Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Dari Standar Audit

Berbicara mengenai standar audit, ini merupakan sebuah aturan yang ditetapkan agar bisa dijadikan sebagai
pedoman khusus untuk menilai dan melakukan evaluasi. Evaluasi tersebut merupakan evaluasi mengenai laporan
keuangan perusahaan tersebut.

Proses auditing ini juga bisa dianggap sebagai sebuah proses melakukan pemeriksaan dan juga penilaian serta
evaluasi mengenai hasil laporan keuangan. Proses tersebut dilakukan oleh seseorang baik internal maupun eksternal.

Langkah melakukan penilaian terhadap laporan keuangan tersebut tentu berpegang pada standar auditing yang ada
untuk dijadikan acuannya. Acuan tersebut ditetapkan dan juga disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) dengan beberapa standar yang ada. Standar tersebut meliputi standar umum, pekerjaan lapangan, dan juga
pelaporan interpretasinya.

Standar Dalam Audit


Ketika hendak menjalankan sebuah audit dalam perusahaan, harus menerapkan pedoman audit atas laporan
keuangan yang ada. Standar audit tersebut terdiri dari 10 standar yang mana dirinci dan membentuk sebuah
pernyataan standar auditing (PSA). Beberapa standar ini mengharuskan agar hasil dari audit benar-benar berimbas
pada kemanfaatan untuk perusahaan. Adapun beberapa standar tersebut diantaranya:

1. Competence atau Suatu Hal yang Mengharuskan Keahlian


Point standar audit yang pertama ini masuk dalam standar umum. Dalam melakukan sebuah audit, tentu harus
dilakukan oleh seseorang dengan keahlian dan juga pelatihan teknis yang cukup. Seorang auditor diharuskan untuk
bertindak sebagai seorang yang benar mahir dalam bidang akuntansi.

Keahlian tersebut bisa dengan menempuh pendidikan formal maupun dengan pengalaman dalam mengikuti
pelatihan. Adapun bentuk pelatihan yang ada mencakup sebuah pelatihan kesadaran untuk mengembangkan
keterampilan dalam berbisnis maupun kegiatan perusahaan. Seorang auditor diharuskan untuk mempelajari,
memahami, dan menerapkan ketentuan baru yang ada pada prinsip akuntansi dan juga standar auditing.

Baca juga: Auditor Keuangan: Pengertian, Tanggung Jawab, Jenis, Opini, dan Prosedurnya

2. Independence atau Tidak Terpengaruh


Bagi seorang auditor, sangat penting untuk bersikap independen. Independen dalam hal ini yaitu tidak mudah
terpengaruh oleh pihak manapun. Adanya sikap intelektual dan jujur perlu dijunjung tinggi oleh seorang auditor.
Sebuah profesi akuntan publik biasanya telah mengetahui kode etik akuntan Indonesia agar bisa mendapat sebuah
kepercayaan.

Meskipun sikap independensi ini masuk dalam kategori mutu pribadi dan tidak masuk dalam hal yang tercantum
khusus dalam persepsi auditing, namun sikap ini sangat penting untuk dipertahankan. Semakin seorang auditor
memiliki sikap baik, tentu hal tersebut berimbas pada kualitas yang ada.

Baca juga: Koreksi Fiskal: Pengertian, Penyebab, Jenis dan Tujuannya

3. Due Professional Care atau Tingkat Keprofesionalan


Maksud dari standar yang satu ini yaitu adanya sebuah sikap cermat dan seksama. Seorang auditor harus memiliki
keterampilan dan mampu mengembangkan keterampilan tersebut.
Keterampilan dalam hal cermat dan seksama tersebut untuk bisa mencerminkan seorang auditor yang profesional.
Keprofesionalan akan menunjang keyakinan dalam melakukan evaluasi dalam laporan keuangan.

4. Adequate Planning dan Proper Supervision


Pada bagian standar audit ini termasuk dalam standar pekerjaan lapangan. Standar audit dalam kategori ini berisi
mengenai sikap dan juga pengetahuan seorang akuntan publik. Tentunya hal ini bersangkutan dengan skill yang ada.

Maksud dari standar ini yaitu sebuah pekerjaan harus memiliki rencana yang sangat baik. Point ini menjelaskan
bahwa seorang auditor memiliki penyerahan tanggung jawab. Pada poin ini menjelaskan tentang penyerahan
tanggung jawab untuk merencanakan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan.

