MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
Yang dibina oleh Dr. Imam Mkhlis, SE., M.Si
oleh
Syahrul Mubarok
100422406596
PERHITUNGAN PENDAPATAN
NASIONAL
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
Yang dibina oleh Dr. Imam Mkhlis, SE., M.Si
Oleh :
Prima Alfasinda
100422406607
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari
Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya (Inggris) pada tahun
1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional
merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat
tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu
ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan
nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah
Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan
jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga
pasar pada suatu negara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian perhitungan pendapatan nasional
Salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai kondisi perekonomian
suatu negara adalah pendapatan nasional. Menurut Sukirno (2008:36) Pendapatan Nasional
adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang digunakan untuk
memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu.
Perhitungan pendapatan nasional sangat diperlukan dalam teori maupun kebijakan
makro ekonomi dalam menghadapi berbagai masalah sentral yang berkaitan dengan
pertumbuhan ekonomi, siklus bisnis, hubungan antara kegiatan ekonomi dan pengangguran,
serta ukuran dan faktor-faltor penentu tingkat inflasi. Perhitungan pendapatan nasional dapat
menjadi pemahaman mengenai bagaimana berbagai bagian dari suatu perekonomian saling
berinteraksi satu sama lainnya, dan menyediakan suatu kerangka konseptual untuk
menjelaskan keterkaitan antara berbagai peubah makro ekonomi yang penting seperti output,
pendapatan, dan pengeluaran. Dari data perhitungan pendapatan nasional dapat menjadi
landasan dalam melakukan pengukuran kinerja perekonomian, pembuatan peramalan
ekonomi dan penyusunan berbagai kebijakan makroekonomi.
Rumusnya adalah
Y=C+G+I+(X-M)
Y
= GDP/PDB
C
= Pengeluaran rumah tangga
G
= Pengeluaran Pemerintah
I
= Pengeluaran Investasi
(X M)
= (Ekspor - Impor )
Y = Yw + Yi + Yr + Yr + Yd
Keterangan :
Y
Yw
Yi
Yr
Yr
Yd
= GDP/PDB
= Pendapatan gaji/upah
= Pendapatan bunga
= Pendapatan sewa
= Pendapatan dari keuntungan perusahaan
= Pendapatan lain sebelum pajak
2.3.3 Pendekatan Produksi merupakan penjumlahan dari hasil perkalian antara kuantitas
atau jumlah masing-masing barang dan jasa dengan harga dari barang atau jasa
tersebut.
Rumus
Keterangan
Y
P
Q
VA
= PDB/GDP
= Harga barang
= Jumlah barang
= Nilai tambah (value added)
dan
Y=C+S
Dengan adanya pengenaan pajak oleh pemerintah dan juga pembayaran transfer
menyebabkan perlu dicari pendapatan disposibel (Yd) dan mebgubah persamaan menjadi
Yd = Y + TR T
Pendapatan disposibel yang dialokasikan untuk konsumsi (C) dan tabungan (S) atau
secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut,
Yd = C + S jika dikombinasikan dengan persamaan sebelumnya :
C + S = Yd = Y + TR T
atau
C = Yd S = Y + TR T S
pemerintah dan unsur Xn di sisi kanan, menunjukkan ekspor netto barang dan jasa. Jadi
kelebihan atau ekses tabungan atas investasi (S - I) dari sektor swasta adalah sama dengan
sefisit anggaran pemerintah ditambah surplus perdagangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang penting di antara ekses tabungan swasta atas investasi (S I),
anggaran pemerintah (G + TR T), dan sektor luar negeri (X M).
Persamaan terakhir yang merupakan identitas dasar makroekonomi adalah
C + G + I + Xn = Y = Yd + (T TR)
= C + S + (T TR)
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa di sisi kiri menunjukkan permintaan
akan output dengan komponen-komponennya dan identik dengan output yang ditawarkan
adalah GDP. Dimana pendapatan disposibel (Yd) diperoleh dari GDP (Y) ditambah dengan
pembayaran transfer (TR) dikurangi pajak (T), dan dialokasikan untuk konsumsi (C) dan
tabungan (S).
Y = C + I + G + (X M)
Fungsi Konsumsi
C = a + bYd
= a + b(Y-T)
= a + bY bT
Fungsi Impor
Jadi
M = mY
Y
= a + bY bT + I + G + X mY
Y bY + mY = a bT + I + G + X
(1 b + m) Y = a bT + I + G + X
Contoh soal :
Dalam perekonomian tiga sektor fungsi konsumsi masyarakatnya adalah C = 200 + 0,5 Yd.
