Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Membahas mengenai standar audit, hal ini merupakan sebuah aturan yang ditetapkan agar
bisa dijadikan sebagai pedoman khusus untuk menilai dan melakukan evaluasi. Evaluasi tersebut
merupakan evaluasi mengenai laporan keuangan perusahaan tersebut. Proses auditing ini juga
bisa dianggap sebagai sebuah proses melakukan pemeriksaan dan juga penilaian serta evaluasi
mengenai hasil laporan keuangan. Standar audit merupakan pedoman umum untuk membantu
auditor dalam memenuhi tanggung jawab professional sehubungan dengan audit yang dilakukan
atas laporan keuangan historis kliennya. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas
professional, seperti : kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bahan bukti
audit (Hery, 2019:27).
Standar audit berjumlah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan,
dan standar pelaporan beserta interprestasi. Standar audit digunakan sebagai pedoman bagi
auditor untuk mengukur kualitas kinerjanya. Dengan standar audit membantu audit untuk
mengaudit laporan keuangan yang dilaksanakan secara mendalam dan sistematis, sehingga dapat
menghasilkan kesimpulan yang akurat .Dalam penerapannya, standar audit tidak memandang
besar kecilnya klien, bentuk organisasi bisnis, atau tujuan yang ingin dicapai dalam suatu
organisasi. Artinya dalam penerapan di lapangan standar auditing berlaku sama.
Di dalam aplikasi terkadang hampir kelihatan ada persamaan antara standar auditing
dengan prosedur auditing. Namun pada hakikatnya terdapat perbedaan antara standar auditing
dengan prosedur auditing. Perbedaan tersebut adalah : pada prosedur auditing menyangkut
Langkah yang harus dilaksanakan selama audit berlangsung, sedangkan pada standar auditing
berkaitan dengan kriteria mutu pelaksanaan dari suatu audit. Dengan kata lain, dapat dikatakan
kalua standar auditing mencakup mutu professional auditor dan pertimbangan yang digunakan
dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit (audit report). Perbedaan lain adalah
standar auditing memberikan keyakinan kepada pengguna jasa auditor, sedangkan prosedur
auditing merupakan pedoman yang dipegang auditor untuk menjalankan auditannya.
Manajemen suatu entitas diharuskan untuk mampu merancang, menerapkan, dan
mengevaluasi tata kelola, pengendalian, serta manajemen risiko yang digunakan untuk
menjalankan fungsi – fungsi yang ada untuk mencapai tujuan serta sasaran organisasi. Audit
berbasis risiko adalah sebuah metodologi yang menghubungkan audit internal dengan seluruh
kerangka manajemen risiko yang memungkinkan proses audit internal mendapatkan keyakinan
memadai bahwa manajemen risiko organisasi telah dikelola dengan memadai sehubungan
dengan risiko yang dapat diterima (risk appetite).
Audit Berbasis Risiko (Risk Based Audit) adalah suatu teknik audit dimana semua
kegiatan audit yang dimulai dari perencanaan audit, pelaksanaan audit, dan pelaporan hasil audit
berbasis pada prioritas risiko perusahaan yang telah ditetapkan bersama manajemen operasional
dengan melakukan risk assessment. Risk assessment menyoroti peran internal auditor dalam
mengidentifikasi dan menganalisis risiko bisnis yang dihadapi perusahaan sehingga diperlukan
sikap proaktif dari internal auditor dalam mengenali risiko – risiko yang dihadapi manajemen
dalam mencapai tujuan organisasi. Pendekatan audit berbasis risiko bukan berarti menggantikan
pendekatan audit konvensional yang dijalankan oleh lembaga audit intern yang sudah berjalan
selama ini. Pendekatan ini, hanya membawa suatu metodologi audit yang dapat dijalankan oleh
auditor intern dalam pelaksanaan penugasan auditnya melalui pendekatan dan pemahaman atas
risiko yang harus diantisipasi, dihadapi, atau dialihkan oleh manajemen guna mencapai tujuan.
(Manalu, 2019).

