Anda di halaman 1dari 9

Soal

1. Sebutkan tiga peraturan perundangan dalam paket undang-undang di


bidang keuangan negara?
2. Sebutkan contoh tugas menteri keuangan dan menteri teknis dalam
pengelolaan keuangan pemerintah
3. Apa saja asas umum pengelolaan keuangan negara yang saudara
pahami
4. Uraikan secara singkat maksud dan tujuan kebijakan fiskal yang
dilakukan oleh pemerintah
5. Uraikan secara ringkas objek dan subjek keuangan negara sesuai
dengan peraturan perundnagan yang berlaku
6. Bagaimana pengelolaan keuangan negara pada tingkat pemerintah
daerah ? uraikan secara ringkas

Dasar hukum keuangan di indonesia adalah sebuah pokok yang harus di


jalankan/patuhi agar mekanisme keuangan dapat berjalan dengan lancar dan
baik
Berikut adalah beberapa dari dasar hukum keuangan di indonesia :

 UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara : menjelaskan tentang


peraturan keuangan negara

 UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara : Menjelaskan tentang


pembendarahan negara diantaranya regulasi dan lainnya

 UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung


Jawab Keuangan Negara

 PP No. 23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan


Umum;
 PP No. 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

Peraturan di atas merupakan peraturan yang di bentuk agar sistem


perokonimian dapat berjalan dengan lancar tanpa kendala sesuatu.
Tugas Kementerian Keuangan tersebut sesuai Undang –Undang Nomor 17 Tahun 2003 sebagai
berikut: 1. menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro; 2. menususun rancangan
APBN dan rancangan perubahan APBN; 3. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran; 4.
melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan; 5. melaksanakan pemungutan
pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-undang; 6. melaksanakan fungsi
bendahra umum Negara; 7. menyusun laporan keuangan yang merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN; 8. melaksanakan tugas-tugas lain di bidang
pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undangundang.

Pengertian Kebijkan Fiskal


Sebelum membahas lebih jauh mengenai kebijakan pembaca mengetahui pengertian kebijakan
fiskal secara mendalam terlebih dahulu.

Fiskal sendiri digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai bentuk pendapatan pemerintah
yang berasal dari masyarakat. Pendapatan tersebut dianggap sebagai pendapatan yang digunakan
sebagai pengeluaran negara untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negara.

Kebijakan fiskal merupakan merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dengan cara
meningkatkan atau menurunkan pendapatan atau anggaran negara. Pemerintah memiliki
kewenangan untuk menentukan besaran anggaran atau pendapatan yang dikeluarkan pada
program tertentu. 

Kebijakan ini dibuat dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian dan menjaga
keseimbangan ekonomi dalam negara. Pembuatan kebijakan ini tidak lain didasarkan pada
teori John Maynard Keynes mengenai fungsi kebijakan fiskal. 

Dalam teori ini Keynes meyakini bahwa peningkatan atau penurunan pendapatan dan
pengeluaran dapat mempengaruhi perekonomian negara. Kebijakan ini bisa meningkatkan
inflasi, aliran kas, dan mengatasi pengangguran dalam suatu negara.

Melalui kebijakan ini pengeluaran agregat dapat ditingkatkan yang bisa berdampak pada
pendapatan nasional dan tingkat penggunaan tenaga kerja. Selain itu permintaan agregat
mengenai jumlah produksi barang dan jasa pada tingkat harga tertentu juga menjadi tolak ukur
keberhasilan negara.

Baca juga : Pengertian Surat Perjanjian Hutang, Manfaat, Contohnya dan Cara
Membuatnya

Tujuan Kebijakan Fiskal


Dari pengertian di atas sebenarnya sudah tersurat apa tujuan utama mengapa pemerintah
melakukan kebijakan fiskal. Tujuan utama dari dilakukannya kebijakan ini adalah untuk
stabilitas perekonomian atau stabilitas harga. Untuk ulasan lebih lanjut mengenai tujuan dari
diberlakukannya kebijakan ini bisa di simak berikut ini.

