Anda di halaman 1dari 15

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komponen laporan keuangan yang dipersyaratkan Standar Akuntansi


Pemerintahan (SAP) terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Penyajian keempat komponen
secara umum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)
01. Pos-pos neraca diatur dalam PSAP 05, PSAP 06, PSAP 07, PSAP 08, PSAP 09.
Laporan Realisasi Anggaran diatur secara khusus dalam PSAP 02, Laporan Arus
Kas diatur secara khusus dalam PSAP 03, dan Catatan atas Laporan Keuangan
diatur secara khusus dalam PSAP 04.

Modul ini membahas mengenai Laporan Arus Kas sesuai


dengan PSAP 03. Laporan Arus Kas merupakan laporan
keuangan yang memberikan informasi historis mengenai
perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan dengan
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi,
investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran
selama satu periode akuntansi.

Laporan Arus Kas mempunyai kekhususan. Laporan


tersebut menggambarkan saldo awal kas, perubahan selama
periode tertentu, dan saldo akhir. Dalam Laporan Arus Kas
disajikan seluruh arus masuk dan keluar kas serta saldo baik
yang berasal dari transaski yang berhubungan dengan
anggaran maupun yang tidak. Laporan ini juga hanya disajikan
oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan

Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi


mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas
selama suatu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas
pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk
pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.

B. Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
2. Mampu mengimplementasikan SAP dalam menyusun dan menyajikan
Laporan Keuangan

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 03 – 1


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

1. Memahami pengertian Kas dan Setara Kas serta manfaat informasi


Laporan Arus Kas;
2. Mengetahui bentuk dan struktur Laporan Arus Kas;
3. Memahami dasar pengklasifikasian penyajian Laporan Arus Kas;
4. Mengetahui entitas pelaporan arus kas;
5. Memahami metode penyajian Laporan Arus Kas;
6. Menyajikan Laporan Arus Kas.

C. Deskripsi Singkat

Laporan Arus Kas merupakan salah satu komponen laporan keuangan


pemerintah. Laporan ini menggambarkan arus masuk dan arus keluar kas
selama satu periode kemudian dihubungkan dengan saldo kas awal dan akhir
periode. Arus kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas-aktivitas. Laporan Arus
Kas berhubungan dengan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.

D. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara


pemaparan teori yang diikuti dengan tanya jawab serta diskusi soal-soal latihan
dan contoh kasus yang bertalian dengan penyusunan Laporan Arus Kas.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 03 – 2


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB II

PENGERTIAN DAN MANFAAT LAPORAN ARUS KAS

A. Pengertian

Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan


informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas melalui
kas umum negara/kas daerah selama periode tertentu. Pada
dasarnya aktivitas keuangan pemerintah sebagian besar
merupakan penerimaan dan pengeluaran kas negara/daerah
dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran yang ditetapkan.
Bahkan penentuan adanya hak dan kewajiban pemerintah
diakui pada saat kas diterima atau dikeluarkan dari kas umum
negara/kas daerah. Hal ini sesuai dengan basis yang dianut
yaitu basis kas menuju akrual.

Laporan Arus Kas menggambarkan arus masuk dan arus


keluar kas dan setara kas. Arus kas masuk dapat berasal dari
penerimaan tunai pendapatan, penjualan aset tetap, pencairan
dana cadangan, penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,
pinjaman bahkan penerimaan atas potongan pembayaran yang
dilakukan pemerintah (PFK). Arus kas keluar misalnya
pembayaran tunai belanja pegawai, belanja modal,
pembayaran cicilan hutang, pemberian pinjaman, pembentukan
dana cadangan, penyertaan modal pemerintah, dan penyetoran
kepada pihak ketiga (PFK) atas pemotongan yang telah
dilakukan.

Penerimaan dan pengeluaran kas dalam Laporan Arus


Kas disajikan berdasarkan aktivitas-aktivitas keuangan
pemerintahan. Penerimaan dan pengeluaran dikelompokkan
berdasarkan aktivitas tersebut. Aktivitas tersebut terdiri dari
aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, aktivitas
pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran. Hal ini berbeda
dengan penyajian yang ada dalam Laporan Realisasi Anggaran.