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Adapun perumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana ruang lingkup dari standar auditing?
2. Bagaiaman ruang lingkup dari audit berbasis risiko?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana ruang lingkup standar auditing
secara terperinci.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana audit berbasis risiko secara
terperinci.
BAB II
PEMBAHASAN

1. STANDAR AUDITING
Arens et al (2014) dalam buku Auditing and assurance, fifteenth Edition yang di alih bahasakan
oleh Wibowo dan Tim Perti (2015:168) menyatakan bahwa: ”Standar auditing
merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya
dalam audit atas laporan keuangan historis. Menurut Rida Perwita Sari, (2020:31) Standar
auditing merupakan pedoman audit atas laporan historis dan terdiri dari sepuluh standar yang
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA).

Standar Audit (SA) berbasis International Standar on Auditing (ISA)


The International Federation of Accountant (IFAC) merupakan organisasi yang
membidangi standar-standar akuntansi, auditing, kode etik, dan kendali mutu pada tatanan
global. IFAC menerbitkan beberapa standar, salah satunya adalah International Standars on
Auditing (ISA). ISA adalah standar yang diterapkan dalam audit atas informasi keuangan
historis. Theodorus (2013) menjelaskan terbitnya ISA diawali dengan munculnya beberapa
skandal makuntansi yakni adanya manipulasi atas laporan keuangan di pasar modal dan pasar
uang dunia. Auditor dianggap gagal untuk mendeteksi financial statement fraud yang ada, oleh
karena itu IFAC secara proaktif dan reaktif menerbitkan ISA sebagai solusi untuk mampu
mengurangi nilai kecurangan yang ada. Keanggotaan Indonesia di IFAC diwakili oleh Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI). Sebagai anggota IFAC Indonesia memiliki kewajiban yang tertuang
dalam Statements of Membership Obligations (SMO) menurut Rida Perwita Sari, (2020:34).
Standar audit berjumlah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan,
dan standar pelaporan yaitu :
a. Standar umum
Standar umum terdiri atas :
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.
b. Standar pekerjaan lapangan
Standar pekerjaan lapangan terdiri dari :
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
c. Standar pelaporan
Standar pelaporan terdiri dari :
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Standar audit yang berlaku di Indonesia yaitu :
1. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
SPAP adalah standar yang mengatur prinsip-prinsip umum, panduan, dan persyaratan etika
profesional bagi akuntan publik dalam melaksanakan tugas audit dan jasa lainnya. SPAP
mencakup empat prinsip yaitu integritas, objektivitas, kompetensi profesional, dan
kerahasiaan.
2. Standar Audit (SA)
SA adalah standar yang mengatur panduan dan prosedur dalam melaksanakan audit atas
laporan keuangan perusahaan. Standar audit 2021 yang berlaku efektif untuk audit atas
laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2022
yaitu :
SA 200 : Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan
Standar Audit
SA 210 : Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit
SA 220 : Pengendalian Mutu untuk audit atas Laporan Keuangan
SA 230 : Dokumentasi Audit
SA 240 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas
Laporan Keuangan
SA 250 : Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan
Keuangan
SA 260 : Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
SA 265 : Pengomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal Kepada Pihak yang
Bertanggung Jawab atas Tata Kelola dan Manajemen
SA 300 : Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan
SA 315 : Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya
SA 320 : Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
SA 330 : Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai
SA 402 : Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi
Jasa
SA 450 : Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit
SA 500 : Bukti Audit
SA 501 : Bukti Audit – Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan
SA 505 : Konfirmasi Eksternal
SA 510 : Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal
SA 520 : Prosedur Analitis
SA 530 : Sampling Audit
SA 540 : Audit atas Estimasi Akuntansi dan Pengungkapan Terkait
SA 550 : Pihak Berelasi
SA 560 : Peristiwa Setelah Tanggal Pelaporan
SA 570 : Kalangsungan Usaha
SA 580 : Representasi Tertulis
SA 600 : Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan Grup (Termasuk Pekerjaan
Auditor Komponen)
SA 610 : Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
SA 620 : Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
SA 700 : Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan
SA 701 : Pengomunikasian Hal Audit Utama dalam Laporan Auditor Independen
SA 705 : Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor
SA 706 : Paragraft Penekanan Suatu Hal dan Paragraft Hal Lain dalam Laporan Auditor
Independen
SA 710 : Informasi Komparatif – Angka Koresponding dan Laporan Keuangan Komparatif
SA 720 : Tanggung Jawab Auditor atas Informasi Lain
SA 800 : Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan
Kerangka Bertujuan Khusus
SA 805 : Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan Tunggal dan Suatu Unsur,
Akun, atau Pos Tertentu dalam Laporan Keuangan
SA 810 : Perikatan untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan
3. Standar Review atas Informasi Keuangan (SR-IK)
SR-IK adalah standar yang mengatur panduan dalam melaksanakan review atau peninjauan
atas informasi keuangan perusahaan yang tidak melalui proses audit.
SR-IK mencakup panduan untuk melaksanakan proses review, menyusun laporan review,
serta persyaratan etika profesional yang harus dipatuhi oleh auditor.
4. Standar Jasa Eksternal (SJE)
SJE adalah standar yang mengatur panduan dan persyaratan dalam melaksanakan jasa-jasa
eksternal lainnya seperti konsultasi, penilaian, dan jasa-jasa lainnya selain audit. SJE
mencakup panduan untuk melaksanakan jasa eksternal, menyusun laporan jasa eksternal,
serta persyaratan etika profesional yang harus dipatuhi oleh auditor.
5. Standar Etika Profesi Akuntan Publik (SEPA)
SEPA adalah standar yang mengatur persyaratan etika profesional bagi akuntan publik dalam
menjalankan tugas audit dan jasa-jasa lainnya. SEPA mencakup prinsip-prinsip seperti
integritas, objektivitas, kompetensi profesional, kerahasiaan, dan perilaku profesional.

