Anda di halaman 1dari 20

SOSIALISME SEBELUM MARX

(disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi)

Dosen Pengampu :

Dra.Sri Wahyuni, M.Si dan Novita Nurul Islami, S.Pd.,M.Pd

Oleh :

Riemadhani Karunia Setya Putri (180210301005)

Arifah Wafda Nadiyya (180210301030)

Firda Nur Laili (180210301038)

Aisyah Indah Apsari (180210301036)

Kelompok 3

Kelas A

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Sosialisme Sebelum Marx.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ni. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Sosialisme Sebelum


Marx ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jember, 06 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I.PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II.PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian sosialisme3


2.2 Konsep Sosialisme Utopis 4
2.3 Konsep Sosialisme Komunitas Bersama 7
2.4 Tokoh-tokoh sosialis sebelum Marx 3
BAB III.PENUTUP 11

3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebelum munculnya teori sosialisme dalam perkembangan pemikiran ilmu


ekonomi, dunia barat telah lebih dahulu menggunakan sistem ekonomi
kapitalis. Tokoh pemikir ilmu ekonomi pada sistem kapitalis, seperti Thomas
Robert Malthus (1766-1834), David Richardo (1772-1823), Jean Baptiste Say
(1767-1832), dan jhon Stuart Mill (1806-1873). Pemikiran mereka lebih
berorientasi kepada sistem kapitalis dimana dalam sistem ini menimbulkan
banyak kontroversi, karena dalam praktiknya kaum bangsawan (borjuis) lebih
menguasai dan diuntungkan. Kaum bangsawan menguasai Negara. Mereka
memanfaatkan negara sebagai kekuatan dan alat paksa untuk untuk memenuhi
berbagai kepentingan pribadi mereka sendiri.

Kaum bangsawan (borjuis) berada dalam puncak perekonomian.


Keinginan akan memiliki modal yang besar membuat mereka bertindak
semaunya sendiri tanpa memikirkan kaum bawah. Hal ini mendapatkan
pertentangan dari kaum buruh, karena hidup mereka semakin merasa tertindas.

Semenjak mengetahui kenyataan dimana sistem ekonomi kapitalis


menimbulkan banyak pertentangan dan kontroversi serta hanya
menguntungkan pihak kaum borjuis saja, maka muncullah pemikir-pemikir
ilmu ekonomi baru yang lebih berorientasi kepada masyarakat berdasar azas
keadilan dan perekonomian. Ajaran-ajaran ini lebih dikenal dengan sistem
ekonomi sosialisme.

1
Tokoh-tokoh pemikir ilmu ekonomi sosialis ini menurut sejarah terbagi
menjadi tiga kelompok:

1. Kelompok pemikir sosialis sebelum Marx


2. Pandangan Marx dan Engels
3. Kelompok pemikir sosialis setelah Marx

Dalam makalah ini, maka akan dibahas lebih lanjut mengenai satu pokok
bahasan utama yaitu “Sosialisme Sebelum Marx”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka muncul rumusan yang perlu dijawab, antara
lain sebagai berikut:

1) Apa pengertian Sosialisme ?


2) Bagaimana konsep Sosialisme Utopis?
3) Bagaimana konsep Sosialisme Komunitas Bersama ?
4) Siapa tokoh-tokoh sosialis sebelum Marx?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah “Pemikiran Sebelum Marx” yang ingin


dicapai adalah sebagai berikut:

1) Agar pembaca memahami mengenai definisi Sosialisme.


2) Agar pembaca mengenal tentang konsep Sosialisme Utopis
3) Agar pembaca mampu mendeskripsikan konsep Sosialisme Komunitas
Bersama.
4) Agar pembaca mampu mengetahui tokoh-tokoh sosialis sebelum marx.

2
3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sosialisme

Istilah sosialisme dapat diperluas dengan berbagai macam arti. Selain


digunakan dalam istilah sistem ekonomi, sosialisme juga dapat digunakan
untuk menunjukkan aliran filsafah, ideologi, cita-cita, ajaran-ajaran atau
gerakan. Menurut John Stuart Mill, tokoh perkembangan ilmu ekonomi
kapitalis, pada saat akhir hidupnya menyebut dirinya sebagai seorang
“sosialis”. Maksud dari mengapa Mill menyebut dirinya sebagai seorang
sosialis adalah kegiata menlong orang-orang yang tidak beruntung dan
tertindas.

Menurut sebagian orang sosialisme juga diartikan sebagai bentuk


perekonomian yang pemerintahannya kurang bertindak sebagai pihak yang
dipercayai oleh masyarakat. Pemerintah juga berperan sebagai pihak yang
menasionalisme industri-industri besar seperti pertambangan, perminyakan,
jalan-jalan dan jembatan, kereta api, serta-serta cabang-cabang lain yang
meyangkut mengenai hidup orang banyak. Sosialisme melibatkan
kepemilikan semua alat produksi, termasuk didalamnya lahan pertanian oleh
negara serta menghilangkan milik swasta (Brinton, 1981).

Dari beberapa penjelasan diatas, sudah jelas bahwa awalnya “sosialisme”


dimaksudkan untuk menunjukkan sisitem-sistem kepemilikan dan
pemanfaatan atas sumber-sumber produksi (selain labor) secara kolektif
(Whitakker, 1960). Dengan definisi itu, sosialisme bisa mencakup asosiasi-
asosiasi kooperatif maupun pemilikan dan pengoperasian oleh pemerintah.

4
Dengan definisi secara luas seperti ini, negara-negara seperti (eks) Uni Soviet
dan Inggris yng dikuasai oleh partai buruh dapat dimasukkan ke dalam sistem
sosialis.

Dalam kehidupan sehari-hari, kata “sosialisme” sering dipakai bergantian


dengan istilah “komunisme”. Antara sosialisme dan komunisme memang
tidak banyak perbedaanya. Bahkan Marx sering menggunakan kedua istilah
tersebut secara bergantian untuk menjelaskan hal yang sama. Bagaimanapun,
oleh pakar-pakar lain keduanya sering dibedakan.

Sejak Revolusi Bolshevik tahun 1917, istilah “sosialisme” sering


digantikan dengan “komunisme”. Sosialisme menggambarkan pergeseran
milik kekayaan dari swasta ke pemerintah yang berlangsung secara perlahan-
lahan melalui prosedur peraturan pemerintah dengan memberikan kompensasi
pada pemilik-pemilik swasta. Sementara itu dalam “komunisme”, peralihan
pemilikan dari swasta ke tangan pemerintah tersebut digambarkan terjadi
secara cepat dan revolusioner., dilakukan secara paksa dan tanpa kompensasi.
Jadi, walaupun tujuan sosialisme dengan komunisme sama, cara untuk
mencapai tujuan ini sangat berbeda.

Produksi dan konsumsi bersama berdasarkan kapasitas ini merupakan hal


pokok dalam mendefinisikan paham komunis, sesuai motto mereka: from
each according to his abilities, to each according to his needs (dari setiap
orang sesuai kemampuan, untuk setiap orang sesuai kebutuhan).

Aliran sosialisme sebelum Marx (yang lebih bersifat utopis) sering


dimasukkan ke dalam “sosialis”, sedangkan sosialisme yang dikembangkan
Marx digolongkan ke dalam komunis. Cara lain menamakan sosialisme Marx
adalah marxisme. Disebut marxisme karena jasa Marx sangat besar dalam
mengembangkan dan memopulerkan aliran sosilais-komunis ini. Akan tetapi,

5
kemudian paham marxisme ini juga mengalami perkembangan. Jenis-jenis
marxisme juga bervariasi, mulai dari marxisme ortodoks, neo-marxis, human-
marxis, aliran Kiri Baru(New Left), sosialis independen, dan sebagainya.

Walaupun kemudian pengertian tentang sosialisme semakin beragam dan


bervariasi, dapat dikatakan bahwa pandangan dari tipa-tiap aliran didasarkan
pada ajaran Marx dan Engels. Semua aliran marxisme tersebut pada intinya
sama-sama melihat, mempertanyakan, dan membahas mengapa dan
bagaimana pola produksi kapitalis telah mengubah formasi sosial-ekonomi
masyarakat prakapitalis. Namun yang terjadi justru proses pemiskinan
(pauperization), proses penyengsaraan (immiserization), keadaan
keterbelakangan (under-development) serta makin banyak dan
berkembangnya jumlah “tentara cadangan industri” (industrial reserve army),
dan bukannya proses pembangunan (development) atau kemajuan
(proggress).

2.2 Sosialisme Utopis

Dilihat dari gagasan tentang suatu negara, Plato sebenarnya dapat


dianggap sebagai pendukung atau bahkan pendiri ajaran sosialisme.
Sebagaiman ynag dapat dilihat dari bukunya: “Republika”, Plato menganggap
bahwa negara hanya akan baik kalau dipimpin dan diperintah oleh orang-
orang baik serta negarawan-negarawan ulung, yang disaring secara ketat dari
seluruh anggota masyarakat. Untuk memperoleh orang-orang terbaik atau
orang-orang pilihan ini, Plato menyarankan agar pendidikan diatur oleh
negara. Dari sinilah disaring orang-orang terbaik yang nantinya dijadikan
sebagai pemimpin.

6
Tokoh sosialis-utopis yang paling terkenal adalah Sir Thomas More
(1478-1535). Bahkan, istilah “sosilis-utopis” diberikan karena More pernah
menulis tentang sebuah “negara impian” dalam sebuah tulisannya yang snagta
terkenal: “Utopia”. Buku Utopia ditulis pertama kali dalam bahasa Latin di
Belgia tahun 1516, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1551.
Dalam buku tersebut More menjelaskan bahwa di sebuah pulau khayal
bernama Utopia, yang dapat juga ditafsirkan sebagai sebuah negara, semua
milik merupakan milik bersama. Semua orang tinggal dalam suatu tempat
bersama. Makanan serta segala kebutuhan lainnya disediakan secara bersama-
sama pula.

Untuk menghasilkan barang-barang dan jasa, semua orang harus bekerja.


Masyarakat dianjurkan untuk hidup sederhana. Orang tidak perlu bekerja
mati-matian dalam waktu terlalu lama, melainkan cukup sekadar dapat
memenuhi kebutuhan dengan bekerja sekitar enam jam per hari. Dalam hidup
penuh kebersamaan ini, uang tidak diperlukan. Pakaian semua orang seragam,
tidak perlu mengikuti mode. Lebih ekstrem lagi, perhiasan emas dan perak
tidak dihargai. Toleransi hidup bermasyarakat ditanamkan. Pemerintahan
dijalankan secara “demokratis” dan pimpinan untuk seumur hidup adalah
merupakan hasil pemilihan rakyat.

Dari gambarannya tentang negara Utopia sebagaimana dijelaskan di atas,


tidak sulit ditebak bahwa Thomas More juga dapat digolongkan sebagai
penganut sosialisme/komunisme. Namun, jika ditelusuri dari latar belakang
penulisan buku, yang dimaksud More sesungguhnya adalah menyindir
kehidupan sosial-ekonomi masyarakat di Inggris pada abad ke -XVI, pada
masa itu perbandingan antara kaya dengan yang miskin sangat mencolok.
Kaum buruh bekerja sangat keras dalam waktu terlalu lama sehingga tidak
ada kemungkinan atau kesempatan bagi mereka untuk meningkatkan
pendidikan, dan melakukan kegiatan -kegiatan sosial lainnya.

7
Buku-buku yang sifatnya utopia tersebut banyak mempengaruhi pemikir-
pemikir sosilis lain di kemudian hari. Misalnya, pandangan-pandangan Comte
de Saint Simon (1760-1825), jelas sangat dipengaruhi oleh pandangan Francis
Bacon melalui bukunya New Atlantis. Melalui karya-karyanya, Saint Simon,
seorang bangsawan pra-revolusi Prancis, dipandang sebagai salah satu
seorang pemikir ulung sosialis. Ia merasa bahwa sistem produksi dalam suatu
organisasi sosial sangat penting artinya. Pada waktu itu sangat dikuasai olek
kaum feodal, dan berjalan tanpa kontrol. Agar sistem produksi ini bisa
memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat, perlu ada
suatu lembaga yang mampu melakukan pengawasan. Lembaga apa dan oleh
siapa? Saint Simon mengusulkan agar fungsi pengawasan tersebut dipegang
oleh suatu badan yang disebut industrial elite, yang anggotanya terdiri atas
pakar-pakar ilmiah (scientists), para teknisi, serta para pimpinan pengusaha.

2.3 Sosialisme Komunitas Bersama

Tulisan-tulisan Plato, More, Tomasso Campanella, Francis Bacon, dan


James Harrington bersifat Utopis, hanya mengkhayalkan bentuk suatu
komunitas ideal. Di lain pihak, ada tokoh-tokoh sosialis yang merealisasi cita-
cita mereka dalam kenyataan. Diantaranya adalah Robert Owen (1771-1858),
Charles Fourier (1772-1873), dan Louis Blanc (1811-1882).

Ide-ide Owen tentang gerakan sosialis dapat dilihat dari bukunya: The
New View of Society (1816). Owen juga memperjuangkan peran pemerintah
dalam pembangunan desa-desa komunal berdasarkan asas koperasi. Untuk
merealisasi idenya, ia mendirikan percontohan di New Harmony, Indiana,
Amerika Serikat. Sayang, percontohan tersebut, juga percontohan-

8
percontohan lain yang didirikannya di Inggris, tidak ada yang mampu
bertahan lama.

Charles Fourier adalah pengikut ajaran Saint Simon, yang dalam banyak
hal juga banyak kesamaan dengan Owen. Perbedaanya, kalau Owen
mendirikan komunitas berdasarkan asas koperasi dalam sebuah
parallelogram, Fourier mendirikan phalanges, atau phalanx. Phalax
merupakan suatu unit komunitas terdiri dari sejumlah orang, sekitar 810
orang, 1000 orang atau 1620 orang (Whittaker, 1960). Dalam sumber lain
(Tom Gunadi, 1981) berjumlah sekitar 2000 orang, yang hidup dalam suatu
apartment hotel atau phalanstery tempat tinggal bersama. Di dalam sebuah
phalanstery juga ada toko-toko untuk melayani kebutuhan setiap orang.

Semua ide Fourier dapat dilihat dalam karangannya: Theory of Four


Movements yang terbit tahun 1808. Untuk merealisasi cita-citanya, Fourier
yang menganggap bahwa kebudayaan Eropa sudah bangkrut, pindah ke
daerah impian Amerika Serikat. Pada tahun 1842 dan 34 koloni atau phalanx
yang didirikan sesuai dengan ide Fourier diantaranya yang paling terkenal
adalah “Brook Farm” di West Roxbury, Massachussets. Anggotanya
termasuk Charles Dana dan Nathaniel Hawthorne. Sayang, kebanyakan
phalanx (termasuk yang di Amerika Serikat) hanya dapat bertahan hidup
beberapa tahun saja.

Tokoh terakhir yang merealisasi cita-citanya dengan membentuk sebuah


komunitas bersam adalah Louis Blanc. Seperti halnya Robert Owen, Louis
Blanc juga seorang penggapas koperasi. Namun, Blanc hanya khusus untuk
koperasi produksi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para
anggotanya. Untuk memajukan kesejahteraan para anggota, ia memberikan
kesempatan kepada para pekerja untuk memiliki perusahaan. Sememntara itu,
untuk mengangkat derajat kaum buruh, ia mengharapkan agar pemerintah

9
ikut aktif membantu usaha-usaha kaum buruh, termasuk dalam bidang
permodalan. Revolusi yang terjadi tahun 1848 memungkinkan didirikannya
sebuah koperasi produksi sesuai dengan gagasan Louis Blanc. Akan tetapi,
koperasi yang didirikan atas gagasan Louis Blanc tersebut dalam kenyataan
tidak berhasil karen abebrapa hal. Faktor-faktor itu antara lain karena oposisi
dari beberapa kapitalis; karena kekurangan modal; tidak kuat mengikuti
persaingan dalam sistem liberal kapitalis; serta kelemahan-kelemahan dalam
pengelolaan.

2.4 Tokoh-tokoh Sosialisme Sebelum Marx

a) Tokoh Sosialis Utopis

1. Thomas More (1478-1535)

Utopis adalah Thomas More (1478-1535), seorang sarjana humanis


Inggris. Setelah memangku berbagai jabatan tinggi, Thomas More dihukum
mati karena menentang pengangkatan raja Henry VIII menjadi kepala agama
pada tahun 1534. Dalam karya-karyanya Thomas More mengkritik hubungan-
hubungan kapitalis yang sedang berkembang pada masa itu, dan
membeberkan kemelaratan yang dihadapi rakyat. Ungkapan terkenal Thomas
More adalah “domba-domba memakan manusia” yang dia pakai untuk
melukiskan metode barbar yang dipakai pada masa kelahiran dan
perkembangan kapitalisme di Inggris—ketika para tuan tanah mengusir kaum
tani dari tanah-tanah mereka, membakari ladang-ladang kaum tani dan
mengubahnya menjadi padang rumput bagi penggembalaan domba-domba.
Thomas More memandang, bahwa sebab-sebab pokok dari semua bencana
masyarakat adalah pemilikan pribadi (perorangan).

10
2. Giovanni Domenico Campanella (Tommazo Campanella) (1568-1639)

Di samping Thomas More, terdapat Giovanni Domenico Campanella


(Tommazo Campanella) (1568-1639), seorang utopis, seorang komunis
utopis Italia. Di masa mudanya Campanella belajar filsafat dalam sebuah
biara. Dia mempelajari Aristoteles dan para teolog abad pertengahan seperti
Thomas Aquinas dan lain-lain. Karena pengaruh dari filsuf alam Italia,
Tolezia, Campanella menyeberang ke kubu penentang gereja. Pada tahun
1591, Campanella menerbitkan buku berjudul Filsafat yang Dibuktikan
dengan Bantuan Perasaan (Philosophia Sensibus Demonstrata), yang
ditujukan untuk menentang filsafat jaman pertengahan, dan membela filsafat
alam Telezia. Tulisan-tulisannya mengkritik pandangan-pandangan skolastik,
menolak pandangan-pandangan Aristoteles, membela pandangan-pandangan
Galilei Galileo, dan menganjurkan agar melakukan pengenalan sesuatu
melalui kenyataan dan menyerukan agar mempelajari alam semesta.

Campanella adalah seorang politikus yang progresif dan patriotik. Pada


masa itu, Italia berada di bawah kekuasaan Sepanyol. Campanella berjuang
melawan penindasan Sepanyol, menjadi pemimpin organisasi rahasia yang
bertujuan membebaskan Itali. Karena pengkhianatan, organisasi itu
dihancurkan. Tahun 1602 Campanella dijatuhi hukuman seumur hidup, dan
dibebaskan setelah 27 tahun dipenjara. Dalam penjara dia menulis karya-
karyanya yang terkenal, yaitu Pembelaan Atas Galileo (Apologia pro
Galileo), dan Kota Surya (La Citta del Sole). Dalam Kota Surya dia

11
menguraikan khayalannya tentang masyarakat komunis yang utopis. Dia
mengkritik masyarakat penghisap. Menurut Campanella, kemelaratan yang
luar biasa menyebabkan orang menjadi bajingan, pelit, licik, perampok,
tukang tipu muslihat, berakal busuk, sampah masyarakat dan pembohong.
Adanya kekayaan yang melimpah ruah menyebabkan orang menjadi
sombong, tinggi-hati, awam, karena orang-orang membuat keputusan tentang
sesuatu yang sebenarnya tidak dia pahami, pengkhianat-pengkhianat,
pembohong, pembual, orang-orang yang tak mengenal belas kasihan,
temperamental dan lain-lain. Campanella secara tangguh membela pandangan
bahwa di dalam masyarakat di mana tidak ada pemilikan pribadi
(perorangan), tidak ada ketimpangan masyarakat dan tidak ada ketimpangan
penghidupan. Dalam keadaan demikian ilmu pengetahuan, tekhnik dan
kesenian akan berkembang dengan pesat. Ide-ide Campanella adalah
pernyataan isi hati dan harapan dari kaum miskin pedesaan dan para
intelektual lapisan bawah di Italia pada akhir abad XVI sampai permulaan
abad XVII. Ide-ide utopis Campanella mengenai masyarakat adil di masa
depan hanyalah rekaan, khayalan semata-mata, tidak didasarkan pada
pengetahuan tentang hukum perkembangan masyarakat yang riil.

3. Henry Saint-Simon (1760-1825)

Dia adalah seorang sosialis-utopis yang besar di abad XIX. Pandangan-


pandangan sosialnya lahir pada masa kelas proletar masih belum berkembang
dan meluas. Bertentangan dengan pandangan-pandangan sosial masa itu yang
membela sistem penghisapan borjuis, Saint-Simon mengkritik hal itu dan
memimpikan suatu masyarakat yang adil—mengkritik sistim kapitalis dan
ingin menggantikannya dengan sistim sosialis. Saint-Simon berusaha
memberi dasar pandangan dari perkembangan sejarah. Menurut Saint-Simon,

12
setiap sistem masyarakat pada masa lahirnya merupakan langkah maju ke
depan dalam proses perkembangan sejarah.

Saint-Simon menentang para pendahulunya, terutama Rousseau, yang


menganggap bangunan masyarakat yang ideal adalah masyarakat
kekeluargaan. Bertolak dari teorinya tentang kemajuan sejarah, Saint-Simon
menyatakan bahwa jaman keemasan akan tiba di masa datang. Walaupun
demikian, sebagaimana kaum materialis Perancis pada masa itu, dalam
pemahaman tentang tenaga penggerak perkembagan masyarakat, Saint-Simon
masih berdiri pada posisi idealis. Menurutnya, kemajuan ilmu menentukan
perkembangan masyarakat. Menurut pandangannya, sejarah melalui tiga fase
perkembangan, yakni fase teologi (periode kekuasaan sistem keagamaan,
termasuk didalamnya masyarakat perbudakan dan masyarakat feodal), fase
metafisika (periode keruntuhan sistim feodal dan teologi), dan fase positif
(bangunan masyarakat di masa depan, yang didasarkan pada ilmu
pengetahuan).

b) Tokoh Sosialis Komunitas Bersama

1. Robert Owen (1771-1858)

Seorang tokoh sosialis-utopis yang besar di abad XIX. Sebagai sorang


pabrikan, selama tahun 1800 sampai tahun 1829, Robert Owen telah bertindak
memperpendek jam kerja di pabriknya menjadi 10.5 jam sehari, dari yang
biasanya 13-14 jam sehari pada masa itu. Robert Owen mengambil langkah-
langkah untuk memperbaiki penghidupan kaum pekerja dengan jalan
mendirikan sekolah-sekolah, penitipan anak-anak dan taman kanak-kanak bagi

13
anak-anak kaum buruh. Lama kelamaan, dari sifatnya yang filantropis Owen
berubah jadi penganut komunisme.

Dalam pandangan-pandangan sosialnya Robert Owen terpengaruh oleh


kaum materialis Perancis abad XVIII. Robert Owen menyatakan bahwa
manusia adalah produk dari keadaan disekitarnya. Dari semua kebiasaan jelek
dan kekurangan rakyat, yang bersalah itu bukanlah orangnya, tetapi susunan
masyarakatnya di mana mereka hidup.Kejahatan rakyat “adalah kejahatan
masyarakat itu sendiri, bukanlah kejahatan pribadi seseorang. Ubahlah syarat-
syarat kehidupan material masyarakat, perbaikilah susunan masyarakat, maka
akan berubah pula keinginan dan kesukaan rakyat”.

2. Louis Jean Joseph Charles Blanc (29 Oktober 1811 – 6 Desember 1882)

Seorang polisi dan sejarawan Prancis. Dia juga seorang sosialis yang
menyukai reformasi, dia menuntut pembentukan koperasi untuk menjamin
pekerjaan kaum miskin kota.

Setelah revolusi 1848 Blanc menjadi anggota pemerintahan sementara


dan mulai menganjurkan pembentukan koperasi yang di masa awal akan
dibantu pemerintah, tetapi pada akhirnya akan dikontrol oleh pekerja itu
sendiri. Anjuran Blanc tidak berhasil, dan di antara kecenderungan pekerja
radikal dan Garda Nasionalis, dia dipaksa ke pengasingan. Blanc kembali ke
Prancis pada 1870, sebelum berakhirnya perang Pranciis-Prusia dan menjabat
sebagai anggota Majelis Nasional. Meski dia tidak mendukung Komune Paris,
dia berhasil mengusulkan amnesti bagi Communard.

Meskipun ide Blanc tentang koperasi pekerja tidak pernah terealisasi,


gagasan politik dan sosialnya sangat menyumbang perkembangan sosialisme di
Prancis.

14
3. Charles Fourier (1772-1837)
Seorang tokoh sosialis-utopis Perancis. Fourier dengan sangat tajam
mengkritik masyarakat borjuis. Fourier mengungkap kontradiksi antara ide-ide
dan pernyataan-pernyataan para ideolog revolusi Perancis mengenai
persamaan, persaudaraan dan keadilan, serta terjadinya kemelaratan di bidang
material dan moral dalam masyarakat borjuis. Fourier menulis, masyarakat
borjuis adalah kotor, penuh dengan pencemaran. Dalam susunan masyarakat
seperti itu, di satu sisi terjadi kemiskinan dan di sisi lain terjadi penumpukan
kekayaan yang melimpah ruah. Susunan masyarakat seperti itu merusak
manusia, menindas perasaan, keinginan dan pikiran. Kebahagiaan seseorang
dalam susunan masyarakat borjuis didasarkan pada ketidakbahagiaan orang
lain. Fourier dipengaruhi oleh ajaran kaum materialis Perancis mengenai
peranan pendidikan.
Dengan mendasarkan pada keharusan munculnya masyarakat sosialis,
Fourier mengembangkan ajaran tentang kesukaan dan kegemaran manusia.
Kaum moralis, sampai saat itu sudah banyak menulis tentang sifat-sifat kotor,
sifat-sifat ceroboh manusia. Menurut Fourier, sebenarnya, yang kotor itu justru
adalah masyarakatnya itu sendiri. Semua sifat manusia adalah baik.
Masalahnya adalah bagaimana menciptakan masyarakat yang sedemikian rupa,
hingga memenuhi keinginan manusia, memenuhi kebutuhan
perkembangannya, memenuhi kebutuhannya untuk maju. Fourier melukiskan
masyarakat masa depan dengan unsur-unsur dasarnya adalah phalanx, yang
terdiri dari berbagai susunan badan produksi. Setiap anggota phalanx
mempunyai hak untuk bekerja. Dibimbing oleh keinginannya, setiap anggota
phalanx dengan sukarela bebas masuk ke dalam salah satu unit produksi. Kerja
dalam phalanx adalh kebutuhan, keharusan untuk menghasilkan barang
kebutuhan manusia. Sosialisme Fourier adalah sosialisme-utopis. Fourier
mengambil sikap menentang revolusi dengan kekerasan. Karena kecewa atas
revolusi Perancis, Fourier memikirkan propaganda secara damai untuk
menyebarkan ide-idenya, untuk mengorganisasi masyarakat sosialis di masa
depan.

15
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ide-ide para pemikir sosialis, seperti telah disinggung di atas, kebanyakan


masih bersifat utopis, bersifat angan-angan, yang oleh Marx dinilai terlalu naif
untuk diikuti. Idealisme mereka memang tinggi, tetapi secara teoritis-praktis
tidak bisa direlisasi. Kalaupun ada yang merealisasi angan-angan mereka
dengan mendirikan komune-komune, seperti Owen, Fourier dan Louis Blanc,
dan sebagainya, kebanyakan segera layu sebelum berkembang. Barulah di

16
tangan Karl Marx, ide sosialisme memperoleh “landasan ilmiah”, paling
kurang menurut anggapan Marx sendiri.

3.2 Saran
Didalam pembuatan makalah ini, saya akui masih banyak kesalahan dan
kekeliruan,  maka kami harapkan setiap yang pembaca mkalah yang saya
susun untuk selalu memberikan kritikan dan saran kepada saya. Agar makalah
yang saya buat menjadi lebih sempurna.Amin.

DAFTAR PUSTAKA

http://kesmaspro.blogspot.com/2012/10/sosialisme-utopis.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Louis_Blanc

Deliarnov. 2016. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

17

Anda mungkin juga menyukai