Anggota Kelompok :
TRIYOLA AGUSTINA ( A1A120065 )
ELPRIDA MUNTHE (A1A120022)
ANNA MARIA SIMBOLON (A1A120029)
RIBKA YULIYANTI (A1A120068)
ILHAM NURPAMBUDI (A1A120027)
ILHAM HAMAMI (A1A120043)
R001
PRODI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR
Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sejarah Pemikiran Ekonomi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................ 3
3.1 Kesimpulan......................................................................... 17
3.2 Saran.................................................................................. 17
DAFTAR RUJUKAN............................................................................. 18
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Mengetahui tentang latar belakang timbulnya mashab historis.
3. Memberikan wawasan kepada pembaca mengenai pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi.
4. Mengetahui tentang sudut pandang empiris (historis) dari
pertumbuhan.
5. Mengetahui mengenai tokoh dan pemikiran aliran historis.
6. Mengetahui tentang teori fase modern.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Serikat yang akan dianalisis dalam buku yang memberikan perhatian
yang kuat pada faktor-faktor institusional dalam kehidupan sosial .
4
unserer Zeit fur Gesetzgebung und Rechtwissenschaft (Tentang
pekerjaan pada zaman Kita di Bidang Perundang-undangan dan Ilmu
Hukum), dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pertama, pengaruh
montesqieu dalam bukunya “L’espirit De Lois” pernah mengemukakan
adanya hubungan antara jiwa bangsa dengan hukumnya. Kedua,
pengaruh paham nasionalisme yang muncul pada awal abad ke 19.
Disamping itu, munculnya aliran ini merupakan reaksi langsung dari
pendapat Thibaut yang menghendaki adanya kodifikasi hukum perdata
Jerman yang didasarkan pada hukum Prancis (Code Napoleon). Namun
perkembangan yang menyulut kemudian di kodifikasi hukum Jerman
adalah setelah Prancis meninggalkan kodifikasi hukum di negara Jerman.
Maka munculah aliran atau pemikir Setaraf Savigny mengemukakan
“bahwa hukum itu tak perlu diadakan kodifikasi, karena apa yang menjadi
isi dari hukum itu ditentukan dari kebiasaan hidup manusia yang
ditentukan dari masa ke masa”. Hukum menurut Savigny berkembang
dari suatu masyarakat yang sederhana yang pencerminannya tampak
dalam tingkah laku semua individu kepada masyarakat yang modern dan
kompleks dimana kesadaran hukum rakyat itu tampak pada apa yang
diucapkan oleh para ahli hukumnya. Banyak para penulis menganggap
pemikiran Savigny tidak dapatdimanfaatkan dalam konteks hukum
modern karena sudah demikian kompleksnya permasalahan suatu rakyat
diera modern ini, apalagi negara yang sudah mengalami gejala
globalisasi.
5
kemajuan teknologinya dan penyesuaian kelembagaan dan
ideologis yang diperlukan (Jhingan: 2007) 206 .
Sedangkan M. P. Todaro mendefinisikan pertumbuhan
ekonomi sebagai suatu proses yang mantap dimana kapasitas
produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang waktu
untuk menghasilkan tingkat pendapatan nasional yang semakin
besar (M. P. Todaro: 2008) 207 .
Dalam bukunya yang berjudul Teori Pertumbuhan Ekonomi,
Boediono juga menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi secara
singkat diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam
jangka panjang. Menurutnya terdapat tiga aspek yang menjadi titik
tekan dari pertumbuhan ekonomi, yaitu (1) pertumbuhan ekonomi
merupakan suatu proses; (2) terjadinya peningkatan output
(pengeluaran) per kapita masyarakat; (3) dan terjadi dalam jangka
panjang. (Boediono: 1992) 208
B. Pembangunan Ekonomi
Seringkali para mahasiswa atau pebelajar terjebak dalam
konsep antara pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu
negara, padahal jika ditinjau dari indikator dan definisinya dua hal
tersebut berbeda. Fokus pada definisi pembangunan, para ahli
mendefinisikannya sebagai transformasi ekonomi, sosial, dan
budaya secara terukur dan terencana melalu kebijakan dan
strategi menuju arah yang telah ditentukan (Tikson, 2005) 210 .
Definisi tersebut sebelumnya juga pernah dijelaskan oleh
Alexander (1994) 211 bahwa development merupakan sebuah
proses berubah yang meliputi keseluruhan sistem, baik sistem
sosial, politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, maupun
pendidikan dan teknologi, serta kelembagaan dan budaya.
Sehingga berdasarkan kedua definisi tersebut, pembangunan
pada prinsipnya adalah keseluruhan proses perubahan yang
dilakukan melalui usaha yang disusun secara terencana (Riyadi &
Supriadi: 2005) 212 .
Dengan demikian dapat disintesiskan bahwa sebuah proses
pembangunan akan terjadi diseluruh lapisan dan aspek kehidupan
bermasyarakat, baik ekonomi, politik, budaya, pendidikan, sosial,
serta berlangsung dalam skala makro maupun mikro, karena hal
tersebut telah disusun sebelumnya secara sadar dan strategis
oleh pemangku kebijakan.
6
2.4 SUDUT PANDANG EMPIRIS (HISTORIS) DARI
PERTUMBUHAN
Teori pertumbuhan ekonomi pernah juga dipaparkan dalam aliran
klasik, namun berbeda dengan pandangan empiris atau yang ditinjau
dari perjalan manusia itu sendiri. Maksudnya adalah, bahwa ditinjau
dari sudut pandang empiris (historis) sebuah pertumbuhan terjadi
secara bertahap. Pertumbuhan ekonomi dimaknai sebagai sebuah
proses perubahan situasi perekonomian suatu negara yang bergerak
secara berkelanjutan serta menuju ke output dan outcome yang lebih
baik. Sehingga dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri, minimal dapat
menunjukkan atau menjadi salah satu indikator untuk mengukur
kesejahteraan sebuah negara serta masyarakatnya.
Konsep pemikiran aliran historis ini sendiri pada mulanya
berkembang di negara Jerman oleh beberapa tokohnya seperti
Frederich List, Walt Whitman Rostow, Karl Bucher, Werner Sombart,
dan B Hilderbrand, yang membangun teori-teorinya berdasarkan
pengalam empiris, sehingga keberadaan teori-teori ini dapat
diperuntukkan untuk memprediksi serta menyusun kebijakan guna
menghadapi pasar yang lebih efektif.
7
negara akan bergantung pada bagaimana cara produksi dan
pencaharian masyarakatnya. Sehingga berdasarkan konsep
tersebut, List membagi pertumbuhan ekonomi berdasarkan
tingkatan-tingkatan yang disebut dengan Shuffen Throrien atau
teori tangga. Adapun tingkatan-tingkatan tersebut meliputi:
1) Tahap I ( Masa Berburu dan Mengembara)
Menurut List, pada tahap ini manusia akan memenuhi
kebutuhannya dengan cara berburu serta mengembara, di
mana para lelaki akan berusaha memburu hewa-hewan liar
sedangkan para perempuan mencari sayur-sayuran atau
umbi-umbian. Kondisi inilah yang menciptakan situasi
nomaden atau berpindah-pindah atau mengembara para
masyarakat saat itu, dikarenakan jika di lokasi tertentu, hewan
buruan dan sayuran telah habis, maka mereka akan mencari
lokasi lain sebagai sumber buruan.
2) Tahap II (Masa Beternak dan Bertani)
Pada tahap kedua ini, manusia tidak lagi mengembara,
namun telah menetap disuatu lokasi atau wilayah tertentu.
Mereka memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan cara
beternak dan bertani. Hewan buruan yang dulunya hanya
sebagai hewan buruan, namun tahap ini mereka sudah mulai
dipelihara atau beternak hewan buruannya. Sedangkan para
perempuan yang dulunya hanya mengambil sayuran dan ubi-
ubian, pada tahap ini mereka sudah mulai menanam dan
kelak dipanen untuk konsumsi. Sehingga saat itu sudah
muncul perkampungan atau desa-desa.
3) Tahap III (Masa Bertani dan Kerajinan)
Pada tahap ketiga perkembangan manusia mencapai fase
melakukan kegiatan kerajinan. Beberapa kerajinan hasil
manusia saat itu meliputi pertukangan dan pandai besi,
meskipun hal tersebut sebenarnya hanya sebagai selingan
dalam kegiatan bertani.
4) Tahap IV (Masa Kerajinan, Industri dan Perniagaan)
Masa ini telah terdapat pabrik yang didirikan, sehingga
aktivitas industri dan perniagaan mulai berkembang. Dengan
berkembangnya teknologi dan sarana transportasi,
berkembang juga kegiatan perdagangan, bukan hanya skala
lokal, tapi masuk skala nasional dan internasional.
8
pemikiran ekonomi klasik, terutama David Ricardo. Dalam
pemikirannya, dia menetapkan hukum pembangunan ekonomi
yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi itu linier, bukan
siklus. Hilderbrand mendukung teori sosialis atas dasar agama,
moral dasar, dan kepercayaannya tentang efek negatif
pembangunan terhadap perilaku ekonomi. Salah satu karya
Hildebrand yang paling awal yaitu “Die National ökonomie der
Gegenwart und Zukunft (1848)”.
Hilderbrand melihat pertumbuhan ekonomi tidak dilihat dari
tingkat produksi atau konsumsinya, namun ditinjau dari
distribusinya, oleh sebab itu dia membagi evolusi perekonomian
masyarakat menjadi 3 tingkatan, yaitu:
1) Tukar menukar secara in natura atau barter;
2) Tukar menukar dengan menggunakan uang; dan
3) Tukar menukar dapat dilakukan secara kredit.
Dari tiga tingkatan tersebut, Arthur Sommer berpandangan
bahwa visi Hildebrand tentang masyarakat maju dari barter ke
pertukaran moneter sebelum mencapai sintesis tertinggi dalam
ekonomi kredit dimaksudkan sebagai manifesto antikomunis.
Dalam skema ini, ekonomi kredit yang berkembang sepenuhnya
akan memberikan kemudahan untuk memebuhi kebutuhan,
sehingga dengan demikian menyelesaikan salah satu masalah
masyarakat modern yang paling mendesak tanpa bantuan
sosialisme.
Namun Hildebrand dianggap gagal dalam mengembangkan
sistem ekonomi yang koheren, hal tersebut disebabkan beberapa
penelitannya berdasarkan monografi sejarah yang bersifat
deskriptif tentang masalah-masalah ekonomi, namun karyanya
tersebut tidak disusun dalam bentuk kerangka acuan yang
terpadu. Oleh sebab itu karya-karya penelitan sejarah Hildebrand
tersebut dinilai tidak berarti dalam perkembangan ilmu ekonomi,
namun lebih bernilai jika ditinjau dari bidang sosiologi.
9
Teori tahapannya yang terkenal (1893) mengklaim untuk
mendirikan "hukum" yang mengatur perkembangan ekonomi
Eropa barat dan tengah dari zaman kuno hingga zaman modern:
ekonomi kota Abad Pertengahan yang tinggi, yang merupakan
objek utama dari studinya sendiri, telah didahului di jaman dahulu
oleh ekonomi rumah tangga tertutup, oikos, dan diikuti di zaman
modern oleh ekonomi nasional, dan berikutnya Volkswirtschaft.
Dalam konteks tulisan Bücher, istilah Volkswirtschaft dapat
dianggap identik dengan Verkehrswirtschaft, yaitu ekonomi
pertukaran yang luas atau rumah tangga dunia.
Oleh sebab itu, secara lebih singkat, Karl Bucher menguraikan
pertumbuhan ekonomi suatu Negara berdasarkan hubungan
produsen dengan konsumen. Menurut Karl Bucher, pertumbuhan
ekonomi dibagi menjadi 4 tahap:
1) Rumah Tangga Tertutup
Masyarakat berproduksi hanya untuk memenuhi
kebutuhan kelompok sendiri. Pada masa ini keluarga mereka
masih sangat sederhana. Oleh karena itu, kehidupan masih
bersifat tertutup dan belum ada pertukaran antar desa atau
antar kelompok.
2) Rumah Tangga Kota
Pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan kelompok
atau desa tidak dapat lagi memenuhi kebutuhannya sendiri.
Sehingga, timbul pertukaran antar desa yang disebut dengan
perdagangan. Pada masa ini, sebagian kelompok masyarakat
membangun tempat khusus sebagai pusat perdagangan
dan industri yang disebut kota. Selanjutnya, timbul hubungan
dagang antara desa dengan kota.
3) Rumah Tangga Bangsa atau Nasional
Sesuai perkembangan zaman, pertukaran yang terjadi di
satu kota sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan
penduduknya. Kadang-kadang suatu kota tidak dapat
menghasilkan satu jenis barang dan barang tersebut harus
didatangkan dari kota lain, sehingga terjadilah kegiatan
perdagangan antar kota. Perdagangan ini meluas ke seluruh
kota sehingga terbentuk satu kesatuan masyarakat yang
melakukan pertukaran perdagangan antar kota dalam satu
negara atau dalam satu bangsa.
4) Rumah Tangga Dunia (Volkswirtschaft)
Pada masa ini, pertukaran atau perdagangan sudah
melewati batas-batas negara karena antar negara ternyata
saling membutuhkan. Perdagangan antar negara juga
10
didukung dengan kemajuan IPTEK yang memudahkan
manusia berhubungan dengan negara lain. Dalam konteks
dijamannya, Volkswirtschaft, dihasilkan ketika negara terpusat
modern membatalkan hak istimewa kota-kota abad
pertengahan, serta orang-orang dari penguasa teritorial lokal
secara umum, dan dengan demikian membuka jalan bagi
ekonomi pertukaran tanpa batas.
11
1953); The Prospects for Communist China (dengan yang lain,
1954); An American Policy in Asia (dengan RW Hatch, 1955); A
Proposal: Key to an Effective Foreign Policy (dengan MF Millikan,
1957); The Stages of Economic Growth: A Non-Communist
Manifesto (1960); The United States in the World Arena (1960);
Rich Countries and Poor Countries: Reflections from the Past,
Lessons for the Future (1987); dan Theorists of Economic Growth
from David Hume to the Present (1990). Karya-karya ini
membantu membangun reputasi Rostow sebagai ahli teori
ekonomi yang orisinal dan berpengaruh serta pengamat yang lihai
dalam urusan internasional kontemporer.
Judul buku The Stages of Economic Growth, mungkin
merupakan karyanya yang paling berpengaruh. Dalam buku
tersebut, Dalam buku tersebut, Rostow menjelaskan bahwa
pembangunan ekonomi merupakan suatu prosesyang dapat
menyebabkan:
1) Perubahan orientasi ekonomi, politik dan sosial yang pada
mulanya berorientasi ke dalam menjadi berorientasi keluar;
2) Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak
dalam keluarga yaitu kesadaran untuk membina keluarga
kecil;
3) Perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat dari
melakukan investasi yang tidak produktif menjadi investasi
yang produktif;
4) Perubahan sikap hidup dari adat istiadat dan keluarga menjadi
ditentukan oleh kesanggupan melaksanakan pekerjaan;
5) Perubahan pandangan masyarakat yang awal ditentukan oleh
keadaan alam menjadi berpandangan bahwa manusia harus
memanipulasi keadaan alam untuk kemajuan.
12
1. Tahap Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)
Masyarakat yang masih menggunakan cara berproduksi
tradisional atau dapat diakatakan relatif primitif dan cara hidup
yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai pemikiran yang tidak
rasional dan kebiasaan yang sudah turun temurun. Ciri-ciri
tahapan ini meliputi:
Fungsi Produksi terbatas, cara produksi masih primitif;
Tingkat produktifitas masyarakat rendah;
Masih bertumpu pada sektor pertanian;
Struktur sosial yang hirarkis;
Kegiatan politik dan pemerintahan di daerah-daerah
berada ditangan tuan tanah.
13
b) Tercapainya suatu kerangka dasar politik, sosial dan
kelembagaan yang dapat menciptakan perkembangan di
sektor modern dan potensi ekonomi eksternal yang dapat
menyebabkan pertumbuhan ekonomi.
c) Berkembangnya satu atau beberapa sektor industri
pemimpin (leading sector) dengan tingkat pertumbuhan
tinggi; Peranan lending sektor dalam tahap ini yaitu
pertumbuhan yang digerakan oleh perkembangan
sejumlah kecil kegiatan ekonomi yang di golongkan pada
sektor ekonomi primer. Terdapat 4 faktor untuk
menciptakan leading sektor yang meliputi:
Adanya perluasan pasar bagi barang-barang produksi
yang mempunyai kemungkinan untuk berkembang
dengan cepat;
pengembangan teknik produksi modern dengan
kapasitas yang lebih luas;
terciptanya tabungan dalam masyarakat, serta dimana
para pengusaha harus menanamkan kembali
keuntungannya untuk membiayai pembangunan
sektor tersebut;
Pembangunan dan transformasi teknologi untuk
perluasan kapasitas dan modernisasi sektor-sektor
lain.
14
(1900), Jerman dan Perancis (1910), Swedia (1930)
Jepang (1940) Rusia dan Kanada (1950).
15
4. Perubahan cara masyarakat dalam menentukan kedudukan
seseorang dari family system menjadi ditentukan oleh
kesanggupan seorang dalam melaksanakan pekerjaan.
5. Perubahan pandangan masyarakat yang pada mulanya
berkeyakinan bahwa kehidupan manusia ditentukan oleh alam,
selanjutnya berpandangan bahwa manusia harus memanipulasi
keadaan alam sekitarnya untuk menciptakan kemajuan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
16
Aliran historis menawarkan metode induktif-historis sebagai alternatif
dari metode deduktif kaum klasik. Aliran sejarah memandang bahwa
kegiatan perekonomian tidak terlepas dari interaksi masyarakat, sehingga
tidak mungkin ada hukum ekonomi yang terlepas dari peran pemerintah.
Oleh karena itu, mereka percaya bahwa campur tangan pemerintah
dalam perekonomian sangat dibutuhkan agar tujuan sosial dari proses
ekonomi dapat diarahkan pada kondisi yang diinginkan bersama.
Kelahiran aliran sejarah ini dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny
(1779-1861) melalui tulisannya yang berjudul Von Beruf unserer Zeit fur
Gesetzgebung und Rechtwissenschaft (Tentang pekerjaan pada zaman
Kita di Bidang Perundang-undangan dan Ilmu Hukum). Kemudian,
munculnya aliran dari pendapat Thibaut yang menghendaki adanya
kodifikasi hukum perdata Jerman yang didasarkan pada hukum Prancis
(Code Napoleon). Namun perkembangan yang menyulut. Maka
munculah aliran atau pemikir Setaraf Savigny.
Sebagian besar para pemikir aliran sejarah ini berasal dari Jerman,
antara lain: Friedrich List, Wilhelm Roscher, Bruno Hildebrand, Karl
Knies, Gustav Von Schmoler, Lujo Brentano, Georg Friedrich Knapp, Karl
Bucher, Max Weber, dan Werner Sombart.Tokoh-tokoh aliran dari Inggris
adalah William Cunningham dan J.W. Ashley. Dari Amerika Serikat yang
mendukung aliran ini, misalnya Henry Carey, Sinom Nelson Patten, dan
Daniel Reymond.
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan untuk menjadi acuan
penulis untuk meningkatkan di penulisan makalah selnjutnya. Kami
selaku tim penulis memohon maaf apabila ada kalimat yang tidak
berkenan di hati para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.hestanto.web.id/teori-pertumbuhan-ekonomi-modern/
17
http://eprints.unpam.ac.id/8552/2/PIE0033_MODUL%20UTUH_SEJARAH
%20TEORI-TEORI%20%20EKONOMI%20%281%29.pdf
https://www.academia.edu/12154121/Sejarah_pemikiran_ekonomi_aliran_
sejarah
18