1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada suatu negara menjadi tujuan dari diberlakukannya
kebijakan fiskal (fiscal policy). Saat perekonomian meningkat maka perkembangan bisnis
semakin nyata dan masyarakat akan memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Pendapatan
masyarakat yang tinggi menjadi tolak ukur kesejahteraan bangsa secara keseluruhan.

Upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui fiscal policy adalah dengan


mengurangi pajak. Dengan begitu masyarakat bisa lebih banyak membelanjakan pendapatannya
yang sejatinya mampu meningkatkan investasi dan pendapatan bisnis. Saat pengeluaran
pemerintah lebih tinggi maka pertumbuhan ekonomi akan terpacu untuk terus meningkat.

Baca juga : Mengetahui Lebih Jauh PPH Badan dan Mekanisme Penghitungannya

2. Mencegah Pengangguran
Pencegahan terhadap terjadinya pengangguran merupakan tujuan utama dari diberlakukannya
kebijakan ini. Kegagalan dalam mencapai kesempatan kerja penuh atau pengangguran akan
menyebabkan tidak tercapainya tingkat pendapatan nasional yang tinggi. 

Selain itu, adanya pengangguran membuat laju pertumbuhan ekonomi tidak tumbuh maksimal
dan bisa saja menurun. Dengan penerapan fiscal policy yang tepat pengangguran dapat dicegah
sehingga output nasional tetap terus tumbuh. Hal ini karena kesempatan kerja penuh dapat
tercapai dan membuat pendapatan nasional tinggi dan laju pertumbuhan ekonomi semakin baik.

3. Stabilitas Harga
Tujuan lain dari penerapan fiscal policy adalah mempertahankan harga umum pada tingkat yang
layak. Jika harga umum turun secara tajam maka akan mendorong timbulnya pengangguran
karena sektor usaha kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan.

Kondisi ini membuat perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja yang berakibat
timbulnya pengangguran yang sangat banyak. Sebaliknya, jika harga-harga umum yang naik
tajam dan terus meningkat maka memberikan dampak yang baik bagi perekonomian. 

Naiknya harga umum atau inflasi mampu menciptakan kesempatan kerja penuh dan memberikan
keuntungan kepada sebagian organ. Tetapi masyarakat berpenghasilan rendah akan tetap
menderita karena nilai uang terus menurun dan membuat mereka semakin miskin.

Baca juga : Melakukan Penghitungan Pendapatan Nasional dengan Rumus yang Tepat
Jenis Kebijakan Fiskal
Setelah mengetahui pengertian kebijakan fiskal secara mendalam, pembahasan selanjutnya yang
akan menjadi informasi penting adalah jenis-jenis kebijakan fiskal. Secara umum, kebijakan ini
dibagi dalam 2 jenis yaitu kebijakan ekspansif dan kebijakan kontraksional yang dibahas lebih
lanjut berikut ini.

1. Ekspansif
Kebijakan jenis ini biasa diterapkan saat negara mengalami resesi atau deflasi yang cukup serius
untuk merangsang kembali pertumbuhan ekonomi. Melalui kebijakan ini, pemerintah akan
melakukan penurunan pajak atau membelanjakan uang dalam jumlah besar atau bisa keduanya.

Tujuan dilakukannya kebijakan ini adalah untuk membuat konsumen memegang lebih banyak
uang. Saat masyarakat memegang uang lebih banyak, mereka akan membelanjakannya lebih
banyak pula yang berguna untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.

2. Kontraksional
Berbanding terbalik dengan jenis kebijakan sebelumnya, kebijakan konstruksional dilakukan
untuk menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Aneh memang jika kebijakan ini di terapkan
karena laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi bisa menguntungkan negara.