Pada dasarnya penerimaan dan pengeluaran yang


tercantum dalam Laporan Arus Kas sama dengan penerimaan
dan pengeluaran yang ada dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Pendapatan dan belanja juga penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan seperti yang tercantum dalam Laporan Realisasi
Anggaran diakui berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas
di kas negara/daerah. Hal ini disebabkan basis yang dianut
dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran yaitu basis kas.

Akan tetapi ada transaksi keuangan pemerintah yang


menimbulkan penerimaan dan pengeluaran kas tetapi tidak
dianggarkan. Artinya transaksi tersebut tidak tercantum dalam
Laporan Realisasi Anggaran. Transaksi atau aktivitas ini disebut

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 03 – 3


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

transaksi nonanggaran. Transaksi ini sebenarnya merupakan


penerimaan kas untuk dan atas nama pihak lain yang harus
diserahkan kepada pihak tersebut. Oleh karena itu transaksi ini
disebut transaksi perhitungan pihak ketiga (PFK). Misalnya,
pemerintah daerah diwajibkan memungut pajak penghasilan
atas pembayaran gaji atau honor yang dilakukan. Pemungutan
tersebut untuk dan atas nama Pemerintah Pusat (Ditjen Pajak)
dan harus disetor kepada Pemerintah Pusat (Ditjen Pajak).
Transaksi ini merupakan arus masuk dan keluar kas dan
mempengaruhi posisi kas tetapi tidak masuk dalam Laporan
Realisasi Anggaran.

Transaksi nonanggaran menjadi faktor yang


membedakan substansi Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Arus Kas. Hal lain yang membedakan adalah
penyajian. Penerimaan dan pengeluaran kas dalam Laporan
Realisasi Anggaran diklasifikasikan berdasarkan jenis belanja
sedangkan penyajian dalam Laporan Arus Kas diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas keuangan pemerintahan.

Pengertian kas dan setara kas yang ada dalam Laporan


Realisasi Anggaran sama dengan pengertian kas dan setara kas
dalam neraca. Dalam Laporan Arus Kas terdapat tiga jenis kas
yang mempunyai nama dan jenis yang sama dalam neraca.
Jenis kas dan setara kas yang dimaksud untuk Pemda adalah
Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara Pengeluaran, dan Kas di
Bendahara Penerimaan. Saldo-saldo yang ditunjukkan dalam
Laporan Arus Kas harus menunjukkan jumlah yang sama dalam
neraca.

B. Manfaat Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas bermanfaat untuk berbagai kepentingan. Informasi arus


masuk dan keluar kas dalam Laporan Arus Kas berguna untuk melihat transaksi
kas di masa lalu dan memprediksi arus kas di masa yang akan datang. Dalam
paragraf 5, 6, dan 7 PSAP 03 mengungkapkan bahwa Laporan Arus Kas
berguna:

- sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta
berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat
sebelumnya;

- sebagai alat pertanggung-jawaban arus kas masuk dan arus kas keluar
selama periode pelaporan;

- memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan


dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas
pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan
solvabilitas).

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 03 – 4


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Realisasi arus kas dapat dijadikan sebagai indikator arus kas di


masa yang akan datang. Kejadian yang akan datang dapat
diperkirakan dari realisasi yang terjadi saat ini. Perkiraan atau
prediksi ini akan lebih baik kalau didasarkan pada data masa
lalu lebih dari satu. Data lebih dari satu ini dapat disusun dalam
bentuk analisis kecenderungan (trend) untuk mendapatkan
perkiraan yang lebih tepat. Arus kas dapat digunakan dalam
analisis trend untuk memperkirakan arus kas di masa yang
akan datang.

Arus kas merupakan transaksi penting dalam pemerintahan.


Arus kas keluar dan masuk merupakan prediksi sebelum
terjadi. Sebuah Laporan Arus Kas menunjukkan realisasi arus
kas yang diprediksi sebelumnya. Oleh karena itu, Laporan Arus
Kas yang disusun dapat dijadikan untuk menilai kecermatan
taksiran yang telah dibuat sebelumnya.

Penerimaan dan penggunaan kas sebenarnya direncanakan dan


disepakati dari awal. Jenis-janis penerimaan dan pengeluaran
yang ada dalam Laporan Realisasi Anggaran juga merupakan
kesepakatan adanya penerimaan dan pengeluaran kas untuk
berbagai aktivitas. Oleh karena itu penyajian laporan Arus Kas
juga merupakan bentuk pertanggungjawaban.

Laporan Arus Kas sebagai pertanggungjawaban terkait juga


dengan fungsi yang menyajikannya. Laporan Arus Kas dibuat
oleh unit yang memegang fungsi perbendaharaan. Fungsi
perbendaharaan yang dimaksud adalah Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah sehingga merupakan bentuk
pertanggungjawaban Bendahara Umum Negara/Bendahara
Umum Daerah.

Informasi mengenai arus kas juga dapat dijadikan bahan


evaluasi aktiva bersih atau ekuitas. Peningkatan jumlah kas
akan meningkatkan juga ekuitas. Kas di Kas Daerah dan Kas di
Bendahara Pengeluaran dalam konteks Pemda akan dapat
dilihat dalam rekening kelompok ekuitas yaitu SiLPA.
Sementara itu, Kas di Bendahara Penerimaan juga dapat dilihat
dalam kelompok ekuitas tetapi dengan nama akun Pendapatan
Ditangguhkan. Hal ini merupakan pencerminan konsep rekening
yang saling menyeimbangkan (self balancing account).

Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi


aset nonkeuangan, pembiayaan, dan non anggaran
memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna
laporan untuk menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap
posisi kas dan setara kas pemerintah. Informasi tersebut juga
dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar aktivitas
operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan
nonanggaran.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 03 – 5


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas


dari beberapa aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang
yang terdiri dari pelunasan pokok utang dan bunga utang.
Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam
aktivitas pembiayaan sedangkan pembayaran bunga utang
akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 03 – 6


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB III

BENTUK DAN STRUKTUR LAPORAN ARUS KAS

Bentuk dan struktur Laporan Arus Kas merupakan kerangka


atau acuan dalam penyajian Laporan Arus Kas. Bentuknya
terdiri dari uraian berbagai aktivitas yang disajikan secara
stafel diurutkan dari atas ke bawah. Penyajian didahului dengan
arus kas masuk dan keluar berbagai aktivitas. Kemudian
disajikan saldo awal dan saldo akhir kas.

Struktur Laporan Arus Kas terdiri dari arus masuk dan keluar
kas berbagai aktivitas. Dari arus masuk dan arus masuk setiap
aktivitas akan diperoleh arus kas bersih dari setiap aktivitas.
Arus kas bersih setiap aktivitas dijumlahkan sehingga diperoleh
kenaikan atau penurunan kas. Jika arus penjumlahan arus kas
bersih setiap aktivitas positif berarti ada kenaikan kas.
Sebaliknya jika penjumlahan arus kas bersih setiap aktivitas
negatif maka terjadi penurunan kas. Kenaikan atau penurunan
kas akan ditambahkan dengan saldo akhir sehingga diperoleh
saldo akhir. Saldo akhir yang dihasilkan dari penjumlahan ini
harus sama dengan yang tercatat di neraca untuk masing-
masing akun yang berkaitan.

Aktivitas yang dijadikan dasar dalam penyajian Laporan Arus


Kas terdiri dari aktivitas operasi, aset nonkeuangan,
pembiayaan, dan nonanggaran. Aktivitas operasi adalah
aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan
untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode
akuntansi.

Aktivitas investasi aset nonkeuangan adalah aktivitas


penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk
perolehan dan pelepasan aset tetap dan aset nonkeuangan
lainnya. Aktivitas pembiayaan adalah aktivitas penerimaan kas
yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran kas yang
akan diterima kembali yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah dan komposisi investasi jangka panjang, piutang jangka
panjang, dan utang pemerintah sehubungan dengan pendanaan
defisit atau penggunaan surplus anggaran. Aktivitas
nonanggaran adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan pemerintah.

Aktivitas-aktivitas dalam penyajian Laporan Arus Kas diuraikan


lebih rinci sebagai berikut:

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 03 – 7


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

A. Aktivitas Operasi

Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang


menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam
menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas
operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan
sumber pendanaan dari luar.

Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:


1. Penerimaan Perpajakan;
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
3. Penerimaan Hibah;
4. Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi
Lainnya; dan
5. Transfer masuk.

Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk


pengeluaran:
1. Belanja Pegawai;
2. Belanja Barang;
3. Bunga;
4. Subsidi;
5. Bantuan Sosial;
6. Hibah;
7. Belanja Lain-lain; dan
8. Transfer keluar.

Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang


sifatnya sama dengan persediaan, yang dibeli untuk dijual,
maka perolehan dan penjualan surat berharga tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.

Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan


suatu entitas lain, yang peruntukannya belum jelas apakah
sebagai modal kerja, penyertaan modal, atau untuk membiayai
aktivitas periode berjalan, maka pemberian dana tersebut
harus diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi. Kejadian ini
dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.

B. Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan

Arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan


mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam
rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang
bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan
pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri
dari:
1. Penjualan Aset Tetap;
2. Penjualan Aset Lainnya.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 03 – 8


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Arus keluar kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri


dari :
1. Perolehan Aset Tetap;
2. Perolehan Aset Lainnya.

C. Aktivitas Pembiayaan

Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan


dan pengeluaran kas bruto sehubungan dengan pendanaan
defisit atau penggunaan surplus anggaran, yang bertujuan
untuk memprediksi klaim pihak lain terhadap arus kas
pemerintah dan klaim pemerintah terhadap pihak lain di masa
yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:
1. Penerimaan Pinjaman;
2. Penjualan Surat Utang Negara Pemerintah;
3. Hasil Privatisasi Perusahaan Negara/Daerah;
4. Penjualan Investasi Jangka Panjang Lainnya; dan
5. Pencairan Dana Cadangan.

Arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:


1. Pembayaran Cicilan Pokok Utang;
2. Pembayaran Obligasi Pemerintah;
3. Penyertaan Modal Pemerintah;
4. Pemberian Pinjaman Jangka Panjang; dan
5. Pembentukan Dana Cadangan.

D. Aktivitas Nonanggaran

Arus kas dari aktivitas nonanggaran mencerminkan penerimaan


dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran
pendapatan, belanja dan pembiayaan pemerintah. Arus kas dari
aktivitas nonanggaran antara lain Perhitungan Fihak Ketiga
(PFK) dan kiriman uang. PFK menggambarkan kas yang
berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah
Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga
misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang
menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum
negara/daerah.

Arus masuk kas dari aktivitas nonanggaran meliputi


penerimaan PFK dan kiriman uang masuk. Sedangkan, arus
keluar kas dari aktivitas nonanggaran meliputi pengeluaran PFK
dan kiriman uang keluar.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 03 – 9


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB IV

PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS

A. Entitas Penyaji Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas mempunyai ciri khas dalam penyajiannya.


Tidak seluruh entitas menyajikan Laporan Arus Kas. Laporan ini
hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan. Hal ini diatur dalam paragraf 12 PSAP 03 yang
berbunyi sebagai berikut: Entitas pelaporan yang wajib
menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit
organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Selanjutnya dalam paragraf 13 disebutkan: unit organisasi
yang mempunyai fungsi perbendaharaan adalah unit yang
ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah
dan/atau kuasa bendaharawan umum negara/daerah.

Di pemerintah pusat unit yang mempunyai fungsi


perbendaharaan adalah bendaharawan umum negara. Di
pemerintah daerah unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan adalah Bendahara Umum Daerah (BUD).
Dengan demikian yang membuat Laporan Arus Kas di
pemerintah pusat adalah Bendahara Umum Negara dan di
pemerintah daerah Bendahara Umum Daerah.

Pada pemerintah daerah, entitas pelaporan yaitu entitas


yang menyajikan laporan keuangan yang dimaksudkan untuk
tujuan umum hanya satu. Satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) bukan merupakan entitas pelaporan. Dengan demikian
SKPD bukan tidak membuat Laporan Arus Kas.

Lain halnya di pemerintah pusat. Kementerian/Lembaga


merupakan entitas pelaporan tetapi tidak membuat Laporan
Arus Kas. Laporan Arus Kas hanya dibuat oleh Bendaharawan
Umum Negara yaitu Menteri Keuangan.

B. Metode Penyajian Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas dapat disajikan dalam dua metode.


Entitas pelaporan dapat menyajikan arus kas dari aktivitas
operasi dengan cara:

1. Metode Langsung

Metode ini mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan


dan pengeluaran kas bruto.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 03 – 10


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

2. Metode Tidak Langsung

Dalam metode ini, surplus atau defisit disesuaikan


dengan transaksi-transaksi operasional nonkas, penangguhan
(deferral) atau pengakuan (accrual) penerimaan kas atau
pembayaran yang lalu/yang akan datang, serta unsur
pendapatan dan belanja dalam bentuk kas yang berkaitan
dengan aktivitas investasi aset nonkeuangan dan pembiayaan.

Entitas pelaporan pemerintah pusat/daerah sebaiknya


menggunakan metode langsung dalam melaporkan arus kas
dari aktivitas operasi. Keuntungan penggunaan metode
langsung adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengestimasikan arus kas


di masa yang akan datang;

2. Lebih mudah dipahami oleh pengguna laporan; dan

3. Data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat


langsung diperoleh dari catatan akuntansi.

Disamping itu, dengan basis yang dianut saat ini belum


memungkinkan digunakannya metode tidak langsung.
Transaksi-transaksi nonkas tidak secara langsung
mempengaruhi posisi kas dan penangguhan-penangguhan tidak
dapat disajikan. Oleh karena itu sangat beralasan jika metode
yang disarankan untuk digunakan adalah metode langsung.

C. Hubungan Laporan Arus Kas Dan Neraca

Paragraf 52 PSAP 03 menyebutkan “Entitas pelaporan mengungkapkan


komponen kas dan setara kas dalam Laporan Arus Kas yang jumlahnya sama
dengan pos terkait di Neraca”. Artinya, ada hubungan atau kesesuaian antara
jumlah-jumlah yang ada dalam Laporan Arus Kas dan Neraca.

Untuk menjelaskan hubungan Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran tersebut


diambil contoh di bawah ini. Misalkan di awal tahun 2005 sebuah entitas pemda
memiliki struktur kas sebagai berikut:

- Kas di Kas Daerah Rp 60.000,00

- Kas di Bendahara Pengeluaran Rp 8.000,00

- Kas di Bendahara Penerimaan Rp 3.000,00

Pada tanggal 10 Januari 2005 saldo kas yang ada di Bendahara Pengeluaran
disetorkan ke Kas Daerah. Selama tahun 2005 Pemda tersebut menerima
pendapatan sebesar Rp740.000,00 dan mengeluarkan belanja sebesar
Rp700.000,00. Dalam realisasi pendapatan termasuk yang berasal dari
pendapatan yang telah diterima oleh Bendahara Penerimaan. Belanja tersebut

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 03 – 11


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

termasuk pengeluaran dari Bendahara Pengeluaran yang sudah di-SPJ-kan dan


telah terbit SPM/SP2D GU Nihil sebesar Rp250.000,00. Nilai Uang Persediaan
awal yang diterima oleh Bendahara Pengeluaran dari Kas Daerah adalah sebesar
Rp259.000,00. Dengan demikian jumlah belanja yang dibayar langsung oleh Kas
Daerah hanya sebesar Rp450.000,00. Dengan transaksi di atas maka dalam
Neraca per 31 Desember 2005, saldo Kas di Kas Daerah pada akhir tahun
sebesar Rp99.000,00, dan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar
Rp9.000,00. Hal ini dapat dilihat dalam bentuk saldo buku besar sebagai
berikut:

