Anda di halaman 1dari 5

PENGELUARAN AGREGAT

Pengertian Pengeluaran Agregat


Pengeluaran agregat adalah pengeluaran yang dilakukan untuk membeli barang dan
jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam suatu periode tertentu, dan biasanya
diukur untuk suatu tahun tertentu. Semakin besar pengeluaran agregat yang dilakukan dalam
perekonomian, semakin tinggi tingkat kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja yang dicapai.
Pengeluaran agregat yang wujud tidak selalu mencapai tingkat pengeluaran agregat yang
diperlukan untuk mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Oleh sebab itu pengangguran
akan selalu berlaku. Untuk mengatasinya pemerintah perlu mempengaruhi pengeluaran
agregat, dan hal utama yang dilakukan adalah dengan menjalankan kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter.  

Komponen Pengeluaran Agregat


Berikut ini adalah lima komponen pengeluaran agregat :
1. Konsumsi Rumah Tangga ( C )
Menurut Keynes, besarnya konsumsi rumah tangga sangat dipengaruhi oleh
pendapatan disposabel (Yd) saat ini. Fungsi konsumsi dinyatakan dalam formula C = Co +
bYd atau C = a  + bYd, di mana pendapatan disposabel adalah pendapatan setelah dikurangi
pajak (T), atau Yd = Y – T.  Pendapatan yang diperoleh rumah tangga tidak seluruhnya
digunakan untuk konsumsi, tetapi ada sebagian yang digunakan untuk menabung. Secara
matematis, hal ini dapat ditulis sebagai berikut :
Keterangan :
Y = Pendapatan,
C = Konsumsi,
S = Tabungan .
Dari persamaan Y = C + S dapat disimpulkan bahwa :
– Pada pendapatan yang rendah rumah tangga mengorek tabungan.
– Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi.
– Pada pendapatan yang tinggi rumah tangga menabung.
Hubungan antara konsumsi, tabungan dan pendapatan seperti yang telah diformulasikan
dalam persamaan Y = C + S dapat dilihat lebih jauh kecondongannya, baik dari konsumsi
maupun tabungan. Pada konsumsi , ada dua konsep yang perlu dipahami : (1) marginal
propensity to consume (MPC) dan (2)  average propensity to consume (APC). Pada tabungan,
yang perlu kita pahami adalah : (1) marginal propensity to save ( MPS) dan (2) average
propensity to save (APS).
2.  Investasi Perusahaan (I)
Dalam membicarakan mengenai investasi perlu disadari perbedaan di antara investasi
fisik dan investasi keuangan. Pemilik pemilik modal yang membeli saham – saham di bursa
saham selalu dipandang sebagai melakukan investasi dan pembelian ini dapat digolongkan
sebagai investasi yang bersifat keuangan.  Analisis ekonomi lebih menumpahkan perhatian
kepada investasi yang bersifat fisik dan investasi seperti ini terutama meliputi perbelanjaan
perusahaan-perusahaan untuk membeli barang barang modal untuk meningkatkan
kemampuan suatu perekonomian menghasilkan barang dan jasa di masa depan.
Penentu penentu Investasi :
a. Suku bunga
Hubungan di antara investasi dan suku bunga adalah bersifat berbalikan,  suku bunga
tinggi maka gairah perusahaan untuk melakukan investasi merosot dan sebaliknya apabila
suku bunga rendah maka gairah untuk melakukan investasi meningkat. Hubungan di antara
investasi dan suku bunga bersifat demikian oleh karena alasan penting dari perusahaan-
perusahaan untuk melakukan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Tingkat bunga
yang tinggi akan mengurangi keuntungan yang akan diperoleh dan mengurangi gairah para
pengusaha untuk melakukan penanaman modal. Semakin rendah suku bunga, semakin tinggi
prospek untuk mendapat keuntungan dan ini akan meningkatkan gairah para pengusaha untuk
melakukan investasi.
b.Ekspektasi mengenai kegiatan ekonomi di masa depan
Seseorang pengusaha melakukan investasi pada masa ini dengan harapan memperoleh
keuntungan di masa depan. Sebelum melakukan investasi dia perlu terlebih dahulu
menentukan prospek penjualan dan keuntungan yang akan didapatnya di masa depan dari
melakukan investasi di masa kini. Oleh sebab itu ramalan mengenai keadaan ekonomi pada
masa depan sangat penting dalam menentukan investasi pada masa kini. Apabila diramalkan
bahwa ekonomi akan semakin pesat perkembangannya di masa depan, para pengusaha akan
lebih bergairah untuk melakukan investasi. Sebaliknya, apabila diramalkan kegiatan ekonomi
akan semakin lesu, maka ini akan mengurangi gairah untuk melakukan investasi.
c. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi akan meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya
produksi. Kemajuan teknologi yang berlaku di berbagai kegiatan ekonomi akan mendorong
lebih banyak investasi. Semakin besar biaya yang diperlukan untuk melakukan perombakan
dalam teknologi yang digunakan, semakin banyak investasi yang akan dilakukan.