Namun hal ini tidak berlaku bagi negara yang mengalami tingkat inflasi yang tinggi. Ternyata
bukan hanya deflasi yang merugikan, namun inflasi yang terlalu tinggi juga dapat memberi
dampak buruk bagi negara. Kebijakan kontraksioner dilakukan dengan memotong pengeluaran
negara dan meningkatkan pajak.

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Negara

Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi obyek, subyek,
proses, dan tujuan. Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang
fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa
uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban tersebut. Dari sisi subyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh
obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan
negara. Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan
dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. Dari sisi tujuan, Keuangan Negara
meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau
penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas dapat dikelompokkan dalam sub bidang
pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara
yang dipisahkan.
Pengelolaan keuangan negara pada tingkat pemerintah daerah

Status, Mencabut

Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah mencabut Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578)

Latar Belakang

Pertimbangan penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
adalah untuk untuk melaksanakan ketentuan Pasal 293 dan Pasal 330 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Dasar Hukum

Dasar hukum Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah:

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679).

Penjelasan PP Pengelolaan Keuangan Daerah

Terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menggantikan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan dinamika dalam perkembangan
Pemerintahan Daerah dalam rangka menjawab permasalahan yang terjadi pada Pemerintahan Daerah.
Perubahan kebijakan Pemerintahan Daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah telah memberikan dampak yang cukup besar bagi berbagai peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai Pemerintahan Daerah, termasuk pengaturan mengenai Pengelolaan
Keuangan Daerah.

Definisi Pengelolaan Keuangan Daerah


Definisi dari pengelolaan keuangan daerah adalah kegiatan yang dijalankan oleh pejabat pengelola keuangan
daerah yang sesuai dengan kedudukan serta kewenangannya, yang di dalamnya mencangkup perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan juga pertanggungjawaban.

Untuk bisa lebih memahami tentang definisi pengelolaan keuangan daerah, terlebih dahulu Anda harus
memiliki kesamaan persepsi mengenai pengertian keuangan daerah. Sebenarnya ada begitu banyak definisi
tentang keuangan daerah. Namun pada intinya, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006,
kita dapat memahami bahwa pengertian  keuangan daerah adalah hak dan kewajiban daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bisa dinilai dengan uang.

Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa keuangan daerah pada intinya mencangkup dua hal, yaitu
Hak Daerah dan Kewajiban Daerah. Hak daerah ialah segala hal yang secara hukum merupakan milik daerah
dan dapat dijadikan sebagai milik pemerintah. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan
atau dikerjakan, ataupun hal-hal yang berkaitan dengan tugas dan pekerjaan. Jika hak dan kewajiban tersebut
dapat dinilai dengan uang, maka hal tersebut telah dapat dikatakan sebagai bagian dari keuangan daerah.

Ruang Lingkup Keuangan Daerah


Jika berbicara tentang keuangan daerah, kita juga pasti akan berbicara mengenai ruang lingkupnya. Berikut
ruang lingkup keuangan daerah:

1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah serta retribusi daerah


2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah
3. Penerimaan daerah dan pengeluaran daerah
4. Kekayaan daerah yang dikelola oleh Pemerintah Daerah itu sendiri atau pihak lain. Kekayaan daerah
bisa berupa uang, surat berharga, piutang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang.
5. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan
kepentingan umum.

Prinsip-Prinsip dalam Pengelolaan Keuangan Daerah


Dalam pengelolaan keuangan daerah terdapat beberapa prinsip-prinsip yang harus dijalankan. Prinsip-prinsip
dalam pengelolaan keuangan daerah antara lain:

1. Transparansi

Transparansi merupakan keterbukaaan pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan
dengan keuangan daerah. Transpansi dapat menjamin publik untuk bebas mendapatkan informasi mengenai
penggunaan keuangan dalam pembangunan daerah.