2. AUDIT BERBASIS RISIKO


Audit berbasis risiko melalui pemahaman beberapa konsep dasar yang saling berkaitan :
a. Reasonable assurance (Asurans yang layak)
Asurans yang layak adalah asurans yang tinggi, tetapi bukan pada tingkat tinggi mutlak.
Asurans yang dicapai Ketika auditor memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
menekan risiko audit. Risiko audit adalah risiko dimana auditor memberikan opini yang salah
ketika laporan keuangan disalahsajikan secara material. Auditor ingin menekan risiko audit
ini ketingkat yang rendah yang dapat diterima. Namun, tidak mungkin sampai ke tingat nol,
karena adanya kendala bawaan dalam setiap audit. Auditor menarik kesimpulan auditnya dan
mendasarkan opini atau pendapatnya kepada bukti-bukti audit.
b. Inherent limitions (Kendala bawaan)
Kendala bawaan dalam audit terdiri dari :
 Sifat pelaporan keuangan
 Sifat bukti audit yang tersedia
 Sifat prosedur audit
 Pelaporan keuangan tepat waktu
c. Audit scope (Lingkup Audit)
Lingkup pekerjaan auditor dan opini yang diberikannya, dibatasi pada menjawab pertanyaan:
apakah laporan keuangan dibuat, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Laporan auditor yang tidak dimodifikasi atau opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) tidak menjamin keberhasilan dan daya bertahan entitas itu di
masa mendatang. WTP juga tidak mencerminkan apakah manajemen mengelola entitas
secara efektif dan efisien. Setiap perluasan dari tanggung jawab audit yang utama, seperti
yang mungkin diterapkan dalam ketentuan perundang-undangan, mewajibkan auditor untuk
melaksnakan pekerjaan tambahan dan memodifikasi atau memperluas laporan auditor sesuai
dengan perluasan tanggung jawabnya.
d. Material Misstatement (Salah saji yang material)
Salah saji yang material terjadi jika secara layak dapat diharapkan, akan mempengaruhi
keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan.
e. Assertion (Asersi)
Asersi adalah pernyataan yang diberikan manajemen, secara eksplisit maupun implisit, yang
tertanam di dalam atau merupakan bagian dari laporan keuangan. Asersi berhubungan dengan
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan dari berbagai unsur laporan
keuangan.
Risiko audit adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat atas laporan keuangan
yang disalah sajikan secara material. Tujuan audit ialah menekan risiko audit ini ke tingkat
rendah yang dapat diterima auditor. Untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat
diterima, auditor harus menilai risiko salah saji yang material dan menekan risiko pendeteksian.
Komponen risiko audit yaitu :
1. Risiko Inheren
Standar audit mendefisinikan risiko inheren sebagai kerentanan suatu asersi tentang suatu
golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan terhadap kemungkinan salah saji
material, baik secara individual maupun kolektif ketika digabungkan dengan salah saji
lainnya, sebelum mempertimbangkan pengendalian internal terkait.
2. Risiko Pengendalian
Standar audit mendefinisikan risiko pengendalian sebagai risiko bahwa salah saji yang
mungkin terjadi dalam suatu asersi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan yang mungkin material, baik secara individual maupun kolektif ketika
digabungkan dengan salah saji lainnya, tidak dapat dicegah atau dideteksi dan dikoreksi
