Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Konsep Kebijakan Fiskal & Moneter Sebagai Produk Politik”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan Fiskal dan Moneter


Dosen Pengampu: Budi Budiman, M.Ag., M.Si

Disusun oleh:

Herlina Sulistiawati 1188020079


Hilmy Fawwaz 1188020082

Ibadurrohman Nur M. 1188020084


Jafar Sidiq 1188020099
Khoerunnisa Rahmah 1188020102

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI


BANDUNG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu negara pasti memiliki pemerintahan yang berusaha menjaga stabilitas negara
tersebut. Baik stabilitas politik, ekonomi, social budaya, dan pertahanan demi terciptanya
suatu tatanan negara yang aman dan sejahtera. Stabilitas merupakan kemampuan suatu
organisme, populasi komunitas atau ekosistem untuk menghidupi dirinya sendiri atau
meredam sejumlah gangguan maupun tekanan dari luar.
Secara garis besar, stabilitas dalam bidang ekonomi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
stabilitas pasar barang dan jasa, stabilitas pasar uang dan stabilitas pasar luar negeri.
Kestabilan tiga hal tersebut dapat dijawab dengan kebijakan fiskal dan moneter.
Kebijakan fiskal merupakan suatu kebijakan yang berkaitan dengan pasar barang dan
jasa. Sedangkan kebijakan moneter merupakan suatu kebijakan yang bekaitan dengan pasar
uang. Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter merupakan wewenang pemerintah suatu
negara. Maka kebijakan fiskal dan kebijakan moneter dapat dikatan sebagai suatu produk
politik.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa pengertian manajemen fiskal?
b) Lembaga apa saja yang memiliki wewenang membentuk kebijakan fiskal?
c) Bagaimana mekanisme pertanggungjawaban lembaga-lembaga tersebut?

1.3 Tujuan
a) Memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Kebijakan Fiskal dan Moneter”.
b) Menambah wawasan terkait Kebijakan Fiskal.
c) Menambah wawasan terkait lembaga yang memiliki wewenang membentuk kebijakan
fiskal.
d) Menambah wawasan terkait mekanisme pertanggungjawaban lembaga-lembaga
tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aspek Politik dan Kebijakan Fiskal

Pemahaman mengenai kebijakan fiskal melalui pendekatan politik yang terkait


dengan proses pembuatan kebijakan itu sendiri. Asumsi yang dipakai adalah bahwa
sebagai sebuah keputusan kolektif, kebijakan fiskal tidak terlepas dari kepentingan actor
maupun lembaga yang secara teknis terlibat didalam rangkaian kebijakan sejak
identifikasi masalah, analisis peramalan, implementasi kebijakan hingga pengawasan dan
evaluasinya .

Kebijakan fiskal adalah kebijakan atas pemilihan instrumen yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan dalam bidang penerimaan serta pengeluaran pemerintah.
Subjek kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah dengan segala
aspek termasuk aspek hukum, aspek politik maupun aspek lainnya. Perubahan tingkat
komposisi pengaturan pengeluaran dan penerimaan dapat berdampak pada variable-
variable perekonomian yaitu agregat permintaan dan tingkat kegiatan ekonomi, pola
aplikasi sumber daya, dan distribusi sumber daya. Kebijakan fiskal sebenarnya
merupakan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan terbatas pada sumber-sumber
penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintahan. Jika


pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri
dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya jika kenaikan pajak akan menurunkan
daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.

Politik ekonomi kebijakan fiskal konvensional seperti yang diterapkan di


indonesia menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai asas atau sasaran yang harus
dicapai perekonomian nasioanal. Dalam pembahasan RAPBN hingga menjadi APBN
antara pemerintah dengan DPR merupakan pandangan para pengamat ekonomi, slah satu
isu sentralnya adalah pertumbuahan ekonomi. Adapun argumentasi pemerintah, DPR dan
pengamat ekonomi yang menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai sasaran utama
kebijkan fiskal (dalam kerangka lebih luas kebijakan makro ekonomi), yaitu untuk
memutuskan berbagi permasalah ekonomi seperti kemiskinan dan pengangguran.
Pentingnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga prioritas kebijakan fiskal hanya
terkonsentrasi pada peningkatan pertumbuhan.