Baca juga: Sistem Ekonomi Tradisional: Pengertian, Ciri, Contoh, Kelebihan dan Kekurangannya

5. Pemahaman yang Memadai Atas Struktur Pengendalian Intern


Standar pekerjaan lapangan yang satu ini berhubungan langkah atau strategi dalam melakukan pekerjaan. Ilmu yang
ada akan membedakan hasil dari audit yang dilakukan.

Seorang auditor tentu harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang pengendalian intern baik itu prosedur
maupun desain tentang laporan keuangan. Seperti halnya arus kas yang mampu menjadi sarana perencanaan
perusahaan dalam pengendalian aktivitasnya.

6. Bukti Audit yang Kompeten


Sebagai hasil untuk melakukan evaluasi harus ada sebuah bukti. Dari analisis laporan keuangan, tentu akan
menghasilkan suatu pendapat.

Pekerjaan oleh auditor untuk memberikan pendapat terhadap laporan keuangan tentunya berdasarkan evaluasi bukti
audit. Bukti tersebut bersifat variatif dan tentu harus benar-benar objektif, relevan, dan tepat waktu.

Baca juga: Penyebab Inflasi dan Cara Mengatasi Inflasi untuk Bisnis yang Lebih Baik

7. Financial Statements Presented in Accordance atau Sesuai Dengan Prinsip


Akuntansi
Pada poin ini sudah memasuki tahap pelaporan. Pelaporan ini menjadi hasil akhir dari rangkaian standar audit.
Maksud dari standar ini yaitu laporan audit harus menyatakan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Hal tersebut mencakup konvensi, aturan dan prosedur yang dibutuhkan untuk membatasi praktik
dalam akuntansi yang berlaku.

Untuk standar pelaporan yang satu ini mengharuskan auditor menyajikan fakta dengan memberikan pendapat
mengenai penyusunan laporan keuangan. Hal tersebut untuk memberikan gambaran terhadap perusahaan dalam hal
finansial.

8. Consistency In The Application atau Harus Konsistensi


Hasil laporan auditor tentu harus menunjukkan, apabila ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi.
Adapun tujuan dari konsistensi ini yaitu untuk memberikan jaminan daya banding terhadap laporan keuangan.
Tujuan dari konsistensi ini untuk mengungkapkan perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan. Hal ini ditulis
dalam sebuah paragraf penjelasan dalam laporan keuangan yang ada.

Download eBook Panduan dan Template Pembukuan Sederhana dengan Excel untuk Bisnis Kecil
9. Isi Laporan Harus Dipandang Memadai dan Mencakup Semua Hal
Mengenai standar audit yang ini merupakan bentuk laporan keuangan harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang
memadai. Baik itu dari segi susunan, bentuk, isi laporan, serta catatan atas laporan keuangan.

Seorang auditor harus memastikan tentang beberapa hal yang diungkapkan dan berhubungan dengan fakta-fakta saat
dilaksanakan audit. Hal tersebut bisa menjadi bahan peetimbanhan dengan pernyataan klien dan mampu
merahasiakan informasi yang masuk.

10. Expression of Opinion atau Pendapat yang Sesuai


Laporan audit harus memuat secara keseluruhan dalam standar yang telah ditentukan. Hal ini untuk menghindari
kesalahan penafsiran seseorang. Bahkan standar pelaporan ini harus dikaitkan dengan laporan keuangan yang ada.

Keterkaitan tersebut bisa dilakukan ketika akuntan memberikan izin untuk memberikan dokumen atau laporan
komunikasi tertulis. Ketika seorang akuntan menyerahkan hasil laporan yang disusun kepada pihak lain, maka
akuntan tersebut dianggap terkait.

Beberapa standar adit tersebut wajib untuk diterapkan agar memiliki perencanaan yang matang untuk perusahaan.
Laporan keuangan yang baik akan menunjukkan stabilitas dan perkembangan perusahaan. Berbagai standar yang
ada sebagai langkah dan juga pedoman yang harus diterapkan dalam melakukan audit terhadap perusahaan.Dari
ketiga pengelompokkan standar, tentu tidak boleh terlewat satupun agar hasil audit benar-benar maksimal.

Agar laporan keuangan dalam bisnis bisa sesuai dengan standar audit, ada baiknya untuk tidak menggunakan
pembukuan manual. Selain memakan waktu, melakukan proses pembukuan manual juga berisiko pada kesalahan
pencatatan informasi keuangan Anda.

Sebagai solusinya, Anda bisa mencoba menggunakan software akuntansi online yang mudah digunakan dan
memiliki fitur yang sesuai dengan kebutuhan usaha Anda, salah satunya adalah Accurate Online.

