen dan pelanggan secara memuaskan, bertanggung
jawab dalam menawarkan barang dan jasa kepada masyarakat dengan mutu
yang baik, memperhatikan hak karyawan, kesejahteraan karyawan dan
keluarganya, meningkatkan keterampilan dan pendidikan karyawan, dan
sebagainya.
2. Terhadap relasi sekunder: Bertanggung jawab atas operasi dan dampak bisnis
terhadap masyarakat pada umumnya, atas masalah-masalah sosial, seperti:
lapangan kerja, pendidikan, prasarana sosial, dan pajak.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)


dapat didefinisikan sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan
eksternal perusahaan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka
penjagaan lingkungan, norma masyarakat, partisipasi pembangunan, serta
berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya.

Selain definisi diatas masih ada definisi lain mengenai CSR yakni sebuah
komitmen perusahaan dalam pengembangan ekonomi yang berkesinambungan
dalam kaitannya dengan karyawan beserta keluarganya, masyarakat sekitar dan
masyarakat luas pada umumnya, dengan tujuan peningkatan kualitas
hidup mereka (WBCSD, 2002). Sedangkan menurut Commission of The
European Communities 2001, mendefinisikan CSR sebagai aktifitas yang
berhubungan dengan kebijakan kebijakan perusahaan untuk mengintegrasikan
penekanan pada bidang sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan
interaksi dengan stakeholder.

Menurut Carrol tanggung jawab sosial, dari sudut pandang strategisnya bahwa
suatu perusahaan bisnis perlu mempertimbangkan tanggung jawab sosialnya bagi
masyarakat dimana bisnis menjadi bagiannya. Ketika bisnis mulai mengabaikan
tanggung jawabnya, masyarakat cenderung menanggapi melalui pemerintah untuk
membatasi otonomi bisnis.

30
Carroll menyatakan bahwa manajer organisasi bisnis memiliki empat tanggung
jawab yakni :
1. Tanggung jawab ekonomi yakni memproduksi barang dan jasa yang bernilai
bagi masyarakat.
2. Tanggung jawab hukum yakni perusahaan diharapkan mentaati hukum yang
ditentukan oleh pemerintah
3. Tanggung jawab etika yakni perusahaan diharapkan dapat mengikuti keyakinan
umum mengenai bagaimana orang harus bertindak dalam suatu masyarakat.
4. Tanggung jawab kebebasan memilih yakni tanggung jawab yang diasumsikan
bersifat sukarela.

Dari keempat tanggung jawab tersebut, tanggung jawab ekonomi dan hukum
dinilai sebagai tanggung jawab dasar yang harus dimiliki perusahaan. Setelah
tanggung jawab dasar terpenuhi maka perusahaan dapat memenuhi tanggung
jawab sosialnya yakni dalam hal etika dan kebebasan memilih.

Terdapat dua pandangan tentang kepada siapa organisasi bertanggung jawab


sosial, yaitu sebagai berikut :
1. Model Pemegang saham (Shareholder)
Pandangan tentang tanggung jawab social yang menyebutkan bahwa
sasaran organisasi yang utama adalah memaksimalkan keuntungan bagi
manfaat para pemegang saham. Lebih spesifik lagi, apabila keuntungan
meningkat, maka nilai saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang
saham akan meningkat juga.
2. Model Pihak yang berkepentingan (Stakeholder)
Teori tentang tanggung jawab social perusahaan yang mengatakan bahwa
tanggung jawab manajemen yang terpenting, kelangsungan hidup jangka
panjang (bukan hanya memaksimalkan laba), dicapai dengan memuaskan
keinginan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan
(bukan hanya pemegang saham).

31
E. Alasan Perusahaan Menerapkan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Ada beberapa alasan mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk menerapkan


CSR sebagai bagian dari aktifitas bisnisnya, yakni :
1. Moralitas : Perusahaan harus bertanggung jawab kepada banyak pihak
yang berkepentingan terutama terkait dengan nilai-nilai moral dan
keagamaan yang dianggap baik oleh masyarakat. Hal tersebut bersifat
tanpa mengharapkan balas jasa.
2. Pemurnian Kepentingan Sendiri : Perusahaan harus bertanggung jawab
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan karena pertimbangan
kompensasi. Perusahaan berharap akan dihargai karena tindakan tanggung
jawab mereka baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Teori Investasi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap
stakeholder karena tindakan yang dilakukan akan mencerminkan kinerja
keuangan perusahaan.
4. Mempertahankan otonomi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap
stakeholder untuk menghindari campur tangan kelompok-kelompok yang
ada didalam lingkungan kerja dalam pengambilan keputusan manajemen.

F. Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

1. Strategi Reaktif
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab
sosial cenderung menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab
social. Contohnya, perusahaan tembakau di masa lalu cenderung untuk
menghindarkan diri dari isu yang menghubungkan konsumsi rokok dengan
peluang penyakit kanker. Akan tetapi, karena adanya peraturan pemerintah
unuk mencantumkan bahaya rokok setiap iklan, maka hal tersebut
dilakukan oleh perusahaan rokok.

2. Strategi Defensif
Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
perusahaan terkait dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum

32
untuk menghindarkan diri atau menolak tanggung jawab sosial.
Perusahaan yang menghindarkan diri dari tanggung jawab limbah saja
berargumen melalui pengacara yang disewanya untuk mempertahankan
diri dari tuntutan hukum dengan berargumen bahwa tidak hanya
perusahaannya saja yang membuang limbah ke sungai ketika lokasi
perusahaan tersebut beroperasi, terdapat juga prusahaan lain yang
beroperasi.

3. Strategi Akomodatif
Strategi Akomidatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan
perusahaan dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan
sekitar akan hal tersebut.Tindakan seperti ini terkait dengan strategi
akomodatif dalam tanggung jawab sosial.contoh lainnya,perusahaan
perusahaan besar pada era orde baru dituntut untuk memberikan pinjaman
kredit lunak kepada para pengusaha kecil, bukan disebabkan karena
adanya kesadaran perusahaan, akan tetapi sebagai langakah akomodatif
yang diambil setelah pemerintah menuntut para korporat untuk lebih
memperhatikan pengusaha kecil.

4. Strategi Proaktif
Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab social adalah bagian dari
tanggung jawab untuk memuaskan stakeholders.
Jika stakeholders terpuaskan, maka citra positif terhadap perusahaan akan
terbangun. Dalam jangka panjang perusahaan akan diterima oleh
masyarakat dan perusahaan tidak akan khawatir akan kehilangan
pelanggan, justru akan berpotensi untuk menambah jumlah pelanggan
akibat citra positif yang disandangnya. Langkah yang dapat diambil oleh
perusahaan adalah dengan mengambil inisiatif dalam tanggung jawab
sosial, misalnya dengan membuat khusus penanganan limbah, keterlibatan
dalam setiap kegiatan sosial lingkungan masyarakat atau dengan
membarikan pelatihan terhadap masyarakat di sekitar lingkungan
masyarakat.

33
G. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

1. Manfaat bagi Perusahaan


Citra positif perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah. Kegiatan
perusahaan dalam jangka panjang akan dianggap sebagai kontribusi positif
di masyarakat. Selain membantu perekonomian masyarakat, perusahaan
juga akan dianggap bersama masyarakat membantu dalam mewujudkan
keadaan lebih baik di masa yang akan datang. Akibatnya ,perusahaan
justru akan memperoleh tanggapan yang positif setiap kali menawarkan
sesuatu kepada masyarakat. Perusahaan tidak saja dianggap sekedar
menawarkan produk untuk dibeli masyarakat, tetapi juga dianggap
menawarkan sesuatu yang membawa perbaikan masyarakat.

2. Manfaat bagi Masyarakat


Selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan masyarakat
dengan perusahaan akan lebih erat dalam situasi win-win solution.
Artinya terdapat kerjasama yang saling menguntungkan ke dua pihak.
Hubungan bisnis tidak lagi dipahami sebagai hubungan antara pihak yang
mengeksploitasi dan pihak yang tereksploitasi, tetapi hubungan kemitraan
dalam membangun masyarakat lingkungan kebih baik. Tidak hanya di
sector perekonomian, tetapi juga dlam sektor sosial, pembangunan dan
lain-lain.

3. Manfaat bagi Pemerintah


Memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dari pemerintah dalam
hal tanggung jawab sosial. Pemerintah pada akhirnya tidak hanya
berfungsi sebagai wasit yang menetapkan aturan main dalam hubungan
masyarakat dengan dunia bisnis, dan memberikan sanksi bagi pihak yang
melanggarnya. Pemerintah sebagai pihak yang mendapat legtimasi untuk
mengubah tatanan masyarakat agar ke arah yang lebih baikakan
mendapatkan partner dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut.
Sebagian tugas pemerintah dapat dilaksanakan oleh anggota masyarakat,
dalam hal ini perusahaan atau organisasi bisnis.

34
H. Pandangan Terhadap Tanggung Jawab Sosial

Pandangan Tradisional
Menilik sejarahnya, gerakan CSR yang berkembang pesat selama dua puluh tahun
terakhir ini lahir akibat desakan organisasi-organisasi masyarakat sipil dan
jaringannya di tingkat global. Keprihatinan utama yang disuarakan adalah
perilaku korporasi, demi maksimalisasi laba, lazim mempraktekkan cara-cara
yang tidak fair dan tidak etis, dan dalam banyak kasus bahkan dapat dikategorikan
sebagai kejahatan korporasi. Beberapa raksasa korporasi transnasional sempat
merasakan jatuhnya reputasi mereka akibat kampanye dalam skala global tersebut.

Pertemuan Yohannesburg tahun 2002 yang dihadiri para pemimpin dunia


memunculkan konsep social responsibility, yang mengiringi dua konsep
sebelumnya yaitu economic dan environment sustainability. Ketiga konsep ini
menjadi dasar bagi perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya
(Corporate Social Responsibility). Pertemuan penting UN Global Compact di
Jenewa, Swiss, Kamis, 7 Juli 2007 yang dibuka Sekjen PBB mendapat perhatian
media dari berbagai penjuru dunia. Pertemuan itu bertujuan meminta perusahaan
untuk menunjukkan tanggung jawab dan perilaku bisnis yang sehat yang dikenal
dengan corporate social responsibility. Sesungguhnya substansi keberadaan CSR
adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan
jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan
tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat
sekitarnya. Atau dalam pengertian kemampuan perusahaan untuk dapat
beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang terkait
dengannya, baik lokal, nasional, maupun global. Karenanya pengembangan CSR
kedepan seyogianya mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan

Ada dua konsep awal yang sejak dulu menjadi landasan-landasan perusahaan-
perusahaan dalam menjalankan praktik tanggung jawab sosial. Di satu sisi, ada
pihak yang mengatakan bahwa urusan bisnis adalah menjalankan bisnis saja.
Pandangan seperti ini dipopulerkan oleh Milton Friedman. Menurut Friedman,
hanya ada satu tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu menggunakan sumber

35
daya dengan aktivitas-aktivitas yang bisa mendapatkan dan meningkatkan laba
perusahaan, sepanjang semuanya sesuai aturan yang ada, terbuka, dan bersaing
bebas tanpa kecurangan. Pemerintah dapat mengatur berbagai aturan main tentang
cara operasi yang tidak merusak lingkungan dan mengganggu masyarakat, tentang
perpajakan, tentang penggunaan tenaga kerja, dan lain-lain. Perusahaan tinggal
mengikutinya. Jadi, pandangan mendirikan dan menjalankan bisnis seperti ini
motifnya sungguh-sungguh untuk motif ekonomi semata.

Pandangan ini sekaligus juga menyiratkan bahwa kalau upaya perusahaan


motifnya bukan ekonomi (misalnya untuk kesejahteraan masyarakat sekitar),
suatu saat perusahaan bisa memiliki kemungkinan merugi karena meningkatnya
biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Kalau biaya meningkat, perusahaan
akan meningkatkan harga-harga menjadi mahal. Apalagi persaingan yang
dihadapi perusahaan juga tidak mudah. Jadi, ketimbang mengeluarkan uang
banyak untuk layanan sosial, lebih baik perusahaan menggunakannya untuk
pengembangan produk dan sejenisnya. Sementara itu, masyarakat pada dasarnya
bisa berpartisipasi, menikmati keuntungan atas operasi perusahaan dengan
mekanisme “go public” dari perusahaan. Lantas siapa yang harus mengurusi
masyarakat dan urusan sosial lainnya?. Bagi pendukung pandangan seperti ini,
untuk urusan sosial dan lingkungan seharusnya hanya menjadi urusan pemerintah.

Pandangan Sosio ekonomi


Ada pandangan yang menyebutkan bahwa kalangan bisnis selayaknya memiliki
tanggung jawab yang lebih. Pandangan ini disebut sebagai sosioeconomics view.
Ada empat pokok pikiran dari pandangan ini, yaitu :
a. Tanggung jawab perusahaan lebih daris ekedar menciptakan laba, yaitu
perusahaan juga terlibat untuk urusan menjaga dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
b. Perusahaan pada dasarnya bukan pihak independen yang hanya bertanggung
jawab kepada pemegang sahamnya.
c. Perusahaan seharusnya memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat
yang lebih luas, baik untuk urusan sosial, hukum, dan berbagai masalah
perpolitikan.

36
d. Perusahaan haruslah melakukan hal-hal yang “baik dan benar” dan bermanfaat
bagi masyarakat dalam menjalankan usahanya.

Salah satu pihak yang menjadi pengusung pandangan sosioeconomics view ini
adalah Archie Carrol yang mengaitkan tanggung jawab sosial perusahaan dan
tanggung jawab perusahaan terdiri dari empat level.
1. Tanggung jawab ekonomi; menghasilkan barang dan jasa yang bernilai bagi
masyarakat sehingga perusahaan dapat membayar pada pemegang saham dan
kreditornya.
2. Tanggung jawab legal; ditentukan pemerintah melalui produk hukum dan
dipatuhi oleh perusahaan. Di tingkat ini perusahaan bagaimanapun harus
mematuhi apapun peraturan perusahaan terkait dengan operasinya. Perusahaan
dianjurkan untuk peraturan ini akan membawa manfaat sendiri bagi
perusahaan. Misalnya, sebuah perusahaan yang menggunakan bahan-bahan
kimia, saat mengelola limbahnya, dianjurkan untuk mematuhi aturan
pemerintah tentang ambang batas.
3. Tanggung jawab etika; adalah mengikuti kepercayaan yang berlaku tentang
perilaku tertentu di masayarakat. Di sinilah urutan selanjutnya berada, di mana
perilaku perusahaan sangat ditentukan oleh perlakuan utama dari
mahasiswanya.
4. Tanggung jawab diskresi; adalah sesuatu yang secara murni dan sukarela tapi
perusahaan memperlakukannya sebagai suatu yang wajib.

Bagi Carrol, dua tanggung jawab yang terakhir inilah yang disebut
tanggung jawab sosial. Dan keempat tanggung jawab ini menurut Carrol harus
berlangsung berurutan. Sebuah perusahaan baru bisa menjalankann diskresi,
kalau ia sudah mampu menjalankan tanggung jawab yang ada sebelumnnya.
Meskipun begitu, sesuatu yang dianggap tanggung jawab sosial, bisa saja suatu
saat menjadi legal. Untuk kasus Indonesia, perusahaan-perusahaan yang
bergerak dalam industry memanfaatkan sumber daya alam yang bergerak
dalam industry pertambangan, aktivitas CSR dianggap sebagai sesuatu yang
menjadi keharusan.