Baca juga: Cara Akses APBD

2. Efisien

Artinya setiap pengeluran anggaran daerah didasarkan pada proporsi kebutuhan program dan kegiatan
daerah guna menghasilkan output ataupun income tanpa mengurangi pelayanan yang maksimal pada
masyarakat.
3. Efektif

Efektif di sini berarti penerapan kebijakan keuangan harus digunakan sesuai sasaran dan kebutuhan
masyarakat, serta anggarannya direlisasikan sesuai  dengan rencana pembangunan dan habis terpakai.

4. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah pengelolaan keuangan daerah dapat dipertaggungjawabkan kepada seluruh komponen
masyarakat. Pertanggungjawaban tersebut secara konstitusional diakukan kepada lembaga legislatif (DPRD)
sebagai wakil dari masyarakat yang bisa memberi penilaian kinerja lembaga eksekutif (PEMDA) dengan
menggunakan kriteria dan juga tolak ukur yang sifatnya komprehensif yang dapat mencangkup aspek
kebijakan dan penggunaan anggaran.

5. Partisipatif

Partisipatif artinya terdapat peran serta baik secara langsung maupun tidak langsung dari masyarakat dalam
melakukan kajian, koreksi, kritikan,serta saran yang membngun terhadap sistem pengelolaan keuangan
daerah yang profesionl dan akuntabel.

Selain itu, kebijakan pembangunan dalam anggaran daerah juga dapat menampung aspirasi masyarakat serta
memberikan peran yang besar pada publik dalam wujud pemberdayaan masyarakat untuk ikut membangun
daerah melalui berbagai proyek pembangunan.

Pengelolaan Keuangan Daerah dan Tahapannya

Pengelolaan keuangan daerah dan tahapannya terdapat empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pegawasan, dan pertanggungjawaban.

Dalam tahapan-tahapan tersebut, peran parlemen atau legislatif sangat diperlukan sebagai wakil rakyat.
Dalam pengelolaan keuangan daerah, perlu adanya izin rakyat untuk menggunakannya, diawasi saat
pelaksanaannya, serta dimintai pertanggungjawaban saat anggaran telah selesai digunakan.

Jadi, di dalam pengelolaan keuangan daerah, peran lembaga legislatif (DPRD) adalah sebagai representasi
rakyat untuk memastikan bahwa uang rakyat dikelola untuk kepentingan rakyat. Sementara itu, prinsip
pengelolaan ada di tangan pihak eksekutif  (PEMDA). Dengan demikian, pelaku pengelola keuangan daerah
dapat diartikan sebagai pejabat pada lingkungan PEMDA.

Itulah pembahasan tentang pengelolaan keuangan daerah dan tahapannya. Semoga bermanfaat.

Atas kuasa yang diterimanya, Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal 


memiliki tugas-tugas sebagai berikut:

a. menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro

b. menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN

c. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran

d. melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan

e. melaksanakan pungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan 

dengan undang-undang

f. melaksanakan fungsi bendahara umum negara

g. menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban 

pelaksanaan APBN, dan 

h. melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan 

ketentuan undang-undang

.Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelola Keuangan 

Daerah mempunyai tugas sebagai berikut :

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD

b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD

c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan 

dengan Peraturan Daerah

d. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah, dan


e. menyusun laporan keuangan yang merupakan per-tanggungjawaban 

pelaksanaan APBD

Asas asas

1.Akuntabilitas yang berorientasi pada hasil, yaitu asas yang menentukan 

bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pengelolaan 

keuangan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada 

masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara, 

karena pada dasarnya setiap sen uang negara adalah uang rakyat, dan 

akuntabilitas ini harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

2. Profesionalitas, yang berarti mengutamakan keahlian dan kompetensi 

yang berlandaskan kode etik dan ketentuan perundang-undangan.

3. Proporsionalitas, yakni asas yang mengutamakan keseimbangan antara 

hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.

4. Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat 

untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif 

tentang pengelolaan keuangan negara dengan tetap memperhatikan 

perlindungan atas hak-hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri, 

yang dalam praktiknya dilakukan oleh BPK

Anda mungkin juga menyukai