Anda di halaman 1dari 5

KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN PEMBANGUNAN

EKONOMI DI INDONESIA
PENGERTIAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara
secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

PENGERTIAN PEMBANGUNAN EKONOMI


Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi
penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi
o
o
o
o
o
o

Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan termasuk usaha
meningkatkan produk per kapita.
Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan hasilhasilnya.
Memperhatikan pertambahan penduduk.
Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi.
Setiap input selain menghasilkan output yang lebih banyak juga terjadi perubahan
perubahan kelembagaan dan pengetahuan teknik.

Di Indonesia, beberapa jenis ukuran keberhasilan pembangunan yang banyak


digunakan adalah:
o
o

(1) Berdasarkan pendapatan dan nilai produksi, seperti: PDB, pertumbuhan ekonomi,
pendapatan perkapita, dan distribusi pendapatan.
(2) Berdasarkan investasi: tingkat investasi, jumlah PMA (Penanaman Modal Asing) dan
PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri), dan jumlah FDI (Foreign Direct Investment)
yaitu investasi langsung oleh pihak asing.
(3) Berdasarkan kemiskinan dan pengentasannya: jumlah penduduk miskin, garis
kemiskinan Sayogyo yang diadopsi oleh BPS (setara beras 320 kg di desa dan 480 di
kota), tingkat kecukupan pangan (2100 kilokalori intake), tingkat kecukupan 52 jenis
1

2.

komoditas pangan, tingkat pemenuhan kebutuhan dasar sembilan bahan pokok


(BPN), Poverty Gap dan Severity Index,serta metode RAO (16 kg beras dikali 1,25
kemudian dibagi dengan rata-rata rasio pangan terhadap pengeluaran total).
(4) Berdasarkan keadaan sosial kemasyarakatan dan kelestarian lingkungan: tingkat
pendidikan (untuk berbagai level dan kombinasinya), tingkat kesehatan (meliputi
kesehatan ibu dan anak dan akses kepada fasilitas hidup yang sehat), tingkat dan kualitas
lingkungan (meliputi tingkat pencemaran berbagai aspek, tingkat keruasakan hutan,
tingkat degradasi lahan dan seterusnya.
Dalam pengukuran keberhasilan pembangunan ini ada ukuran single dimension (dimensi
tunggal) dan adapula yang multi dimension (dimensi ganda). Dimensi tunggal adalah
ukuran pembangunan yang hanya memperhatikan satu dimensi pembangunan saja dalam
penyusunan indikatornya, sedangkan dimensi ganda adalah ukuran keberhasilan
pembangunan yang indikator-indikatornya memadukan berbagai dimensi secara integral.
Contoh ukuran keberhasilan pembangunan multi dimensi adalah indikator pembangunan
manusia atau Human Development Index (HDI) dari World Bank. Indikator-indikator
yang digunakan dalam HDI adalah: tingkat harapan hidup bayi, tingkat literasi orang
dewasa, rasio partisipasi sekolah dasar dan lanjutan dan PDB per kapita. Indikatorindikator ini masing-masing diberikan indeks dan selanjutnya digabungkan menjadi
indeks pembangunan manusia

KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN EKONOMI INDONESIA

Pemerintah Orde Baru cukup berhasil dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi
(rata-rata 7% pada kurun waktu awal 1990-an hingga pertengahan 1990-an), sehingga Indonesia
pernah dikategorikan sebagai Macan Asia oleh Bank Dunia. Hal itu mungkin menjadi prestasi
tertinggi terakhir yang diperoleh Indonesia pada pemerintahan Orde Baru.
Sebelumnya, pemerintah Orde Baru berhasil membawa Indonesia berswasembada
pangan (1985), serta menekan angka kelahiran bayi yang sangat tinggi pada masa pemerintahan
Orde Lama. Pemerintah Orde Baru juga berupaya menciptakan pemerataan persebaran penduduk
melalui transmigrasi. Cara ini terlihat cukup efektif di awal-awal pelaksanaannya. Di samping
itu, pemerintah Orde Baru juga berhasil menekan laju inflasi dari sekitar 650 persen di zaman
Orde Lama menjadi berada rata-rata di bawah dua digit hinga krisis ekonomi mulai melanda di
tahun 1997. Ekspor nonmigas Indonesia juga meningkat, sehingga Indonesia tidak selalu
bergantung pada ekspor minyak dan gas bumi.
Akan tetapi, pembangunan Indonesia banyak bergantung pada bantuan luar negeri.
Negara-negara maju yang bergabung dalam Intergovernmental Group on Indonesia (IGGI), yang
kemudian menjadi Consultative Group on Indonesia (CGI)berkomitmen untuk secara teratur
menyuplai perekonomian Indonesia dengan hutang luar negeri. Hal ini menybabkan kemandirian
perekonomian Indonesia melemah. Ketergantungan kepada modal asing mengakibatkan
2