Kebijakan fiskal berhubungan dengan pengaturan penerimaan dan pengeluaran


anggaran. Dalam suatu pengelolaan atau pembentukan kebijakan, dalam hal ini kebijakan
fiskal, mulai dari perumusan suatu kebijakan,formulasi kebijakan , sampai pada
implementasi dan evaluasi tak luput dari aspek-aspek politik yang ada. Disamping karena
konsep kebijakan itu sendiri merupakan salah satu konsep dari ilmu politik, yang paling
menonjol dimensi politiknya adalah bagaimana kebijakan fiskal itu bisa dibentuk.
Interaksi-interaksi aktor dalam pembentukan kebijakan inilah sebagai dimensi politik
kebijakan fiskal , bagaimana suatu kumpulan angka-angka dan rencana-rencana yang ada
diperdebatkan. Tentu semua aktor mempunyai kepentingan dalam suatu pengaturan
tersebut.

Dalam konteks Indonesia, salah satu bentuk kebijakan fiskal adalah pengelolaan
anggaran, dimana eksekutif mengajukan suatu rancangan suatu anggaran ke legislative
(DPR) , kemudian dalam DPR inilah suatu rancangan itu dibahas untuk disahkan. Disini
berbagai kepentingan bertemu untuk saling bertransaksi. Dalam kebanyakan kasus
apabila sudah tercapai kesepakatan nilai-nilai antar aktor yang tercermin dalam suatu
pembahasan draft kebijakan, maka barulah suatu kebijakan tersebut terbentuk.

B. Lembaga – Lembaga yang Memiliki Wewenang Membentuk Kebijakan


Fiskal dan Moneter.

Presiden Adalah suatu nama jabatan yang digunakan untuk pimpinan


suatu organisasi, perusahaan, perguruan tinggi, atau negara.

MENTERI

Menteri Adalah jabatan politik yang memegang suatu jabatan publik signifikan
dalam pemerintah.
DPR/ Dewan Perwakilan Rakyat
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) adalah salah satu
lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga
perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang
dipilih melalui pemilihan umum.
BI (Bank Indonesia)
Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral Republik Indonesia sesuai Pasal 23D
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD) dan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia[2]. Sebelum dinasionalisasi sesuai Undang-
Undang Pokok Bank Indonesia pada 1 Juli 1953, bank ini bernama De Javasche Bank
(DJB) yang didirikan berdasarkan Oktroi pada masa pemerintahan Hindia Belanda.[3]
Sebagai bank sentral, BI mempunyai tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua dimensi,
yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa domestik (inflasi), serta
kestabilan terhadap mata uang negara lain (kurs).
BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)
BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) adalah lembaga negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan
mandiri. Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden. Anggota BPK
sebelum memangku jabatannya wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya
yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung .

C. Kedudukan serta Mekanisme Pertanggungjawaban Lembaga

a. Kedudukan Lembaga – Lembaga Pemerintah


Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan tersebut
meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus.
Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi, dan
prioritas dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
antara lain berkaitan dengan penetapan pedoman pelaksanaan dan pertanggungjawaban
APBN, penetapan pedoman penyusunan rencana kerja kementerian negara/lembaga,
penetapan gaji dan tunjangan, serta pedoman pengelolaan Penerimaan Negara. Sedangkan
kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusan/kebijakan teknis yang berkaitan
dengan pengelolaan APBN yang antara lain berkaitan dengan keputusan sidang kabinet di
bidang pengelolaan
APBN, keputusan rincian APBN, keputusan dana perimbangan, dan penghapusan aset
dan piutang negara.

Atas pembagian kekuasaan pengelolaan Keuangan Negara tersebut, maka keuangan


negara dapat dikelompokkan dalam 3 sub bidang, yaitu:

1. Sub bidang Pengelolaan fiskal, meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal


dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi
kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan.
2. Sub bidang pengelolaan moneter, meliputi pelaksanakan kebijakan moneter,
pengaturan suku bunga dan jumlah uang beredar, serta upaya untuk mencapai
kestabilan nilai rupiah.
3. Sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, meliputi penyertaan
modal pemerintah kepada perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta,
dan badan pengelola dana masyarakat

b. Mekanisme Pertanggungjawaban Lembaga – Lembaga Pemerintah

Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan


keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat :

 dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil


Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;
 dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;
 diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah
untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri


Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut :
 Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;
 Menyusun rancangan apbn dan rancangan perubahan apbn;
 Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;

Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang


kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai berikut :
 Menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;
 Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
 Melaksanakan anggaran kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;

Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelola Keuangan


Daerah mempunyai tugas sebagai berikut :

 Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;


 Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
 Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;

Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang


daerah mempunyai tugas sebagai berikut :

 Menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;


 Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
 Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

Pemerintah Pusat dan bank sentral berkoordinasi dalam penetapan dan


pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter.

 Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada Pemerintah Daerah


berdasarkan undang-undang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
 Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah kepada
Pemerintah Daerah atau sebaliknya.
 Pemberian pinjaman dan/atau hibah sebagaimana dimaksud dilakukan setelah
mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
 Pemerintah Daerah dapat memberikan pinjaman kepada/menerima pinjaman dari
daerah lain dengan persetujuan DPRD.
c. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN

Presiden menyampaikan RUU pertanggungjawaban pelaksanaan APBN


kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK,selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan keuangan
meliputi :
 Kebijakan dalam bidang penerimaan Negara
 Kebijakan dalam bidang Pengeluaran negara
 Kebijakan Defisit dan Pembiayaannya
 Presiden menyampaikan pidato pengantar RUU APBN beserta NK-nya dalam
Rapat Paripurna DPR
 Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi atas RUU APBN 2007 beserta NK-nya
 Jawaban Pemerintah atas PU Fraksi-Fraksi atas RUU APBN 2007 beserta NK-
nya
 Pembahasan RUU APBN beserta Nota Keuangannya antara Pemerintah
dengan Panitia Anggaran DPR-RI
 Pembicaraan Tk.II/ pengambilan keputusan atas RUU APBN beserta NK-nya
 Laporan Panitia Anggaran atas Pembicaraan Tk.I/ Pembahasan RUU APBN
 Pendapat akhir Fraksi-Fraksi atas RUU APBN
 Pendapat akhir Pemerintah atas RUU APBN
 Pengambilan Keputusan atas RUU APBN
 Pemerintah menyampaikan laporan realisasi semester I dan Prognosis semester
II APBN selambat-lambatnya akhir juli dalam tahun berjalan
 Pembahasan antara Panitia Anggaran dengan Pemerintah
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kebijakan fiskal adalah kebijakan atas pemilihan instrumen yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan dalam bidang penerimaan serta pengeluaran pemerintah.
Subjek kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah dengan segala
aspek termasuk aspek hukum, aspek politik maupun aspek lainnya. Perubahan tingkat
komposisi pengaturan pengeluaran dan penerimaan dapat berdampak pada variable-
variable perekonomian yaitu agregat permintaan dan tingkat kegiatan ekonomi, pola
aplikasi sumber daya, dan distribusi sumber daya. Kebijakan fiskal sebenarnya
merupakan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan terbatas pada sumber-sumber
penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.
Lembaga-lembaga yang memiliki wewenag membentuk kebijakan fiskal dan
moneter yaitu presiden, menteri, DPR/Dewan Perwakilan Rakyat, dan BI/Bank Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. (2019). Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal. Retrieved from bi.go.id:
https://www.bi.go.id/id/Moneter/Koordinasi-Kebijakan/Contents/Default.aspx

Chandra Utama (2020) Interaksi Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Mengelola
Perekonomian Indonesia: Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan

Fatullah Yousof,2013. Fiskal Dan Moneter, Yogyakarta : Idea Press

Hendra Karianga,2013. Politik Hukum Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta :


Kencana Premendamedia Group.

Kementerian Keuangan. (2010, Juli 6). Mendisain Koordinasi Fiskal - Moneter yang Efektif.
Retrieved from fiskal.kemenkeu.go.id: https://www.fiskal.kemenkeu.go.id/dw-
konten- view.asp?id=20100706145340385736232

Medya, Ratri. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta : Pt Gelora Aksara Pratama

Sianipar, A. N. (2012). Koordinasi Kebijakan Fiskal dan Moneter di Indonesia. 2-5.

Sriyono. (2016). Strategi Kebijakan Moneter di Indonesia. 5-7.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

Syafiie, Inu Kencana. 1997. Ilmu Politik. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan


Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undangundang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Menjadi
Undang-Undang

Wahyudi Kumorotomo, 2004.Desentralisasi Fiskal Politik Dan Perubahan Kebijakan,


Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Wisnu Chandra,2006. Ekonomi Politik, Jakarta: Erlanga.

Anda mungkin juga menyukai