37
Pandangan kedua ini muncul karena bergesernya paradigma dalam memandang
bisnis dan kehidupan. Masyarakat, bergeser dari homoeconomicus, yang
disampaikan oleh Friedman, ke greedy economic animal. Dalam menjalankan
bisnisnya, pengusaha sering kali menjadi tamak dan akhirnya mengorbankan
dan bahkan merugikan kepentingan pihak lain. Hanya karena mencari untung,
kepentingan buruh ditekan, dan dibayar dengan semena-mena dan tidak
manusiawi. Karena ingin mengejar keuntungan, peraturan-peraturan
pemerintah dicari celahnnya, pemerintah yang mengawasi dikelabui, sementara
masyarakat sekitar mungkin terkena dampak negatifnya. Contoh lain, hanya
karena ingin untung, perusahaan melakukan persaingan yang tidak sehat
dengan cara kampanye yang negative atas produk-produk pesaing. Intinya, apa
yang dilihat Friedman bahwa perusahaan bisa berjalan tanpa berbuat
kecurangan menjadi sulit diterapkan karena perusahaan menjadi
mengahalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan.

DAFTAR PUSTAKA

K, Bertens. 2007. Etika. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Keraf, Sony. 2007. Etika Bisnis. Kanisius: Yogyakarta (halaman 74- 81)

Khairandy, Ridwan. 2007. Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum. Jurnal


Hukum Bisnis, Volume 26 Nomor 3

L, Sinuor Yosephus. 2010. Etika Profesis Bisnis


Pendekatan Filsafat Moral terhadap Perilaku Pebisnis Kontemporer.
Obor: Jakarta

Panuju, Rendi. 1995. Komunikasi Bisnis. PT.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Prawirokusumo, Soeharto. 2003. Perilaku Bisnis Modern – Tinjauan pada Etika


Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial”. Jurnal Hukum Bisnis (halaman 83)

Rindjin, Ketut. 2004. Etika Bisnis dan Implementasinya. Gramedia Pustaka


Umum: Jakarta (halaman 83)

38
Rudito, Bambang. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di
Indonesia. Kanesius: Yogyakarta

Suseno. 1987. Etika Dasar; Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Kanisius:


Yogyakarta (halaman 15)

Disertasi Js. Drs. Ongky Setio Kuncono, MM, MBA, Pengaruh Etika Confucius
Terhadap Kewirausahaan, Kemampuan Usaha dan Kinerja Usaha
Pedagang Eceran Etnis Tionghoa di Surabaya

39
BAB
LAPORAN BISNIS

4
Tujuan Instruksional Khusus:

Setelah membaca modul ini mahasiswa mampu:


a. Menjelaskan definisi dan karakteristik laporan bisnis.
b. Menyebutkan fungsi, prinsip dan jenis laporan yang baik.
c. Menjelaskan pokok-pokok bagian laporan.
d. Memahami pengorganisasian isi laporan.

Menurut (Dwiwibawa, 2008), laporan merupakan bentuk pertanggungjawaban


terhadap suatu kegiatan, setelah kegiatan selesai hendaknya di buat laporan
pertanggungjawaban. Laporanadalahpenyampaianinformasibaiksecaralisan,
tertulisataupun visual dariseorangpejabatkepadapejabat lain
dalamsuatusistemadministrasi.

Menurut ( Herta A. Murphy dalam Djoko ,2007), laporan bisnis adalah suatu
laporan yang memiliki sifat netral, tidak memihak, memiliki tujuan yang jelas,
dan berisi rencana penyajian fakta kepada seorang atau lebih untuk tujuan bisnis
tertentu.Menurut (Himstreetdalam Djoko, 2007)laporan bisnis adalah suatu pesan-
pesan objektif yang dissusun secara teratur dan digunakan untuk menyampaikan
informasi dari suatu bagian organisasional atau dari satu institusi atau lembaga
kelembagaan yang lain guna membantu pengambilan keputusan atau pemecahan
masalah.

Penulisan laporan bisnis digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan, antara


lain:
a. Untuk memonitor dan mengendalikan operasional perusahaan.
b. Untuk membantu mengimplementasikan kebijakan-kebijakan dan

40
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan perusahaan.
c. Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan hukum dan peraturan-
peraturan yang berlaku bagi perusahaan.
d. Untuk mendokumentasikan prestasi kerja yang diperlukan baik bagi keperluan
internal maupun eksternal.
e. Untuk menganalisis informasi dan memberikan bimbingan bagi
pengambilan keputusan-keputusan atas masalah tertentu.
f. Untuk memperoleh sumber pendanaan atau membuka bisnis baru

Karakteristik laporan bisnis adalah: netral, tidak memihak, objektif, berisi


penyampaian informasi baik interent maupun ekstern, biasanya diminta oleh
orang- orang yang memiliki wewenang yang lebih tinggi dan memiliki tujuan
tertentu yaitu membantu pemecahan masalah dan pengambilan keputusan serta
disusun secara sistematis.

Laporan fakta meliputi kejadian- kejadian, kondisi, mutu perkembangan, hasil,


produk, masalah, atau saran pemecahan. Dengan mengirim laporan fakta,
pengirim pesan dapat membantu penerima memahami situasi bisnis yang
kompleks, menyelesaikan tugas- tugas teknik atau operasional merencanakan
prosedur- prosedur dan pemecahan masalah.

Adapun Prinsip laporan yang baik (berkualitas), yaitu;


 Prinsip pertanggung jawaban, ruang lingkup pelaporan meliputi segala
sesuatu yang berkaitan dengan tanggung jawab atas pemberian mandat,
delegasi wewenang amanah.
 Prinsip pengecualian, yang dilaporkan adalah hal-hal yang penting dan
relevan dengan pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban.
 Prinsip perbandingan, laporan harus dapat memberikan gambaran
kedaan masa yang dilaporkan dibandingkan dengan periode lain atau
unit lain.
 Prinsip akuntabilitas, prinsip ini mensyaratkan hal-hal yang dominan
yang membuat keberhasilan atau kegagalan yang terutama perlu
dilaporkan.

41
 Prinsip manfaat. Maksudnya manfaat yang diharapkan dari laporan itu
harus lebih besar dari biayanya.

Ada 4 fungsi laporan antaralain :


1. Fungsi informasi
Memberikan gambaran menyeluruh mengenai perkembangan
organisasi serta kelebihan dan kekurangannya.
2. Fungsi Pengawasan
Menunjukan sesuatu segi atau aspek yang perlu disempurnakan untuk
kelancaran kegiatan organisasi.
3. Fungsi Pertanggung Jawaban
Menyajikan gambaran dan kesimpulan penting pelaksanaan tugas
4. Fungsi Pengambilan keputusan
Menyediakan berbagai data yang diperlu-kan untuk pembuatan
keputusan dan tindakan yang tepat.

Menurut ( Djoko Purwanto, 2006 ),penggolongan Jenis Laporan terdiri dari :


1. Menurut fungsinya.
Jenis laporan menurut fungsinya terdiri Laporan Informasional dan
Laporan Analitis.
 Laporan informasional adalah laporan yang member informasi,
menyajikan fakta-fakta tanpa melakukan analisis, tanpa kesimpulan,
dan tanpa memberikan rekomendasi.
 Laporan Analisis adalah laporan yang menyajikan fakta, menganalisis
dan menginterprestasikan, kemudian menyimpulkan dan memberi
rekomendasi.
Contoh : laporan kemajuan pekerjaan, Rekomendasi dan proposal.

2. Laporan menurut Subjeknya


Laporan menurut subjeknya adalah laporan yang didasarkan menurut
departemen atau unit tempat laporan itu diperoleh.
Contoh-contohnya adalah laporan akuntansi, laporan personalia, laporan
produksi dan sebagainya.

42
3. Laporan menurut Formalitasnya
Laporan jenis ini dapat dibedakan atas laporan formal atau laporan laporan
panjang (pada umumnya lebih dari 10 halaman) dan laporan nonformal
atau laporan singkat.
Laporan formal umumnya panjang yaitu lebih dari 10 halaman, sehingga
disebut laporan panjang (long report).Laporan formal mencakup tiga
bagian penting:
a. Prefatory part,sampul, judul, daftarisi, surat kewenangan/persetujuan,
abstraksi, rangkuman eksekutif, daftar tabel, daftar gambar.
b. Body tex, pendahuluan, isi, penutup.
c. Supplementpart, lampiran, daftar pustaka, catatan akhir, daftar istilah,
indeks
Laporan informal biasanya hanya menyangkut badan teks dan pendek,
sehingga disebut laporan pendek (short report).

4. Menurut keasliannya
 Laporan Otoritas : laporan yang dibuat atas dasar permintaan atau kuasa
dari orang lain.
 Laporan sukarela : inisiatif dari pembuat laporan itu sendiri.
 Laporan swasta : laporan yang dibuat oleh organisasi atau perusahaan
swasta.
 Laporan public : disusun oleh lembaga pemerintah atau lembaga yang
dibiayai Negara.

5. Menurut frekuensinya
Terdiri dari laporan berkala dan laporan khusus
 Laporan Berkala yaitu laporan yang disusun harian, mingguan, bulanan,
semesteran, tahunan.contoh: laporan penjualan
 Laporan Khusus : laporan atas kejadian yang unik(khusus) seperti
laporan mengenai krisis dalam perusahaan.

6. Menurut jenisnya
Suatu laporan dipengaruhi oleh formalitas dan panjangnya laporan.

43
 Laporan infomal meliputi laporan memorandum, laporan surat, dan
laporan cetak. laporan formal sering disebut dengan laporan panjang.
 Laporan surat merupakan suatu laporan yang menggunakan format
surat dengan kepala surat. Laporan dalam bentuk cetakan mempunyai
judul yang sudah tercetak, instruksi, baris-baris kosong. Laporan formal
biasanya lebih panjang daripada laporan informal.

7. Menurut Kegiatan Projek


Dalam melakukan suatu proyek, terdapat tiga jenis laporan,yaitu
laporanpendahuluan, laporan perkembangan, dan laporan akhir.

8. Laporan menurut Pelaksanaan Pertemuan


Yang termasuk ke dalam laporan jenis ini adalah agenda, resolusi, notulen,
dan laporan pertemuan.
 Agenda : suatu dokumen yang ditulis sebelum pertemuan
berlangsung, dan biasanya terdiri atas jadwal pelaksanaan dan topic
yang akan dibahas dalam pertemuan sehingga akan membantu peserta
dalam persiapan.
 Resolusi merupakan laporan singkat secara formal berisi hasil
consensus suatu pertemuan.
 Notulen adalah laporan resmi dalam suatu pertemuan yang telah
berlangsung yang mencakup semua hal yang terjadi dalam suatu
pertemuan. Mencakup pembahasan yang lebih luas dan berisi hasil
pertemuan atau konferensi penting.
 Laporan pertemuan merupakan laporan resmi yang mencakup bahasan
yang lebih luas dan berisi hasil pertemuan atau konfrensi penting.

Menurut (Djokopurwanto , 2006), bagian pokok laporan bisnis antara lain :


1. Pendahuluan
Terdapat sebelas hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain :
a. pemberi kuasa
b. layout atau rencana presentasi
c. masalah

44
d. maksud
e. ruang lingkup
f. metodologi
g. sumber-sumber primer atau sekunder
h. latar belakang
i. definisi istilah
j. keterbatasan
k. rekomendasi
2. Teks
Isi teks adalah bagian terpanjang dari suatu laporan bisnis yang dapat
membantu anda mencapai maksud penulisan laporan bisnis. Penulisan
laporan bisnis yang baik, harus mencakup temuan fakta yang penting dan
relevan serta membuang hal-hal yang tidak perlu dan tidak relevan dengan
maksud penulisan laporan bisnis tersebut.
3. Penutup
Bagian penutup berfungsi untuk merangkum laporan secara menyeluruh,
mengambil kesimpulan, atau memberi rekomendasi. Pengambilan
kesimpulan harus didasarkan pada isi teksnya dan tidak memasukkan
bahan-bahan yang baru, yang sama sekali belum dibahas dalam bagian
pembahasan. Pada bagian
penutup, informationalreport disebutrangkuman dan analytical
report disebut kesimpulan, rekomendasi,
ataukesimpulan dan rekomendasi. Bagian penutup sendiri diberi judul
rencana tindakan atau proposisi.

a. Rangkuman
Berisi ringkasan pembahasan secara menyeluruh.kadang kala hanya
berisi point-poin yang penting, kekuatan dan kelemahan atau manfaat
dan kerugian.
b. Kesimpulan
Berisi evaluasi secara ringkas fakta – fakta yang dibahas tanpa
memasukkan pendapat pribadi kita sebagai penulis.

45
c. Rekomendasi
Menyarankan suatu program tindakan yang didasarkan pada
kesimpulan yang dibuat.
d. Rencana Tindakan
Merupakan pernyataan terakhir yang mencakup waktu pelaksanaan
program, anggaran yang diperlukan dan orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap program yang
Menurut (Widyamartaya dan Vero, 2005), adapun syarat yang harus dimiliki
dalam laporan adalah :
1. Cermat, artinya laporan harus memuatdata yang cermat baik data kualitatif
maupun kuantitatif
2. Jelas, laporandikatakanjelas, uraiannyamudahdimengerti, dan
tidakmemberipeluangtimbulnyapenafsiran yang berbeda-beda
3. Akurat dan Lengkap, dalam arti mengandung semua data yang relevan dan
diperlukan
4. Singkat, isinya tidak berbelit-belit dan hanya berisikan butir-butir
informasi yang sesuai persyaratan yang ditetapkan dan menguraikan hal-
hal yang nyata dan perlu disampaikam.
5. Tepat waktu, mengindahkan faktor ketepatan waktu penyampaian, karena
laporan akan berkurang bahkan hilang manfaatnya apabila disampikan
melampaui waktu yang telah ditetapkan.
6. Disusun secara jujur , obyektif, dan transparan
7. Sederhana
Sebuah laporan hendaknya dapat menyederhanakan persoalan dengan
bahasa yang mudah di mengerti

Menurut (Djoko Purwanto ,2006 )Persiapan Penulisan Laporan Bisnisterdiri dari


4 tahap, yaituTahap Sebelum Penulisan Laporan Bisnis adalah :
a. Definisikan Masalah, Tujuan, dan Ruang Lingkup. Perencanaan adalah
melakukan analisis masalah, yang mencakup tujuan penyusunan laporan.
b. Pertimbangkan Siapa yang akan Menerima Laporan. Menentukan Ide atau
Gagasan. Tuliskan semua ide yang terlintas secara umum. Kemudian
buatlah laporan berdasarkan rencana kerja yang rinci.

46
c. Mengumpulkan Bahan yang Diperlukan. Mengumpulkan fakta yang
diperlukan dari sumber-sumber yang dapat dipercaya.
d. Mengorganisasi Data dan Mempersiapkan Kerangka Akhir.