4.1  Jenis-Jenis Laporan Auditor


1.      Laporan audit bentuk baku
Laporan audit bentuk baku memuat suatu pernyataan auditor independen bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan ini dirancang untuk memisahkan secara
jelas antara tanggung jawab manajemen dengan auditor.
Perubahan yang dapat dilihat pada laporan audit bentuk baku dibanding laporan audit yang lama :
a)      Penambahan paragraph pengantar, dapat terlihat secara jelas perbedaan tanggung jawab manajemen dengan laporan
keuangannya dengan tanggung jawab auditor dengan pendapatnya atas laporan keuangan yang telah diauditnya.
b)      Pengakuan eksplisit bahwa audit member keyakinan dalam konteks materialitas.
c)      Ditambahnya penjelasan ringkas mengenai audit.
d)     Penyebutan konsistensi dalam laporan audit, dilakukan apabila prinsip akuntansi berterima umum tidak secara
konsisten dilakukan.
e)      Pengubahan cara pelaporan suatu ketidakpastian mengenai material.

Unsur pokok laporan audit bentuk baku :


a)      Judul laporan yang berbunyi “Laporan Auditor”.
b)      Pihak kepada siapa laporan audit ditujukan.
c)      Paragraph pengantar, menyangkut pernyataan yang menyangkut apa saja yang telah diaudit dan pernyataan mengenai
perbedaan tanggung jawab auditor dan manajemen.
d)     Paragraph lingkup audit, menyangkut pernyataan auditor melaksanakan audit sesuai standar auditing yang telah
ditetapkan dan pernyataan rencana auditor untuk melakukan audit agar tidak terjadi salah saji material. Pernyataan
yang telah auditor laksanakan mengenai pemeriksaan bukti-bukti mendukung diungkapkan berdasar pengujian,
penilaian prinsip akuntansi yang digunakan manajemen, penilaian penyajian laporan keuangan keseluruhan.
Pernyataan yakin dari auditor bahwa audit yang dilaksanakan memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat.
e)      Paragraph pendapat, pernyataan mengenai laporan keuangan yang disebut dalam paragraph lingkup audit disajikan
secara wajar.
f)       Tanda tangan, nama, dan nomor register Negara auditor.
g)      Tanggal diselesaikannya pekerjaan audit.

Laporan audit baku diberikan dalam kondisi :


a)       Semua laporan sudah dimasukkan dalam laporan keuangan.
b)      Semua standar umu dan standar pekerjaan lapangan telah dilaksanakan dengan bukti yang cukup.
c)       Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi berterima umum.

2.      Laporan audit standar


Laporan standar merupakan laporan yang paling umum dterbitkan dan berisi pendapat wajar tanpa pengecualian
yang menetapkan semua asersi manajemen atas pengendalian internal wajar dalam material. Kesimpulan ini dapat
diterapkan apabila auditor telah memeriksa tidak ada kelemahan material dalam pengendalian internal atas
pelaporan keuangan.
 Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menerbitkan laporan audit ini, meliputi :
a)      Standar auditing sudah terpenuhi dan auditor sudah berkedudukan independen.
b)      Laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
c)      Pernyataan yang dimuat dalam laporan keuangan mudah dipahami. Tidak terdapat ketidakpastian yang luar biasa
mengenai perkembangan perusahaan pada periode berikutnya.

3.         Laporan audit keuangan


Audit laporan keuangan merupakan jenis audit yang sering dilakukan oleh auditor independen karena dapat
meningkatkan kepercayaan bagi pemakai laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan. Auditor melakukan audit
ini atas permintaan akan jasa pengauditan oleh para pengguna laporan keuangan, hal ini tentu saja akan menciptakan
pasar bagi auditor independen. Para pemakai laporan keuangan meminta para auditor melakukan audit atas laporan
mereka atas dasar :
a)       Adanya perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik antara manajemen sebagai pembuat laporan
keuangan dengan para pemakai laporan keuangan.
b)      Keinginan para pemakai laporan keuangan agar informasi yang ada di dalam laporan tersebut sudah sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum dan terbukti kewajarannya.
c)       Para pemakai laporan keuangan mengandalkan jasa auditor untuk memastikan kualitas laporan keuangan yang
bersangkutan apakah sudah relevan atau belum.
d)      Karena keterbasan akses, para pemakai laporan keuangan mengandalkan kemampuan auditor untuk meningkatkan
kredibilitas laporan keuangan dengan menekan risiko informasi.