3.  Pengeluaran Pemerintah (G)


Pengeluaran pemerintah juga dipandang sebagai perbelanjaan otonomi karena
pendapatan nasional bukanlah merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan
pemerintah untuk menentukan anggaran belanjanya. Pada dasarnya ada dua faktor penting
yang akan menentukan pengeluaran pemerintah pada suatu tahun tertentu, yaitu:
(i) pajak yang diharapkan akan diterima
Setiap perekonomian akan mengutip pajak dan beberapa pungutan pemerintah yang
lain. Salah satu tujuan dari pengutipan pajak tersebut adalah untuk mengenakan pembayaran
atas jasa jasa yang disediakan pemerintah seperti menyediakan infrastruktur, administrasi
pemerintah dan aparat keamanan (polisi dan tentera). Di samping itu ia bertujuan untuk
menyeimbangkan pendapatan berbagai golongan masyarakat dan daerah.
Tujuan lain adalah untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan untuk mendorong
pembangunan yang lebih cepat di masa depan .
(ii) Pertimbangan politik
Pertimbangan pertimbangan politik selalu menyebabkan pemerintah melakukan
perbelanjaan yang jauh lebih besar dari penerimaannya. Ancaman dari luar atau kekacauan
politik di dalam negeri memaksa berbagai negara untuk membelanjakan uang yang lebih
banyak untuk menjaga ketenteraman negara. Menyediakan infrastruktur dan anggaran belanja
ke berbagai daerah juga merupakan faktor penting lain yang akan mendorong pemerintah
melakukan perbelanjaan yang jauh lebih besar dari penerimaan pajaknya. Salah satu
pertimbangan politik penting yang akan mempengaruhi anggaran belanja pada masa kini
adalah keinginan untuk mempercepat proses pembangunan di masa depan. Mewujudkan
kegiatan ekonomi yang teguh. Setiap negara akan selalu berusaha mencapai kesempatan kerja
penuh. Tetapi sering sekali keadaan yang diidam idamkan ini tidak tercapai. Bahkan
adakalanya kemerosotan ekonomi yang serius berlaku dan tingkat pengangguran sangat
tinggi. Dalam keadaan seperti itu para pengusaha tidak mempunyai gairah untuk melakukan
investasi dan rumah tangga menjadi semakin berhati hati membelanjakan uangnya. Hal
seperti ini akan memperburuk keadaan kemunduran ekonomi yang berlaku. Untuk
menghindarinya pemerintah perlu meningkatkan pengeluarannya.

4.  EKSPOR (X)
Besarnya ekspor memberikan gambaran tentang besarnya permintaan luar negeri
terhadap produk domestik. Karena itu besarnya ekspor sangat ditentukan oleh faktor-faktor
eksternal ysng berada di luar kendali kekuatan domestik, misalnya pendapatan nasional
negara tujuan ekspor, harga relatif dan selera. Karena itu fungsi ekspor umumnya dianggap
eksogenus. Ekspor akan memberikan efek yang positif kepada kegiatan ekonomi negara
karena ia merupakan pengeluaran penduduk negara lain atas barang-barang yang dihasilkan
di dalam negeri.