secara tepat waktu oleh pengendalian internal entitas.
3. Risiko Pendeteksian
Standar audit mendefinisikan risiko deteksi sebagai suatu risiko bahwa prosedur yang telah
dijalankan auditor dalam rangka menurunkan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat
diterima tidak dapat mendeteksi salah saji material yang ada, baik secara individual maupun
kolektif ketika digabungkan dengan salah saji lainnya.
Menurut Theodorus (2007) suatu audit berbasis risiko mengandung tiga Langkah kunci
sebagai berikut :
1. Menilai risiko
Melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji
yang material dalam laporan keuangan. Hal ini juga dijelaskan dalam SA 315 mengatur
tentang tanggung jawab auditor untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan
penyajian material dalam laporan keuangan, melalui pemahaman atas entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas. Tujuan auditor adalah untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi, melalui
pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas, oleh
karena itu menyediakan suatu basis untuk mendesain dan mengimplementasikan respons
terhadap risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai. Prosedur penilaian risiko
harus mencakup:
 Permintaan keterangan dari manajemen, individu yang tepat dalam fungsi audit
internal (jika ada), dan personel lain dalam entitas yang menurut pertimbangan
auditor kemungkinan memiliki informasi yang mungkin membantu dalam
pengidentifikasian risiko kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan.
 Prosedur analitis.
 Observasi dan inspeksi.
2. Menanggapi risiko
Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang menanggapi risiko (salah saji
yang material) yang tekah diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat laporan keuangan dan
asersi. Lebih jelas pada SA 330 mengatur tentang tanggung jawab auditor untuk mendesain
dan menerapkan respons terhadap risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan
dinilai oleh auditor berdasarkan SA 315 (Revisi 2021) dalam suatu audit atas laporan
keuangan. Tujuan auditor adalah untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat yang
berkaitan dengan penilaian risiko kesalahan penyajian material, melalui pendesainan dan
penerapan respons yang tepat terhadap risiko tersebut. Auditor harus mendesain dan
mengimplementasikan respons keseluruhan untuk merespons risiko kesalahan penyajian
material yang telah dinilai pada tingkat laporan keuangan.
3. Pelaporan
Tahap melaporkan meliputi : merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit yang diperoleh,
dan membuat serta menerbitkan laporan yang tepat, sesuai kesimpulan yang ditarik.

BAB III
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Hery. (2019). “Auditing: Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi”. Grasindo, Jakarta.

Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2015). Auditing & Jasa Assurance Edisi Kelimabelas JILID 1.
Terjemahan oleh Herman Wibowo & Tim Perti. Jakarta : Erlangga

https://kledo.com/blog/standar-audit/

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2022. Standar Audit (SA).

Sari, Rida Perwita, dkk. (2020). “Pemeriksaan Akuntansi Berbasis International Standars on Auditing”.
Scopindo, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai