Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KONSEP DAN PERHITUNGAN PENDAPATAN


NASIONAL

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


EKONOMI MAKRO ISLAM I
Yang diampu oleh Dr. Herlan Firmansyah, S.Pd., S.Pd, ME

Disusun oleh :
Abdul Latif (6020220098)
Faisal Saidi (6020220108)
Jelin Fadli (6020220114)

UNIVERSITAS SURYA KENCANA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNI ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari
Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya (Inggris) pada tahun
1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional
merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat
tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu
ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan
nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah
Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan
jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga
pasar pada suatu negara.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah konsep perhitungan pendapatan nasional ?
1.2.2 Metode apakah yang digunakan dalam perhitungan pendapatan nasional ?
1.2.3 Apa sajakah kegunaan dari perhitungan pendapatan nasional ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat ekonomi yang telah dicapai dan
nilai output yang diproduksi, komposisi pembelanjaan agregat, sumbangan dari
berbagai sektor perekonomian, serta tingkat kemakmuran yang dicapai
1.3.2 Untuk membuat prediksi tentang perekonomian negara tersebut pada masa yang
akan datang dari data perhitungan pendapatan nasional yang telah dicapai dalam
periode tertentu
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian perhitungan pendapatan nasional


Salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai kondisi perekonomian
suatu negara adalah pendapatan nasional. Menurut Sukirno (2008:36) Pendapatan Nasional
adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang digunakan untuk
memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu.
Perhitungan pendapatan nasional sangat diperlukan dalam teori maupun kebijakan
makro ekonomi dalam menghadapi berbagai masalah sentral yang berkaitan dengan
pertumbuhan ekonomi, siklus bisnis, hubungan antara kegiatan ekonomi dan pengangguran,
serta ukuran dan faktor-faltor penentu tingkat inflasi. Perhitungan pendapatan nasional dapat
menjadi pemahaman mengenai bagaimana berbagai bagian dari suatu perekonomian saling
berinteraksi satu sama lainnya, dan menyediakan suatu kerangka konseptual untuk
menjelaskan keterkaitan antara berbagai peubah makro ekonomi yang penting seperti output,
pendapatan, dan pengeluaran. Dari data perhitungan pendapatan nasional dapat menjadi
landasan dalam melakukan pengukuran kinerja perekonomian, pembuatan peramalan
ekonomi dan penyusunan berbagai kebijakan makroekonomi.

2.2 Metode Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional


2.3.1 Pendekatan Pengeluaran adalah suatu pendekatan dimana produk domestik bruto
(PDB) diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai pasar dari seluruh permintaan
akhir atas output yang dihasilkan di dalam perekonomian sesuai dengan harga pasar
yang berlaku.

Rumusnya adalah Y = GDP/PDB


C = Pengeluaran rumah tangga
Y=C+G+I+(X-M) G = Pengeluaran Pemerintah
I = Pengeluaran Investasi
(X – M) = (Ekspor - Impor )

2.3.2 Pendekatan Pendapatan adalah suatu pendekatan dimana suatu pendapatan


nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan dari berbagai faktor
produksi yang menyumbang terhadap proses produksi
Rumus : Y = Yw + Yi + Yr + Yr + Yd
Keterangan : Y = GDP/PDB
Yw = Pendapatan gaji/upah
Yi = Pendapatan bunga
Yr = Pendapatan sewa
Yr = Pendapatan dari keuntungan perusahaan
Yd = Pendapatan lain sebelum pajak

2.3.3 Pendekatan Produksi merupakan penjumlahan dari hasil perkalian antara kuantitas
atau jumlah masing-masing barang dan jasa dengan harga dari barang atau jasa
tersebut.
Rumus : ∑
Keterangan : Y = PDB/GDP
P = Harga barang
Q = Jumlah barang
VA = Nilai tambah (value added)

2.4 Perhitungan Pendapatan Nasional Keseimbangan


2.4.1 Model Dua Sektor
Dalam model makroekonomi dua sektor terdiri atas sektor rumah tangga dan sektor
bisnis. Dalam hal ini melibatkan beberapa faktor dalam menentukan perhitungan
pendapatan nasional, diantaranya faktor konsumsi , faktor investasi, dan faktor tabungan
(save).
Persamaan perhitungan pendapatan nasionalnya yaitu :
Y=C+I dan Y=C+S
Kedua persamaan di atas dapat dikombinasikan menjadi
C + I = Y = C + S ...
I = Y – C = S ..
Dimana di sisi kiri dari persamaan tersebut menunjukkan komponen permintaan, dan
sisi kanan menunjukkan alokasi pendapatan yang menekankan bahwa output yang
dihasilkan sama dengan output yang dijual. Nilai dari output yang dihasilkan sama dengan
nilai dari pendapatan yang diterima dan selanjutnya dibelanjakan dalam bentuk konsumsi
dan insvestasi ( C + I ) atau ditabung (S). Hal ini menunjukkan bahwa di dalam
perekonomian sederhana yang tidak ada sektor pemerintah maka investasi (I) sama dengan
tabungan (S).
2.4.2 Model Empat Sektor ( Pendapatan Nasional Keseimbangan )
Perekonomian empat sektor (perekonomian terbuka) adalah suatu perekonomian yang
di dalamnya sudah terdapat perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) dan adanya sektor
pemerintah. Persamaan perhitungan pendapatan nasional menjadi :
Y = C + I + G + (X – M)
Secara grafis keseimbangan pendatan nasional dapat digambarkan sebagai berikut ,

Dengan adanya pengenaan pajak oleh pemerintah dan juga pembayaran transfer
menyebabkan perlu dicari pendapatan disposibel (Yd) dan mebgubah persamaan menjadi
Yd = Y + TR – T
Pendapatan disposibel yang dialokasikan untuk konsumsi (C) dan tabungan (S) atau
secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut,
Yd = C + S jika dikombinasikan dengan persamaan sebelumnya :
C + S = Yd = Y + TR –T atau C = Yd – S = Y + TR – T – S
Ini menunjukkan bahwa konsumsi adalah sama dengan pendapata disposibel
dikurangi tabungan atau pendapatan nasional ditambah pembayaran transfer kemudian
dikurangi pajak dan tabungan.
Dengan mensubtitusikan persamaan di atas dengan persamaan awal akan diperoleh
persamaan sebagai berikut :
S – I = (G + TR – T) + Xn
Dimana unsur (G + TR – T) dari sisi kanan menunjukkan defisit anggaran
pemerintah dan unsur Xn di sisi kanan, menunjukkan ekspor netto barang dan jasa. Jadi
kelebihan atau ekses tabungan atas investasi (S - I) dari sektor swasta adalah sama dengan
sefisit anggaran pemerintah ditambah surplus perdagangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang penting di antara ekses tabungan swasta atas investasi (S – I),
anggaran pemerintah (G + TR – T), dan sektor luar negeri (X – M).
Persamaan terakhir yang merupakan identitas dasar makroekonomi adalah
C + G + I + Xn = Y = Yd + (T – TR)
= C + S + (T – TR)
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa di sisi kiri menunjukkan permintaan
akan output dengan komponen-komponennya dan identik dengan output yang ditawarkan
adalah GDP. Dimana pendapatan disposibel (Yd) diperoleh dari GDP (Y) ditambah dengan
pembayaran transfer (TR) dikurangi pajak (T), dan dialokasikan untuk konsumsi (C) dan
tabungan (S).

2.5 Angka Pengganda dalam Perekonomian Empat Sektor


Pada keadaan keseimbangan Y = C + I + G + (X – M)
Fungsi Konsumsi C = a + bYd
= a + b(Y-T)
= a + bY – bT
Fungsi Impor M = mY
Jadi Y = a + bY – bT + I + G + X – mY
Y – bY + mY = a – bT + I + G + X
(1 – b + m) Y = a – bT + I + G + X

Contoh soal :
Dalam perekonomian tiga sektor fungsi konsumsi masyarakatnya adalah C = 200 + 0,5 Yd.
Sedangkan pengeluaran belanja yang dilakukan oleh pemerintah sebesar 500 Trilyun, dan
investasi sektor bisnis 300 Trilyun. Pemerintah untuk membiayai pengeluarannya memungut
pajak sebanyak 20% dari pendapatan nasional.
Pertanyaan ;
1. Hitunglah pendapatan nasional keseimbangan!
2. Bagaimanakan anggaran belanja pemerintah tersebut ?
3. Jika pengeluaran belanja pemerintah naik sebesar 100 Trilyun, hitunglah besarnya
pendapatan nasional keseimbangan yang baru !
Penyelesaian :
1. Pendapatan nasional keseimbangan 3 sektor :
Y=C+I+G
Y = a + bYd + I + G
Y = a + b(Y-T) + I + G
Y = a + b(Y-tY) + I + G
Y = 200 + 0,75(Y-0,2Y) + 300 + 500
Y = 1000 + 0,75Y – 0,15Y
Y = 1000 + 0,6Y

= 2500

2. T = tY = 0,2Y
T = 0,2(2500) = 500
Jadi besarnya anggaran belanja pemerintah sama dengan pajak proporsional (tY) yang
dipungut oleh pemerintah yaitu (G=500) dan T=tY 500, sehingga kondisi anggaran
belanja pemeritah dapat dikatan seimbang

3. Y’ = Y + KG (G) = 2500 + (100)


( - )

Y’ = 2500 +

Karena pendapatan nasional naik-turun mengikuti gelombang konjungtur, maka


penerimaan pajak juga naik-turun mengikuti gelombang konjungtur. Saat gelombang
konjungtur naik ( perkembangan ekonomi meningkat), permintaan akan barang-barang dan
jasa-jasa juga meningkat dan ekonomi mengarah pada inflasi, maka penerimaan pajak juga
turut meningkat.

2.6 Efek Kebijakan Moneter dalam Perekonomian secara Makro


Y = AD = C + I + G
Yd = Y + TR – TA
C = Co + cYd dan besarnya pajak sebesar TA = tY
Dengan asumsi TR dan G (Given), sedangkan fungsi I = Io – bi ( I adalah tingkat
Investasi, Io adalah Autonomus Investment, bi adalah Marginal Propensity to invest), maka
persamaan pendapatan nasional menjadi :
Y =C+I+G
Y = Co + c (Y + TR – TA) + Io – bi + G
Y = Co + cY + cTR – ctY) + Io – bi + G
Y - cY + ctY = Co + cTR + Io – bi + G
Y (1 – c (1 – t)) = Co + cTR + Io – bi + G

( )
Efek kebijakan moneter dapat dilihat dari besarnya tingkat suku bunga pada notasi bi
pada persamaan pendapatan nasional keseimbangan tersebut. Kebijakan moneter yang
ekspansif akan ditandai dengan tingkat bunga yang rendah sehingga mendorong investasi dan
pendapatan nasional. Sedangakan kebijakan moneter yang kontraktif akan ditandai dengan
tingkat bunga yang tinggi sehingga investasi berkurang dan pendapatan nasional juga akan
mengalami penurunan. Yang berwenang menaikkan dan menurunkan tingkat suku bunga
bank acuan adalah otoritas moneter (di Indonesia adalah Lembaga Bank Indonesia)

2.7 Kegunaan Perhitungan Pendapatan Nasional

a. Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran


suatu Negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk. Angka tersebut
dikenal sebagai angka PDB per kapita. Biasanya makin tinggi angka PDB perkapita,
kemakmuran rakyat di anggap makin tinggi. Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) juga
menggunakan angka PDB perkapita untuk menyusun kategori tingkat kemakmuran
suatu Negara.
b. Perhitungan PDB maupun PDB perkapita juga dapat digunakan untuk menganalisis
tingkat kesejahteraan social suatu masyarakat. Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan
yang di pakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih
pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik. Masalah mendasar dalam
perhitungan PDB adalah tidak di perhatikannya dimensi nonmaterial. Sebab PDB
hanya menghitung output yang di anggap memenuhi kebutuhan fisik atau materi yang
dapat di ukur dengan nilai uang.
c. Angka PDB perkapita dapat mencerminkan tingkat produktivitas suatu Negara. Untuk
memperoleh perbandingan prokditivitas antar Negara, ada beberapa hal yang perlu di
pertimbangkan jumlah dan komposisi penduduk, jumlah dan struktur kesempatan kerja
, dan faktor-faktor non ekonomi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perhitungan pendapatan nasional yang telah dikemukakan sebelumnya
memang diakui merupakan ukuran yang sangat berguna dan akurat untuk menilai
kinerja ekonomi suatu negara dalam periode tertentu. Ini digunakan untuk mengukur
seberapa besar tingkat perekonomian suatu negara mengalami peningkatan atau
penurunan. Dengan perhitunagn pendapatan nasional, tingkat kesejahteraan ekonomi
netto pun akan terlihat dimana di dalamnya mencakup barang-barang ekonomi dan
investasi yang menyumbang langsung kepada kesejahteraan perekonomian.

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu diperlukan saran
bagi pihak-pihak yang terkait dengan makalah ini demi kesempurnaan penyusunan
makalah ini. Bagi pembaca disarankan untuk lebih kritis dalam menghadapi
berbagai ancaman di era global sekarang agar perekonomian tetap stabil. Bagi
pemerintah diharapkan mampu membangun perekonomian yang mensejahterakan
rakyat dan mampu mengatasi berbagai permasalahan perekonomian.

Daftar Rujukan

Dornbusch, Rudiger dkk. 2001. Makro Ekonomi. Yusuf Wibisono dan Roy Indra
Mirazudin. 2004. Jakarta : PT Media Global Edukasi.

__________, ______. Pendapatan Nasional, (online),


(http://id.wikipedia.org/pendapatannasional)

Alvis. 2010. Perhitungan Pendapatan Nasional, (online),


(http://alvis.blogspot.com/makroekonomi, diakses tanggal 30 April 2011)

Anda mungkin juga menyukai