perekonomian menjadi hancur ketika badai krisis melanda tahun 1997. Melemahnya nilai tukar
rupiah menyebabkan banyak investor asing yang keluar dari Indonesia.
Pemerintah Orde Baru jelas gagal membuat rupiah sebagai mata uang kuat. Nilai rupiah tetap
lemah sejak awal Orde Baru hingga sekarang. Pada tahun 1970-an, mobil baru dapat dibeli
dengan harga Rp 1.000,00. Saat in, kita tidak bisa membeli sebuah mobil baru secara tunai jika
hanya mengantongi Rp 50 juta.
Pada masa reformasi, pemerintah berhasil menciptakan kebebasan pers, yang sangat
bermanfaat sebagai alat kontrol pembangunan. Pers membuat masyarakat sadar politik dan sadar
hak sebagai warga negara. Pemerintah juga berhasil membuat iklim berpolitik yang jauh lebih
sehat dibanding masa Orde Baru. Kehidupan politik Indonesia lebih demokratis dan dinamis
pada masa Orde Reformasi.
Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) adalah kegagalan terbesar dalam pembangunan
Indonesia, mulai dari pemerintahan masa Orde Baru hingga saat ini. KKN mengakibatkan dunia
bisnis dihadapakan pada biaya-biaya siluman dari pungutan tak resmi, yang menyebabkan
proses produksi tidak efisien dan harga menjadi mahal. KKN juga menyebabkan rendahnya
profesionalisme dan wibawa para pejabat negara dan mengakibatkan penegakan hukum amat
sulit diterapkan di Indonesia.
Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi masih
memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional.
Keduanya harus berjalan secara beriringan demi tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Namun, memang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak sekali masalah-masalah yang dapat
menghambat tercapainya tujuan pembangunan nasional, seperti masalah pengangguran, inflasi
dan lain sebagainya. Untuk mengatasinya perlu kecakapan pemerintah dalam mengelola
kebijakan anggaran.

KEBERHASILAN :
Kondisi ekonomi Indonesia yang terus tumbuh dan menempatkan Indonesia sebagai salah
satu kekuatan baru dalam percaturan ekonomi dunia, terutama di Asia. Para pakar ekonomi dunia
memprediksi Indonesia sebagai emerging market (pasar potensial), sehingga merubah struktur
pasar potensial ekonomi dunia yang saat ini didominasi BRIC yakni Brasil, Rusia, India dan
China, kini ditambah dengan Indonesia, Afrika Selatan, Meksiko dan Turki.
Berbagai indikator kemajuan ekonomi yang telah dicapai Indonesia sampai dengan awal 2011
meliputi:
o
o
o

Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 mencapai 6,1%, untuk triwulan I 2011 sebesar 6,5%
dan rata-rata dari tahun 2005 2010 sebesar 5,7%;
Produk Domestik Bruto (PDB) Rp 7.019 triliun;
Nilai APBN 2011 mencapai Rp 1.229 triliun dengan nilai kurs Rp 8.904 per US dollar;
3