5.  IMPOR (M)
Impor menimbulkan efek yang sebaliknya, yaitu pengeluaran atas barang impor
meningkat. Ini berarti pendapatan yang diterima telah dibelanjakan untuk membeli barang
yang diproduksikan di negara-negara lain dan mengurangi perbelanjaan terhadap barang-
barang dalam negeri. Impor sesuatu negara juga ditentukan oleh beberapa faktor yang
menentukan ekspor, yaitu daya saing negara lain di negara tersebut, proteksi perdagangan
yang dilakukan negara tersebut dan kurs valuta asingnya.  Penentu impor yang utama adalah
pendapatan masyarakat sesuatu negara, semakin tinggi pendapatan masyarakat semakin
banyak impor yang akan mereka lakukan.

Dari penjelasan di atas mengenai komponen-komponen pengeluaran agregat maka


total pengeluaran agregat adalah total penjumlahan nilai konsumsi, investasi, pengeluaran
pemerintah, ekspor dan impor. Jika pengeluaran agregat dinotasikan sebagai AE, maka :
AE = C + I + G + (X – M) = Co + b Y + Io + Go + (Xo – Mo ).
EKONOMI FINANSIAL

Pengertian Finansial
Finansial dapat mencakup beberapa aspek, misalnya ilmu keuangan dan aset lainnya,
pengelolaan atau manajemen aset tersebut, dan bagaimana menghitung dan mengatur risiko
proyeknya.
Finansial berarti mempelajari kemampuan individu, bisnis, dan organisasi untuk
mengelola, meningkatkan, mengalokasi, juga menggunakan sumberdaya moneter yang
sejalan dengan waktu serta menghitung risiko dan menentukan prospek.
Finansial juga dapat berarti administrasi yang mengelola urusan keluar masuknya
uang pada sebuah institusi atau lembaga. Finansial sangat bergantung pada manajemen yang
baik, terkontrol, dan dapat dipertanggungjawabkan pada semua pihak yang bersangkutan.
Intinya, finansial dapat diartikan sebagai segala aspek yang berkaitan dengan uang.
Finansial juga berarti segala hal yang juga meliputi perputaran dan pengelolaan uang, lebih
singkatnya.

Istilah Finansial Dalam Bidang Ekonomi


Dari pengertian finansial tersebut, kemudian muncul berbagai istilah yang
mengandung kata finansial dan berkembang dalam bidang ekonomi. Istilah-istilah yang
muncul ini kemudian memiliki makna tertentu dalam menggambarkan berbagai hal terkait
finansial.
1. Krisis finansial
Krisi finansial menggambarkan berbagai situasi dimana institusi atau aset keuangan
kehilangan sebagian besar nilai yang dimilikinya. Krisis finansial dapat berwujud runtuhnya
bursa efek, krisis mata uang, atau kepanikan perbankan dan resesi.
2. Kebebasan finansial
Kebebasan finansial berarti keadaan bebas hutang dengan penghasilan yang tetap dan
cadangan yang bisa dipakai untuk kebutuhan tak terduga.
3. Manajemen finansial
Pengertian dari istilah tersebut adalah pengelolaan terhadap fungsi-fungsi keuangan
yang meliputi cara memperoleh dan menggunakan pendapatan.
4. Struktur finansial
Struktur finansial dapat didefinisikan sebagai struktur  yang menunjukkan bagaimana
aktiva-aktiva perusahaan atau instansi dibelanjai. Hal tersebut menyangkut berbagai sumber
pembelanjaan dan perimbangan absolut maupun relatif antara keseluruhan modal asing
dengan modal sendiri dalam jangka waktu panjang maupun pendek.
5. Kompensasi finansial
Kompensasi finansial diartikan oleh Siswantoro sebagai suatu balas jasa berupa
tambahan uang atau bonus di luar pendapatan pokok seseorang.
6. Audit finansial
Audit finansial artinya audit pengukur tingkat efisiensi, efektivitas, dan produktivitas
suatu instansi. Audit ini bertugas menilai efektivitas satuan kerja pengurus keuangan
perusahaan dengan nama nomenklatur apapun dan mencari fakta tentang efisiensi kerja
internal satuan yang mengukur keuangan perusahaan.
7. Manfaat finansial
Manfaat finansial berarti kondisi keuntungan yang diperoleh pelaku bisnis lebih besar
dibandingkan dengan risiko yang akan ditanggung dalam menjalankan bisnisnya. Manfaat
finansial ini biasanya ditemukan dalam mengkaji studi kelayakan bisnis.

Anda mungkin juga menyukai