Pengorganisasian Laporan Bisnis menurut (Djoko Purwanto 2006) Ada 2 cara


yang dapat digunakan untuk menyusun isi laporan bisnis yaitu cara deduksi
(langsung) dan cara induksi (tak langsung).
1. Cara Deduksi
Menyampaikan ide pokok dan rekomendasi terlebih dahulu,setelah itu baru
dijelaskan hal – hal yang rinci.Digunakan pada kriteria pembaca:
a. Esekutif yang sibuk,ingin berita segera,
b. Ingin mengetahui berita baik atau informasi netral,
c. Ingin menganalisa data dengan baik ketika analisa laporan berada
diawal.
2. Cara induksi
Menjelaskan fakta – fakta yang ada terlebih dahulu,kemudian memberikan
ide pokok, kesimpulan dan rekomendasi.Digunakan pada kriteria
pembaca:
a. Ingin mengetahui penjelasan secara rinci terlebih dahulu,
b. Ingin mengetahui kesimpulan yang kurang menyenangkan,
c. Perlu membaca laporan secara keseluruhan bukan awalnya saja.
Cara Menyususn Teks Laporan Bisnis. Cara mengembangkan teks dengan
berbagai cara berikut ini:
a. Membuat Topik-topik atau Kriteria
b. Menyusun Urutan suatu Peristiwa atau Kejadian-kejadian
c. Mendeskripsikan Lokasi atau Tempat
d. Menjelaskan suatu Proses atau Prosedur
e. Menyusun Urutan Tingkat Pentingnya secara Alfabet
f. Menyusun Urutan Tingkat Familiaritas
g. Menyusun Sumber-sumber yang Digunakan
h. Pemecahan Masalah

47
DAFTAR PUSTAKA

Dwiwibawa F. 2008. Latihan Dasar Kepemimpinan. Kanisius: Yogyakarta (Hal


73).

Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis Edisi Ke 3. Erlangga: Jakarta (Hal


266-268).

Purwanto , Djoko. 2007. Korespondensi Bisnis Modern. Esensi Erlangga Group:


Jakarta (Hal 122).

Purwanto, Djoko. 2008. Panduan Lengkap Memasuki Dunia Kerja. Esensi


Erlangga Group: Jakarta (Hal79).

Widyamartaya dan Vero. 2005. Mahir Menulis Berbagai Laporan. Kanisius:


Yogyakarta (Hal 9).

http://yosephlaporan.blogspot.com/2012/01/penulisan-laporan-bisnis.html
Diunduh pada tanggal 09/05/2013 19.25

http://toga-manulang.blogspot.com/2010/11/komunikasi-bisnis-penulisan-
laporan.html Diunduh pada tanggal 09/05/2013 19.25

http://bayuksukses.blogspot.com/2008/12/penulisan-laporan-bisnis.html Diunduh
pada tanggal 09/05/2013 19.25

48
BAB
PENULISAN RESUME DAN LAMARAN
KERJA
5
Tujuan Instruksional Khusus:

Setelah membaca modul ini mahasiswa mampu:


a. Menjelaskan persiapan dan pengorganisasian penulisan resume.
b. Memahami cara penulisan surat lamaran kerja.
c. Memahami kerangka surat lamaran kerja.
d. Memahami tips bagi pelamar kerja.

ISI DAN PEMBAHASAN

Resume atau biasa juga disebut daftar riwayat hidup merupakan salah satu hal
yang penting bagi seseorang yang sedang melamar kerja. Resume adalah bagian
pertama yang akan dibaca dan diperhatikan oleh pihak penerima kerja. Sehingga
resume harus bisa menceritakan secara singkat dan detail tentang seorang
pelamar.

Menurut (Bovee dan Thill dalam Dewi, 2006), Resume adalah suatu ringkasan
yang terstruktur dan tertulis dari pendidikan, latar belakang, serta kualifikasi
tentang suatu pekerjaan. Sangat penting untuk membuat resume yang menarik
untuk dibaca karena tentu kita tidak mau kehilangan kesempatan untuk mengisi
posisi yang sedang kosong hanya karena resume kita yang tidak menarik.

Di dunia bisnis istilah resume disebut juga dengan Daftar Riwayat Hidup, atau
CV (Curriculum Vitae). Resume merupakan bentuk promosi yang dibuat oleh
pencari kerja dalam upayanya “menjual potensi diri” pada saat memasuki dunia

49
kerja.Melalui resume, individu atau organisasi diharapkan mengetahui
kemampuan pencari kerja walaupun belum pernah bertemu ataupun saling kenal.
Persiapan menulis resume
a. Pencarian Informasi
Analisis Diri (SelfAnalysis): Seseorang belum tentumengenal dengan baik
kemampuan, kekuarangan, atau kelebihan dirinya sendiri.
Analisis Karir (CareerAnalysis): Setelah mengetahui potensi diri yang dimiliki,
seseorang perlu melakukan analisis yang berkaitan dengan karir dimasa yang
akan datang.
1. Kecerdasan apa yang paling bermanfaat bagi karir yang ingin ditekuni?
2. Apakahprestasiakademismenjadisyaratdalampenjenjangankarier?
3. Apakahpengalamankerjamenjadisyaratdalampenjenjangankarir?
4. Apakahadaimbalanselainuang?
5. Bagaimanapersaingankarirdalambidangyangdiinginkan?
b. Perencanaan Resume
Perencanaan resume yaitu proses memilih posisi pekerjaan yang diminati,
memilih dan menyiapkan data pribadi dan data lain yang relevan sebelum
mengajukan lamaran kerja dan membuat resume.
Dalam merencanakan resume perlu memperhatikan:
 Tujuan karier, yaitu pemilihan posisi apa yang diminati sebagai tujuan
karier
 Informasi pribadi, mempersiapkan dan memilih data apa saja yang
diperlukan untuk disampaikan. Ini meliputi data pribadi, dan data yang
terkait dengan kualifikasi pekerjaan
Referensi, ini menyangkut pemilihan orang yang dapat memberikan
rekomendasi, dan dapat kredibilitas pencari referensi
c. Pembuatan Resume
Resume dapat dibuat dalam berbagai bentuk, resume yang baik berkualifikasi
anda dan prosfektif persyaratan kerja. Secara umum resume mencakup
informasi tentang:
 Identitas pribadi, yaitu nama, tempat dan tanggal lahir, alamat. Nomor
telepon/HP

50
 Tujuan kerja, melamar untuk mengisi salah satu lowongan kerja yang ada.
 Informasi pribadi, pendidikan, keterampilan, hobi, penghargaan,
keanggotaan asosiasi.
 Referensi, berisi nama, posisi dan alamat orang orang yang mengetahui
dengan baik kemampuan dan prestasi pencari referensi.

Menurut (Ali, Adlan dan Tanzil. 2009), dalam pengorganisasian resume dibagi
menjadi tiga hal yaitu secara kronologis, fungsional, dan kombinasi.
1. Resume Kronologis
Resume yang menekankan kronologis pengalaman kerja dan sejarah pendidikan.
Susunannya diurutkan dari posisi paling akhir sampai paling awal. Keunggulan
resume kronologis :
- Pemberi kerja sudah terbiasa dengan bentuk itu, dan mudah menemukan
unsur yang dicari
- Menonjolkan pertumbuhan dan kemajuan karier
- Menonjolkan kontinuitas dan stabilitas dalam bekerja
Resume ini sangat cocok bila sejarah pekerjaan pelamar cukup kuat dan pekerjaan
yang dilamar sesuai dengan jalur karier yang dimiliki.
2. Resume Fungsional
Resume yang disusun atas dasar fungsi-fungsi dalam organisasi yang dapat
dilakukannya dengan baik dan menguraikan terlebih dahulu keterampilan yang
relevan.Keunggulan resume fungsional
a. Pembaca langsung mengetahui kontribusi yang bisa diberikan oleh pelamar
b. Pelamar menekankan pengalaman kerja lebih awal
c. Kurang menekankan kemajuan karier atau masa menganggur yang lama.
Pendekatan ini sering digunakan oleh pelamar yang baru lulus.
3. Resume Kombinasi
Resume kombinasi memasukkan sifat-sifat terbaik dari format kronologis dan
fungsional.Format yang menekankan pada pendidikan dan pengalaman kerja
pelamar (resume kronologis) disamping itu juga memasukkan keterampilan kerja
atau kualifikasi yang dibutuhkan (resume fungsional). Pendekatan yang mencoba
menggabungkan keunggulan format kronologis dan fungsional, memiliki dua
kelemahan utama yaitu : Resume menjadi lebih panjang serta adanya

51
kemungkinan terjadinya pengulangan akibat dicantumkannya daftar keterampilan
dan keberhasilan dalam bagian fungsional dan kronologis.

Menurut (Purnanto, 2008), dalam dunia bisnis, istilah resume sering disebut
dengan CV (curriculum vitae), qualification document, qualification brief, atau
daftar riwayat hidup. Menurut K.C Bay resume sebenarnya merupakan presentasi
penjualan formal diri anda yang sangat penting. Di dalam resume itu mencangkup
semua fakta yang relevan mengenai latar belakang, kualifikasi, pengalaman kerja
dan sebagainya yang disusun dalam suatu format yang teratur, mudah dipahami,
dan menarik perhatian pembaca. Yang perlu diingat resume akan menjadi
pedoman atau petunjuk bagi pelaksanaan wawancara kerja. Melalui resume ini
pimpinan suatu organisasi atau perusahaan dapat mengetahui kemampuan
seseorang, walaupun belum pernah bertemu secara langsung. Menurut Batty dkk,
dalam mempersiapkan suatu resume ada tiga hal yang perlu dilakukan yaitu :
1. Mencari informasi penting
2. Merencanakan resume
3. Membuat resume

Menurut (Enterprise, 2010), resume atau riwayat hidup merupakan sebuah


dokumen penting yang berisi tentang data diri seseorang, mulai dari identitas
pribadi, pendidikan, pekerjaan, organisasi, dan identitas penting lainnya. Resume
umumnya dibuat apabila seseorang ingin melamar pekerjaan . factor penting
apabila anda ingin melamar suatu pekerjaan adalah dengan menyiapkan resume
pribadi yang ideal dan sempurna karena resume merupakan dokumen untuk
mempromosikan diri anda.

Menulis resume bukan hanya sekedar menulis profil diri, perusahaan ataupun
permintaan kepada institusi ataupun person namun telah menjadi daya tarik
pertama dari pengirim resume. Untuk mengetahui informasi seputar keahlian dan
kelemahan klien menjadi point penting dalam penulisan resume. Hal ini dilakukan
agar tidak membuat kesalahan dalam menuliskan resume terkait dengan
kemampuan yang dimiliki oleh klien .

52
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat resume yang
baik :
1. Dalam membuat resume kita harus jujur dan jangan berbohong. Kita harus
percaya diri bahwa kita mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki orang lain.
2. Usahakan untuk membuat resume yang singkat tetapi padat. Karena kita akan
mempunyai waktu untuk bercerita panjang lebar mengenai pendidikan,
pengalaman kerja, dll pada saat sesi wawancara.
3. Selalu memperhatikan tata bahasa, tanda baca, dan ejaan yang benar.
4. Resume harus gamblang dan jelas serta tidak berbelit belit.
5. Pastikan bahwa resume yang kita buat mudah dibaca dan mudah dicerna oleh
siapapun.
6. Gunakan kertas putih polos tanpa background. Hindari juga penggunaan form
resume yang banyak dijual di toko-toko.
7. Sebaiknya CV tidak ditulis tangan, melainkan diketik dengan menggunakan
jenis huruf dan ukuran yang standar.
8. Lampirkan pas foto terbaru ukuran 3x4 atau 4x6 yang berwarna dan
mengenakan pakaian resmi.
9. Lampirkan juga foto copy dokumen pendukung seperti ijasah, transkrip nilai,
dan lain-lain.
Resume yang baik adalah resume yang memuat semua informasi tentang kita,
padat, dan "menjual". Adapun urutan penulisan resume yang baik adalah sebagai
berikut :
1) Data Pribadi
kita harus mencantumkan identitas pribadi dengan jelas mulai dari nama, alamat,
jenis kelamin, status, tempat dan tanggal lahir, agama, status perkawinan,
informasi kontak, dll.
2) Pendidikan
kita harus mencantumkan pendidikan formal maupun non formal yang pernah kita
enyam mulai dari tahun masuk, tahun lulus, jurusan, dll
3) Kemampuan / keahlian
kita perlu menjelaskan dengan singkat keahlian yang kita miliki yang tentu saja

53
berhubungan dengan posisi pekerjaan yang kita lamar. Ingat, jangan pernah
berbohong mengenai kemampuan / keahlian yang kita miliki.
4) Pengalaman kerja
apabila kita pernah bekerja pada lebih dari satu perusahaan, maka kita harus
mengurutkan mulai dari pekerjaan yang terakhir. Cantumkan nama perusahaan,
alamat perusahaan, jabatan, tahun masuk, tahun keluar, serta deskripsi singkat
pekerjaan kita saat itu.
5) Pengalaman organisasi (apabila ada)
pengalaman organisasi hanya dicantumkan apabila pengalaman organisasi itu
berhubungan dengan posisi pekerjaan yang sedang kita lamar.
6) Referensi kerja
referensi kerja sangat penting. Usahakan hanya mencantumkan nama dan nomer
telp seseorang yang memang benar-benar mengenak kita dan bisa memberikan
informasi yang positif mengenai kita.

Penulisan Surat Lamaran Pekerjaan


Menurut (Purwanto, 2006), Surat lamaran kerja adalah surat permohonan yang
dibuat oleh pencari kerja (pelamar pekerjaan), untuk kemudian dikirimkan kepada
suatu badan usaha atau instansi guna mendapat pekerjaan atau jabatan yang sesuai
dengan lowongan pekerjaan yang ditawarkan. Pada umumnya para pelamar
pekerjaan mendapat informasi adanya lowongan pekerjaan tersebut dari media
massa atau bisa juga diberitakan keluar melalui pegawai atau karyawan dari badan
usaha atau instansi yang bersangkutan. Salah satu persyaratan bagi pencari kerja
yang ingin bekerja dikantor atau perusahaan tersebut adalah surat lamaran. Dalam
surat lamaran, pekerjaan itu tercantum data pribadi pelamar yang disebut
kualifikasi pelamar, yang dilengkapi dengan lampiran-lampiran yang dianggap
perlu sebagai bahan pertimbangan bagi kantor atau perusahaan yang
bersangkutan.