Sedangkan pengeluaran belanja yang dilakukan oleh pemerintah sebesar 500 Trilyun, dan
investasi sektor bisnis 300 Trilyun. Pemerintah untuk membiayai pengeluarannya memungut
pajak sebanyak 20% dari pendapatan nasional.
Pertanyaan ;
1. Hitunglah pendapatan nasional keseimbangan!
2. Bagaimanakan anggaran belanja pemerintah tersebut ?
3. Jika pengeluaran belanja pemerintah naik sebesar 100 Trilyun, hitunglah besarnya
pendapatan nasional keseimbangan yang baru !
Penyelesaian :
1. Pendapatan nasional keseimbangan 3 sektor :
Y=C+I+G
Y = a + bYd + I + G
Y = a + b(Y-T) + I + G
Y = a + b(Y-tY) + I + G
Y = 200 + 0,75(Y-0,2Y) + 300 + 500
Y = 1000 + 0,75Y 0,15Y
Y = 1000 + 0,6Y
= 2500
2. T = tY = 0,2Y
T = 0,2(2500) = 500
Jadi besarnya anggaran belanja pemerintah sama dengan pajak proporsional (tY) yang
dipungut oleh pemerintah yaitu (G=500) dan T=tY 500, sehingga kondisi anggaran
belanja pemeritah dapat dikatan seimbang
3. Y = Y + KG (G) = 2500 +
( -
(100)
Y = 2500 +
Karena pendapatan nasional naik-turun mengikuti gelombang konjungtur, maka
penerimaan pajak juga naik-turun mengikuti gelombang konjungtur. Saat gelombang
konjungtur naik ( perkembangan ekonomi meningkat), permintaan akan barang-barang dan
jasa-jasa juga meningkat dan ekonomi mengarah pada inflasi, maka penerimaan pajak juga
turut meningkat.
=C+I+G
= Co + c (Y + TR TA) + Io bi + G
= Co + cY + cTR ctY) + Io bi + G
Y - cY + ctY
= Co + cTR + Io bi + G
Y (1 c (1 t))
= Co + cTR + Io bi + G
(
Efek kebijakan moneter dapat dilihat dari besarnya tingkat suku bunga pada notasi bi
pada persamaan pendapatan nasional keseimbangan tersebut. Kebijakan moneter yang
ekspansif akan ditandai dengan tingkat bunga yang rendah sehingga mendorong investasi dan
pendapatan nasional. Sedangakan kebijakan moneter yang kontraktif akan ditandai dengan
tingkat bunga yang tinggi sehingga investasi berkurang dan pendapatan nasional juga akan
mengalami penurunan. Yang berwenang menaikkan dan menurunkan tingkat suku bunga
bank acuan adalah otoritas moneter (di Indonesia adalah Lembaga Bank Indonesia)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perhitungan pendapatan nasional yang telah dikemukakan sebelumnya
memang diakui merupakan ukuran yang sangat berguna dan akurat untuk menilai
kinerja ekonomi suatu negara dalam periode tertentu. Ini digunakan untuk mengukur
seberapa besar tingkat perekonomian suatu negara mengalami peningkatan atau
penurunan. Dengan perhitunagn pendapatan nasional, tingkat kesejahteraan ekonomi
netto pun akan terlihat dimana di dalamnya mencakup barang-barang ekonomi dan
investasi yang menyumbang langsung kepada kesejahteraan perekonomian.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu diperlukan saran
bagi pihak-pihak yang terkait dengan makalah ini demi kesempurnaan penyusunan
makalah ini. Bagi pembaca disarankan untuk lebih kritis dalam menghadapi
berbagai ancaman di era global sekarang agar perekonomian tetap stabil. Bagi
pemerintah diharapkan mampu membangun perekonomian yang mensejahterakan
rakyat dan mampu mengatasi berbagai permasalahan perekonomian.
Daftar Rujukan
Dornbusch, Rudiger dkk. 2001. Makro Ekonomi. Yusuf Wibisono dan Roy Indra
Mirazudin. 2004. Jakarta : PT Media Global Edukasi.
__________, ______. Pendapatan Nasional, (online),
(http://id.wikipedia.org/pendapatannasional)
Alvis. 2010. Perhitungan Pendapatan Nasional, (online),
(http://alvis.blogspot.com/makroekonomi, diakses tanggal 30 April 2011)