Pendapatan Perkapita sekitar Rp 29,54 juta;


o Cadangan Devisa US$ 115,8 miliar;
o Investasi triwulan I tahun 2011 sebesar Rp 53,6 triliun;
o Angka kemiskinan 2010 tercatat 13,3%, sementara angka pengangguran Februari 2011
tercatat 6,8%;
o Subsidi tahun 2011 sebesar Rp 187,6 triliun, meliputi BBM Rp 95,9 triliun, listrik Rp 40,7
triliun, pangan Rp 15,3 triliun, pupuk Rp 16,4 triliun, PSO Rp 1,9 triliun, bunga kredit
program Rp 2,6 triliun dan pajak Rp 14,8 triliun.
KEGAGALAN :
Saat ini, konsep SD yang menempatkan ekonomi dan lingkungan dalam posisi yang
akomodatif ini menjadi salah satu model pembangunan yang sangat dianjurkan bagi negaranegara di dunia untuk memperhatikan aspek lingkungan dalam pembangunan. Hal ini disebabkan
oleh keadaan dunia yang sedang mengalami permasalahan lingkungan yang cukup
memprihatinkan. Namun, hasil penerapan SD di Indonesia yang menunjukkan bahwa terjadi
penurunan pada bidang pertanian dan lingkungan disebabkan oleh pemahaman pemerintah
terhadap SD masih setengah-setengah.
Pelaksanaan tiga unsur dalam SD tidak dilakukan secara terintegrasi. Artinya ketiga
unsur ini masih dilakukan sendiri-sendiri. Demikian disampaikan oleh Ermawanto, mahasiswa
ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (HI UMY) dalam diskusi
terbatas yang mengulas skripsinya mengenai lingkungan berjudul Kegagalan Pembangunan
Berkelajutan di Indonesia, bertempat di Kampus Terpadu UMY, Selasa (11/5).
Menurutnya, penerapan SD di Indonesia tertera dalam Program Pembangunan Nasional
(PROPENAS) yang diagendakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Propenas diagendakan
setiap lima tahun kali sejak tahun 1999, 2004, hingga 2009.
Dalam Propenas tersebut secara garis besar dijelaskan komitmen pemerintah terhadap
kepedulian atas lingkungan. Pelaksaan Propenas menghasilkan peningkatan pada bidang industri
dan pelayanan jasa, namun penurunan pada bidang pertanian dan lingkungan. Kerusakan hutan
juga masih sangat memprihatinkan. Bahkan, menurut data WALHI setiap jam hutan Indonesia
hilang seluas tiga kali lapangan bola.
Wanto mencontohkan, Menteri perekonomian mengejar pertumbuhan ekonomi tanpa
melihat kelestarian lingkungan. Begitu juga sebaliknya, Menteri lingkungan hidup terus
melakukan perbaikan lingkungan tanpa melihat indikator pertumbuhan ekonomi di sana.
Harusnya setiap agenda pembangunan yang dilakukan melihat ketiga unsur SD tersebut, bukan
terpisah-pisah, ungkapnya.
Selain pandangan pemerintah yang setengah-setengah dalam memahami SD, Wanto
melihat kegagalan penerapan SD di Indonesia juga disebabkan oleh penetrasi pasar yang cukup
kuat di Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi lebih diutamakan dibandingkan kelestarian
lingkungan dan seringkali terjadi hubungan negatif antara kedua unsur tersebut. Contohnya apa
4

yang terjadi di Lapindo. Menurut Wanto jelas terlihat kepentingan ekonomi yang sangat
menonjol dalam kasus tersebut dan mengabaikan lingkungan. Pengeboran yang dilakukan di
Sidoarjo tersebut memunculkan lumpur yang melumpuhkan sumber produksi masyarakat.
Ujung-ujung berakibat pada penghambatan kesejahteraan sosial masyarakat, urai mahasiswa
asal Kalimatan Tengah ini.
Selain Lapindo ada juga PT. Freeport yang telah melakukan eksplorasi emas di Indonesia
selama 43 tahun sejak 1967 telah membuang 300.000 ton limbah per hari yang menyebabkan
tiga sungai di sekitar penambangan tercemar. Tidak ada ikan dan mahluk hidup lain di sungai
tersebut karena pencemaran oleh pembuangan limbah tersebut. Selain itu ratusan kilometer hutan
di sekitar freeport juga sudah gundul.

Anda mungkin juga menyukai