Pendekatan yang dapat digunakan dalam membuat surat lamaran kerja adalah
pendekatan Attention, Interest, Desire and Action (AIDA). Secara lebih rinci
pendekatan AIDA adalah sebagai berikut :

54
1. Attention
Prinsip pertama dalam penulisan surat lamaran kerja adalah attention (perhatian).
Artinya pelamar kerja harus dapat meyakinkan pihak organisasi atau lembaga
pencari kerja (pembaca) bahwa pelamar kerja memiliki sesuatu yang bermanfaat
yang dapat menumbuhkan rasa tertarik bagi pembaca. Jelaskan idea tau gagasan
yang dapat membuat pembaca antusias untuk menyimak apa yang anda tuliskan.
Pembaca tentunya bertanya-tanya tentang manfaat yang akan dia peroleh. Pelamar
kerja juga mengemukakan tentang bagaimana ia mandapatkan informasi
lowongan kerja dengan alasan mengapa ia tertarik pada posisi atau jabatan
tersebut.
2. Interest
Prinsip kedua dalam penulisan lamaran adalah interest (menarik). Artinya,
pelamar harus dapat menerik perhatian pembaca dengan menjelaskan relevasi
pesan-pesan yang disampaikan. Dalam hal ini pelamar kerja harus, menjelaskan
dan menegaskan bahwa kualifikasi yang dibutuhkan tersebut relevan dengan
kemampuan yang dimiliki dan ia yakin mampu menyelesaikan pekerjaan tersebut
dengan baik.
3. Desire
Prinsip ketiga dalam penulisan lamaran adalah desire (hasrat). Artinya pelamar
kerja harus dapat menumbuhkan hasrat pembaca untuk mengetahui lebih jauh apa
yang sudah dituliskan dalam surat lamaran tersebut. Pelamar kerja juga dapat
meyakinkan pembaca melalui bukti-bukti pendukung yang relevan dengan posisi
yang dikehendaki.
4. Action
Prinsip keempat dalam penulisan lamaran adalah action (tindakan). Artinya
pelamar harus memberikan tindakan yang menguatkan pembaca agar dapat
mengetahui maksud dan tujuan yang disampaikan oleh pelamar.

Menurut (Purwanto, 2007, memasuki dunia kerja ada tiga hal yang perlu
mendapat perhatian para pelamar kerja, yaitu surat lamaran kerja, resume, dan
wawancara kerja. Selain itu ada beberapa perusahaan yang mensyaratkan
parapelamar kerja yang sudah lolos wawancara untuk mengikuti tahap berikutnya,
yakni presentasi bismis.

55
Dalam surat lamaran kerja, seorang pelamar kerja memperkenalkan dirinya
kepada pihak lain (perseorangan atau badan usaha yang menawarkan peluang
pekerjaan). Oleh karena itu, penulisan surat lamaran kerja dilakukan secara
persuasive, yaitu menyaksikan pihak lain bahwa segala persyaratan dan
kualifikasi yang dimiliki pelamar kerja tersebut memenuhi atau sesuai dengan
harapan pihak lain tersebut.

Surat lamaran kerja juga dapat dikatakan surat penjualan sebagaimana penjual
suatu produk yang berusahan menyakinkan para pembeli atau konsumen bahwa
produk yang ditawarkan tersebut dapat memenuhi kebutuhan mereka. Informasi
yang dikaitkan dengan lowongan pekerjaan atau peluang kerja yang diumumkan
secara terbuka atau public atau masyarakat umum, seperti iklan lamaran kerja di
berbagai media cetak dan media elektronik. Namun ada juga yang terkesan
tertutup dan hanya orang-orang tertentu yang mengetahui adanya lowongan
pekerjaan diperusahaan tersebut.

Lowongan kerja yang diumumkan secara terbuka memiliki beberapa kelebihan


antara lainmelalui pengumuman secara terbuka dan memberikan peluang kepada
masyarakat yang berminat dengan mengirimkan surat lamaran kerja kepada
perusahaan tersebut.

Menurut (Ali, Adlan dan Tanzil. 2009) Surat lamaran pekerjaan adalah surat dari
seseorang yang memerlukan pekerjaan (pelamar) kepada orang atau pejabat yang
dapat memberi pekerjaan atau jabatan.
Surat lamaran pekerjaan dapat juga di artikan sebagai surat dari calon karyawan
kepada calon majikan yang berisi permintaan agar calon karyawan di beri
pekerjaan oleh calon majikan.
Surat lamaran pekerjaan dapat dibuat dengan dua cara yaitu:
1. Surat lamaran pekerjaan yang di gabungkan dengan riwayat hidup
(curriculum vitae). Dalam model ini riwayat hidup termasuk isi surat.
Karena isinya berupa gabungan, model ini juga disebut model gabungan
2. Surat lamaran yang dipisahkan dari riwayat hidup. Dalam model ini
riwayat hidup merupakan lampiran. Karena itu model ini juga disebut

56
model terpisah. Dalam praktek pemakaian. yang banyak dipakai adalah
model terpisah. Walaupun dalam pembuatannya memerlukan dua kali
kerja, namun surat lamaran model ini lebih digemari oleh pencari kerja
karena suratnya tidak panjang.
Surat lamaran yang baik sekurang–kurangnya mempunyai ciri–ciri :
a. Mempunyai bentuk yang menarik
b. Mempunyai bahasa yang baik
c. Menggambarkan kemampuan pelamar
d. Tepat pada sasaran

Adapun tata cara penulisan surat lamaran kerja yang baik dan benar adalah :
1. Gunakan kertas HVS ukuran kuarto / A4
2. Kertas tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal, antara 60-70 gram
3. Pilih kertas yang berkualitas baik , bersih dan tidak berwarna (putih)
4. Hindari penulisan surat lamaran kerja pada kertas secara timbal balik
5. Apabila di ketik menggunakan program komputer, pilihlah jenis huruf (font)
yang lazim di gunakan dalam berkorespondensi, misalnya times new roman,
arial/ verdana , dengan jarak 1,5 spasi dengan ukuran 12. hindari penulisan
surat lamaran kerja dengan jenis huruf yang terlalu berseni ( sulit di baca),
seperti webdinges , wingdanges , ms outlok,/marlet.
6. Apabila di tulis dengan tangan, usahakan di tulis sendiri dengan tulisan yang
rapi
7. Pilihlah amplop yang sesuai dengan ukuran surat , usahakan surat tersebut
tidak di lipat
8. Hindari coretan / menggunakan cairan penghapus dalam penulisan surat
lamaran kerja.
Tips Menulis Surat Lamaran Kerja
1. Gunakan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Dalam menulis surat lamaran kerja, Anda diharuskan untuk menggunakan
bahasa indonesia yang baik dan benar jika surat lamaran kerja Anda berbahasa
indonesia. Namun jika perusahaan meminta Anda untuk menulis surat lamaran
kerja bahasa inggris, tulislah menggunakan bahasa inggris yang baik dan benar

57
pula. Jangan ada satu hurufpun yang tertingga atau salah ejaan. Untuk
mengatasinya, sebelum Anda print surat lamaran kerja tersebut coba ulangi
membaca surat lamaran kerja yang Anda buat.
2. Tulis Surat Lamaran Kerja Menggunakan Komputer
Sebisa mungkin usahakan menulis surat lamaran kerja menggunakan
komputer. Jangan membeli dari kedai photocopy atau menulis surat lamaran
kerja dengan tulisan tangan. Akan tetapi terkadang ada beberapa perusahaan
dan biasanya ini perusahaan BUMN (PNS) yang meminta menulis surat
lamaran kerja menggunakan tulisan tangan, hal ini boleh Anda lakukan. Secara
psikologis surat lamaran kerja yang ditulis atau diketik dengan komputer
terkesan profesional dan mampu menggunakan komputer.
3. Struktur Surat Lamaran Kerja
Mungkin struktur dan tata letak surat lamaran kerja Anda sudah tahu, disini
saya hanya mengingtkan kembali.
4. Singkat, Padat, Informatif dan Tepat Sasaran
Isi surat lamaran kerja usahakan ditulis dengan singkat, yaitu ditulis dalam satu
halaman lembar kertas A4. Uraikan informasi yang penting sesuai kualifikasi
yang dibutuhkan perusahaan. Selebihnya, jika Anda lulus dari seleksi berkas
dan berlanjut ke sesi wawancara kerja, disini Anda dapat menjelaskan siapa
dan apa prestasi yang pernah Anda raih selama ini.
5. Jangan Menuliskan Berapa Gaji yang Anda Minta
Masalah gaji dalam surat lamaran kerja merupakan hal yang sensitif dan
memiliki penilaian tersendiri oleh HRD. Jika perusahaan tidak meminta Anda
untuk menuliskan gaji yang Anda minta, jangan ditulis, begitu pula dengan
sebaliknya.
6. Beri Tanda Tangan Pada Surat Lamaran Kerja Anda
Memberi tanda tangan pada surat lamaran kerja adalah hal yang penting,
karena dengan adanya tanda tangan yang tercantun dalam surat lamaran kerja
Anda, menginformasikan secara tersira bahwa ini adalah surat formal dan
buatan Anda. Terkadang membubuhi tanda tangan pada surat lamaran kerja
sering terlupakan oleh kita, untuk itu setelah surat lamaran kerja di print
segeralah memberi tanda tangan sebagai Antisipasi agar Anda tidak lupa.

58
7. Surat Lamaran Kerja Harus Bersih
Nah, pada poin yang ketujuh ini mungkin Anda sudah tahu. Sekedar tambahan,
jika terdapat kesalahan dalam penulisan surat lamaran kerja setelah di print,
jangan hapus penggunakan penghapus pena, karena ini sangat pantang,
usahakan print kembali surat lamaran kerja Anda.

Dalam penulisan surat lamaran kerja kemukakanlah dengan jelas dan tegas tujuan
surat tersebut, misalnya untuk mengisi posisi jabatan tertentu yang di tawarkan
oleh perusahaan, dalam surat itu juga perlu di jelaskan tentang berbagai
kemampuan, ketrmpilan, dan pengalaman yang di miliki serang sesuai dengan
posisi pekerjaan yang di tawarkan / sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
tunjukkan bahwa kehadiran anda di perusahaan dapat menjadi solusi alternatif
terbaik yang dapat memecahkan permasalahan yang di hadapi perusahaan.
Suratlamaran kerja pada umumnya hanya mengemukakan poin-poin penting yang
releven dengan persyaratan tetentu dan menyajikan poin penting lainnya yang
dapat membedakan dengan pelamar kerja yang lain , suatu hal yang tak boleh di
lupakan dalam penulisan surat lamaran kerja adalah pernyataan pada paragraf
terakhir bahwa anda berharap dapat di panggil untuk mengikuti wawancara kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Adlan dan Tanzil. 2009. Pedoman Lengkap Menulis Surat. PT Kawan
Pustaka.Jakarta.

Bovee, dan Thill. (2006). Komunikasi bisnis. Indeks, Jakarta.

Enterprise, Jubille. 2010. 30 Bisnis Berbasis Ide bagi Siapa Pun. Jakarta. PT Alex
Media Komputindo.

Purnanto, Djoko.2006. Komunikasi Bisnis. Erlangga. Jakarta

Purnanto, Djoko. 2008. Panduan Lengkap Memasuki Dunia Kerja. Jakarta.


Erlangga.

Purwanto, Djoko. 2007. Korespondensi Bisnis Modern. Erlangga. Jakarta

59
http://akangjuheri.wordpress.com/2011/08/15/tata-cara-penulisan-surat-lamaran-
kerja-yang-baik-dan-benar/ Diakses tanggal 21 Mei 2013

http://www.poztmo.com/2011/10/contoh-surat-lamaran-kerja.html. Diakses
tanggal 20 Mei 2013.

http://www.scribd.com/doc/39699752/Penulisan-Resume. Diakses tanggal 22 Mei


2013

http://carapedia.com/ResumeBaik_info146.html. Diakses tanggal 20 Mei 2013


http://www.scribd.com/doc/39699752/Penulisan-Resume

http://tourworldinfo.blogspot.com/2012/01/contoh-surat-lamaran-kerja-

format.html

60
BAB
WAWANCARA KERJA

6
Tujuan Instruksional Khusus:

Setelah membaca modul ini mahasiswa mampu:


a. Menjelaskan definisi wawancara kerja.
b. Mamahami arti penting wawancara kerja.
c. Mengetahui dan memahami proses wawancar kerja.
d. Mengenali dan menjelaskan jenis-jenis wawancara.
e. Menganalisis hal-hal yang dicari pemberi kerja.
f. Menyebutkan dan memahami hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam
wawancara.
g. Menganalisis tindak lanjut dari wawancara.

I. Pengertian Wawancara Kerja


Menurut Djoko (2006) wawancara merupakan salah satu teknik yang
dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi mengenai sesuatu yang
berhubungan dengan apa yang kita butuhkan. Wawancara memiliki arti
proses tanya jawab untuk mendapatkan informasi mengenai suatu hal dari
orang lain yang menjadi narasumber dengan tema tertentu. Untuk
melakukan wawancara tidaklah sulit bagi pelajar, dengan adanya niat dan
keinginan yang kuat. Proses wawancara pun akan dengan mudah terlaksana.

Wawancara sering terjadi dalam lingkungan bisnis. Kontak pertama


personel perusahaan dengan seorang pelamar atau seorang pelanggan
biasanya terjadi dalam bentuk tanya jawab(wawancara). Wawancara bisnis
ini dilakukan untuk pengumpulan informasi, pekerjaan, penilaian,
pemecahan masalah, penyuluhan, disiplin, pemecahan keluhan, situasi

61
keluar dan persuasi.Fungsi setiap wawancara tersebut terlihat seperti di
bawah ini.

Pada saat mendengarkan sebuah wawancara, kita harus benar-benar cermat


menyimak hal-hal penting yang terdapat dalam informasi tersebut.Karena
dalam wawancara tidak keseluruhan informasi yang dibicarakan merupakan
hal yang pokok. Informasi yang disampaikan oleh narasumber biasanya
berupa gagasan maupun pendapat. Nah, agar proses wawancara bisa
berjalan dengan lancar. Pewawancara harus memilih narasumber yang tepat
sesuai dengan bidang dan topik dalam wawancara.

Misalnya, kita akan berwawancara dengan tema “kesehatan”. Maka


narasumber yang kita pilih harus sesuai dengan bidangnya yakni
kesehatan.Kita juga dapat mewawancarai petugas kesehatan, perawat,
dokter, maupun bidan.Jika narasumber sesuai dengan bidangnya, dengan
demikian kita juga dengan mudah memperoleh informasi sebanyak mungkin
mengenai tema “kesehatan”.

Menurut Sunarto (2004), dalam wawancara sangat dibutuhkan keterampilan


komunikasi, baik komunikasi saat menyampaikan pertanyaan maupun
komunikasi saat menjwab pertanyaan. Keterampilan komunikasi dalam
wawancara haruslah dimiliki oleh pewawancara dan yang diwawancarai,
karena jika salah satu tidak memiliki kemampuan tersebut akan
menimbulkan ketidakefektifan dalam wawancara.

Wawancara sebagai bentuk komunikasi dua arah, merupakan kesempatan


yang baik bagi pelamar untuk menanyakan secara langsung mengenai
pekerjaan dan perusahaan kepada pewawancara.

Namun, biasanya sebelum melakukan wawancara kerja pelamar atau yang


akan mengikuti tes wawancara kerja perlu mencari berbagai informasi yang
berkaitan dengan pekerjaan serta perkembangan perusahaan yang akan
dilamar. Dimana informasi tersebut diperoleh dari berbagai publikasi resmi

62
yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, baik dalam bentuk jurnal,
majalah atau buletin.

J. Arti Penting Wawancara Kerja

Wawancara Kerja merupakan salah satu cara yang sangat penting bagi suatu
perusahaan dalam menyaring jumlah pelamar yang ada. Seorang pelamar
mungkin saja dapat diwawancarai lebih dari satu kali. Hal ini sangta
bergantung pada jumlah pelamar yang diseleksi,sementara jumlah tenaga
yang dibutuhkan sangat sedikit.Wawancara Kerja bertujuan untuk
mengetahui kelayakan pencari kerja sebelum bergabung di perusahaan lewat
pertanyaan dalam wawancara kerja.Wawancara kerja juga merupakan sebuah
proses yang pasti dilalui oleh pencari kerja, terkadang dilakukan dengan
bahasa indonesia, namun ada juga beberapa perusahan yang menerapkan
wawancara kerja dengan bahasa inggris.

Selain berlatih menulis resume dan surat lamaran kerja,kita diharuskan


menyiapkan diri juga termasuk bagian dari usaha untuk meraih pekerjaan.
Kita harus dapat mempersiakan diri sehingga benar-benar dapat memberikan
kesan yang baik dan membuat pewawancara yakin akan kemampuan anda
(Djoko, 2006).

Menurut Sri (2001) terdapat beberapa aspek khusus kepribadian yang kita
tampilkan baik secara verbal maupun non verbal, bahkan pada saat anda
memasuki ruang wawancara akan memperolehperhatian darai pewawancara .
Aspek-aspek yang akan dinilai antara lain mencakup :
 Penampilan anda secara fisik
 Gerak-gerik dan sopan santun
 Nada suara (tone voice)
 Rasa percaya diri
 Inisiatif
 Kebijaksanaan
 Daya tanggap dan kerja sama

63
 Ekspresi wajah
 Kemampuan berkomunikasi
 Sikap terhadap pekerjaan
 Selera humor

Dengan memperhatikan berbagai karakter di atas pewawancara dapat


memprediksi apakah anda termasuk salah seorang yang di[pilih untuk
menduduki pososo tertentu dalam suatu perusaan atau tidak. Pewawancara
dapat juga melihat pakah anda nantinya mempunyai peluang untuk sukses
atau tidak dengan melihat berbagai isyarat verbal maupun non verbal yang
anda tampilkan saat wawancara.

Menurut Curtis, James, dan Winsor (2002) wawancara pada tahap awal sering
disebut juga dengan wawancara pendahuluan. Pada tahap ini,wawancara yang
dilakukan didasarkan pada surat lamaran atau resume yang telah dibuat oleh
pelamar. Hal ini untuk memastikan bahwa pelamar secara administrasi sudah
memberikan atau mengisis semua informasi penting dan untuk menilai
kesulitan antara kualifikasi pelamar dengan jenis jabatan yang anda
isis.Selama kegiatan wawancar berlangsung, berusahalah untuk memberikan
informasi secara jelas,padat,akurat dan tidak berbelit-belit.

K. Memahami Proses Wawancara

Menurut Curtis, James, dan Winsor (2002) cara terbaik untuk menyiapkan
wawancara pekerjaan adalah memikirkan dengan seksama mengenai
pekerjaan itu sendiri. Ikuti wawancara dengan penghargaan yang
mantabterhadap tujuan gandanya. Tujuan utama organisasi adalah menmukan
orang terbaik yang tersedia untuk pekerjaan yang tersedia. Tujuan pelamar
adalah menemukan pekerjaan yang paling cocok dengan sasaran dan
kemampuannya. Walaupun pemberi kerja dan pelamar mendekati proses dari
sudt berbeda, keduanya muju sasaran yang sama-sama menemukan
kecocokan.

64
Pada umunya pemberi kerja mewawancarai seorang pelamar dua atau tiga
kali sebelum memutuskan untuk menawarkan pekerjaan. Wawancara pertama
pada umumnya dilakukan dikampus,adalah wawancara penyaringan
pendahuluan,membantu pemberi kerja menyaring pelamar yang tidak
memenuhi syarat. Semua calon yang paling memenuhi persyaratan organisasi
diundang untuk mengunjungi kantor perusahaan untuk evaluasi lebih lanjut.
Beberapa organisasi membuat keputusan saat itu,tetapi banyak yang
menjadwalkan wawancara ketiga untuk melengkapi proses evaluasi sebelum
menawarkan pekerjaan. Pendekatan terbaik untuk wawancara dikampus
adalah mengikuti arah pembicaraan pewawancara.Jaga agar jawaban tetap
pendek dan langsung ke sasaran.Berbicara terlalu banyak dapat merupakan
kesalahan.

Wawancara tahap selanjutnya adalah didesain untuk membantu organisasi


lebih mempersempit bidang. Pewawancara akan mencoba menentukan dari
jawaban,tindakan dan sikap apakah cocok untuk pekerjaan itu. Dengan
mengamati bagaimana kita mendengarkan,berpikir dan menyatakan diri
sendiri,mereka apat memutuskan seberapa besar kita dapat bergaul dengan
rekan sekerja. Pendekatan kita yang terbaik dalam tahapan ini adalah
menunjukan minat pada pekeraan, menghubungkan ketrampilan dengan
pengalaman, mendengarkan dengan penuh perhatian, mengajukan pertanyaan
dengan penuh pengertian, dan menampilkan rasa penuh antusias (Djoko,
2006).

L. Kenali Jenis - Jenis Pekerjaan

Sebelum melamar pekerjaan ada baiknya kita mengenali jenis-jenis


pekerjaana yang ada. Pilih dan sesuaikan dengan bidang keahlian dengan
jenis pekerjaan yang kita sukai.Kita harus bisamembaca job description
(posisi pekerjaan) agar tidak ada penyesalan dikemudian hari. Karena setelah
kita diterima ditempat kerja tersebut dan ternyata pekerjaan tersebut tidak
sesuai dengan yang diharapkan,maka setelah beberapa bulan masa percobaan
kita akan keluar dari pekerjaan tersebut. Kita harus berhati-hati dengan hal

65
ini,karena jika pekerjaan ini kita cantumkan didalam daftar riwayat
hidup,pewawancara akan menanyakan kepada kita mengapa bekerja disuatu
perusahaan dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini dapat menjadi penilaian
tersendiri bagi sebuah perusahaan untuk menentukan akan merekrut anda atau
tidak.

Sebelum melakukan wawancara,kita perlu mencari berbagai informasi yang


berkaitan dengan pekerjaan yang kita lamar serta pekembangan perusahaan.
Untuk memperoleh informasi tersebut, dapat memperolehnya dalam berbagai
publikasi resmi yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut baik dalam bentuk
jurnal,bulletin ataupun melalui situs web perusahaan yang bersangkutan
(Ridha, 2000).

Menurut Sunarto (2004) wawancara sebagai bentuk komunikasi dua arah


merupakan kesempatan yang baik untuk menanyakan mengenai pekerjaan
dan perusahaan kepada pewawancara. Berbagai pertanyaan yang dapat kita
sampaikan antara lain :
1. Apatugas dan tanggung jawab pekerjaan yang anda lamar?
2. Bagaimana kebijakan perusahaan mengenai promosi?
3. Bagaimana kesempatan untuk berkembang dalam perusahaan?
4. Apakah tersedia program pelatihan bagi pegawai baru?
5. Apa yang menjadi produk unggulan perusahaan?
6. Siapa pesaing utama bagi perusahaan?
7. Bagaimana pangsa pasar bagi produk-produk yang diproduksi
perusahaan?
Pertanyaan-pertanyaan yang anda ajukan dalam wawaancara sangat penting
artinya bagi pewawancara terutama dalam kaitannya dengan tingkat
keseriusan anda dalam melamar posisi pekerjaan tersebut. Kalau anda sudah
diberi kesempatan untuk menanyakan berbagai hal yang berkaitan dengan
pekerjaan anda sebagai pelamar yang diragukan tingkat keseriusannya. Oleh
karena itu,hindari pertanyaan-pertanyaan yang bernada introgasi.

66
M. Jenis-janis Wawancara

Menurut Sri (2001) berbagai jenis wawancara dipakai oleh organisasi untuk
menemukan sebanyak mungkin informasi mengenai pelamar. Janis-jenis
tersebut adalah :
1. Wawancara Terstruktur
Wawancara ini pada umumnya digunkan dalam tahap
penyaringan.Pemberi kerja memberikan wawancara dengan mengajukan
sederetan pertanyaan yang sudah dipersiapkan dalam urutan
tertentu.Dengan menggunakan daftar periksa, pewawancara mengajukan
setiap pertanyaan kepada pelamar, memprhatikan periode yang telah
ditentukan.Walaupun bermanfaat untuk mengumpulkan fakta, wawancara
terstruktur pada umumnya dianggap sebagai ukuran yang buruk terhadap
kemampuan pribadi pelamar. Walaupun demikian, beberapa perusahaan
menggunakannya untuk menciptakan keseragaman dalam proses
penerimaan karyawan.
2. Wawancara Terbuka
Adalah wawancara yang kurang formal,tidak terstruktur dengan format
santai. Pewawancara melontarkan pertanyaannya umum dan terbuka sera
mendorong pelamar untuk berbicara bebas, bahkan untuk menyampaikan
lebihbanyak daripada yang seharusnya.Jenis wawancara ini baik untuk
membongkar kepribadia pelamar dan dipakai unuk menguji penilaian
professional.
3. Wawancara Kelompok
Mewawancarai beberapa calon bersamaan untuk mengetahui bagaimana
mereka berinteraksi, Jenis wawancara ini bermanfaat untuk menilai
ketrampilan antar pribadi
4. Wawancara Stres
Wawancara ini diatur untuk mengetahui seberapa baik seorang calon
menangani situasi yang dapat menimbulkan stress (kualifikasi penting
untuk pekerjaan tertentu). Selama wawancara ini akan ditanya dengan
pertanyaan yang didesain untuk mengganggu atau membuat kita gelisah.
Kita mungkin di hadapkan pada kesunyian yang cukup panjang, kritik atas

67
penampilan, intropeksi yang dilakukan dengan sengaja, reaksi yang kasar
atau bahkan dimusuhi oleh pewawancara.

N. Hal yang Dicari Oleh Pemberi Kerja

Menurut Ridha (2000), ada beberapa hal yang biasanya dicari oleh pencari
kerja atau perusahaan yang membutuhkan seorang karyawan. Hal-hal tersebut
adalah :
1. Cocok dengan Organisasi
Pewawancara mencoba untuk memutuskan apakah calon akan sesuai
dengan orang lain dalam organisasi. Seiap pewawancara yakin bahwa latar
belakang pribadi merupakan indicator seberapa baik calon akan cocok
didalam organisasi, jadi kita mungkin akan ditanya mengenai minat, hobi,
pengetahuan peristtiwa dunia, dan berpartisipasi dalam kelompok diskusi,
seminar dan lokakarya. Pemberi kerja juga akan mempertimbangkan gaya
pribadi calon. Keterbukaan, antusiasme, dan minat kemungkinan member
kesan seorang pewawancara. Jadi apakah kesopanan, ketulusan, kemauan
untuk belajar, dan gaya percaya diri yangpositif semuanya membantu
karyawan baru menyesuaikan diri dengan tempat kerja baru dan tanggung
jawab baru.
2. Kualifikasi untuk Pekerjaan
Setiap posisi memerlukan kualifikasi dan ketrampilan spesifik.Untuk
menjadi auditor misalnya anda harus mengetahui akounting. Selama
wawancara kita akan diminta untuk menguraikan pendidikan dan
pekerjaan sebelumnya secara lebih mendalam sehingga pewawancara
dapat menentukan seberapa baikketrampilan anda memenuhi persyaratan.
Pada umunya pewawancara akan mencari seseorag dengan fleksibilitas
untuk menerapkan berbagai ketrampilan dalam banyak bidang.

O. Persiapan untuk Wawancara

Menurut Ridha (2000) sedikit gugup sebelum wawancara adalah perasaan


yang sangat normal. Anda sangat bergantung pada wawancara dan tidak
benar-benar mengetahui apa yang diharapkan.

68
Hal – hal yang harus disiapkan sebelum menghadapi wawancara kerja adalah
:
1. Lakukan Riset Dasar
Mengetahui tentang organisasi dan pekerjaan penting karena hal itu
memungkinkan anda utnuk menunjukan kepada organisasi bagaimana
akan memenuhi kebutuhan tertentu. Cara tercepat ntuk empelajari
perusahaan yang akan dituju adalah dengn mempelajari web nya. Jika
menghadapi wawancara penting dan memerlukan informasi mengenai
perusahaan itu dengan cepat, kita dapat menggunakan alat pncari web
untuk menemukan lokasi informasi mengenai pernyataan misi, uraian
produk, laporan tahunan dan pekekrjaan yang ditawarkan.
2. Membayangkan pertanyaa yang akan di ajukan
Wawancara penerimaan karyawan pada umumnya adalah acara Tanya
jawab dan anda menjawab pertanyaa pewawancara mengenai
latarbelakang anda, dan anda mengajukan pertanyaan untuk menentkan
aakah pekerjaan dan organisasi itu cocok untuk anda.Dengan
merencanakan wawancara anda dapat menangani pertukaran ini dengan
cerdik.Pemberi kerja biasanya mengarahkan pertanyaan mereka pada
kebutuhan organisasi dan banyak mengubah pertanyaan mereka dengan
berlalunya waktu. Pada umumnya anda akan ditanya mengenai
ketrampilan keberhasilan dan sasaran, sikap terhadap pekerjaan dan
sekolah, hubungan dengan pekerjaan supervisor, rekan kerja dan sesame
mahasiswa. Untuk mengetahui beberapa pertanyaan yang di ajukan,
tuliskan jawaban singkat untuk masing-masing pertanyaan.Kemudian
baca jawaban berulang kali sampai anda measa puas denan jawaban itu.
Pertanyaan yang anda ajukan dalam w awancara sama pentingnya dengan
jawaban yang anda berikan.
3. Menaikan Percaya Diri
Anda dapat membina rasa percaya diri dan membuat kesan yang lebih
baik.Cara terbaik untuk melawan keakutan adalah menghilangkan
sumbernya.Bila beberapa aspek dari penampilan latarbelakang
menyebabkan anda gelisah, koreksi kessalahan itu atau melatih sifat yang
positif untuk menutupinya, seperti kehangatan, kejenakan, kecerdasan

69
atau anggun.Daripada menghawatirkan kelemahan, fokuskan pada
kekuata anda sehingga dapat menekankannnya kepada
pewawancara.Buat daftar hal-hal yang baik dari diri anda.

P. Tindak Lanjut Dari Wawancara

Menurut Sunarto (2004), pada umumnya setelah proses wawancara, calon


menunggu pengumuman perusahaan yang akan dikirim melalui surat atau
telefon. Untuk mendapat kepastian dalam proses menunggu, ada akhir
wawancara biasanya akan diberi tahu oleh pewawancara kapan pengumuman
akan diberitahukan. Namun apabila pewawancara tidak memberitahukannya
calon karyawan yang harus menanyakannya kepada pewawancara atau bagian
personalia.

Dalam proses menunggu ini, calon karyawan tidak harus berdiam dirisaja.
Namun calon dapat menghubungi pewawancaranya atau departemen
personalia, untuk menunjukan bahwa calon dapat menghubuni
pewawancaranya atau departemen personalia untuk menunjukan bahwa calon
benar-benar menginginkan pekerjaan itu dan menunggu keputusan aau
pengumuman dari perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, Ridha . 2000. Wawancara kerja. Visimedia. Surabaya

Purwanto, Djoko . 2006. Komunikasi bisnis. Erlangga. Jakarta

Sunarto. 2004. Komuniasi Bisnis. Amus . Yogyakarta

Haryani, Sri. 2001. Komunikasi Bisnis. AMP YPKN. Yogyakarta

Curtis, dan B, James, Jerry L. Winsor.2002. Komunikasi Bisnis dan


Profesional.Disunting oleh Prof.Dr.Yuyun.Rosada. Jakarta

70
BAB
DASAR-DASAR KORESPONDENSI BISNIS

7
Tujuan Instruksional Khusus:

Setelah membaca modul ini mahasiswa mampu:


a. Menjelaskan pengertian korespondensi.
b. Memahami peran korespondensi dalam bisnis.
c. Mengidentifikasi siapa saja pihak yang terlibat dalam korespondensi.
d. Menjelaskan fungsi dan penggolongan surat.
e. Menyebutkan bagian-bagian surat.
f. Memahami bagaimana bentuk surat yang baik.
g. Memahami etika dan pentingnya korespondensi dalam bisnis.
h. Menyimpulkan evalusi proses korespondensi.

A. Pengertian Korespondensi

Korespondensi berasal dari kata correspondence(Inggris) atau


correspondentie (Belanda) yang berarti hubungan yang terjadi antara pihak-
pihak yang terkait. Hubungan pihak-pihak yang terkait dalam bisnsis biasanya
bersifat resmi dan dilakukan dengan surat-menyurat.Oleh karena itu,
korespondensi juga diartikan sebagai surat-menyurat (Purwanto, 2003).

Surat merupakan suatu media pada saluran komunikasi tertulis yang


digunakan untuk menyampaikan informasi kepada pihak lain. Informasi yang
disammpaikan melalui surat bisa berupa pemberitahuan, keterangan,
pernyataan, perintah, permintaan, atau laporan.

E-mail menggunakan alat bantu computer yang dilengkapi modem dan


melibatkan jasa layanan internet. Pengirim dan penerima e-mail harus
memiliki fasilitas yang sama apabila berkomunikasi menggunakan e-mail.

71
B. Peranan Korespondensi dalam Bisnis

Menurut Rakhmat (1993) korespondensi dalam bisnis memiliki peranan


sebagai berikut:
1. Menciptakan surat yang baik dan jelas
Dalam kehidupan sehari-hari, kesalahan dalam penulisann berbagai surat
masih banyak terjadi. Misalnya, susunan kalimat tidak lengkap,berbelit-
belit, tanda baca tidak benar,tata bahasa tidak teratur, dan salah
mengadopsi bentuk dan model surat. Kesalahan tersebut disebabkan (1)
tidak ada pengarahan dan pengendalianmengenai cara menulis surat yang
baik, baik dilingkungan keluarga dan organisasi; dan (2) masyarakat
sendiri terlalu mudah memaafkan kesalahan dalam penulisan surat.
Kegiatan korespondensi secara tidak langsung merupakan proses
pembelajaran dalam menciptakan surat yang baik, jelas, dan tepat.
2. Menciptakan kerja sama yang baik.
Perusahan tidak dapat mencapai tujuan tanpa bekerja sama dengan pihak
lain. Agar bisa bekerja sama dengan pihak lain, perusahan perlu menjaga
komunikasi dengan baik. Pihak lain akan mendukung terciptanya kerja
sama yang baik.
3. Menyebarkan kegiatan
Tidak semua orang dalam perusahaan secara otomatis mengetahui
kegiatan yang terjadi anatara perusahaan denngan pihak luar.
Korespondensi memegang peranan penting dalam menyebarkan

C. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Korespondensi

Menurut Bratawidjaja(1992) pada umumnya pihak-pihak yang terlibat dalam


kegiatan korespondensi adalah:
1. Koresponden, yaitu orang atau orang atau pihak yang berkirimsurat dan
atau yang menandatangan surat.
2. Redaktur, yaitu orang yang menyusun naskah surat.
3. Sekretaris, yaitu orang yang membantu pemimpin dalam kegiatan
korespondensi.

72
4. Juru ketik, yaitu orang yang membantu memproduksi surat-surat.
5. Register,yaitu orang yang melakukan aktivitas tata usaha atau administrasi
surat-surat yang meliputi pemberian nomor surat, pencatatan surat keluar
dann surat masuk, serta menangani pengarsipan surat-surat (filling system).
6. Kurir, yaitu orang atau pihak yang mmenyampaikan surat kepada
penerima.

D. Fungsi Surat

Menurut Purwanto (2003) selain sebagai alat komunikasi, surat memiliki


fungsi berikut:
1. Tanda bukti tertulis yang otentik.
Surat merupakan bukti “hitam diatas putih” dan dapat menyimpan rahasia.
Misalnya, surat perjanjian, surat nikah, akte kelahiran, surat wasiat,dll.
2. Alat pengingat
Kemampuan manusia untuk mengingat sangatlah terbatas, terlebih lagi
dalam aktivitas yang rumit dan kompleks. Dokumen tertulis yang diarsip
dengan baik akan berfungsi sebagai alat pengingat apabila sewaktu-waktu
diperlukan.
3. Dokumen historis
Surat menjadi dokumentasi bersejarah yang mampu memberikan
gambaran mengenai kejadian-kejadian masa lalu, misalnya Supesemar.
4. Pedoman kerja
Surat dapat dilakukan sebagai pedoman dalam melakukan suatu pekerjaan
tertentu. Misalnya, surat perintah, surat kuasa, dan surat keputusan
5. Jaminan keamanan
Selembar surat mampu memberikan jaminan keamanan kepada seseorang.
Misalnya, surat keterangan jalan akan memberikan jaminan keamanan
kepada seseorang dalam suatu perjalanan.
6. Utusan atau duta organisasi
Surat berfungsi sebagai duta organisasi yang mampu mencerminkan citra,
mentalitas, jiwa, dan kondisi internal organisasi yang bersangkutan.

73
7. Dasar penilaian dan keputusan
Surat merupakan salah sati dasar penilaian dan pengambilan keputusan.
Misalnya, surat rekomendasi, surat keterangan, dan surat dalam bentuk
laporan.
8. Sebagai barometer kegiatan organisasi
Kegiatan organisasi disebarkan kepada pihak internal dan eksternal
melalui surat. Dengan demikian, intensitas kegiatan organisasi dapat
diukur dari frekwensi surat-menyurat.
9. Alat untuk menumbuhkan sikap saling pengertian dan menghindari
kesalah pahaman.
Surat tidak disusun dengan baik bisa menimbulkan kekacaauan. Namun,
melalui surat pula saling pengertian dapat ditumbuhkan dan kesalpahaman
dapat terhindari.
10. Sarana meningkatkan kerja sama dengan pihak lain
Karena kerja sama dengan pihak lain akan terjalin lebih kuat dengan
adanya surat. Arus surat-menyurat dengan pihak lain bisa menunjukan
eratnya kerja sama dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

E. Penggolongan Surat

Menurut Purwanto (2003) surat- suratbisa digolongkan sebagai berikut:


1. Menurut isi dan pengirimnya
a. Surat resmi (Dinas Pemerintah)
b. Surat niaga atau surat bisnis
c. Surat pribadi
2. Menurut maksud dan tujuannya
a. Surat pemberitahuan
b. Surat keputusan
c. Surat perintah
d. Surat edaran
e. Surat peringatan
f. Surat panggilan
g. Surat permintaan atau permohonan

74
h. Surat perjanjian
i. Surat penawaran
j. Surat pesanan
k. Surat laporan
l. Surat pengantar
m. Surat lamaran pekerjaan
n. Surat penegasan
o. Surat penuntutan (klaim)
3. Menurut wujud atau bentuknya
a. Surat bersampul
b. Memorandum atau nota
c. Telegram
d. Telex
e. Radiogram
f. Faksimili
g. Kartu pos
h. Wesel/warkat pos
4. Menurut jaminan keamanan
a. Surat sangat rahasia
b. Surat rahasia
c. Confidential (terbatas)
d. Surat biasa
5. Menurut urgensinya
a. Surat kilat khusus
b. Surat kilat (amat segara)
c. Surat biasa
6. Menurut alirannya
a. Surat keluar
b. Surat masuk
7. Menurut kegunaannya
a. Surat konsep
b. Surat asli

75
c. Surat tebusan
d. Surat petikan
8. Menurut nilai isinya
a. Surat tidak rutin
b. Surat rutin
9. Menurut sifatnya
a. Surat yang bersifat mengatur
b. Surat yang tidak bersifat mengatur

F. Bagian-bagian Surat

Menurut Bratawidjaja(1992) secara umum kepala surat mencakup bagian-


bagian berikut:
1. Kepala surat atau kop surat
Kepala surat atau kop surat merupakan cirri khas suatu organisasi yang
berisi nama organisasi, alamat lengkap,nomor telepon ,nomor faksimili,
alamat email, nomor kotak pos, alamat kawat, logo atau lambang,dll.
Contoh :
Guna kepala surat:
a. Untuk mengetahui nama dan alamat organisasi pengirim surat
b. Sebagai identitas organisasi
c. Sebagai lambang atau simbol organisasi
d. Sebagai alat promosi
2. Tanggal pembuatan surat
Tanggal pembuatan surat dicantumkan untuk memudahkan penunjukan
waktu pembuatan surat oleh penerima.
3. Nomor, lampiran, dan hal atau perihal
Nomor surat biasanya dipakai dalam surat-surat dinas (resmi)
Guna nomor surat :
a. Memudahkan pencarian surat bila sewaktu-waktu diperlukan
b. Mempermudah penunjukan surat-menyurat
c. Mempermudah penyimpanan
d. Mengetahui jumlah surat yang dibuat

76
Lampiran surat diisi dengan hal-hal yang dicantumkan sebagai laampiran
surat. Dalam surat niaga atau bisnis, semua lampiran harus diseebutkan
satu per satu. Sementara dalam surat dinas, cukup dituliskan satu lampiran
atau berkas.
Hal/perihal merupakan petunjuk mengenai pokok isi surat untuk
mempermudah penerima dalam membahas isi surat dam memberikan
tanggapan atau balasan.

G. Surat yang Baik

Penulis surat dapat menyusun surat yang baik dan benar dalam aktifitas
korespondensi bisnis apabila penulis surat tersebut mengetahui adanya
beberapa syarat maupun ciri-ciri tertentu dari sebuah surat yang baik. Berikut
ini beberapa syarat dan ciri-ciri dari surat yang baik tersebut ( Rakhmat,
1993):
1. Bentuk surat harus disesuaikan dengan isi, pesan dan tingkat urgensinya
2. Bahasa yang dipergunakan tidak boleh kasar atau menyinggung perasaan,
dan tetap menjaga sopan santun.
3. Kalimat-kalimat dalam surat harus mematuhi kaidah-kaidah tata bahasa
Indonesia yang benar (EYD). Oleh sebab itu pengetahuan mengenai tata
bahasa yang baik dan benar mutlak dibutuhkan.
4. Isi Surat tidak perlu terlalu panjang dan bertele-tele, tetapi menggunakan
bahasa yang efisien, efektif dan lugas namun harus tetap menjaga etika
kesopanan sehingga menjadi lebih mudah dipahami dan berkesan
mendalam.
Dalam penyusunan „surat‟ yang sifatnya „dinas‟ atau „resmi‟ penulis surat juga
perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:
a. Mempersiapkan dan merencanakan rancangan surat dengan baik (draft)
b. Menetapkan dan menguasai permasalahan yang akian diungkapkan
c. Menetapkan bahan rujukan : dokumen/arsip dan berbagai macam data
pendukung yang diperlukan.

77
H. Pentingnya Korespondensi Bisnis

Beberapa survey mengenai transaksi bisnis internasional menjelaskan bahwa


sekitar 80% kegiatan komunikasi & Interaksi bisnis ekspor-impor biasanya
dilakukan melalui korespondensi (surat menyurat) terutama melalui sarana
teleks, faxcimili dan terutama sekali lewat e-mail. Sedangkan sisanya biasanya
dilakukan melalui negosiasi tatap muka langsung „face to face
negotiation‟.Hal ini berarti bahwa korespondensi memegang peranan yang
amat penting dalam perdagangan international pada umumnya.
Hasil negosiasi tatap muka „face to face negotiation‟ pada akhirnya juga akan
dirumuskan dan didokumentasikan dalam bentuk surat menyurat atau
korespondensi. Karena hasil pertemuan tatap muka dari kedua belah pihak
yang bernegosiasi akan dituangkan dalam bentuk catatan „notulen‟ atau
minutes. Notulen sebagai catatan tertulis tersebut biasanya akan diparaf (diberi
initial) dari masing-masing pihak yang bernegosiasi, sebagai tanda
kesepakatan sementara.

Apabila perundingan tersebut dilakukan dalam beberapa kali tatap muka dan
berkesinambungan, maka semua catatan notulen dari setiap pertemuan
tersebut akan dituangkan dalam suatu kesimpulan akhir yang disebut dengan
“Persetujuan Prinsip” atau Memorandum Of Understanding yang dikenal
dengan singkatan „MOU‟. MOU tersebut selanjutnya akan ditandatangani
bersama oleh kedua belah pihak yang membuat kesepakatan dalam suatu
upacara sederhana yang disebut dengan „Assigment of MOU‟.

Dengan demikian jelaslah bahwa kendatipun suatu transaksi dilakukan dengan


cara tatap muka, pada akhirnya tetap akan dirumuskan dalam bentuk tertulis,
atau dalam bentuk dokumen surat menyurat. Maka cara apapun yang dipakai
dalam transaksi apakah melalui korespondensi atau negosiasi tatap muka, pada
akhirnya korespondensi tetap akan memegang peranan yang terpenting, sebab
tanpa adanya korespondensi baik melalui media surat biasa, teleks, faksimili,
email, dan lain-lain maka suatu transaksi perdagangan khususnya ekspor-
impor rasanya mustahil dapat dilaksanakan.

78
1. Korespondensi dan Citra Baik (Favourable Image)
Pada prakteknya hampir sebagian besar relasi bisnis kita bisa jadi hanya
mengenal perusahaan kita melalui surat-surat (brosur, leaflet, price list)
yang telah kita kirimkan. Mereka tidak menganal kita secara pribadi atau
personal. Oleh karena itu, desain bentuk dan isi surat mulai dari kop surat,
isi surat dan bahasa yang digunakan akan menjadi cerminan awal dari
eksistensi perusahaan kita.
Citra perusahaan pada tahap awal perkenalan mungkin sekilas hanya
diwakili oleh bentuk sampul amplop ataupun kop suratnya, oleh karena itu
desain amplop maupun kop surat perlu dibuat dengan desain yang anggun
dan indah yang dapat memberikan informasi dasar mengenai perusahaan,
terutama yang dapat menunjukkan sejauh mana integritas dan bonafiditas
perusahaan.
2. Korespondensi dan Reputasi (Good Reputation)
Apabila perusahaan kita telah mendapatkan pesanan pertama (first order =
trial order) maka hal ini berarti kita mulai memasuki tahap yang amat
penting dalam kehidupan usaha bisnis tersebut. Pesanan pertama
merupakan ujian atas bonafiditas perusahaan, dan salah satu ukuran yang
dapat dipakai adalah apakah perusahaan dapat memegang komitmen,
khususnya tentang „tepat mutu dan tepat waktu‟ sebagaimana yang
disepakati dalam dokumen „MOU‟.
3. Korespondensi dan Kepercayaan (Reliability)
Citra yang baik muncul dari penampilan lahir yang baik, sedangkan
reputasi yang baik akan terlahir dari kemampuan perusahaan dalam
memegang janji komitmen atau dalam menunjukkan kinerja yang baik.
Apabila perusahaan dapat mencapai kedua sasaran diatas maka secara
otomatis para pelanggan akan menaruh kepercayaan kepada perusahaan
dalam aktifitas transaksi bisnisnya. Peranan korespondensi sangatlah
penting untuk dapat menunjang mewujudkan tercapainya ketiga sasaran
tersebut yaitu tercapainya :citra, reputasi dan kepercayaan dari mitra bisnis
perusahaan (Edhy, 2003).