Manfaat ekonomis audit laporan keuangan :


a)      Meningkatkan kredibilitas perusahaan
b)      Meningkatkan efesiensi dan kejujuran
c)      Meningkatkan efesiensi operasional perusahaan
d)     Mendorong efesiensi pasar modal

Keterbatasan audit laporan keuangan, meliputi :


a)      Pembatasan biaya dan penarikan sampel akan membuat terbatasnya pengujian serta ketidakakuratannya data
pendukung yang menjadi sampel.
b)      Keterbatasan waktu yang tidak memadai untuk auditor melakukan audit akan memberikan keraguan bagi pemakai
laporan keuangan terhadap keakuratan data yang diaudit. Apabila auditor juga terlalu lama melakukan audit, maka
akan mempengaruhi jumlah bukti yang diperoleh tentang peristiwa dan transaksi setelah tanggal neraca dan akan
berdampak pada laporan keuangan.

Dapat terujinya data laporan keuangan dapat dilihat dari apakah bukti-bukti yang ada untuk menilai kewajaran
laporan keuangan sudah sesuai dengan kenyataannya.
Tahapan audit laporan keuangan :
a)      Auditor melakukan pertimbangan penerimaan tugas apabila auditor belum mengenal klien.
b)      Auditor membuat perencanaan audit untuk melakukan audit dan mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan audit.
c)      Auditor mengadakan tes uji audit untuk mengumpulkan bukti mengenai efektivitas pengendalian intern dan
memberikan dasar bagi pemberian pernyataan mengenai kewajaran laporan keuangan klien.
d)     Auditor melaksanakan audit sesuai standar umum dan standar pekerjaan lapangan.
e)      Auditor melaporkan hasil auditnya berdasarkan temuan yang dia temukan.

4.2 Persyaratan Masing-Masing Auditor


1.      Kompetensi
Kompeten artinya auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan mempunyai pengetahuan yang cukup
mengenai bidang yang diauditnya dan kompetensi seorang auditor dibidang auditing ditunjukkan oleh latar belakang
pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.

2.      Independensi
Independen artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang bertanggung jawab atas penyusunan
laporan maupun terhadap para pengguna laporan tersebut.

3.      Kecermatan dalam melaksanakan tugas


Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus menggunakan keahliannya dengan cermat (due professional
care), direncanakan dengan baik, menggunakan pendekatan yang sesuai, serta memberikan pendapat berdasarkan
bukti yang cukup.

4.3  Kriteria Wajar Dalam Laporan Auditor


1.       Wajar Tanpa Syarat, diterbitkan bila :
a)       Seluruh laporan keuangan neraca, laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas telah lengkap.
b)      Semua aspek dari ketiga standar Umum telah dipatuhi dalam penugasan audit tersebut.
c)       Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor telah melaksanakan penugasan audit ini dengan
sedemikian rupa sehingga membuatnya mampu menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah
dipatuhi.
d)      Laporan keungan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
e)       Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah  paragraf penjelasan atau
memodifikasikan kalimat dalam laporan audit.

2.       Wajar tanpa Syarat dengan paragraf penjelasan atau dengan Modifikasi Kalimat, ditambahkan apabila :
a)       Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b)       Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan.
c)       Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum.
d)       Penekanan pada suatu masalah.
e)        Laporan yang melibatkan auditor lainnya.

3.       Wajar dengan pegecualian, diterbitkan bila :


a)      Pada saat auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan disajikan secara wajar.
b)       Jika auditor merasa yakin bahwa kondisi-kondisi yang dilaporkannya tersebut bersifat material.
c)       Auditor merasa tidak mampu mengumpulkan semua bukti audit yang diwajibkan dalam standar profesional akuntan
publik.
d)      Pada saat lingkup audit sang auditor dibatasi baik oleh klien maupun oleh kondisi yang ada, yang mencegah auditor
untuk melaksanakan proses audit secara lengkap.

4.       Tidak wajar atau menolak memberikan pendapat , digunakan saat :


a)      Saat auditor percaya bahwa secara material keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara tidak wajar sehingga
laporan keuangan tersebut tidak menyajikan posisi keuangan atu hasil usaha dan arus kas yang wajar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b)      Jika auditor memiliki pengetahuan yang diperoleh setelah melakukan suatu investigasi mendalam bahwa terdapat
ketidaksesuaian dengan PSAK.
c)      Pada saat auditor tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan yang diauditnya telah disajikan
secara wajar.
d)     Terdapat pembatasan lingkup audit atau terdapat hubungan yang tidak independen menurut Kode Etik Profesional
antara auditor dengan kliennya.

Anda mungkin juga menyukai