KEBIJAKAN
FISKAL DI
INDONESIA
KELOMPOK
KELOMPOK 55
RENDHIKA
RENDHIKAADHIAYATAMA
ADHIAYATAMA 7192540001
7192540001
MIKA YOHANA PAKPAHAN 7193240008
MIKA YOHANA PAKPAHAN 7193240008
DINDA
DINDAARISKA
ARISKA 7192340030
7192340030
MATERI YANG AKAN DIBAHAS:
E.ARAH
D.ARAH
KEBIJAKAN
KEBIJAKAN
FISKAL
FISKAL DI MASA
PEMERINTAH
PANDEMI
TAHUN 2022
A. PENGERTIAN DAN DESAIN KEBIJAKAN FISKAL
Perilaku kebijakan fiskal dalam menghadapi siklus bisnis (business cycles) telah lama menjadi
pembahasan di kalangan ekonom. Berdasarkan aliran pemikiran, terdapat dua kelompok utama yang
mengemukakan pandangan mereka berkaitan dengan perilaku kebijakan fiskal dan siklus bisnis, yaitu
ekonom pendukung Keynessian (counter-cyclical) dan ekonom pendukung hipotesis taxsmoothing.
Pendukung Keynesian yang lebih menyukai kebijakan fiskal countercyclical menyatakan bahwa
pemerintah harus meningkatkan belanja dan/atau menurunkan tarif pajak selama resesi untuk
menstimulasi permintaan agregat dan secara parsial mencegah penggunaan sumber daya ekonomi yang
tidak optimal (underemploying) dalam jangka waktu yang panjang. Sebaliknya, dalam periode ekspansi
(booms) pemerintah harus melakukan pengurangan belanja dan/atau menaikkan tarif pajak untuk
mendinginkan (cool off) perekonomian dan mengendalikan tekanan inflasi
C. STUDI EMPIRIS TENTANG KEBIJAKAN FISKAL
Menkeu menjelaskan bahwa dari sisi pendapatan negara, reformasi di bidang perpajakan akan diarahkan untuk menggali
dan meningkatkan basis perpajakan, memperkuat sistem perpajakan, serta peningkatan strategi antara pendapatan
perpajakan dan PNBP. Sedangkan di bidang PNBP, Pemerintah akan terus optimalkan aset negara untuk bisa
menghasilkan dividen maupun pendapatan sehingga pelayanan publik dapat meningkat. “Kita akan terus mendesain,
belanja itu menjadi komponen automatic stabilizer. Artinya, waktu ekonomi menekan masyarakat kita membantu, waktu
ekonomi membaik maka APBN akan menurun atau scaling down. Sehingga APBN tetap fleksibel dan relatif bisa dijaga
sustainabilitas dan kesehatannya”, tegas menkeu pada acara Rapat Kordinasi Pembangunan Pusat 2021.
Selanjutnya dari sisi belanja negara, reformasi dilakukan agar kualitas belanja terus meningkat sehingga berbagai
program prioritas dengan berorientasi hasil dapat diakomodir. Efisiensi belanja juga akan dilakukan terhadap belanja-
belanja non prioritas baik di pusat maupun di daerah. Dengan demikian, belanja APBN diarahkan untuk membantu
masyarakat serta pembangunan infrastruktur, bukan untuk pembangunan kantor dan kendaraan dinas pemerintah. Hal ini
diharapkan mampu menjaga perekonomian kita tetap stabil dan mampu bertahan dari berbagai krisis yang hadir. Selain
belanja yang dilakukan Kementrian/Lembaga, belanja pemerintah daerah yang dananya berasal dari TKDD juga
ditingkatkan kualitasnya. DAU dan DBH digunakan untuk mendorong layanan publik. Dana transfer khusus (termasuk
DAK fisik dan nonfisik) dialokasikan untuk membantu pelayanan dasar di masyarakat. Sedangkan dana desa digunakan
untuk melindungi masyarakat dan memulihkan ekonomi pada tingkat desa.
KESIMPULAN
Pemerintah harus meningkatkan efektivitas penstabil otomatis (automatic stabilizers), dalam rangka
menjalankan fungsi stabilisasi kebijakan fiskal. Karena penstabil otomatis memiliki beberapa keuntungan,
yaitu: Pertama, dapat merespon perubahan siklus ekonomi dengan tepat waktu (timely) dan dapat
diprediksikan. Hal ini membantu para pelaku ekonomi untuk membangun ekspektasi yang benar dan
meningkatkan kepercayaan mereka. Kedua, bereaksi dengan intensitas yang disesuaikan terhadap ukuran
deviasi kondisi ekonomi dari yang diharapkan ketika rencana anggaran disetujui. Ketiga, penstabil otomatis
beroperasi secara simetris dengan siklus ekonomi, sehingga mengontrol terjadinya ekonomi yang memanas
(overheating) pada waktu booms dan mendorong kegiatan ekonomi selama resesi. Upaya yang dapat
dilakukan antara lain melalui reformasi sistem perpajakan untuk mengurangi tax evasion pada pajak
penghasilan. Upaya lain yang juga mungkin dilakukan adalah dengan mengintroduksi skim jaminan bagi
pengangguran (unemployment insurance schemes).
Pemerintah harus menjadikan kebijakan fiskal yang berbasis riset (researchbased fiscal policy) sebagai
suatu keniscayaan, sehingga tidak lagi hanya bertumpu pada intuisi dalam pengambilan keputusan. Riset
dilakukan terutama terkait dengan prakiraan ekonomi makro dan penilaian dampak anggaran sehingga
mendukung kredibilitas, efektivitas, dan transparansi kebijakan fiskal.
TERIMAKASIH ATAS
PERHATIANNYA