79
I. Etika Korespondensi

Berdasarkan uraian diatas telah kita ketahui betapa pentingnya peranan


korespondensi dalam menunjang aktifitas bisnis perusahaan, berikut ini adalah
beberapa hal yang perlu dikemukakan berkaitan dengan „tata cara dan etika‟
dalam korespondensi bisnis, antara lain (Rakhmat, 1993):
1. Isi Surat
Tujuan dari setiap korespondensi adalah mengkomunikasikan atau
menyampaikan pesan, amanat, berita maupun informasi dan data kepada
relasi bisnis kita dengan baik dan benar serta dengan cara yang sopan. Pada
dasarnya „isi surat‟ yang baik harus memenuhi tiga syarat sebagai berikut :
a. Jelas, isi pesan dan berita yang disampaikan
b. Tepat (data & informasi), terlebih apabila menyangkut angka-angka.
c. Benar (tata bahasanya) serta singkat padat penyampaiannya.
2. Bahasa yang Baik dan Benar
Kata-kata, kalimat dan bahasa yang dipakai dalam korespondensi harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Jelas ejaannya, biasakan menggunakan kata-kata yang tepat untuk
konteks kalimat tertentu, jika diperlukan anda dapat menggunakan
kamus untuk mencari kata-kata yang tepat (terutama untuk
korespondensi yang berbahasa Inggris).
b. Tidak menggunakan kata-kata yang mempunyai arti ganda dan bias
menimbulkan kerancuan salah penafsiran yang membingungkan
penerima surat.
c. Gunakan tata bahasa yang runtut dan tidak perlu menambahi dengan
embel-embel dan basa-basi yang tidak diperlukan. Pada dasarnya
gramatika bahasa Inggris hamper sama dengan bahasa Indonesia,
karena itu jika kita dapat menyusun kalimat bahasa Indonesia yang
baik dan benar, maka akan sangat mudah untuk dapat ditrabslate atau
diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan baik dan benar pula.
3. Tulis dan Ketik yang Rapi. Ingatlah selalu bahwa surat yang kita kirimkan
akan mencerminkan citra diri dan kepribadian kita. Ketikan atau tulisan
yang rapi akan memberikan kesan bahwa penulis surat itu atau orang yang

80
menandatangani surat itu adalah seorang yang teliti, bersih, rapih dan
efisien. Hindari penggunaan penghapus (tip-ex) atau correction pen,
karena surat bisnis resmi harus bias menampilkan ketelitian dan
keprofesionalan pengirimnya.
4. Perhatikan Tata Letak Surat
Susunan isi surat dan lay outnya pada umumnya dapat dibagi-bagi dalam
beberapa bagian sebagai berikut: ruang referensi, ruang nama & alamat,
kalimat pembuka, Isi surat, kalimat penutup, nama pengirim, tanda tangan
pengirim dan jabatan pengirim. Pembahasan lebih lanjut mengenai
masalah ini akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.
5. Membaca Kembali (Koreksi)
Sebelum anda mengirimkan atau menandatangani surat tertentu, terlebih
dahulu luangkan waktu anda untuk membaca kembali surat tersebut, hal
ini penting untuk menghindari kesalahan-kesalahan fatal yang seharusnya
tidak perlu terjadi. Jika anda seorang manajer sebaiknya jangan 100%
percayakan urusan korespondensi kepada sekretaris anda, telitilah sebelum
surat tersebut anda tanda tangani, karena andalah yang menjadi
penanggung jawab atas isi surat itu, Ingatlah isi surat tersebut kelak bisa
dijadikan barang bukti di pengadilan apabila terjadi perselisihan dan
sengketa bisnis dengan relasi anda, oleh karena itu baca lagi dan sekali lagi
sebelum anda menandatanganinya.
6. Balas Segera
Usahakan membalas setiap surat yang masuk „segera‟ setelah surat itu
diterima. Apabila perlu surat yang masuk dibalas pada hari yang sama.
Jangan tunda hingga esok apa yang bisa anda selesaikan hari ini. Mungkin
sebagian besar pelanggan memutuskan membeli produk dari perusahaan
anda bukan atas dasar pertimbangan harga atau mutu barang, namun lebih
didasari oleh kecepatan pelayanan dan perhatian kita terhadap kepuasan
kebutuhan pelanggan.

81
J. Evaluasi Proses Korespondensi

Evaluasi dalam proses korespondensi adalah upaya untuk melihat efektivitas


atau tercapai tidaknya komunikasi tersebut setelah dijalankan. Evaluasi perlu
selalu dilakukan untuk melihat hasil dari kegiatan ynag telah kita kerjakan
bukan hanya pada proses komunikasi, tetapi seharusnya untuk setiap kegiatan.
Tujuan utama dari hal ini adalah sebagai sarana mawas diri agar kegiatan sam
dilakukanpada masa yang akan datang lebih baik daripada yang telah
dilakukan sebelumnya.Evaluasi proses korespondensi dilakukan dengan
berbagai cara antara lain(Kristanto, 2003):
1. Memikirkan kembali surat yang telah dikirimkan apakah telah sesuai
dengan tujuan semula atu belum sesuai.
2. Meminta umpan balik / feed back dan penerima pesan baik secara
langsung, maupun tidak langsung. Hal paling mmudah untuk melakukan
hal ini adalah dengan menilai balasan dari penerima surat. Bila tanggapan
sesuai harapan, maka kegiatan korespondensi dapat disebut berhasil,
sementara bila masih banyak ditanyakan substansi dari surat tersebut,
menandakan ada hal yang belum tepat dan surat yang kita kirimkan.
Identifikasi ketidak tepatan tersebut harus cepat dilakukan sebelum
mengganggu proses komunikasi berikutnya.
3. Belajar dari kesalahan-kesalahan yang dibuat. Pepatah Barat mengatakan
The experiennces is the best teacher atau pengalaman adalah guru terbaik.
Idetifikasi kesalahan-kesalahan yang telah dibuat jangan mengulang
kembali kesalahan-kesalahan tersebut karena hanya orang bodohlah yang
mengulangi kesalahan untuk yang ke dua kali.

82
DAFTAR PUSTAKA

Bratawidjaja, Thomas Wiyasa. 1992. Korespondensi Bisnis. PT. Pustaka Binaman


Pressindo: Jakarta.

Kristanto, Andri. 2003. Perancangan Sistem Informasi dan aplikasinya. Gava


Media :Yogyakarta.

Sutanta, Edhy. 2003. Sistem Informasi Manajemen. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Purwanto, Djoko. 2003. Korespondensi Bisnis Modern. Penerbit Esensi : Jakarta.

Rakhmat, Jalaluddin. 1993. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya :


Bandung.

83
DEFINISI, TAHAPAN, PROSES, FAKTOR
PENTING SERTA PENYEBAB TERJADI BAB
NEGOSIASI DAN KONFLIK
8
Tujuan Instruksional Khusus:

Setelah membaca modul ini mahasiswa mampu:


a. Menjelaskan definisi nogosiasi dan konflik.
b. Menjelaskan tahapan negosiasi.
c. Menyebutkan proses negosiasi.
d. Menganalisis faktor dan penyebab konflik.

ISI DAN PEMBAHASAN

Konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.Menurut Thill (1994)
negosiasi merupakan suatu proses saat dua pihak mencapai perjanjian yang dapat
memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan dengan elemen-elemen
kerjasama dan kompetisi. Termasuk di dalamnya, tindakan yang dilakukan ketika
berkomunikasi, kerjasama atau memengaruhi orang lain dengan tujuan tertentu.

Negosiasi bisnis adalah pertemuan tatap muka antara 2 orang atau dua kelompok
pengusaha untuk melakukan serangkaian tawar menawar yang berkesinambungan
mengenai suatu subjek niaga tertentu yang bertujuan untuk mencapai suatu
perjanjian atau suatu kontrak dagang. Setiap perunding akan maju ke meja
perundingan dengan tujuan dan tekad untuk mencapai suatu prjanjian dengan
syarat-syarat yang secara optimal akan memuaskan kedua belah pihak. Negosiasi
yang berhasil adalah negosiasi yang membuahkan suatu kontrak atau perjanjian.
Sebaliknya negosiasi yang menemui jalan buntu hanya menghasilkan suatu

84
perjanjian yang hanya akan memuaskan salah satu pihak saja. Yang lazim
biasanya menyangkut mutu barang atau produk, harga, syarat pembayaran, tempat
penyerahan, waktu penyerahan, sertifikat mutu, garansi, perawatan purna jual, dan
lain sebagainya (AnonimA, 2013).

Faktor yang paling berpengaruh dalam negosiasi adalah filosofi yang


menginformasikan bahwa masing-masing pihak yang terlibat. Ini adalah
kesepakatan dasar kita bahwa "semua orang menang", filsafat ini menjadi dasar
setiap negosiasi. Kunci untuk mengembangkan filsafat supaya "semua orang
menang" adalah dengan mempertimbangkan setiap aspek negosiasi dari sudut
pandang pada pihak lain dan pihak negosiator.Menurut Garry (1999) unsur
penting dalam negosiasi adalah power, informasi dan waktu. Power yang
dimaksud tentu saja crude power, tetapi berbentuk kekuatan bersaing, kekuatan
mengambil resiko, kekuatan komitmen, kekuatan keahlian, dan masih banyak
lagi.Kelengkapan dan keakuratan informasi juga merupakan senjata yang ampuh
dalam negosiasi.Jika kita tahu bahwa „lawan‟ kita tidak mempunyai alternatif, kita
dapat menaikkan bargaining position kita.Dan „waktu‟ dapat dimanfaatkan untuk
menaikkan posisi dalam negosiasi.

Tahapan-tahapan Negosiasi
1. Tahapan Persiapan
Tahapan persiapan dalam negosiasi meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Persiapan sebagai kunci keberhasialan;
2. Mengenal lawan, pelajari sebanyak mungkin pihak lawan dan lakukan
penelitian;
3. Usahakan berfikir dengan cara berfikir lawan dan seolah-olah kepentingan
lawan sama dengan kepentingan anda;
4. Sebaiknya persiapkan pertanyaan-pertanyaan sebelum pertemuan dan
ajukan dalam bahasa yang jelas dan jangan sekali-kali memojokkan atau
menyerang pihak lawan;
5. Memahami kepentingan kita dan kepentingan lawan;
6. Identifikasi masalahnya, apakah masalah tersebut menjadi masalah bersama
7. Menyiapkan agenda, logistik, ruangan dan konsumsi

85
8. Menyiapkan tim dan strategi
9. Menentukan BTNA (Best Alternative to A Negitieted Agreement)
alternative lain atau harga dasar (Bottom Line)

2. Tahap Orientasi dan Mengatur Posisi


Tahap orientasi dan mengatur posisi dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagi
berikut :
1. Bertukar Informasi
2. Saling menjelaskan permasalahan dan kebutuhan
3. Mengajuakan tawaran awal

3. Tahap Pemberian Konsensi/ Tawar Menawar


Langkah-langkah yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah :
1. Para pihak saling menyampaikan tawaranya, menjelaskan alasanya dan
membujuk pihak lain untuk menerimanya;
2. Dapat menawarkan konsensi, tapi pastikan kita memperoleh sesuatu sebagai
imbalanya.
3. Mencoba memahai pemikiran pihak lawan
4. Mengidentifikasi kebutuhan bersama
5. Mengembangkan dan mendiskusiakan opsi-opsi penyelesaian.

4. Tahapan Penutup
Langkah-langkh yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah sebagi berikut :
1. Mengevaluasi opsi-opsi berdasarkan kriteria obyektif
2. Kesepakatan hanya menguntungkan bila tidak ada lagi opsi lain yang lebih
baik, bila tidak berhasil mencapai kesepakatan, membatalkan komitmen
atau menyatakan tidak ada komitmen.

Faktor Penyebab Konflik


Menurut (Harakamp, 2005) konflik tidak merancang suatu kerangka kerja yang
mencakup segala-galanya, juga tidak melontarkan pembenaran atas pro atau
kontra kepada salah satu pihak. meski demikian, dalam menyingkap dasar-dasar
teoritis suatu konflik, ia membenarkan kandungan kognitif suatu konflik tetap
utuh, namun mudah dikenali. jelas Klaos berharap bahwa pengakuan metateoritis

86
mengenai konflik ini akan bermanfaat dalam upaya mengakhiri perang intelektual
di antara aliran-aliran penelitian antropologis.

Perbedaan individu yang didasari oleh perbedaan pendirian dan perbedaan


perasaan.Setiap manusia memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda,
sehingga dalam menilai sesuatu tentu memiliki penilaian yang berbeda-
beda.Misalnya masyarakat menilai kebijakan pemerintah mengenai menaikkan
harga BBM karena harga bahan mentah naik. Tentu setiap masyarakat akan
menilai dengan pemikirannya masing-masing yang mungkin secara umum terbagi
menjadi kelompok yang pro dan kontra.

Proses Terjadinya Konflik


Menurut (Liliweri, 2005) konflik dapat dikatakan sebagai bentuk pertentangan
alamiah yang dihasilkan oleh individu atau kelompok yang berbeda etnik ( suku
bangsa, ras, agama, golongan), karena di antara mereka memiliki perbedaan
dalam sikap, kepercayaan, nilai, atau kebutuhan. sering kali konflik itu dimulai
dengan hubungan pertentangan antara dua atau lebih etnik (individu atau
kelompok) yang memiliki, atau merasa memiliki, sasaran-sasaran tertentu
namundiliputi pemikiran, perasaan, atau perbuatan yang tidak sejalan. bentuk
pertentangan alamiah dihasilkan oleh individu atau kelompok etnik, baik
intraetnik maupun antaretnik, yang memiliki perbedaan dalam sikap, kepercayaan,
nilai-nilai atau kebutuhan. pertentangan atau pertikaian antaretnik itu muncul
karena ada perbedaan kebutuhan, nilai, dan motivasi pelaku yang terlibat di
dalamnya.

Konflik merupakan suatu gejala yang umumnya muncul sebagai akibat dari
interaksi manusia dalam hidup bermasyarakat. Konflik akan timbul ketika terjadi
persaingan baik individu maupun kelompok. Konflik juga bisa dipicu karena
adanya perbedaan pendapat antara komponen-komponen yang ada di dalam
masyarakat membuatnya saling mempertahankan ego dan memicu timbulnya
pertentangan. Bukan hanya di masyarakat konflik juga bisa terjadi di satuan
kelompok masyarakat terkecil, keluarga, seperti konflik antar saudara atau suami-
istri (Anonim B, 2013).