Kas di Kas Daerah

  Uraian Debet Kredit Saldo

  Saldo Awal   60.000

  Setoran dari Bend Pengeluaran 8.000 68.000

740.00
  Pendapatan 0   808.000

  Pengeluaran ke Bend Pengel   259.000 549.000

  Pengeluaran Belanja   450.000 99.000

Kas di Bendahara Pengeluaran

  Uraian Debet Kredit Saldo

  Saldo Awal     8.000

  Setoran ke Kas Daerah   8.000 -

Penerimaan UP dari Kas


  Daerah 259.000 259.000

  Pengeluaran Belanja   250.000 9.000

Transaksi selama satu tahun di atas mengakibatkan kenaikan kas sebesar


Rp40.000,00 yang terdiri dari kenaikan Kas di Kas Daerah sebesar Rp39.000,00
dan kenaikan Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp1.000,00. Kenaikan Kas
di Kas Daerah adalah selisih antara pendapatan sebesar Rp740.000,00 dengan
belanja sebesar Rp700.000,00 serta selisih antara pembentukan UP dan
penerimaan pengembalian UP (Rp259.000,00-258.000,00). Diasumsikan bahwa
pada akhir tahun terdapat Kas di Bendahara Penerimaan sebesar Rp4.500,00
bagaimana melaporkan posisi kas awal dan akhir serta kenaikan kas dalam
Laporan Arus Kas? Mengikuti Ilustrasi yang ada di PSAP 03 maka kenaikan kas
serta posisi awal dan posisi akhir akan dilaporkan sebagai berikut:

- Kenaikan Kas Rp 39.000,00

- Saldo Awal Kas di BUD Rp 60.000,00

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 03 – 12


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

- Saldo Akhir Kas di Kas Daerah Rp 99.000,00

- Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran Rp 9.000,00

- Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan Rp 4.500,00

- Saldo Akhir Kas Rp 112.500,00

Saldo akhir kas dalam Laporan Arus Kas adalah sebesar


Rp112.500,00.

SOAL LATIHAN

Pilihan Ganda:
1. Aktivitas-aktivitas yang dijadikan dasar dalam penyajian Laporan Arus Kas,
kecuali:
a. operasi
b. investasi nonkeuangan
c. dana cadangan
d. pembiayaan.

2. Jenis-jenis akun yang terkait antara Laporan Arus Kas dan di Neraca
pemerintah daerah adalah sebagai berikut kecuali:
a. Kas di BUD
b. Kas di Kas Daerah
c. Kas di Bendahara Penerimaan
d. Kas di Bendahara Pengeluaran.

3. Saldo dana cadangan Pemda dalam bentuk rekening tertentu di sebuah bank,
pelaporannya dalam Laporan Arus Kas adalah:
a. dilaporkan dalam aktivitas pembiayaan
b. dilaporkan dalam saldo akhir kas di BUD
c. tidak dilaporkan dalam Laporan Arus Kas
d. dilaporkan dalam aktivitas operasi.

4. Basis yang dianut dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah
basis kas, akan tetapi Laporan Arus Kas (LAK) berbeda dengan LRA dalam
hal:
a. penyajian transaksi non anggaran
b. penyajian belanja
c. penyajian pendapatan
d. penyajian pembiayaan.

5. Metode langsung disarankan dalam penyajian Laporan Arus Kas karena:


a. Metode lain tidak dikenal di SAP
b. lebih mudah
c. Tidak perlu jurnal
d. Metode langsung dan tidak langsung sebenarnya sama saja penyajiannya.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 03 – 13


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 03 – 14


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

DAFTAR BACAAN

1. UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara;


2. UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara;
4. UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
5. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;
6. UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah;
7. PP No. 14/2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah,
sebagaimana telah diubah dengan PP No. 33/2006;
8. PP No. 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;
9. PP No. 21/2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/ Lembaga;
10. PP No. 23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU;
11. PP No. 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
12. PP No. 54/2005 tentang Pinjaman Daerah;
13. PP No. 55/2005 tentang Perimbangan Daerah;
14. PP No. 56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah;
15. PP No. 57/2005 tentang Hibah Kepada Daerah;
16. PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
17. PP No. 65/2005 tentang Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
18. PP No. 2/2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah
serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;
19. PP No. 6/2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
20. PP No. 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
21. PP No. 3/2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat
22. PP No. 8/2007 tentang Investasi Pemerintah;
23. PP No. 39/2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah;

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 03 – 15

Anda mungkin juga menyukai