87
1. Potensi Pertentangan atau Ketidakselarasan
Tahap pertama ini adalah munculnya kondisi-kondisi yang menciptakan peluang
bagi pecahnya konflik. Kondisi-kondisi tersebut tidak harus mengarah langsung
pada konflik, tetapi salah satunya diperlukan jika konflik akan muncul. Secara
sederhana, kondisi-kondisi tersebut dapat dipadatkan ke dalam tiga kategori
umum, yaitu:
1. Komunikasi
Sebuah ulasan mengenai penelitian menunjukkan bahwa konotasi kata yang
menimbulkan makna yang berbeda, pertukaran informasi yang tidak
memadai, dan kegaduhan pada saluran komunikasi merupakan hambatan
komunikasi dan kondisi potensial pendahulu yang menimbulkan
konflik.Penelitian menunjukkan bahwa potensi konflik meningkat ketika
terjadi terlalu sedikit atau terlalu banyak informasi.Jelas, meningkatnya
komunikasi menjadi fungsional sampai pada suatu titik, dan diatasnya
dengan terlalu banyak komunikasi, meningkat pula potensi konflik.
2. Struktur
Istilah struktur digunakan dalam konteks ini untuk mencakup variabel-
variabel seperti ukuran, kadar spesialisasi dalam tugas-tugas yang diberikan
kepada anggota kelompok, keserasian antara anggota dan tujuan, gaya
kepemimpinan, sistem imbalan, dan kadar ketergantungan antar kelompok.
Penelitian menunjukkan bahwa ukuran dan spesialisasi bertindak sebagai
daya yang merangsang konflik.Semakin besar kelompok dan semakin
terspesialisasi kegiatan-kegiatannya, semakin besar pula kemungkinan
terjadinya konflik.Semakin besar ambiguitas dalam mendefinisikan secara
tepat dimana letak tanggung jawab atas tindakan, semakin besar potensi
munculnya konflik.
3. Variabel-variabel Pribadi
Kategori ini meli[uti kepribadian, emosi, dan nilai-nilai. Bukti menunjukkan
bahwa jenis kepribadian tertentu memiliki potensi memunculkan
konflik.Emosi juga dapat menyebabkan konflik.Nilai yang berbeda-beda
yang dianut tiap-tiap anggota dapat menjelaskan munculnya konflik.

88
2. Kognisi dan Personalisasi
Sebagaimana yang telah disinggung dalam definisi mengenai konflik, disyaratkan
adanya persepsi.Karena itu, salah satu pihak (atau lebih) harus menyadari adanya
kondisi-kondisi pendahulu.Namun karena suatu konflik yang dipersepsi, tidak
berarti bahwa konflik itu dipersonalisasi. Konflik yang dipersepsi merupakan
kesadaran oleh satu atau lebih pihak akan adanya kondisi-kondisi yang
menciptakan peluang munculnya konflik. Pada tahap ini mungkin tidak
berpengaruh apapun pada perasaan satu dan yang lainnya.Baru pada tingkat
perasaan, yaitu ketika orang mulai terlibat secara emosional, para pihak tersebut
merasakan kecemasan, ketegangan, frustasi, atau rasa bermusuhan.

Tahap ini penting karena disinilah isu-isu konflik biasanya didefinisikan. Pada
tahapan proses inilah, para pihak memutuskan konflik itu tentang apa, dan pada
akhirnya ini sangat penting karena cara sebuah konflik didefinisikan akan
menentukan jalan panjang menuju akhir penyelesaian konflik.

3. Maksud
Mengintervensi antara persepsi serta emosi orang dan perilaku mereka. Masud
adalah keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu. Seseorang harus
menyimpulkan maksud orang lain untuk mengetahui bagaimana sebaiknya
menanggapi perilakunya itu. Banyak konflik bertambah parah semata-mata karena
salah satu pihak salah dalam memahami maksud pihak lain. Selain itu, biasanya
ada perbedaan yang besar antara maksud dan perilaku, sehingga perilaku tidak
selalu mencerminkan secara akurat maksud seseorang.Dengan menggunakan sifat
kooperatif (kadar sampai mana salah satu pihak berupaya memuaskan
kepentingan pihak lain) dan sifat tegas (kadar sampai mana salah satu pihak
berupaya memperjuangkan kepentingannya sendiri), lima maksud penanganan
konflik berhasil diidentifikasi:
1. Bersaing
Yaitu hasrat untuk memuaskan kepentingan pribadi, tanpa memedulikan
dampaknya atas pihak lain yang berkonflik dengannya. Perilaku ini
mencakup maksud untuk mencapai tujuan anda dengan mengorbankan
tujuan orang lain, berupaya meyakinkan orang lain bahwa kesimpulan anda

89
benar dan kesimpulannya salah, dan mencoba membuat orang lain
dipersalahkan atas suatu masalah.
2. Bekerja sama
Yaitu suatu situasi dimana pihak-pihak yang berkonflik ingin sepenuhnya
memuaskan kepentingan kedua belah pihak.Maksud para pihak adalah
menyelesaikan masalah dengan memperjelas perbedaan ketimbang
mengakomodasi berbagai sudut pandang.
3. Menghindar
Yaitu hasrat untuk menarik diri dari konflik atau menekan sebuah konflik.
Maksud dari perilaku ini adalah mencoba mengabaikan suatu konflik dan
menghindari orang lain yang berbeda pendapat.
4. Akomodatif
Yaitu kesediaan salah satu pihak yang berkonflik untuk menempatkan
kepentingan lawannya di atas kepentingannya sendiri.Maksud dari perilaku
ini adalah supaya hubungan tetap terpelihara, salah satu pihak bersedia
berkorban.
5. Kompromis
Yaitu situasi dimana masing-masing pihak yang berkonflik bersedia
mengalah dalam satu atau lainhal. Saat itulah terjadi tindakan berbagi yang
mendatangkan kompromi.Maksud kompromis ini tidak jelas siapa yang
menang dan kalah.Tiba-tiba muncul kesediaan dari pihak-pihak yang
berkonflik untuk membatasi objek konflik dan menerima solusi meski
sifatnya sementara.Karena itu, cirri khas maksud kompromis adalah masing-
masing pihak rela menyerahkan sesuatu atau mengalah.

4. Perilaku
Tahap perilaku meliputi pernyataan, aksi dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak
yang berkonflik. Perilaku konflik ini biasanya merupakan upaya kasat mata untuk
mengoperasikan maksud dari masing-masing pihak. Tetapi perilaku ini memiliki
kualitas stimulus yang berbeda dari maksud.Jika konflik bersifat disfungsional,
maka perlu dilakukan berbagai teknik penting untuk meredakannya. Para manajer
mengendalikan tingkat konflik dengan manajemen konflik (conflict management),

90
yaitu pemanfaatan teknik-teknik resolusi dan dorongan (stimulasi) untuk
mencapai tingkat konflik yang diinginkan.

5. Akibat
Jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan konsekuensi.
Akibat atau konsekuensi itu bisa bersifat fungsional, dalam arti konflik tersebut
menghasilkan kinerja kelompok, atau juga bisa bersifat disfungsional karena
justru menghambat kinerja kelompok.
1. Akibat fungsional
Meningkatnya keragaman kultur dari anggota dapat memberikan manfaat
lebih besar bagi organisasi. Penelitian memperlihatkan bahwa heterogenitas
antaranggota kelompok dan organisasi dapat meningkatkan kreativitas,
memperbaiki kualitas keputusandan memfasilitasi perubahan dengan cara
meningkatkan fleksibilitas anggota.
2. Akibat disfungsional
Pertengkaran yang tak terkendali menumbuhkan rasa tidak senang, yang
menyebabkan ikatan bersama renggang, dan pada akhirnya menuntun pada
kehancuran kelompok. Diantara konsekuensi-konsekuensi yang tidak
diharapkan tersebut, terdapat lambannya komunikasi, menurunnya
kekompakan kelompok, dan subordinasi tujuan kelompok oleh dominasi
perselisihan antar anggota.
3. Menciptakan konflik fungsional
Salah satu cara organisasi menciptakan konflik fungsional adalah dengan
memberi penghargaan kepada orang yang berbeda pendapat dan
menghukum mereka yang suka menghindari konflik.

91
DAFTAR PUSTAKA

Alo Liliweri. 2005. Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. LkiS.


Yogyakarta. (438 hal).

Anton van Harskamp. 2005. Konflik-Konflik dalam Ilmu Sosial. Kanisius.


Yogyakarta. (227 hal).

Gary, Goodpaster. 1999. Panduan Mediasi. Jakarta. ELIPS.

Google, 2013. http://id.shvoong.com/business-management/2172801-definisi-dan-


tujuan-negosiasi-bisnis/. Diakses pada tanggal 08 Juni 2013, pukul 14.00
wib.

Google, 2013. http://blog.ideguru.com/2012/12/pengertian-konflik.html. Diakses


pada tanggal 08 Juni 2013, pukul 14.20 wib.

Thill, John and Courtland Bovee. 1994. Excelence In Bussines Comunications.


New York : Mc Gra Hill Inc

92
DAFTAR PUSTAKA

Alo Liliweri. 2005. Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. LkiS.


Yogyakarta. 438 hal.

Ali, Adlan dan Tanzil. 2009. Pedoman Lengkap Menulis Surat. PT Kawan
Pustaka. Jakarta.

Anton van Harskamp. 2005. Konflik-Konflik dalam Ilmu Sosial. Kanisius.


Yogyakarta. 227 hal.

Bovee, dan Thill. 2006. Komunikasi bisnis. Indeks. Jakarta.

Bovee, C.L. &Thill, J.V.2007.KomunikasiBisnis. Jilid 1& 2. Edisi Kedelapan.


Indeks. Jakarta.

Bovee, C.L. & Thill, J.V. 2007. Komunikasi Bisnis. Indeks. Jakarta.

Bratawidjaja, Thomas Wiyasa. 1992. Korespondensi Bisnis. PT. Pustaka Binaman


Pressindo: Jakarta.

Curtis, dan James J.Floyd, Jerry L. Winsor.2002. Komunikasi Bisnis dan


Profesional, disunting oleh Prof. Dr. Yuyun Wirasasmita, M. Sc. Rosda.
Jakarta.

Dewi, Sutrisna. 2007. Komunikasi Bisnis. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Disertasi Js. Drs. Ongky Setio Kuncono, MM, MBA, Pengaruh Etika Confucius
Terhadap Kewirausahaan, Kemampuan Usaha dan Kinerja Usaha
Pedagang Eceran Etnis Tionghoa di Surabaya.

Dwiwibawa F. 2008. Latihan Dasar Kepemimpinan. Kanisius. Yogyakarta


Hal 73.

Enterprise, Jubille. 2010. 30 Bisnis Berbasis Ide bagi Siapa Pun. PT Alex Media
Komputindo. Jakarta.

Gary, Goodpaster. 1999. Panduan Mediasi. ELIPS. Jakarta.

Google, 2013. http://id.shvoong.com/business-management/2172801-definisi-dan-


tujuan-negosiasi-bisnis/. Diakses pada tanggal 08 Juni 2013, pukul 14.00
wib.

Google, 2013. http://blog.ideguru.com/2012/12/pengertian-konflik.html. Diakses


pada tanggal 08 Juni 2013, pukul 14.20 wib.

93
Guffey, Mary Ellen. 2006. Komunikasi Bisnis Proses dan Produk. Salemba
Empat. Jakarta.

Haryani, Sri. 2001. Komunikasi Bisnis. AMP YPKN. Yogyakarta.

http://akangjuheri.wordpress.com/2011/08/15/tata-cara-penulisan-surat-lamaran-
kerja-yang-baik-dan-benar/ Diakses tanggal 21 Mei 2013.

http://bayuksukses.blogspot.com/2008/12/penulisan-laporan-bisnis.html Diunduh
pada tanggal 09/05/2013 19.25.

http://carapedia.com/ResumeBaik_info146.html. Diakses tanggal 20 Mei 2013.

http://toga-manulang.blogspot.com/2010/11/komunikasi-bisnis-penulisan-
laporan.html Diunduh pada tanggal 09/05/2013 19.25.

http://www.poztmo.com/2011/10/contoh-surat-lamaran-kerja.html. Diakses
tanggal 20 Mei 2013.

http://www.scribd.com/doc/39699752/Penulisan-Resume. Diakses tanggal 22 Mei


2013.

http://yosephlaporan.blogspot.com/2012/01/penulisan-laporan-bisnis.html
Diunduh pada tanggal 09/05/2013 19.25.

K, Bertens. 2007. Etika. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Keraf, Sony. 2007. Etika Bisnis. Kanisius: Yogyakarta (halaman 74- 81).

Khairandy, Ridwan. 2007. Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum. Jurnal


Hukum Bisnis, Volume 26 Nomor 3.

Kristanto, Andri. 2003. Perancangan Sistem Informasi dan aplikasinya. Gava


Media :Yogyakarta.

L, Sinuor Yosephus. 2010. Etika Profesis Bisnis


Pendekatan Filsafat Moral terhadap Perilaku Pebisnis Kontemporer.
Obor: Jakarta.

Machfoedz, Mahmud. 2002. Komunikasi Bisnis. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Panuju, Rendi. 1995. Komunikasi Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Prawirokusumo, Soeharto. 2003. Perilaku Bisnis Modern – Tinjauan pada Etika


Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial”. Jurnal Hukum Bisnis (halaman 83).

Purwanto, Djoko. 2003. Komunikasi Bisnis. Penerbit Erlangga: Jakarta.

94
Purwanto, Djoko. 2003. Korespondensi Bisnis Modern. Penerbit Esensi : Jakarta.

Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi bisnis. Erlangga. Jakarta

Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis Edisi Ke 3. Erlangga: Jakarta (Hal


266-268).

Purwanto, Djoko. 2007. Korespondensi Bisnis Modern. Erlangga. Jakarta

Purwanto, Djoko. 2007. Korespondensi Bisnis Modern. Esensi Erlangga Group:


Jakarta (Hal 122).

Purwanto, Djoko. 2008. Korespondensi Bisnis Modern. Penerbit Esensi: Jakarta.

Purwanto, Djoko. 2008. Panduan Lengkap Memasuki Dunia Kerja. Esensi


Erlangga Group: Jakarta (Hal79).

Purnanto, Djoko. 2008. Panduan Lengkap Memasuki Dunia Kerja. Erlangga:


Jakarta.

Rahmawati, Ridha . 2000. Wawancara kerja. Visimedia. Surabaya

Rakhmat, Jalaluddin. 1993. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya :


Bandung.

Rindjin, Ketut. 2004. Etika Bisnis dan Implementasinya. Gramedia Pustaka


Umum: Jakarta (halaman 83).

Rudito, Bambang. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial


Perusahaan di Indonesia. Kanesius: Yogyakarta.

Sunarto. 2004. Komuniasi Bisnis. Amus . Yogyakarta.

Sunarto SE.,MM. 2004. Komunikasi Bisnis Edisi Revisi 2. AMUS.Yogyakarta.

Suseno. 1987. Etika Dasar; Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Kanisius:


Yogyakarta (halaman 15).

Sutanta, Edhy. 2003. Sistem Informasi Manajemen. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Thill, John and Courtland Bovee. 1994. Excelence In Bussines Comunications.


Mc Gra Hill Inc: New York
Widyamartaya dan Vero. 2005. Mahir Menulis Berbagai Laporan. Kanisius:
Yogyakarta (Hal 9).

95

Anda mungkin juga menyukai